PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gracilariagigas Harvey YANG DI TANAM DENGAN TEKNIK SEMPOT DAN METODE APUNG PADA SISTEM PENANAMAN BERTINGKAT

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gracilariagigas Harvey YANG DI
TANAM DENGAN TEKNIK SEMPOT DAN METODE APUNG PADA
SISTEM PENANAMAN BERTINGKAT
Oleh
A. IlalqisnyInsan, Dwi Sunu Widyartini, Christyani.
Bagian Biologi Lingkungan, Jurusan Biologi, Fakultas Biologi,
Universitas Jenderal Soedirman
Jl. dr. Soeparno 63 Karangwangkal, Purwokerto 53122
e-mail : insan.ilal@yahoo.com
ABSTRAK
Gracilaria gigas Harvey merupakan salah satu komoditas hasil perikanan penghasil agar-agar.
Penelitian bertujuan : mengetahui pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang ditanam dengan

teknik semprot dan metode apung pada sistem penanaman bertingkat serta mengetahui sistem
penanaman dan teknik atau metode mana yang menghasilkan pertumbuhan Gracilaria gigas yang
tinggi di perairan Randusangga Brebes.. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan pola petak terbagi (Split Plot Design), dan ulangan 3 kali. Perlakuan
yang dicobakan teknik semprot dan metode apung serta sistim tanam. Data pertumbuhan
Gracilaria gigas dianalisis dengan Uji F, apabila hasilnya nyata, dilanjutkan dengan Uji lanjut
Beda Nyata Terkecil untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang dicobakan. Hasil penelitian
menggunakan teknik semprot dan metode Apung maupun sistim tanam bertingkat mempengaruhi
pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey. Pada teknik semprot dan metode Apung dengan sistem
tanam yang berbeda menghasilkan pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang berbeda pada umur
7-14, 14-21, 21-28, 28-35, dan 35-42 hst . Pertumbuhan teringgi diperoleh menggunakan teknik
semprot dengan sistim tanam jaring tabung bertingkat sebesar 2.800 g/hr pada umur 28-35 hst
Kata Kunci : Jaring Tabung bertingkat, teknik semprot, Gracilaria gigas Harvey

ABSTRACT
Gracilaria gigas Harvey is one of the results of the fishery commodities producers of gelatin.
Research aim: know the growth of Gracilaria gigas Harvey planted with floating method and spray
techniques on cultivation system of multilevel and know the system of planting and techniques or
methods which produce growth of Gracilaria the high waters of the Gigas Randusangga Brebes..
Research using the method of Random Design Group (RAK) and a pattern of hide split (Split Plot

Design), and repeat 3 times. Treatment for customers and the spray technique method of buoyancy
as well as the system of cultivation. Data growth of Gracilaria gigas analyzed with F-test, if the
result is real, followed by further Testing the smallest Real Difference to know the difference
between treatment for customers. The results of research using the techniques of spray and
cropping systems or Floating method of multilevel affects the growth of Gracilaria gigas Harvey.
Spray technique and method of Buoyancy with different cropping systems produce growth of
Gracilaria gigas Harvey are different at the age of 7-14, 14-21, 21-28, 28-35, and 35-42 hst.
Growth of the teringgi are obtained using a spray technique with the system of multilevel tube NET
cropping of 2,800 g/hr at 28-35 hst
Keywords: Tube Net technique of multilevel, spray, Gracilaria gigas Harvey

470

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto


PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada kegiatan revitalisasi
perikanan yang memiliki pasar yang prospektif. Permintaan pasar dunia akan rumput laut ke
Indonesia terus mengalami peningkatan mencapai rata-rata 21,8% tetapi sampai sekarang hanya
terpenuhi sekitar 13,1%. Pada saat sekarang, pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut
masih sangat kurang, data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun
2004 yaitu dari 1,2 ha lahan yang berpotensi untuk budidaya hanya baru termanfaatkan sekitar
2,2% (26.700 ha). Yusuf et al. (2005) menyatakan bahwa Indonesia hanya dapat mengekspor
rumput laut sebesar 250.000 ton atau hanya memenuhi 15% dari total permintaan dunia. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara pengekspor rumput laut masih belum dapat
memenuhi permintaan dunia.
Menurut Ratnawati, dkk., (2008) Gracillaria gigas merupakan jenis rumput laut penghasil
agar yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sebagai bahan baku gelatin, roti,
keju, susu, es krim, sabun, dan kosmetik. Kegunaan lainnya adalah sebagai media agar untuk
medium penumbuhan dan kultur mikroorganisme, serta campuran dalam pembuatan pasta gigi
(Pratiwi dan Ismail , 2004). Rumput laut Gracilariagigas sebagai sumber makanan untuk manusia
dan hewan laut, serta bahan baku pokok pada perusahaan agar-agar . Rumput laut jenis Gracilaria
gigas sangat penting untuk dibudidayakan karena lebih dari 60% produksi agar-agar di dunia
adalah berasal dari Gracilaria (Tegar, dkk., 2014).
Menurut Mohammad, dkk., (2015) dan Setiyanto, dkk (2008), faktor-faktor pendukung

yang di perlukan untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal diantaranya adalah
jenis rumput laut yang bermutu, teknik/metode budidaya yang produksi intensif dan pengaruh
kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH perairan. Umumnya, rumput
laut hidup pada kondisi perairan yang mempunyai salinitas optium 250/00. Persyaratan budidaya
Gracilaria, (Widyartini dan Insan., dkk. 2007) yaitu perairan harus jernih dan harus terlindung dari
hempasan ombak secara langsung dan ombak tersebut tidak besar, pergerakan airnya cukup yaitu
20-40 cm/detik.
Metode / teknik dan sistim budidaya merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam budidaya rumput laut. Menurut Insan, dkk., (2006), metode dan sistim budidaya yang
digunakan selain harus memperhatikan kondisi perairan, juga memperhitungkan persedian material
yang akan digunakan dalam pembuatan konstruksi seperti jaring, bambu, dan tali. Keberhasilan
budidaya rumput laut di lapangan (field culture) sangat tergantung metode / teknik yang hendaknya
disesuaikan dengan lahan budidaya. Menurut Insan, dkk., (2012), salah satu metode budidaya
berdasarkan posisi tanam terhadap dasar perairan adalah metode apung. Hal ini berkaitan intensitas
sinar matahari. Intensitas sinar matahari di permukaan akan berbeda dengan intensitas sinar

471

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers


”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

matahari

di

dasar

perairan

dan

perbedaan

ini

sangat


mempengaruhi

dalam proses

fotosintesis.Tehnik budidaya semprot merupakan suatu cara budidaya rumput laut yang
mensirkulasikan kembali air laut yang digunakan sebagi media budidaya. Teknik ini lebih
menguntungkan karena pengontrol kualitas air lebih mudah, pertukaran gas lebih efisien, relatif
bebas dari predator, lumut dan hama, serta mudah dipanen. Menurut Irawati MW., (2015), faktorfaktor pendukung yang di perlukan untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal
diantaranya adalah jenis rumput laut yang bermutu, teknik budidaya yang intensif dan pengaruh
kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH perairan.

METODE PENELITIAN
Materi penelitian yang digunakan adalah rumput laut Gacilaria gigas. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: hand refraktometer, pH meter, termometer, gunting,
bambu, waring, tali tambang, tali rafia, plastik, pompa air, timbangan, bak plastik, pelampung,
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan rancangan
pola petak terbagi (Split Plot Design), dan ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan-perlakuan yang
dicobakan sebagai main plot adalah teknik semprot dan metode apung , sedangkan sebagai sub plot
yang terdiri dari sistem jaring tabung bertingkat, sistem jaring tubuler bertingkat, dan sistem tali

tunggal bertingkat yang diulangan masing-masing 3 kali. Bibit rumput laut yang telah ditimbang
seberat 20 g diikatkan pada masing-masing tali tunggal dengan menggunakan tali raffia atau
dimasukan kedalam jaring tubuler maupun jaring tabung bertingkat. Pengamatan dan pengambilan
data dilakukan pada 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanam (hst). Rumput laut Gracilaria gigas
ditimbang berat basahnya untuk mengetahui pertumbuhan.
Data hasil penimbangan berat basah dimasukkan ke dalam rumus pertumbuhan sebagai berikut:

G
Keterangan :
G
=
Wt1
=
Wt2
=
t1
=
t2
=


Wt 2  Wt1
g / hari 
t2  t1
Pertumbuhan (g/hari)
Berat rumput laut pada umur t1 (g)
Berat rumput laut pada Umur t2 (g)
Waktu pengambilan sampel ke-1
Waktu pengambilan sampel ke-2

Pengukuran parameter pendukung pertumbuhan dilakukan pada pagi hari waktu
penanaman, pengambilan sampel dan waktu panen yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter
pendukung meliputi temperatur, salinitas, dan pH.
Data pertumbuhandianalisis dengan menggunakan uji F untuk mengetahui perbedaan
teknik semprot dan metode apung serta sistem penanaman terhadap pertumbuhan rumput laut

472

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18


November 2017
Purwokerto

Gracilaria gigas , bila berbeda, maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pertumbuhan rumput laut Gracilaria gigas Harvey pada semua perlakuan
menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya waktu penanaman baik menggunakan teknik
semprot dan metode Apung pada sistem jaring tabung bertingkat, jaring tubuler bertingkat atau tali
tunggal bertingkat (Gambar 1). Hasil pengamatan pertumbuhan rata-rata tertinggi pada semua
umur menggunakan sistim jaring tabung bertingkat dengan teknik semprot antara 0.85 – 2.80 g/hr,
sedangkan pertumbuhan yang paling rendah pada pada semua umur adalah pada perlakuan sistem
tali tunggal bertingkat dengan metode apung. Bayu, dkk., . (2011) menyatakan bahwa semakin
bertambahnya umur, pertambahan berat basah semakin meningkat serta rumpun rumput laut
menjadi lebih rimbun dan padat. Kepadatan talus yang tinggi menyebabkan terjadinya persaingan
antar talus dalam perolehan unsur hara maupun cahaya matahari. Ruang tumbuh yang luas
mengakibatkan persaingan antar titik tanam semakin kecil, sehingga dapat mengoptimalkan
penyerapan unsur hara dan cahaya matahari. Penyerapan unsur hara dan cahaya matahari yang

optimal mengakibatkan fotosintesis berjalan optimal, sehingga pertambahan berat basah
meningkat. Mansyur, dkk., (2003), menambahkan bahwa meningkatnya pertambahan berat basah
rumput laut karena didukung oleh adanya penyerapan cahaya matahari optimal, unsur hara, O2serta
stabilnya faktor lingkungan. Penyerapan unsur hara dan cahaya matahari yang optimal
mengakibatkan fotosintesis berjalan optimal, sehingga pertambahan berat basah meningkat.

Gambar 3.1. Grafik pertumbuhan Gracilaria gigas Harvey yang ditanam menggunakan tehnik
semprot (M1) dan metode apung (M2) dengan sistem penanaman; jaring tabung
bertingkat (S1), Tabung tubuler bertingkat (S2) dan Tali Tunggal bertingkat (S3) .
Keterangan : Teknik semprot dengan jaring tabung bertingkat (M1S1) , Teknik semprot dengan
Jaring tubuler bertingkat (M1S2), Teknik semprot dengan tali tunggal bertingkat
(M1S3) ; Metode Apung dengan jaring tabung bertingkat (M1S1) , Metode Apung

473

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017

Purwokerto

dengan Jaring tubuler bertingkat (M1S2), Metode Apung dengan tali tunggal
bertingkat (M1S3)
Tjaronge (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut sangat erat kaitannya
dengan kondisi faktor lingkungan perairan. Lingkungan yang stabil dapat memberikan
pertumbuhan rumput laut yang baik. Kondisi perairan Tambak Randusangga Brebes sangat
mendukung bagi budidaya G. gigas karena secara umum memiliki suhu berkisar antara 27-30 0C,
salinitas berkisar 24-26‰, derajat keasaman (pH) berkisar 7-8, dan kecerahan 95-120 cm..
Rohama, dkk., (2014), menyatakan bahwa Gracilaria dapat tumbuh pada kisaran salinitas 15-35
‰ dengan salinitas optimum 25 ‰, sedangkan suhu yang baik untuk pertumbuhan Gracilaria
berkisar antara 23-28 0C.
Hasil analisis ragam pada umur 0-7 hst Tabel 1), budidaya dengan teknik semprot dan
metode apung serta sistim tanam menunjukan pertumbuhan rumput laut G. gigas yang seragam.
Menurut Utojo et al, (2008), Rumputlaut yang dipindahkandarihabitataslikehabitat yang
barumakatumbuhantersebutakanmengalamiadaptasiterhadaplingkungan yang baru. Farah D., dkk.
(2014), menambahkan bahwa proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan, merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Jika penyesuaian diri terhadap
lingkungan lebih cepat, maka rumput laut akan tumbuh dengan baik.
Pada umur 7-14, 14-21, 21-28, 28-35 dan 35-42 hst menunjukkan adanya perbedaan baik
pertumuhan menggunakan teknik semprot dengan metode apung maupun sistim tanam (Tabel 1).
Penanaman menggunakan teknik semprot menghasilkan pertumbuhan yang
pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada mengunakan metode Apung (tabel 2)
Tabel 1. Analisis ragam pertumbuhan rumput laut G. gigaspada umur 0-7, 7-14, 14-21, 21-28,
28-35 dan 35-42 hst
Umur
Sumber ragam
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F
F
hst
Bebas
Kuadrat
Tengah
Hitung Tabel
(DB)
(JK)
(KT)
0.05
Ulangan
3
0.0683
0.0228
0-7
Main Plot A : Tehnik Semprot
1
dan Metode Apung
0.0207
0.0207
7.667ns
10.13
Galat a
3
0.0081
0.0027
Sub Plot B : Sistim Penanaman
2
0.1058
0.0529
2.844ns
3.89
ns
Interaksi A x B
2
0.0008
0.0004
0.032
3.89
Galat b
12
02233
0.0186
Total
23
0.4183
Ulangan
3
0.1433
0.0478
Main Plot A : Tehnik Semprot
1
7 - 14 dan Metode Apung
0.0817
0.0817
29.400* 10.13
Galat a
3
0.0083
0.0028
Sub Plot B : Sistim Penanaman
2
0.4008
0.2004
14.724*
3.89
Interaksi A x B
2
0.0358
0.0179
1.316ns
3.89
Galat b
12
0.1633
0.0136

474

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

14-21

21-28

28-35

Total
Ulangan
Main Plot A : Tehnik Semprot
dan Metode Apung
Galat a
Sub Plot B : Sistim Penanaman
Interaksi A x B
Galat b
Total
Ulangan
Main Plot A : Tehnik Semprot
dan Metode Apung
Galat a
Sub Plot B : Sistim Penanaman
Interaksi A x B
Galat b
Total
Ulangan
Main Plot A : Tehnik Semprot
dan Metode Apung
Galat a
Sub Plot B : Sistim Penanaman

Interaksi A x B
Galat b
Total
Ulangan
Main Plot A : Tehnik Semprot
35-42
dan Metode Apung
Galat a
Sub Plot B : Sistim Penanaman
Interaksi A x B
Galat b
Total
Keterangan: * : Berbeda sangat nyata
Ns: Tidak berbeda nyata

23
3
1
3
2
2
12
23
3
1
3
2
2
12
23
3
1
3
2
2
12
23
3
1
3
2
2
12
23

0.8333
0.0733

0.0244

0.1667
0.0267
0.5508
0.0158
0.1200
0.9533
0.0833

0.1667
0.0089
0.2754
0.0079
0.0100

0.4817
0.1017
1.2233
0.0033
0.2400
2.1333
0.0713

0.4817
0.0339
0.6117
0.0017
0.0200

0.4017
0.08217

0.4017
0.0273

1.0233
0.0026
0.3800
2.1333
0.0536

0.5116
0.0013
0.0317

0.3412
0.0914
0.8725
0.0019
0.2624
2.1333

0.3412
0.0304
0.4362
0.0008
0.0217

18.750*

10.13

27.541*
0.791ns

3.89
3.89

14.213*

10.13

30.583*
0.083ns

3.89
3.89

14.714*

10.13

16.1388
*
0.410ns

3.89
3.89

11.224

10.13

20.101*
0.036ns

3.89
3.89

0.0278

0.0713

0.0536

Tehnik budidaya semprot merupakan suatu cara mensirkulasikan air laut yang digunakan
sebagi media budidaya (Pickering et al., 1994). Teknik ini

lebih menguntungkan karena

pengontrol kualitas air lebih mudah, pertukaran gas lebih efisien, relatif bebas dari predator, lumut
dan hama, serta mudah dipanen (Tegar., dkk..,2014). Kondisi lingkungan yang terkontrol selama
budidaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput laut.

475

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

Tabel 2. Uji BNT pertumbuhan G. gigas Harvey berdasarkan teknik semprot dan metode
Apung
.Perlakuan
Pertumbuhan (gram/hari)
7-14 hst
14-21 hst
21-28 hst
28-35 hst 35-42 hst
M1 ( Teknik
2.057b
b
b
b
b
1.223
1.660
2.045
2.160
Semprot)
1.747a
M2 (Metode Apung)
1.107a
1.452a
1.660a
1.793a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan pada uji BNT 5 %.
Menurut Irawati, MW., (2011), faktor-faktor pendukung yang di perlukan untuk mencapai
produksi yang maksimal diantaranya adalah jenis rumput laut yang bermutu, teknik budidaya yang
intensif dan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu air, salinitas, intensitas cahaya dan pH
perairan.
Hasil uji lanjut BNT (Tabel 3), pada umur 7 sampai 42 hst budidaya menggunakan sistim
tanam menunjukan pertumbuhan yang tidak sama. Sistim jaring tabung bertingkat, pertumbuhan
rumput laut Gracilaria gigas berbeda dengan sistim tali tunggal bertingkat. Hal ini terkait dengan
ruang tumbuh, penyerapan cahaya matahari, unsur hara yang cukup, dan juga faktor lingkungan
(suhu, alinitas, pH dan kecerahan) yang stabil. Cahaya matahari dan unsur hara yang lebih baik
mengoptimalkan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan meningkat. Menurut Insan, dkk.,
(2012), ruang tumbuh yang luas menyebabkan talus rumput laut tidak saling menutupi, sehingga
penyerapan cahaya matahari dan zat hara menjadi lebih baik dan pertumbuhan rumput laut optimal.
Menurut Mohammad RH, dkk. (2015), salah satu proses fisiologis yang penting pada rumput laut
adalah fotosintesis yang menghasilkan cadangan makanan dan oksigen. Cadangan makanan pada
jaringan meristematik lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan yang diawali dengan
morfogenesis. Morfogenesis pada rumput laut dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa kondisi
lingkungan perairan dan faktor internal yaitu komunikasi antar sel dan produksi hormon
pertumbuhan. Kepadatan talus dan penyerapan cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan berat
basah rumput laut, sehingga rumput laut yang memiliki kepadatan lebih rendah dan rumput laut
yang memiliki ruang lebih luas dalam menyerap cahaya matahari akan tumbuh lebih baik.
Tabel 3. Uji BNT pertumbuhan G. gigas Harvey berdasarkan sistim penanaman yang
berbeda
Perlakuan
Pertumbuhan (g/hari)
7-14 hst
14-21 hst
21-28 hst
28-35 hst
35-42 hst
S1
1.468a
2.033a
2.423 a
2.580 a
2.490 a
a
b
a
a
S2
1.143
1.495
1.830
2.010
1.950 a
b
b
b
b
S3
0.885
1.140
1.305
1.340
1.265 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan pada uji BNT 5 %.

476

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

Penggunaan sistem tanam yang tepat dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
rumput laut, pada penggunaan sistem jaring tabung bertingkat dapat memberikan kelebihan yaitu
rumput laut mempunyai ruang yang cukup untuk pertumbuhan,

terlindungi oleh jaring sehingga

dapat terhindar dari predator tetapi pada sistem tali tunggal bertingkat tidak ada tempat dan tidak
terlindung faktor lingkungan , yang mengakibatkan pertumbuhan rumput laut terhambat (Insan., AI
dkk, 2012).
Hasil pertumbuhan yang baik didukung oleh kondisi perairan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan produksi. Faktor lingkungan seperti kecerahan, derajat keasaman (pH), dan suhu
akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut Gracilaria gigas. Salah satu faktor lingkungan
adalah sinar matahari. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam perairan berhubungan erat
dengan kecerahan perairan tersebut. Menurut Sri, dkk., (2015) kecerahan ini menentukan
banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan yang nantinya cahaya tersebut
digunakan untuk proses fotosintesis. Pratiwi dan Ismail (2004), menyatakan bahwa dalam
pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis,
karena itu rumput laut hanya dapat tumbuh pada perairan yang memiliki kedalaman tertentu
dengan cahaya matahari yang mencapai dasar perairan.
Nilai pH yang terdapat di Tambak Randusangga Brebes mempunyai kisaran 7-8 Menurut
Insan AI., (2012), toleransi rumput laut terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain suhu air, oksigen terlarut daya menggabung asam dan adanya kation serta jenis dan
stadia organisme. Nilai pH yang rendah dapat meningkatkan konsentrasi CO2 bebas. Rumput laut
menggunakan CO2 karena tingginya laju fotosintesis saat nilai pH turun.
Suhu menyatakan bahwa suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis,
sampai pada suatu titik tertentu kecepatan fotosintesis akan meningkat seiring meningkatnya suhu
(Insan, dkk 2002). suhu yang sesuai untuk pertumbuhan Gracilaria berkisar antara 20-30°C.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Teknik Semprot dan metode Apung pada sistim tanam yang berbeda menunjukkan adanya
perbeda pada pertumbuhan Gacilaria gigas
2. Budidaya dengan Teknik Semprot yang menggunakan sistem jaring tabung bertingkat
menghasilkan pertumbuhan teringgi sebesar 2.8 g/hari

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DRPM Kemenristekdikti yang telah mendukung
penelitian ini dengan skim Produk Terapan tahun 2017.

477

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

DAFTAR PUSTAKA
Bayu. DP., R. Aryawati dan Isnaini, 2011. Laju Pertumbuhan Rumput Laut Garilaria sp dengan
Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan. Maspari J.
03(2011). 36-41.
Farah D., K. Nirmala dan DT Soelistyowati, 2014. Analisis Kulitas Rumput Laut Gracilaria gigas
pada Habitat Laut dan Tambak, Nusa Tenggara Barat. J.Ris. Akuakultur. 9 (1): 59-65.
Insan, A I , D. S. Widyartini, Sarwanto, 2012. Posisi Tanam Rumput Laut Dengan Modifikasi
Sistim Jaring terhadap Pertumbuhan dan Produksi Eucheuma cottonii di Perairan Pantura
Brebes. Jurnal Litbang Jawa Tengah., 11 (1): 125-133.
Insan, A I , D. S. Widyartini, Sarwanto, 2006. Budidaya Gracilaria vericossa dengan Berbagai
Metode pada Perairan Tambak dan Pantai di Kecamatan Ayah-Kebumen. Majalah Ilmiah
UNSOED, (1) : 0126-2475.
Insan, A.I., Sulastri, A., dan Dwi, S.W. 2002. Pengaruh Metode Budidaya Rumput Laut terhadap
Produksi dan Kandungan Karaginan Kappaphycus alvarezii Dotty di Perairan Cilacap.
Biosfera, 19: 45-49.
Irawati MW., 2011. Produksi Gracilaria verrucusa yang Dibudidayakan di Tambak dengan Berat
Bibit dan Jarak Tanam yang berbeda. J. Agrisains. 12(2): 57-62.
Mansyur, A., Utojo dan Muharijadi, A. 2003. Pengaruh Perbedaan Metode Penanaman Terhadap
Pertumbuhan Rumput Laut G. verrucosa di Tambak Percobaan Marana, Maros, Sulawesi
Selatan. Balai Penelitian PerikananBudidaya Pantai, Maros.
Mohammad RH, S Rejeki dan R Wisnu, 2015. Pengaruh bobot Awal Terhadap Pertumbuhan
Gacilaria sp yang dibudidayakan dengan Metode Long Line Di Perairan Tambak Terabrasi
Deda KaliKwiling Kabupaten Brebes.Aquaculture Management and Technology; Vol. 4 (2):
92-99
Pratiwi, E., dan W. Ismail. 2004. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Pulau Pari. Warta. X
(2) : 11-15.
Pickering, T. D., M. E. Gordon and L. J. Tong. 1994. A. Preliminary Trial of Spray Culture
Technique for Growing The Agorophyte Gracilaria chilensis. Aquaculture 130: 43-49.
Ratnawati., E., A. Mustofa dan Rachmansyah. 2008. Faktor Status Pembudidaya, Kondisi dan
Pengelola tambak yang berpengaruh terhadap Produksi Rumput Laut (Gracilaria virrucosa)
di Tambak Tanah Sulfat masam, Kabupaten Lawu Utara, Proprinsi Sulawesi Selatan. J. Ris.
Akuakultur 3 (2) : 275-287.
Rohama D, SRH Mulyaningrum dan M Tjaronge. 2014. Analisa Kualitas Air yang Berpengaruh
Terhadap Pertumbuha Rumput Laut Gracilaria verrocosa Hasil Kultur Jaringan di Tambak.
Proseding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 479-483
Sri RHM, A Parenrengi dan E Suryati., 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Rumput
Laut Gacilaria verrucosa dan Gacilaria gigas pada Aklimatisasi di Tambak . Ilmu Kelautan .
20(3): 135-142
Setiyanto D, I Efendi dan KJ Antara., 2008. Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii var Maumare, var
Sacol dan Eucheuma cottonii di perairan Musi Buleleng. J Ilmu Kelautan. 13 (3): 171-176.

478

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18

November 2017
Purwokerto

Tegar AS, S Rejeki dan RW Aryati., 2014. Pengaruh cara memperoleh Bibit hasil Seleksi, Non
seleksi dan Kultur jaringan terhadap Pertumbuhan, Kandungan Agar dan Gel StrengtRumput
Laut Gracillaria vericosa yang dibudidayakan dengan Metode Broadcast di Tambak, Journal
of Aquaculture Management and Technologi., 3 (2). 18-24,
Tjaronge, M. 2005. Polikultur Rumput Laut Gracilaria sp. dan Ikan Bandeng Chanos chanos
dengan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.11 : 79-85.
Utojo., A. Mansyur., B. Pantjara dan AM. Pirzan., 2008. Kondisi Lingkungan Perairaan Teluk
Mallasoro yang Layak untuk Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp.
J. Ris. Akua. 2 (2) : 243-255.
Widyartini, D. S. dan A. I. Insan,. 2007. Meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput laut
Gracilaria gigas Melalui Modifikasi Sistem Jaring (Studi kasus: di Perairan Nusakambangan
Cilacap). Oseana XXXII (4) : 13-20.
Yusuf, R., Mira, dan A. Zamroni. 2005. Analisis Potensi Pasar Rumput Laut di Indonesia. Jurnal
Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 1 (1): 101-111.

479