BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

  Bab ini menjelaskan tentang setting penelitian yaitu tempat dan waktu penelitian serta subjek penelitian yang menjelaskan tentang karakteristik kelas yang akan diteliti, banyaknya siswa dengan komposisi siswa baik laki-laki maupun perempuan.

  3.1.1 Setting Tempat Penelitian

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 yang merupakan sekolah dasar inti yang tergabung dalam Gugus Bangau UPTD Pendidikan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Lokasi sekolah bersebelahan dengan SD Negeri Candirejo 02, berada di pinggir jalan desa yang digunakan untuk lalu lintas angkutan umum sehingga proses belajar mengajar cukup terganggu dengan kebisingan kendaraan yang melintasi jalan tersebut.

  Kondisi fisik SD Negeri Candirejo 01 cukup lengkap terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang uks dan komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 gudang, 1 dapur sekolah dan 4 kamar mandi untuk siswa serta 1 kamar mandi untuk guru. Di depan kelas terdapat taman tecil yang dilengkapi bunga-bunga. Sedangkan kondisi ruang kelas 5 yang digunakan utnuk penelitian terdapat 38 bangku dengan 20 meja, papan tulis, meja guru, serta berbagai macam pajangan hasil karya siswa.

  3.1.2 Setting Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Oktober- November 2016. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena penelitian ini memerlukan beberapa siklus sedangkan setiap siklus dengan SK dan KD yang diajarkan yaitu tentang menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah serta menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan luas bangun datar. Rincian alokasi waktu dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

  Waktu September Oktober November Desember No Keterangan 2016 2016 2016 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

  1 Persiapan

  2 Perencanaan

  I II

  3 Pelaksanaan

  4 Pelaporan

3.1.3 Karekteristik Subjek Penelitian

  Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa sebanyak 37 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

  Karakteristik siswa kelas 5 berumur 10-12 tahun. Perkembangan anak umur 10-11 tahun merupakan tahap operasional kongkrit, sedangkan pada usia 12 tahun adalah operasional formal. Siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 tergolong siswa yang normal artinya tidak ada siswa yang tergolong inklusi atau berkebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa daya serap siswa dalam menerima materi yang dijelaskan oleh guru itu sama.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian

  Pada sub judul jenis penelitian dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi dua sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara desain penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan di jadikan acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan penelitian.

3.2.1 Jenis Penelitian

  Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Mc Niff (Arikunto,102:2006) dalam bukunya yang berjudul Action Reseach memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

  PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahnnya muncul di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan didalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti (Arikunto,104:2006).

  Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja dan proses, isi, kompetensi dan situasi.

  Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sendiri oleh peneliti, karena peneliti telah tercatat sebagai guru wiyata bakti di SD Negeri Candirejo 01 sejak tanggal 23 Juni 2015 (surat keterangan terlampir). Sedangkan untuk observer dapat dilakukan oleh guru yang lain, dalam penelitian ini observer dilakukan oleh Ibu Dwi Wulandari, S.Ag.

3.2.2 Desain Penelitian

  Pada sub judul desain penelitian ini akan diuraikan model atau rancangan penelitian yang akan di jadikan sebagai acuan oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan penelitian.

  Peneliti menggunakan desain penelitian yang dikembangkan Arikunto melalui desain Kemmis dan Taggart yang menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting

  )”. Arikunto (2009:97) melalui desain Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa :

  Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan.

  Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi. Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)

  Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan. Tahap 3: Pengamatan (Observing)

  Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

  Tahap 4: Refleksi (Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Menurut Kemmis dan Taggart, desain bagan penelitian dalam Arikunto (2009:97) sebagai berikut :

  Perencanaan Siklus I

  Refleksi Pelaksanaan Pengamatan

  Perencanaan Pelaksanaan

  Refleksi Siklus II

  Pengamatan Hasil

Gambar 3.1 Tahapan PTK Menurut Kemmis dan Taggart

3.3 Variabel Penelitian

  Variabel penelitian didefinisikan sebagai faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi. Adapula yang mendefinisikan variabel sebagai karakteristik dari orang, objek atau gejala yang memiliki nilai yang berbeda-beda (Slameto, 2015; 195). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.3.1 Variabel bebas (Independent Variable)

  Menurut Abbas (Arifah,2011:40) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain yang dinamakan pula konstruk variable dan source

  Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran Project

  

Based Learning . Model Pembelajaran Project Based Learning dapat dilaksanakan

  secara individual ataupun kerja tim. Aspek yang diukur dalam pembelajaran ini meliputi proses pembelajaran yang ada di kelas dan hasil belajar siswa.

3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable)

  Variabel dependent adalah “variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas” (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah proses belajar Matematika dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01. Nawawi (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh dari skor evaluasi pada akhir setiap siklus. Hasil belajar Matematika diukur menggunakan tes formatif. Nilai keberhasilan siswa dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan rata-rata nilai kelas. Sehingga dapat diketahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

3.4 Rencana Pelaksanaan Tindakan

  Rencana pelaksanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan model PTK dari Kemmis dan MC Taggart. Tahapannya meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 pertemuan tatap muka dan 1 pertemuan evaluasi. Rencana pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut .

3.4.1 Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus I

  Rencana pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi. Rencana Tindakan a. tahap perencanaan yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan peneliti. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam indikator. Indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan model pembelajaran Project Based Learning, menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Membuat lembar observasi guru dan siswa serta membuat evaluasi pembelajaran.

  b. tahap pelaksanaan, merupakan implementasi kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan saat pembelajaran. Pada tahap ini guru menggunakan model pembelajaran

  Project Based Learning dalam pembelajaran, untuk langkah-langkah

  pembelajarnnya mencangkup memulai dengan pertanyaan esensial, membuat desain rencana proyek, membuat jadwal, memantau siswa dan kemajuan proyek, menilai hasil, refleksi dan penutup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP yang telah dilampirkan.

  c. tahap observasi kegiatan pembelajaran dilakukan oleh observer bersama dengan pelaksana tindakan. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas, kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran.

  d. tahap refleksi, dilakukan selama dan setelah tindakan dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dianalisis dan mengkaji hambatan, kekurangan, kelemahan pada siklus pertama sebagai dasar penentuan dan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui perubahan atas tindakan yang telah diberikan dengan membandingkan antara hasil belajar Matematika setelah diberi tindakan dengan hasil belajar Matematika pada tindakan sebelumnya. Berdasarkan dari hasil tersebut, diadakan tindak perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Kelebihan akan dipertahankan dan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan berikutnya yang didiskusikan dengan guru kelas 5.

3.4.2 Rencana Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II

  Rencana pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi. Rencana Tindakan siklus II diuraikan sebagai berikut :

  a. tahap perencanaan yang dilakukan siklus II sama seperti tahap perencanaan siklus I, namun dalam perencanaan siklus II perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi siklus I sebagai usaha perbaikan pada siklus II. Tahap perencanaan siklus II seperti menentukan Kompetensi Dasar, merumuskan indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan model pembelajaran Project Based Learning, menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Membuat lembar observasi guru dan siswa serta membuat evaluasi pembelajaran.

  b. tahap pelaksanaan, hampi sama dengan siklus I, namun dalam pelaksanaan siklus II, dengan mempertimbangkan hasil refleksi siklus I sebagai usaha perbaikan pada siklus II Pada tahap ini guru masih menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran, untuk langkah- langkah pembelajarnnya mencangkup memulai dengan pertanyaan esensial, membuat desain rencana proyek, membuat jadwal, memantau siswa dan kemajuan proyek, menilai hasil, refleksi dan penutup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP yang telah dilampirkan.

  c. tahap observasi kegiatan pembelajaran dilakukan oleh observer bersama dengan pelaksana tindakan. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran.

  d. tahap refleksi, dilakukan selama dan setelah tindakan dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dianalisis dan mengkaji hambatan, kekurangan, kelemahan pada siklus pertama sebagai dasar penentuan dan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui perubahan atas tindakan yang telah diberikan dengan membandingkan antara hasil belajar Matematika setelah diberi tindakan dengan hasil belajar Matematika pada tindakan sebelumnya. Berdasarkan dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Tahap refleksi pada siklus II untuk mengetahui apakah pemberian tindkan pada siklus II sudah berhasil dan mengalami peningkatan. Pada Siklus II peneliti merancang pembelajaran berdasarkan pada siklus I.

3.5 Data dan Cara Pengumpulannya

  Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data disertai instrumennya. Teknik yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik tes. Sedangkan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan butir soal tes dengan bentuk pilihan ganda.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

  Dalam PTK ini, teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan observasi dan tes.

a) Observasi

  “Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian” dalam Hamzah (2011:90). Observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan pembelajaran Metematika model Project Based sebagai pelaksana karena peneliti telah tercatat sebagai guru wiyata bakti di SD Negeri Candirejo 01 dan observer adalah salah satu guru yang ada di SD Negeri Candirejo 01 yaitu Ibu Dwi Wulandari, S.Ag. Penilaian pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk ceklis yang meliputi penilaian saat dilaksanaknnya proses pembelajaran di kelas, dan mengobservasi keaktifan siswa secara berkelompok.

  Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 14 indikator aktivitas guru dan 15 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 0-1. Skor 0 jika kegiatan tidak dilaksanakan dalam pembelajaran dan skor 1 jika kegiatan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor pada persentase <59% berada pada kriteria kurang sekali, persentase 60%-69% berada pada kriteria kurang, persentase 70%-79% termasuk ke dalam kriteria cukup baik, persentase skor 80%-89% termasuk ke dalam kriteria baik, dan persentase skor 90%-100% pada kriteria sangat baik.

b) Tes

  Menurut Zainul dan Nasution (Majid;2014;37) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Sedangkan menurut Jacob dan Chase (Majid;2014;37) tes merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. Penilaian dilakukan dengan bentuk soal pilihan ganda pada setiap siklus untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sesudah menerapkan pembelajaran Matematika dengan model Project Based Learning.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

  Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan butir soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

a) Lembar Observasi

  a. Menentukan waktu memulai dan batas akhir proyek

  12

  b. Menutup pembelajarn

  a. Memberikan tindak lanjut

  8 Penutup

  11

  a. Membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari

  7 Refleksi

  10

  a. Meminta siswa mempresentasikan ke depan kelas

  6 Menilai hasil

  9

  5 Memantau siswa dan kemajuan proyek a. Mengawasi siswa saat menyelesaikan proyek

  8

  Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Project

  

Based Learning dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengisian lembar observasi

  7

  6

  3 Membuat desain rencana proyek a. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar b. Membantu siswa untuk membuat desain rencana proyek

  5

  4

  3

  b. Menyampaikan tujuan pembelajaran c. Memberikan pertanyaan terbuka tentang materi

  2 Mulai dengan pertanyaan esensisal a. Melakukan apersepsi

  2

  1

  a. Menyiapkan perlengkapan pembelajaran b. Membuka pembelajaran

  1 Pra pembelajaran

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru No Aspek Indikator Nomor Item

  ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai hasil yang diamati observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Adapun kisi- kisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan dalam tabel 3.2 dan table 3.3.

  4 Membuat jadwal

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

  7 Refleksi

  10

  5 Memantau siswa dan kemajuan proyek a. Menyelesaikan proyek tepat waktu

  11

  6 Menilai hasil

  a. Mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas

  12

  a. Menyimpulkan materi yang dipelajari

  4 Membuat jadwal

  13

  8 Penutup

  a. Memperhatikan tindak lanjut b. Menutup pembelajarn dengan salam

  14

  15

  Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding peningkatan hasil belajar antar siklus. Soal tes ini berbentuk pilihan

  a. Memperhatikan waktu memulai dan batas akhir proyek

  9

  No Aspek Indikator Nomor Item

  c. Memperhatikan pertanyaan terbuka yang disampaikan guru

  1 Pra pembelajaran

  a. Menyiapkan perlengkapan pembelajaran b. Membuka pembelajaran

  1

  2

  2 Mulai dengan pertanyaan esensisal a. Menanggapi apersepsi

  b. Memperhatikan saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran

  d. Menanggapi pertanyaan guru

  8

  3

  4

  5

  6

  3 Membuat desain rencana proyek a. Membentuk kelompok belajar b. Berdiskusi untuk membua desain rencana proyek c. Menyampaikan gagasan

  7

b) Butir Soal

  ganda yang diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus. Kisi-kisi soal tes pada siklus I dan siklus II sebagai berikut :

  3.1.6 Menemukan rumus luas layang-layang

  3.2.2 Menghitung salah satu sisi sejajar bangun trapesium jika diketahui luasnya

  3.2.1 Menghitung tinggi bangun trapesium jika diketahui luasnya.

  3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas trapesium dan layang-layang

  

Siklus II

  1,2,3,4,5,6 7,8,9 10,11 12,13,14,15,16 17,18 19,20,21 22,23 24,25,26,27,28 29,30

  3.1.7 Menghitung luas layang- layang

  3.1.5 Menyebutkan ciri-ciri layang-layang

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II

  3.1.4 Menghitung luas trapesium

  3.1.3 Menemukan rumus luas trapesium

  3.1.2 Menyebutkan ciri-ciri trapesium

  3.1.1 Menyebutkan jenis-jenis trapesium

  3.1 Menghitung luas trapesium dan layang- layang

  3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakann ya dalam pemecahan masalah

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No. Item

Siklus I

  1,11 5,6,7,8,9,10 trapesium yang berhubungan dengan soal cerita

  3.2.4 Menghitung salah satu diagonal bangun layang-layang jika diketahui luasnya.

  3.2.5 Menghitung luas layang- layang yang berhubungan dengan soal cerita

  20,21,22,28,

  29 12,13,14,15, 16,17,18,23,25, 26,27,30 3.6.

   Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

  Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menguji instrumen soal yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebelumnya harus diuji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Uji validitas dan reabilitas ini di ujikan kepada siswa kelas 6 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang yang berjumlah 29 siswa.

3.6.1 Uji Validitas

  Sebelum dilakukan tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menyelasaikan soal maka dilakukan uji validitas sehingga nantinya akan didapatkan butir soal yang valid. “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa y ang seharusnya di ukur” (Sugiyono, 2012:121). Uji validitas dapat dihitung dengan cara mengkorelasikan antara nilai yang diperoleh dari setiap item instrumen dengan nilai keseluruhan kesalahannya (a) pada N yang lebih besar maka kemungkinan kesalahan kesimpulan yang dibuat mengenai hubungan X dan Y lebih kecil sehingga semakin kecil rtabel yang diperlukan. Sebaliknya bila N lebih kecil maka diperlukan r tabel yang lebih besar (Purwanto, 2013:116).

  Uji validitas dilakukan menggunakan acuan toleransi kesalahan sebesar 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Pelaksanaan uji validitas instrumen dilakukan di kelas 6 SD Negeri Candirejo 01 dengan jumlah peserta tes adalah 29 siswa, dengan jumlah responden (N) = 29, maka nilai r tabel = 0,367 dengan taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2012:333). Nilai r xy ditentukan dengan menghitung nilai corrected item to total correlation menggunakan aplikasi Statistical Package

  

For the Social Science (SPSS) versi 20. Sebelum tindakan jumlah soal dibuat

  sebanyak 30 butir soal pilihan ganda untuk tiap siklus. Hasil uji validitas siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 berikut ini :

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus 1 No. Item Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus I Bentuk Soal Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid

  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, Pilihan Ganda 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 11, 15, 20 ,28, dan 29

  19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30 Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 5 item soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 11, 15, 20, 28, dan 29. Sedangkan 25 soal yang lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 20 for Windows. Soal yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus I. Output data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II No. Item Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus II Bentuk Soal Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid

  1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 2, 9, 14, 22, 25, 26, dan

  Pilihan Ganda 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28,

  29

  30 Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 7 item soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 2, 9, 14, 22, 25, 26, dan 29. Sedangkan 23 soal yang lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 20 for Windows. Soal yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus II.

3.6.2 Uji Reliabilitas

  Menurut Arikunto (2009:178) hasil uji reliabilitas hasilnya akan sama jika data benar-benar sesuai dengan kenyataannya. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan“. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 20. Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan Marley (Wardani, N. S. 2010:35) pada table 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas

  No Indeks Interprestasi 1 tidak dapat diterima α ≤ 0,7 2 dapat diterima

  0,7 ≤ α ≤ 0,8 3 reliabilitas bagus 0,8 ≤ α ≤ 0,9 4 reliabilitas memuaskan

  α > 0,9 Hasil perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II dapat dilihat pada

tabel 3.8 dan tabel 3.9 sebagai berikut :Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I

  Cronbach's Alpha N of Items ,912

  25 Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II

  Cronbach's Alpha N of Items ,910

  23 Tabel 3.8 menunjukan bahwa pada siklus I dari 25 butir soal yang valid

  memiliki nilai

  cronbach’s alpha sebesar 0,912 Hal ini menunjukan bahwa

  reliabilitasnya memuaskan , sehingga soal yang valid dan reliabel sebanyak 25 butir soal dapat digunakan sebagai intrumen dalam penelitian. Tabel 3.9 menunjukan bahwa pada siklus II dari 23 butir soal yang valid memiliki nilai

  

cronbach’s alpha sebesar 0,910. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitasnya bagus,

  sehingga 23 butir soal tersebut dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian.

3.7. Uji Taraf Kesukaran Instrumen

  Agar memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reabilitas juga harus mempertimbangkan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Menurut Slameto (Wardani,dkk,2012:338) tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu butir soal. Indeks tingkat kesukaran (P) dapat dihitung dengan rumus (Wardani,dkk,2012:338) seperti berikut : Keterangan : P = Jumlah peserta didik yang menjawab benar dibagi dengan jumlah keseluruhan peserta didik B = jumlah peserta didik yang menjawab benar N = jumlah peserta didik

  Kriteria yang digunakan adalah Semakin besar tingkat kesukaran, berarti soal itu semakin mudah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu semakin sukar. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai tersebut: a. 0,00

  • – 0,25 = soal kategori sukar;

  b. 0,26

  • – 0,75 = soal kategori sedang;

c. 0,76 – 1,00 = soal kategori mudah.

  Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal siklus I dan II dapat dilihat hasil indeks kesukaran intrumen pada table 3.10 sebagai berikut :

Tabel 3.10 Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I

  

Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah

  0,0 4,6,8,14,21,22,23,27

  8

  • – 0,30 Sukar 0,31 3,13,16,17,18,19,24,26,30

  9

  • – 0,70 Sedang 0,71 1,2,5,7,9,10,12,25

  8

  • – 1,00 Mudah Total

  25 Dari data tabel 3.10 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 soal terdapat 8 soal dengan kategori sukar, 9 soal dengan kategori sedang, dan 8 soal dengan kategori mudah.

  Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II hasilnya sebagai berikut:

  Tabel 3.11

Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II

Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah

  0,0 5,13,18,19,21,27

  6

  • – 0,30 Sukar 0,31 1,4,6,8,11,12,16,17,20,28,30

  11

  • – 0,70 Sedang 0,71 3,7,10,15,23,24

  6

  • – 1,00 Mudah Total

  23 Dari data tabel 3.11 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 23 soal terdapat 6 soal dengan kategori sukar, 11 soal dengan kategori sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.

  Mendasakan dari hasil uji validitas, reliabilitas dan kesukaran instrumen maka pada penelitian ini ditetapkan 20 butir soal pada siklus I dan 20 butir soal pada siklus II yang digunakan sebagai instrument penelitian.

3.8 Indikator Keberhasilan

  Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan di SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang melalui penerapan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model Project Based Learning meliputi indikator proses dan hasil, dijabarkan sebagai berikut :

  3.8.1 Indikator Proses

  Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Pada penelitian ini aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Project Based Learning dapat dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan secara signifikan minimal 10%.

  3.8.2 Indikator Hasil

  Indikator hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar Matematika, penerapan model pembelajaran Project Based Learning dikatakan dapat secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar Matematika ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar Matematika meningkat minimal 7 dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh sekolah yaitu 77 atau ketuntasan belajar sec ara klasikal sebesar ≥ 90 % dari 37 siswa (kriteria sangat baik) dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Project Based Learning.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISWA KELAS 5 SD NEGERI 01 PILANG KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 20162017

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran NHT (Number Head Together) dan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD 2.1.1.1 Pengertian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) denga

0 0 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Desain dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvens

0 1 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pa

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran PKn Kelas Tinggi SDN Ge

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran PKn Kelas Tinggi SDN Ge

0 0 54

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Tahun

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Ta

0 1 15