STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh : Eriska Ayu Setyawati

H 0808021

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

yang dipersiapkan dan disusun oleh: ERISKA AYU SETYAWATI

NIM. H0808021

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 25 Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002

Anggota I

Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 2 001

Anggota II

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si NIP. 19671012 199302 1 001

Surakarta,

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta dan juga Dosen penguji yang telah memberikan masukan, arahan, dan petunjuk kepada penulis.

4. Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

5. Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada penulis.

6. Ir. Suprapto selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas masukan, arahan, serta bimbingannya kepada penulis.

7. Ir. Rina Uchyani F., MS selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

commit to user

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

9. Pemerintah Daerah Kota Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, Badan Pusat Statistik Kota Depok, serta seluruh pihak yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.

10. Bapak dan Ibuku, Paidjo dan Sri Wartini tercinta yang telah memberi segenap perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, perlindungan, dukungan materi dan spiritual kepada penulis.

11. Kakakku tercinta Inggar Prasetya yang telah memberikan bantuan, doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

12. Seluruh keluarga besar Noto Wiyono tersayang.

13. Keluarga Besar Agribisnis 2008 yang telah memberi doa dan semangat untuk terus berjuang. Empat tahun bersama sungguh memberi warna tersendiri dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa memberikan kesuksesan untuk kita semua. Amin.

14. Sahabatku tercinta para kurcaci Tami, Lita, Ocha, Ka Rio, Ka Marco, dan Ka Bimo atas waktu yang telah kita habiskan bersama sebagai perantau.

15. Sahabatku mba dyna, mba memey, mba tita dan mba cupu yang tersayang.

16. Teman-temanku di Strategy Club 2008 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

e. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP .......................... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 93

A. Kesimpulan ................................................................................................. 93

B. Saran ........................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96 LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

commit to user

DAFTAR TABEL

1 Kandungan Nutrisi Belimbing Manis ...........................................

11

2 Model Analisis Matriks SWOT ....................................................

24

3 Produksi Buah Belimbing tahun 2005-2009 Menurut Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat ..............................................

33

4 Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2009 ......

33

5 Matrik Internal-External ...............................................................

7 Luas Wilayah dan Presentase menurut Kota Depok Tahun 2010 ................................................................................................

46

8 Luas Lahan di Kota Depok dan Pemanfaatannya Tahun 2010

.........................................................................................................

49

9 Pertumbuhan Penduduk Kota Depok Tahun 2007-2011 ……

50

10 Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Depok (dalam jiwa) tahun 2011 ....................................................

51

11 Banyaknya Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Depok 2011 ...........................................................................

53

12 Luas dan Produksi Tanaman Bahan Makanan di Kota Depok Tahun 2010 .....................................................................................

52

13 Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Stasiun Kerata Api di Kota Depok ................................................................................

54

14 Panjang Jalan Menurut Status Pemerintah yang Berwenang dan

15 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kota Depok Tahun 2010-2011 ............................

55

16 Dosis pemupukan Buah berdasarkan SOP ...................................

61

17 Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok ………………………………………………………..

64

18 Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Belimbing Dewa Pada Luas Lahan 0,5 Ha Pada Usia Pohon >15 Tahun Untuk Satu Musim Panen ……………………………………

66

19 Matriks Internal Factor Evaluation ……………………………..

83

20 Matriks Eksternal Factor Evaluation ……………………………

85

21 Alternatif Strategi Matriks SWOT …………………………. 88

22 Matriks Quantitave Strategic Planning Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok Petani di Kabupaten

91

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Strategi pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok .....................................................................................

Alur Pemasaran Belimbing Dewa di Kota Depok ................

Halaman

28

69

commit to user

No.

Lampiran 1. Lampiran 2.

Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.

Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8.

Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12.

Judul

Tabulasi Jawaban Responden untuk Penentuan weight (Bobot) ......................................................

Analisis Biaya ........................................................................ Penerimaan .............................................................................. Analisis Pendapatan Usahatani .............................................. Daftar Pertanyaan Faktor Internal dan Eksternal ................. Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal dan

Eksternal .................................................................................

Penentuan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal ..................................................................................

Penentuan Prioritas Strategi ................................................... Identitas Responden ............................................................... Dokumentasi Penelitian ......................................................... Peta Kota Depok .....................................................................

Surat Ijin Penelitian................................................................

Halaman

99 100

101 103 104

109

111 113 115 116 117 118

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh : Eriska Ayu Setyawati

H 0808021

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

Eriska Ayu Setyawati, H0808021. “Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok”. Dibimbing oleh Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si dan Ir. Suprapto. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Indonesia adalah negara agraris dengan beragam agroklimat. Hal ini memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun subtropis. Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Agribisnis belimbing dewa merupakan usaha agribisnis yang memiliki prospek yang baik, namun dalam menjalankan agribisnis belimbing dewa masih mengalami kendala. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), merumuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif analitik. Metode penentuan lokasi penelitian secara purposive (sengaja) yaitu Kecamatan Pancoran Mas sebagai penghasil belimbing dewa terbesar di Kota Depok. Jenis dan sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, pencatatan dan observasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) Analisis SWOT, (2) Matriks SWOT, dan (3) QSPM (Matriks Quantitave Strategic Planning).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kekuatan utama dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah lokasi Kota Depok yang strategis dekat dengan daerah pemasar dan akses transportasi yang mendukung. Kelemahan utamanya adalah kuantitas buah yang masih rendah. Peluang pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa dan permintaan buah belimbing yang semakin meningkat, sedangkan ancaman bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah semakin berkurangnya lahan pertanian. (2) Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu: (a) Pengoptimalan kapasitas produksi dengan penerapan SOP, (b) pembentukan agrowisata perkotaan, (c) Pengembangan kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan, (d) peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan SOP, (e) Petani melakukan usaha pembibitan. (f) Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian, (g) Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan modal, (h) Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal. (3) Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok adalah (1) pemanfaatan perkarangan semaksimal mungkin dengan nilai TAS (Total Atractiveness Score) 7,013 , (2) Petani melakukan usaha pembibitan nilai TAS 5,079 , (3) Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian dengan nilai TAS 3,979 .

commit to user

Eriska Ayu Setyawati, H0808021. “The Strategy of Developing Dewa Star Fruit Agribusiness in Depok”. Advisors: Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si and Ir. Suprapto. The Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University of Surakarta.

Indonesia is an agrarian country with multiple agroclimate. This condition allows the development of various plants both tropical and subtropical horticultural crops. Horticultural commodities have high economic value to horticulture agribusiness that can be a source of income for the society. The agribusiness of dewa star fruit is a kind of agribusiness that has a good prospect, though, there are still have a problem in doing this business. Therefore, this study aims at identify the internal factors (strengths and weaknesses) and external (opportunities and threats), to formulate alternative strategies and priorities of the strategy that can be applied in the development of dewa star fruit agribusinesses in Depok.

The method used in this study is a descriptive analytic. Then, the method of determining the location of this study is used purposive (deliberately) in the District of Pancoran Mas as the largest producer of dewa star fruit in Depok. The types and sources of data used in the form of primary and secondary data which is collected by interview techniques, recording and observation. Data analysis methods used in this study are (1) SWOT Analysis, (2) SWOT Matrix, and (3) QSPM (Matrix Quantitave Strategic Planning).

The results showed that (1) a major force in the development of dewa star fruit agribusinesses is the strategic location of Depok which is close to the marketers and support by transportation access. On the contrary, the main weakness is the quantity of fruit that is low and less of labor. The opportunities of dewa star fruit agribusiness development is the natural potential that is very suitable for the cultivation and the increasing order of this fruit, while the threat to the development of this fruit is the decreasing availability of agricultural land. (2) The alternative strategies that can be applied in the development of dewa star fruit agribusiness in Depok, such as: (a) optimising production capacity through the implementation of SOP, (b) establishing urban ecotourism, (c) developing institutional of farmers in order to get access to a financial institution, (d) increasing the role of counsellor in guiding business management and doing observation frequently to apply SOP, (e) the farmer is conducting the breeding, (f) increasing the quality and quantity of dewa star fruit through agricultural intensification, (g) increasing human resources and strengthening the capital, (h) implementing the land maximally. (3) The priority of strategies that can be applied in the development of dewa star fruit agribusinesses in Depok are (1) the utilization of the land closely as possible with the TAS (Total Atractiveness Score) 7,013 , (2) the farmer conducting the breeding (seeding) with the TAS 5,079 , (3) the improvement quality and quantity of dewa star fruit by the intensification of agriculture with the TAS 3,979 .

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut dikarenakan wilayah Indonesia berbentuk kepulauan dengan topografi bergunung-gunung, sehingga sangat cocok untuk ditanami berbagai macam tanaman baik itu tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan inilah, maka sektor pertanian merupakan sektor penting bagi perekonomian Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk untuk menghasilkan pendapatan.

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) dalam bidang hortikultura menunjukkan bahwa perkembangan produksi buah-buahan di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2007 produksi buah-buahan sebesar 16.011.739 ton dan kemudian naik menjadi sebesar 17.462.706 ton pada tahun 2008. Tetapi dalam jangka waktu tiga tahun jumlah produksi buah-buahan tetap mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2009 jumlah produksi buah turun menjadi 15.487.170 ton dan pada tahun 2010 jumlah produksi buah juga mengalami penurunan menjadi 15.013.113 ton, namun pada tahun 2011 produksi buah meningkat menjadi 517.725.821 ton.

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan tanaman biofarmaka) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan

commit to user

yang terus meningkat. Sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu ujung tombak kebangkitan perekonomian di Indonesia yang belum pulih dari krisis. Menurut saragih (2003), agribisnis akan tampil menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Agribisnis mampu mengakomodasikan tuntutan agar perekonomian nasional terus bertumbuh dan sekaligus memenuhi prinsip kerakyatan, keberlanjutan dan pemerataan baik antar individu maupun antar daerah. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembangunan sistem dan usaha agribisnis dipandang sebagai bentuk pendekatan yang paling tepat bagi pembangunan ekonomi nasional.

Agribisnis belimbing dewa memiliki prospek yang cerah. Buah yang berwarna kuning-orange keemasan, mengandung vitamin C dan A yang cukup tinggi. Belimbing dewa memang berbeda dari belimbing jenis lain karena besarnya buah dapat mencapai 0,8 Kg per buah, kadar air yang dikandungnya cukup tinggi, sehingga kesegarannya dapat bertahan lama, sekitar satu minggu. Sedangkan belimbing jenis lain, hanya dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Belimbing merupakan salah satu komoditas buah unggulan Kota Depok, bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu maskot kota ini. Usahatani belimbing dewa di Kota Depok juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.

Menurut Cahyono (2010) prosepek berkebun belimbing manis sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kesukaan (prefensi) masyarakat terhadap belimbing manis semakin meningkat. Besarnya permintaan belimbing di beberapa daerah seperti Jakarta belum mampu dipenuhi sebanyak 1.200-1.500 ton per tahun, sedangkan untuk daerah Jabodetabek dan Bandung permintaan pasar belimbing adalah 6.119,18 ton (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Permintaan pasar belimbing manis akan terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, makin baiknya pendapatan masyarakat, dan makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. Disamping itu, dewasa ini dengan

commit to user

meningkatkan permintaan bahan baku buah-buahan di pasaran.

Usahatani belimbing dewa juga dapat dijadikan sumber pendapatan bagi masyarakat di Kota Depok. Lahan di Kota Depok yang sangat terbatas menjadikan lahan yang dimiliki petani juga terbatas, hanya beberapa petani saja yang memiliki lahan yang luas. Rata-rata petani belimbing dewa memanfaatkan perkarangannya untuk melakukan usaha budidayanya.

Salah satu bentuk perhatian pemeritah Kota Depok dalam pengembangan buah-buahan khususnya belimbing yaitu pengembangan agribisnis perkotaan. Pembangunan pertanian di Kota Depok saat ini diarahkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan nilai tambah, dengan didukung oleh sumber daya daerah dan pemanfaatan teknologi. Visi Dinas Pertanian Kota Depok Tahun 2007-2011 adalah “Mewujudkan Pertanian Perkotaan yang Mensejahterakan Petani dan Masyarakat”, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kota Depok cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota melalui sektor pertanian di perkotaan.

Bentuk dukungan nyata Pemerintah Kota Depok dalam mewujudkan belimbing sebagai ikon kota yaitu dengan mendirikan Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). Tugas utama pendirian PKPBDD adalah menjalankan fungsi pemasaran belimbing yang berpihak pada petani. PKPBDD juga diarahkan untuk berperan sebagai lembaga yang membantu petani dalam permodalan dan membimbing petani dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Secara ekonomi, kontribusi komoditas belimbing terhadap pendapatan asli daerah cukup bisa diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 2.818- 3.000 ton per tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas belimbing ini berkisar 17-18 Miliar rupiah pertahun (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2007). Hal ini menunjukkan adanya potensi agribisnis belimbing dewa untuk dikembangkan di Kota Depok. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

commit to user

B. Perumusan Masalah

Sistem usahatani budidaya tanaman buah-buahan Indonesia masih didominasi oleh masyarakat (perkebunan kecil). Pohon buah-buahan masih ditanam oleh petani di halaman rumah dengan jumlah yang relatif terbatas. Penguasaan teknologi budidaya tanaman oleh petani perlu ditingkatkan, sehingga antara faktor iklim dengan teknologi budidaya tanaman dapat sinergis dalam meningkatkan produktivitas buah-buahan.

Sebagian besar petani hanya berkiprah di bidang usaha tani tingkat produsen (on-farm) dengan nilai tambah atau keuntungan yang relatif kecil. Petani belum mengenal dan mengetahui pasar sehingga posisi tawar mereka sangat lemah. Sementara subsistem pengolahan dan pemasaran (off-farm) cenderung tidak ditangani oleh petani tetapi oleh pedagang atau pebisnis lainnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan buah-buahan nasional dialami pula pada komoditas belimbing. Negara yang telah memperkenalkan produk unggulan belimbing ke pasar internasional adalah Malaysia dan Australia, padahal ada dua kawasan di Indonesia yang identik dengan belimbing yaitu Pasar Minggu di Jakarta Selatan dan Demak di Jawa Tengah. Honey Star Fruit adalah andalan ekspor Malaysia untuk pasar Asia dan Eropa, sedangkan Australia sudah mulai pula mengembangkan budidaya belimbing lebih baik daripada di Indonesia. Australia telah mengembangkan

klon-klon unggulannya (Anonim a , 2008).

Belimbing Depok yang selama ini beredar dipasaran dan merupakan tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit. Hal ini dikarenakan lahan pertanian di Kota Depok yang sangat terbatas sehingga diharapkan pemanfaatan lahan perkarangan semaksimal mungkin sehingga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Belimbing dewa dapat dijadikan promosi keunggulan daerah, apabila terintegrasi dengan baik salah satunya melalui peran kelembagaan, bahkan dapat memiliki nilai jual dan pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya.

commit to user

menjalankan sistem agribisnis belimbing dewa. Permasalahan pada usahataninya yaitu petani belum bisa menerapkan sepenuhnya Standard Opertional Procedure (SOP) yang sudah diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok dan. Petani belum bisa menerapkan SOP secara penuh diduga karena modal yang dimiliki petani terbatas dan pengetahuan petani dalam usahatani tanaman belimbing dengan penerapan SOP masih rendah. Petani kurang memperhatikan kualitas belimbing khususnya ukuran dan rasanya. Akibat dari kondisi ini belimbing yang dihasilkan kualitas dan kuantitasnya rendah.

Pada subsistem layanan pendukung permasalahan yang dihadapi yaitu keanggotaan petani dalam PKPBDD (Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok) masih rendah, padahal peranan PKPBDD dalam peningkatan keanggotaan petani dan kesejahteraannya cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD lebih menguntungkan petani dibandingkan harga pembelian oleh tengkulak yang menggunakan sistem pembelian perbuah.

Meskipun harga penerimaan PKPBDD tinggi tetapi petani belum bisa menjual hasil panen sepenuhnya kepada PKPBDD. Petani belimbing sangat terikat kepada tengkulak diduga disebabkan karena masih memiliki keterbatasan modal untuk menjalankan operasional usahataninya sehingga sering melakukan pinjaman kepada tengkulak dan hubungan kekerabatan petani dengan tengkulak sangat dekat .

Kegiatan-kegiatan (usaha) dalam sistem agribisnis memiliki kekuatan dan peluang, tetapi juga dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan-kelemahan maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota depok. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

commit to user

2. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) bagi agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

3. Alternatif strategi apa saja yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

4. Prioritas strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok adalah:

1. Mengetahui sistem agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

2. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

3. Diperoleh alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

4. Diperoleh prioritas strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pelaku agribisnis belimbing dewa, penelitian ini dapat menambah referensi dalam pengambilan keputusan pengembangan usaha.

3. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun program yang terkait dengan pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Adiyanto (2011) mengenai Strategi Pengembangan Produksi Buah Naga Merah di Kabupaten Sukoharjo, buah naga merah memiliki kesamaan karakteristik dengan buah belimbing yaitu keduanya termasuk tanaman hortikultura yang dapat tumbuh di dataran rendah dan sebagai tanaman perkarangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan produksi buah naga merah di Kabupaten Sukoharjo adalah:

1. Melakukan manajemen dana pinjaman dari KUB PTS dan adopsi teknologi peningkatan produksi guna mendukung peningkatan hasil buah naga merah.

2. Menjaga hubungan dengan mitra bisnis dan penyedia sarana produksi serta pemanfaatan sumber daya alam yang ada untuk menunjang perluasan lahan budidaya dengan dukungan pemerintah.

3. Optimalisasi pemberdayaan dan pelatihan, peningkatan fungsi control, serta perbaikan sarana dan prasarana lokasi budidaya.

4. Membentuk tim pengendalian teknis serta peningkatan pemasaran hasil produk olahan buah naga merah melalui promosi produk unggulan spesifik lokasi disertai dengan koordinasi antara instansi yanbg terkait dalam rangka permodalan dan pengembangan pasar produk olahan buah naga merah.

5. Menjaga hubungan baik antar petani dalam urusan permodalan, teknis budidaya dan penjualan hasil produksi, dan memeberikan pendampingan teknis budidaya yang menguntungkan agar petani semakin percaya.

6. KUB-PTS sudah saatnya, memanfaatkan informasi untuk mengetahui teknologi modern dalam budidaya dan promosi keunggulan buah naga merah.

commit to user

teknis melalui kegiatan pembinaan rutin untuk memaksimalkan dan menjaga kontinuitas produksi serta daya saing buah naga merah.

8. Menjalin kerjasama dengan masyrakat sekitar dalam rangka menjaga keharmonisan dan menambah kesempatan kerja.

Menurut Yulistia (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Peserta Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Primatani itu sendiri adalah suatu konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani Belimbing Dewa dapat disimpulkan bahwa pengaruh hadirnya Primatani di Kota Depok belum memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan petani peserta Primatani. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh inovasi teknologi saja tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi awal sebelum Primatani hadir seperti jarak tanam yang digunakan sehingga berpengaruh pada jumlah pohon yang ditanam dan kondisi air tanah yang berbeda di kedua lokasi penelitian. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani non Primatani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani Primatani. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun petani Primatani dengan umur pohon 5-9 tahun dan 10-15 tahun adalah sebesar Rp113.631.847,50 dan Rp166.429.243,10. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun pada petani non Primatani dengan umur pohon 5-9 tahun dan 10-15 tahun adalah sebesar Rp142.801.521,80 dan Rp232.608.691,69.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Belimbing

Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan (botani), belimbing manis dikenal dengan nama Averrhoa carambola L.. Bersama belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), belimbing manis berasal dari keluarga oxalidaceae, marga Averrhoa. Walau demikian, kedua tanaman buah ini tidak

commit to user

tanaman buah. Lebih banyak mayarakat yang membudidayakan belimbing manis, baik untuk sekedar hobi maupun sebagai usaha komersial,

dibanding membudidayakan belimbing wuluh (Anonim a , 1992). Belimbing atau carambola adalah buah tropis yang populer dari timur. Belimbing memiliki rasa yang manis dan sedikit asam, sukulen dan banyak mengandung air dengan daging yang menarik dan rasa yang khas. Carambola (Averrhoa carambola L.) berasal dari keluarga Oxalidacceace. Belimbing banyak dibudidayakan di negara tropis dan subtropis di dunia, seperti Indonesia, Israel, Malaysia, Florida dan negara dari Amerika Tengah. Belimbing memiliki daging buah, sangat menarik dalam penampilan, dan memliki bentuk yang khas dengan 5 rusuk longitudinal, yang memberikan bentuk bintang pada bagian silang, kulitnya tipis, lunak dan berwarna kekuningan (Abdullah, 2011).

Berdasarkan ilmu tumbuhan, tanaman belimbing manis diklasifikasikan berikut:

Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Division

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisio

: Angiosspermae (berbiji tertutup)

Clasiss

: Dicotyledoneae (biji berkeping dua)

Sub class

: Monoclamydea (Apetalae)

Ordo

: Geraniales/Gruinales

Familia

: Oxalidaceae (belimbing-belimbingan)

: Averrhoa carambola Linn

Belimbing dewa merupakan varietas lokal yang juga banyak terdapat di DKI Jakarta dan Depok. Tanaman berhabistus, pohon tidak terlalu besar, rimbun, daun berwarna hijau muda dan bentuk daun ramping. Buah berukuran besar dengan bobot 350-500 gr. Buah berukuran panjang berkisar antara 10-15 cm dan berbentuk lonjong. Buah yang

commit to user

hijau. Buahnya memiliki rasa manis yang segar (Cahyono, 2010).

Tanaman belimbing memiliki beberapa kelebihan dibanding tanaman lain, yaitu :

a. Dapat dibudidayakan di kebun atau pekarangan atau pot serta mampu berbuah lebat

b. Cepat berbuah dan setelah berbuah pertama kali cenderung berbuah lagi secara terus menerus

c. Rasa manisnya bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya Buah belimbing merupakan sumber antioksidan alami yang baik, dan antioksidan dalam belimbing ditemukan menjadi proanthocyanidins, (À)- epi- katekin dan vitamin C (Shui & Leong, 2005). Buah belimbing manis memiliki khasiat untuk kesehatan manusia, diantaranya ialah sebagai menurunkan tekanan darah fungsi, memperlancar pencernaan, menurunkan kadar kolestrol darah yang tinggi, mencegah penyakit tumor dan kanker, anti inflamasi, peluruh kencing (diuretik), wasir, peluruh luar, obat batuk, demam, sakit tenggorokan, mengobati pembesaran limpa akibat penyakit malaria, cacar air, kencing batu, mencegah sariawan, gondong, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Adanya khasiat-khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya yang sangat mendukung kesehatan tubuh manusia. Tabel 2 memberikan gambaran tentang kandungan nutrisi dalam buah belimbing manis.

commit to user

Nutrisi

Kandungan

Kalori (energi) 36,00 kal Protein

0,50 g Lemak

0,70 g Karbohidrat

7,70 g Kalsium

8,00 mg Fosfor

22,00 mg Serat

0,90 g Besi

0,80 g Vitamin A

18,00 RE Vitamin B 1

0,03 mg Vitamin B 2 0,02 mg Vitamin B 3 0,40 mg

Vitamin C 33,00 mg Air

90,00 g Sumber : Cahyono, 2010

Syarat tumbuh belimbing antara lain :

a. Untuk pertumbuhan dibutuhkan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.

b. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali me- nyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.

c. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45-50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).

d. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah),

B (agak basah), C (basah), dengan 6-12 bulan basah dan 0-6 bulan kering, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.

Media tanamnya, bisa tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, pHnya 5,5-7,5, kandungan air dalam tanah 50-200 cm dibawah permukaan tanah, serta aerasi dan drainasenya baik. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl ( Departemen Pertanian. 2011).

commit to user

2. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

Sistem agribisnis belimbing dewa adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Firdaus, 2008).

Menurut Saragih (2000) sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem utama dan satu subsistem penunjang, yaitu:

a. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi dilakukan oleh perseorangan, pengusaha swasta, koperasi, dan lembaga pemerintah. Aspek yang diperhatikan dalam subsistem sarana produksi adalah macam sarana produksi yang digunakan dan ketersediaan.

b. Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat- obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan. Pelaku dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha perkebunan, dan pengusaha tanaman hias. Aspek yang diperhatikan dalam produksi atau usahatani belimbing dewa adalah biaya, penerimaan dan pendapatan.

c. Subsistem agibisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta

commit to user

internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Perdagangan merupakan rangkaian kegiatan mulai pengumpulan produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. perdagangan mencakup tataniaga produk olahan yang menggunakan produk usahatani sebagai bahan baku. Pelaku dalam subsistem ini terdiri dari pengumpul produk, pedagang dan penyalur pada konsumen. Aspek yang yang diperhatikan dalam pengolahan hasil adalah macam pengolahan dan ketersediaan bahan baku, sedangkan aspek yang diperhatikan dalam pemasaran adalah alur pemasaran, segmentasi pasar, permintaan dan penawaran.

d. Subsistem keempat ini dikenal sebagai subsistem penunjang. Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya). Aspek yang diamati dalam kelembagaan adalah peran atau konstribusi serta jenis pembinaan yang dilakukan.

Menururt Suprapto (2000) strategi pengembangan agribisnis antara lain: (1) mengembangkan komoditas unggulan, (2) menumbuh kembangkan kawasan industri pertanian pada sentra-sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan, (3) meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi dan penanganan mutu produk serta kemasannya, (4) menumbuhkembangkan

wirausaha

dibidang

agribisnis, (5) menumbuhkembangkan teknologi tepat guna berwawasan lingkungan, (6) menumbuhkembangkan industri-industri pendukung agribisnis, dan (7)

commit to user

penggerak agribisnis. Untuk memaksimalkan strategi tersebut diperlukan dukungan antara lain: (1) kebijakan pemerintah yang konsisten melalui perbaikan iklim usaha sehingga pelaku agribisnis dapat mengembangkan usahanya, (2) peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana seperti angkutan dan jalan desa, peningkatan fasilitas pergudangan yang

memadahi, dan (3) peranan teknologi (Anonim b , 2008).

Kualitas sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan agribisnis dalam memasuki persaingan global. Untuk itu perlu pengembangan kualitas dan kuantitas menejer profesional yang berwawasan global baik untuk skala kecil maupun menengah dan peningkatan kemampuan kelembagaan petani-nelayan seperti Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA), Koperasi Agribisnis Komoditas Unggulan (KOPAKU), kemitraana antara petani-nelayan dengan

pengusaha penyedia modal, pemasaran dan pengolahan (Anonim c , 2009).

3. Manajemen Usahatani

a. Usahatani Belimbing

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2008).

Di Indonesia hingga dewasa ini pengembangan budidaya belimbing manis umumnya masih terbatas dalam bentuk penanaman di perkarangan (kultur pekarangan), baik di lahan perkarangan sempit di perkotaan maupun di pemukiman perumahan sederhana di pinggiran kota, ataupun di lahan perkarangan yang cukup luas di pedesaan. Penanaman pohon belimbing manis dilahan perkarangan lebih banyak difungsikan sebagai pohon peneduh atau pohon pelindung sekaligus menghasilkan buah untuk konsumsi. Sementara itu, pengembangan

commit to user

dijumpai. Padahal, belimbing manis dikebunkan secara komersial dapat member keuntungan yang besar. Karena selain memliki pasar yang baik, harganyapun juga cukup mahal, yaitu antara Rp. 7.000,00 – Rp. 15.000,00/kg, tergantung dari kualitasnya (Cahyono, 2010).

b. Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan tanaman hingga diperoleh hasil pertanian dan untuk ongkos pasca panen, bahkan sampai hasil pertanian tersebut dapat terjual. Disini termasuk pembelian barang-barang dan pembayaran jasa pihak ketiga, baik itu di dalam maupun diluar usahatani (Rahardi et all, 1994).

Menurut Prasetya (2008), biaya usahatani akan mempunyai peranan cukup penting dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, dapat mempengaruhi petani dalam pertimbangan memilih dan menentukan cabang usahatani yang akan diusahakannya. Biaya usahatani yang harus dikeluarkan digolongkan menjadi :

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi (pajak, penyusutan alat-alat produksi, sewa tanah, dan lain-lain).

2. Biaya varibel (variable cost) adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki (bibit, makanan ternak, biaya pengembalaan, pembelian sarana produksi, bahan bakar untuk traktor, pompa air, dan lain-lain).

3. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang terdiri dari pengeluaran untuk pembelian pupuk, pembelian obat-obatan, pembelian bibit, pembelian makanan ternak, pajak, upah tenaga kerja luar, dan lain- lain.

commit to user

penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, penyusutan modal, dan lain-lain.

5. Biaya yang tidak langsung adalah biaya yang tidak langsung digunakan dalam proses produksi (penyusutan modal tetap, dan lain-lain).

Besar dan kecilnya suatu biaya produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, anatara lain : (1) besar kecilnya usahatani; (2) efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja, alat-alat dan sarana produksi; (3) produktivitas komoditas bersangkutan; dan (4) cara pemasaran.

c. Penerimaan

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan biaya (pengorbanan) yang harus dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1995). Menurut Departemen Pertanian (2011), penerimaan usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan produksi dengan harga yang berlaku saat itu.

d. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan mempunyai fungsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha tani. Sisa dari pendapatan usahatani merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan unuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahatanianya (Prasetya, 2007).

commit to user

e. Modal

Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.

4. Pemasaran dan Pengolahan Hasil

Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya) (Sudiyono, 2004).

Soekartawi (2001), mengungkapkan beberapa penyebab mengapa rantai pemasaran hasil pertanian menjadi panjang dan produsen (petani) sering dirugikan adalah :

1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna

2. Lemahnya informasi pasar

3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar

4. Lemahnya posisi produsen (petani) yntuk melakukan penawaran untuk mendapatkan harga yang baik

5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena

commit to user

sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaranserta memenuhi serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono, 2004).

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegitan agribisnis setelah produk pertanian. Banyak pula dijumpai petani tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena dapat meningkatkan nilai tambah.

Komponen pengolahan hasil pertanian, menurut Soekartawi (2001), menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

a. Meningkatkan nilai tambah

b. Meningkatkan kualitas hasil

c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

d. Meningkatkan keterampilan produsen

e. Meningkatkan pendapatan produsen.

5. Kelembagaan

Keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya meningkatkan integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung agribisnis indonesia adalah pemerintah, lembaga pembiayaan, lembaga pemasaran dan distribusi, koperasi, lembaga pendidikan formal dan non formal, lembaga penyuluh pertanian lapangan dan lembaga penjamin dan penaggung risiko (Handayani, 2007).

Pengembangan kelembagaan pertanian baik itu kelompok tani atau koperasi bagi petani sangat penting terutama dalam peningkatan produksi dan kesejahteraan petani, dimana: (1) Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar mereka baik dalam memasarkan hasil

commit to user