MODEL EVALUASI REFLEKTIF KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA

MODEL EVALUASI REFLEKTIF KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA

1)

Monika Gultom, 3) Sumarno, Suwarsih Madya,

2)

1)

Universitas Cenderawasih Jayapura, 2,3) Universitas Negeri Yogyakarta

1)

monikagultom27@gmail.com, 3) suwarsihm@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model evaluasi reflektif kurikulum rumpun mata kuliah keahlian pendidikan bahasa Inggris untuk memotret penuangan nilai-nilai karakter bangsa di dalam kelas. Penelitian pengembangan ini menggunakan pendekatan campuran dalam lima tahap, yaitu studi awal, pendefinisian, perancangan, peragaan, dan pengembangan. Penetapan konstuk dilakukan melalui penilaian pakar, dengan subyek penelitian dosen dan mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris yang ada di DIY. Penentuan koefisien reliabilitas instrumen evaluasi menggunakan program SmartPLS Versi 2.0.M3 dan uji kelayakan model dengan program GeSCA. Hasil penelitian menyimpulkan: (1) model evaluasi yang dikembangkan didukung oleh lima instrumen evaluasi; (2) validitas, reliabilitas, dan kepraktisan instrumen evaluasi telah teruji melalui kegiatan FGD, teknik Delphi, dan analisis faktor konfirmatori non-parametrik; (3) koefisien reliabilitas komposit kelima instrumen adalah sebesar 0,93; 0,91; 0,95; 0,95; dan 0,86; (4) hasil uji kelayakan model menunjukkan model didukung oleh data ditunjukkan oleh nilai GFI 0,99 dan SRMR 0,06; 5) Pedoman penggunaan model dalam bentuk panduan evaluasi.

Kata kunci : pengembangan model evaluasi kurikulum, karakter bangsa

MODEL OF REFLECTIVE CURRICULUM EVALUATION OF ENGLISH LANGUAGE EDUCATION IN DEVELOPING NATIONAL CHARACTER

1)

Monika Gultom, 3) Sumarno, Suwarsih Madya

2)

1)

Universitas Cenderawasih Jayapura, 2,3) Universitas Negeri Yogyakarta

1)

monikagultom27@gmail.com, 3) suwarsihm@yahoo.com

Abstract

This study aimed to develop a model of reflective curriculum evaluation at the English Education Study Program that portrayed the delivery of the values of national character in the classroom. This development study used mixed approach carried out in five phases: initial study, defining, designing, demonstrating, and developing. The constructs of instruments were developed based on expert judgments; the subjects were lecturers and students of English Language Education Study Program in four universities in Yogyakarta Special Territory. The composite reliability coefficient of the instruments was analyzed by SEM program of SmartPLS Version 2.0.M3 and test of fit model by GeSCA. The result of the study concluded: 1) the developed model evaluation was supported by five instruments of evaluation; 2) validity, reliability, and its implementation had been verified through FGD, Delphy techniques, and non-parametric confirmatory factor analysis; 3) the composite reliability coefficient of the five instruments was 0.93, 0.91, 0.95, 0.95, and 0.86; 4) the result of the test of fit model indicated that model was supported by the data with GFI 0.99 and SRMR 0.06; 5) The guidelines of using the developed model consisted of background, rational, components of assessment, guidelines, and application sample.

Keywords: developing model of curriculum evaluation, national character

Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 73

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

Pendahuluan

Kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia dalam hal pembangunan fisik harus diimbangi dengan pembangunan non- fisik, termasuk di antaranya membangun karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa yang kokoh dan berpendirian teguh (Pemerintah RI, 2010: p.16). Pentingnya pembangunan karakter dan jati diri bangsa telah diamanatkan dalam UUD 1945, yaitu agar Pemerintah Indonesia mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendi- dikan nasional yang meningkatkan keiman- an, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Amanat UUD 1945 ini berimplikasi pada pengembangan kurikulum untuk selalu mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan na- sional dengan memperhatikan beberapa aspek penting yang diantaranya adalah per- satuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Amanat UUD 1945 ini juga merupakan tantangan bagi pendidikan bahasa asing karena kental dengan pengenalan dan penguasaan terhadap sejarah, kebudayaan, karakteristik, pranata sosial budaya dan nilai-nilai yang dimiliki penutur asli bahasa target. Sementara, PP Nomor 19 Tahun 2005 mensyaratkan terpenuhinya standar isi dan proses terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan yang merupakan elemen penting dalam kuriku- lum sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran bermuatan karakter bangsa.

Kontribusi besar pendidikan karakter dalam proses pembelajaran selaras dengan aspek filosofis, ideologis, normatif, historis, dan sosiokultural yang melatarbelakangi tercetusnya Kebijakan Nasional Pemba- ngunan Karakter Bangsa tahun 2010-2025 (Pemerintah RI, 2010:, pp.1-3). Secara filo- sofis, pembangunan karakter bangsa ber- sifat esensial dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan bertahan; secara ideologis, pembangunan karakter me- rupakan pengejawantahan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;

secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan Negara; secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah; dan secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultur.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Ketetapan Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuri- kulum (2010, pp.9-10) mendudukkan pen- tingnya pendidikan di bidang budaya dan karakter bangsa. Nilai semangat kebangsaan dan cinta tanah air dideskripsikan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan ke- lompoknya, dan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, ke- pedulian, dan penghargaan yang tinggi ter- hadap bahasa nasional, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

Meskipun banyak ahli menyatakan pentingnya membentuk karakter bangsa melalui pendidikan, misalnya Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya membentuk karakter bangsa melalui pen- didikan atau pengajaran yang selaras dengan kehidupan bangsa (Ki Hadjar Dewantara, 2004), dalam praktiknya belum sepenuhnya terlaksana. Beberapa penelitian menunjuk- kan banyak program pendidikan guru yang secara tidak sungguh-sungguh mempersiap- kan calon guru untuk menjadi guru yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan mengajar tetapi juga ba- gaimana menjadi pendidik nilai-nilai moral (Narvaez & Lapsley, 2006; Berkowitz & Bier, 2004, p.72).

Terlebih lagi, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa kurikulum bidang pen- didikan memberikan lebih sedikit pengajar- an tentang aspek-aspek moral kepada maha- siswanya dibandingkan dengan kurikulum pada pembelajaran pada disiplin ilmu lain- nya (Lampe, 1994; McNeel, 1994 dalam Le- ming, 2000, pp.421-2), padahal, kurikulum

74 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

dengan penekanan pembelajaran bermuatan karakter terbukti memberikan kontribusi yang lebih besar ketimbang variabel lainnya. Dengan kata lain, muatan kurikulum me- nunjukkan kesiapan dan keseriusan suatu lembaga pendidikan dalam membentuk ka- rakter bangsa peserta didik melalui pendi- dikan. Muatan kurikulum menunjukkan ba- gaimana dan seberapa jauh lembaga pendi- dikan mempersiapkan peserta didik meme- gang peranan penting pengembangan karak- ter (Bath, Smith, Stein & Swann, 2004), ter- utama dalam menjawab tantangan zaman, perubahan kondisi, pergantian kebijakan, dan juga dalam merespon kebutuhan pasar lokal.

Sementara itu, belum banyak dilaku- kan evaluasi kurikulum tentang muatan nilai-nilai karakter bangsa dalam konteks pembelajaran, mengingat evaluasi kurikulum dalam konteks pembelajaran dapat mem- bantu mengetahui apa yang sebenarnya ter- jadi di dalam kelas (Martone & Sireci, 2009, p.1332). Sebagai faktor penentu, evaluasi terhadap kurikulum berarti merujuk pada apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, termasuk perencanaan pembelajaran dan implementasi kurikulum di dalam kelas (Richards, 2001). Evaluasi kurikulum ke- banyakan berpegang pada hasil pengukuran skor prestasi belajar siswa dalam menen- tukan keberhasilan suatu kurikulum, dengan asumsi yang dipegang adalah berdasarkan kepada efisiensi, efektivitas biaya, kemam- puan siswa, dan rata-rata perolehan nilai siswa (Apple & Beyer, 1983, p.425). Meng- ingat institusi pendidikan seperti sekolah atau universitas bukanlah suatu entitas yang terisolasi, atau terpisah dari masalah-ma- salah ekonomi, sosial, dan budaya, maka penelitian yang dilaporkan disini difokuskan pada pengembangan suatu model evaluasi kurikulum yang merefleksikan muatan ka- rakter bangsa.

Berdasarkan penelitian prasurvei yang dilakukan pada awal tahun 2011 yang lalu, beberapa lembaga pendidikan bahasa Inggris di Provinsi DIY menunjukkan ada- nya komitmen pada pengembangan karakter dengan variasi model pendekatan pembel-

ajaran yang beragam. Rancangan model evaluasi pada penelitian ini merupakan kombinasi dari model evaluasi CIPP (Worthen & Sanders, 1984) dan kerangka Logic Model (Taylor-Powell, Jones & Henert, 2003), dan dikembangkan untuk dapat me- lihat kekuatan dari masing-masing model pendekatan pembelajaran dalam Prodi pen- didikan bahasa Inggris tersebut.

Pendidikan bahasa Inggris memiliki karakteristik yang sangat kental dengan pe- ngenalan dan penguasaan akan sejarah, ke- budayaan, karakteristik, pranata sosial buda- ya dan nilai-nilai yang dimiliki oleh penutur asli. Peluang dan tantangan yang dimiliki lembaga pendidikan bahasa Inggris ini dapat dijawab dengan adanya suatu alat evaluasi yang mampu meneropong dan mengontrol bagaimana penanaman nilai-nilai karakter bangsa dalam kerangka pengembangan pen- didikan nilai budaya dan karakter bangsa dituangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris tumbuh di dalam kesadaran peserta didik.

Lembaga pendidikan, dalam hal ini Prodi PBI, mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar dalam menghasilkan calon guru yang tidak hanya memiliki intelek- tualitas yang tinggi, terlebih penting lagi memiliki karakter yang utuh dengan inte- gritas yang tinggi dalam mendidik generasi penerus bangsa yang berkarakter. Calon guru yang dididik dengan penanaman nilai- nilai karakter bangsa tersebut merupakan ujung tombak pencapaian cita-cita luhur bangsa sehingga perlu dibekali dengan penghayatan dan kesadaran akan tugas dan fungsi utamanya sebagai pendidik.

Sebagai perwujudan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pengimplementasi- an pembangunan karakter bangsa dalam kurikulum dan pembelajaran di kelas perlu diberi dukungan sepenuhnya, terutama untuk menjawab tantangan arus globalisasi. Pendidikan bahasa Inggris memiliki potensi yang besar dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa melalui pembangunan karakter peserta didik yang utuh dan juga nasionalis yang tertuang dalam kurikulum.

Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 75

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

Kurikulum adalah rangkaian perenca- naan pendidikan yang mencakup pengalam- an seorang anak dalam lembaga pendidikan, keseluruhan pengalaman di kelas yang dir- encanakan dan diperankan dosen, keselu- ruhan pengalaman yang disediakan untuk mahasiswa sehingga mereka dapat memper- oleh keterampilan dan pengetahuan dalam berbagai konteks pembelajaran (Ornstein & Huskins, 2009, pp.10-11; Parkay & Anctil, 2010, p.2; Marsh, 2009, p.7). Kurikulum da- lam pembelajaran bahasa adalah rangkaian proses perancangan, perbaikan, pelaksana- an, dan evaluasi program pembelajaran ba- hasa (Richards, 2001, p.2). Dalam hal ini, kurikulum bersifat spesifik pada apa yang terjadi di dalam kelas dimana dosen dan mahasiswa menjadi kurikulum dari pembel- ajaran tersebut.

Kurikulum dalam pengertian di atas disebut dengan silabus dan dipahami seba- gai spesifikasi dari isi dan urutan pembel- ajaran yang akan diajarkan, instrumen yang membantu pengembang silabus untuk men- capai kesesuaian antara apa yang dibutuh- kan dan tujuan belajar peserta didik sebagai makhluk sosial dan sebagai individu, dan dengan semua kegiatan belajar yang terjadi di dalam kelas (Nunan, 2004, p.3). Dalam hal ini, proses penyusunan dan pengem- bangan kurikulum dalam pembelajaran ba- hasa adalah hasil olah pikir seorang pe- ngembang kurikulum berdasarkan pema- hamannya tentang pendidikan dan peserta didik yang akan menerima pembelajaran (Jackson, 1992, p.21), memegang peranan penting dalam menentukan penuangan mu- atan karakter bangsa dalam kurikulum pem- belajaran yang diselenggarakannya.

Karakter bangsa adalah kualitas peri- laku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemaham- an, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga sese- orang atau sekelompok orang (Pemerintah RI, 2010, p.7). Karakter bangsa dalam pan- dangan Anthropologi adalah tata nilai bu- daya dan keyakinan yang mengejewantah dalam kebudayaan masyarakat dan meman-

carkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi oleh orang luar sebagai ke- pribadian masyarakat tersebut (Saifuddin & Karim, 2008, p.8). Karakter bangsa sebagai nasionalisme adalah keyakinan dari suatu komunitas yang memiliki pengalaman yang berbeda tetapi disatukan dalam satu rezim politik (Meadow, 2008). Dengan demikian,

karakter bangsa berarti suatu keyakinan yang terbentuk secara sosial, yang mempererat dan membentuk cara berkomunikasi suatu komunitas yang membentuk dan menghasil- kan proposisi-proposisi dan hal-hal simbolis bersama yang menjadi identitas nasional komunitas tersebut.

Karakter bangsa sebagai identitas nasional dimaknai sebagai suatu komunitas masyarakat yang hidup dalam suatu wila- yah/teritori ataupun dari luar wilayah/teri- tori suatu Negara, sebagai bagian dari ang- gota komunitas politik yang memiliki buda- ya dan ideologi yang sama dan juga kesama- an keturunan, etnik, ikatan persaudaraan, saling berbagi dalam hal budaya dan ikatan- ikatan sosial, meliputi semua hal yang secara hukum dimiliki seorang warga Negara diluar etnik atau budaya tertentu (Parmenter, 1999, p.455). Dalam pandangan ini, karakter bangsa adalah identitias nasional yang ter- bentuk tidak hanya berdasarkan batas-batas geografi maupun kategori-kategori etnik se- mata, tetapi lebih menitikberatkan pada ikatan saling memberi dan berbagi dalam hal budaya dan ikatan-ikatan sosial.

Dengan demikian, karakter bangsa se- bagai identitas nasional dapat dipahami se- bagai bentuk kesadaran atau sikap nasiona- lisme yang menyatukan suatu bangsa secara politik, kewilayahan, sejarah, dan ideologis. Meskipun batasan tentang nasionalisme ini memiliki pengaruh langsung terhadap kelas- kelas pembelajaran bahasa asing, bahkan be- berapa ahli berpendapat ideologi nasionalis- me mengganggu keefektifan pembelajaran bahasa asing (Meadows, 2008,p.118), seko- lah atau lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab membentuk moral masyara- kat atau karakter kebangsaan yang sesuai dengan yang dikehendaki masyarakatnya ( Sari & Doğanay, 2009). Dalam hal ini, mo- Dengan demikian, karakter bangsa se- bagai identitas nasional dapat dipahami se- bagai bentuk kesadaran atau sikap nasiona- lisme yang menyatukan suatu bangsa secara politik, kewilayahan, sejarah, dan ideologis. Meskipun batasan tentang nasionalisme ini memiliki pengaruh langsung terhadap kelas- kelas pembelajaran bahasa asing, bahkan be- berapa ahli berpendapat ideologi nasionalis- me mengganggu keefektifan pembelajaran bahasa asing (Meadows, 2008,p.118), seko- lah atau lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab membentuk moral masyara- kat atau karakter kebangsaan yang sesuai dengan yang dikehendaki masyarakatnya ( Sari & Doğanay, 2009). Dalam hal ini, mo-

kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal merupakan kepribadian bangsa tersebut.

Ika.

Nilai-nilai Pancasila, sebagai kepri- Karakter kebangsaan yang terbentuk badian bangsa Indonesia, yang terkandung

dengan baik di sekolah secara langsung dan dalam ke-lima silanya merupakan cerminan

tidak langsung merupakan upaya pem- kepribadian bangsa yaitu karakter keIndo-

bentukan sikap dan kesadaran nasionalisme nesiaan yang merupakan jati diri bangsa

suatu bangsa dalam menghadapi masa yang telah ditetapkan dalam ketetapan MPR

depan yang penuh dengan tantangan. Tan- RI No. VII/MPR/1978 adalah karakter

tangan masa depan yang diwarnai dengan yang religius, manusiawi, bersatu, demokra-

pesatnya kemajuan teknologi komunikasi tis, dan adil (Winarno, 2010, p.10). Karak-

dan informasi, interaksi antarbangsa, antar- ter bangsa Indonesia yang khas baik ter-

kebudayaan, dan antar peradaban semakin cermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,

mencair, terbuka di dunia virtual yang nyaris karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara

tidak mengenal batas ruang dan waktu (Su- berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma

marno, 2011, p.74), dapat berdampak pada UUD 1945, prinsip Bhinneka Tunggal Ika,

terkikisnya identitas diri dan pudarnya kara- dan komitmen terhadap NKRI (Pemerintah

kter bangsa. Ancaman pudarnya karakter RI, 2010, p.7).

bangsa ini menjadikan penyusunan suatu Keempat pilar kebangsaan yang me-

model evaluasi kurikulum amat strategis da- rupakan dasar nilai, norma, prinsip, dan

lam kaitannya dengan pemanfaatan infor- komitmen hidup berbangsa dan bernegara

masi yang diperoleh dari hasil evaluasi ter- ini harus menjadi haluan pembangunan

hadap kurikulum tersebut. bangsa Indonesia melalui proses sosialisasi,

Informasi yang diperoleh dari data pendidikan dan pembelajaran, pembudayaan, hasil evaluasi digunakan untuk tiga macam dan kerja sama seluruh komponen bangsa

keputusan, yaitu menentukan perlu tidaknya dan Negara secara koheren. Karakter bang-

perubahan materi dan metode pembelajar- sa Indonesia yang terbentuk dari karakter-

an, perencanaan pembelajaran, menginfor- karakter individu adalah karakter yang ber-

masikan kemajuan peserta didik, dan me- landaskan falsafah Pancasila yang dijiwai

nilai efektifitas suatu program atau seorang dari ke-lima sila Pancasila secara utuh dija-

pengajar (Davis, 1980, p.25). Dalam hal ini, barkan sebagai karakter pribadi bangsa

evaluasi kurikulum dipandang sebagai suatu Indonesia sebagai karakter berKetuhanan

proses pengumpulan dan penggunaan infor- Yang Maha Esa, karakter kemanusiaan, ka-

masi yang akan digunakan untuk membuat rakter kebangsaan, karakter kerakyatan, dan

keputusan terhadap suatu program pendi- karakter berkeadilan sosial. Fokus penelitian

dikan, dan memberikan rekomendasi yang yang dilaporkan di sini difokuskan pada eva- diperlukan dalam pengambilan keputusan.

luasi muatan karakter kebangsaan sebagai Proses pengumpulan dan penggunaan karakter pribadi bangsa Indonesia yang me-

informasi untuk mengambil keputusan rupakan pencerminan sila ketiga Pancasila.

dalam evaluasi kurikulum dilakukan untuk Karakter kebangsaan memiliki bebe-

menjawab pertanyaan tentang seberapa baik rapa indikator pencerminan karakter bangsa

pelaksanaan suatu kurikulum termasuk upa-

ya yang dilakukan dalam mencapai tujuan an Indonesia ” yaitu: menempatkan persatu-

Indonesia dari sila ketiga Pancasila “Persatu-

(Beane, Toepfer & Alessi, 1986, p.265). Ka- an, kesatuan, kepentingan dan keselamatan

rena itu, evaluasi harus dilakukan secara bangsa di atas kepentingan pribadi atau go-

berkesinambungan pada seluruh aspek kuri- longan, rela berkorban demi kepentingan

kulum dengan memperhatikan pertanyaan bangsa dan Negara, bangga sebagai bangsa

tentang tujuan, elemen-elemen perencanaan Indoensia yang bertanah air Indonesia serta

awal apakah sesuai dengan kebutuhan, menjunjung tinggi bahasa Indonesia, dan

minat, dan karakteristik peserta didik, kuali-

76 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014 76 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

plementasi kurikulum diperlukan sebagai alat PBM, dan tercapainya tujuan yang telah di-

kontrol dan bahan penyedia masukan bagi tetapkan (Davis, 1980, p.23). Dengan demi-

pimpinan lembaga pendidikan dan juga bagi kian, peranan guru/dosen dalam melakukan

staf pengajar bahasa asing itu sendiri seperti evaluasi kurikulum menjadi sangat strategis

yang akan dilaporkan dalam penelitian ini. sebagai pihak yang dapat mengobservasi, Model evaluasi reflektif kurikulum mendeskripsikan, dan menganalisis interaksi pendidikan bahasa Inggris dalam pengem- yang terjadi di dalam kelas.

bangan karakter bangsa yang dikembangkan Mengingat pentingnya peranan guru/

dalam penelitian ini memuat elemen-elemen dosen dalam melakukan evaluasi kurikulum,

evaluasi kurikulum, yaitu: muatan karakter tiap lembaga pendidikan termasuk pendidik-

bangsa dalam konteks kurikulum, penge- an bahasa Inggris perlu senantiasa melaku-

tahuan dosen tentang pendidikan karakter kan evaluasi kurikulum secara internal demi

bangsa, muatan karakter bangsa dalam memastikan penuangan muatan karakter

bahan ajar, muatan karakter bangsa dalam bangsa dalam kurikulum pembelajaran yang

proses pembelajaran, dan evaluasi produk diberikan. Untuk itu, evaluasi kurikulum

pembelajaran afeksi. Hubungan konseptual yang mampu menangkap adanya penuangan

model evaluasi disajikan pada Gambar 1.

Pengetahuan Pengetahuan Konseptual

Prosedural

Kegiatan Awal

Kegiatan Akhir

Responding Pengetahuan

Karakter

Bangsa

Dosen tentang Pend Karakter

Bangsa

Input Kurikulum

Karakter Bangsa

Afeksi (Karakter Valuing Bangsa Mahasiswa)

Teks

Bahan Ajar

Konteks Kurikulum

Organization Karakter Bangsa

Bermuatan

Rumpun MKK PBI

bermuatan KB

Keluasan Bacaan

Tujuan Pembelajaran

Bermuatan

Kelembagaan

Karakter Bangsa

Fitur Characterization Kebangsaan

Kemenarikan

Rancangan

Penilaian Kelas

Karakter Bangsa

Karakter Bangsa

Task/Tugas

Gambar 1. Kerangka Konseptual Model Evaluasi Reflektif Kurikulum MKKPBIKB Prosedur kegiatan evaluasi yang di-

ngan hal tersebut, penelitian ini bertujuan kembangkan merupakan hasil modifikasi

untuk mengembangkan model evaluasi re- model evaluasi CIPP dari Stufflebeam dan

flektif kurikulum rumpun mata kuliah ke- kawan-kawan yang dipadu dengan kompo-

ahlian pendidikan bahasa Inggris untuk me- nen-komponen evaluasi dalam Logic Model

motret penuangan nilai-nilai karakter bangsa yang disajikan pada Gambar 2. Terkait de-

di dalam kelas. Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 77

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

Mahasiswa Kompeten, Profesional & Nasionalis

EVALUASI PRODUK

Pemb.Afeksi (KB Mhs) Produk Hasil

· Receiving · Valuing · Responding · Characterization · Organization

Refleksi EVALUASI PROSES Proses Pemb Kur KB

· Eksplorasi · Kegiatan Awal

Plan

· Elaborasi · Kegiatan Akhir · Konfirmasi

Act EVALUASI INPUT

Bahan Ajar Input Kurikulum KB · Teks

Observasi

· Fitur Kebangsaan · Keluasan Bacaan · Kemenarikan · Tek dan Tugas

Dosen tentang Pend Karakter Input Kur KB Pengetahuan

Refleksi

· Penge Faktual · Penge Konseptual · Penge Metakognitif · Penge Prosedural

Plan EVALUASI KONTEKS

Konteks Kur KB · Tujuan Pemb · Rancangan Silabus · Penilaian Kelas · Kelembagaan

Gambar 2. Prosedur Kegiatan Evaluasi Reflektif Kurikulum Rumpun MKK PBI dalam Pengembangan Karakter Bangsa

Metode Penelitian

data tentang upaya Prodi PBI dalam pe- Jenis Penelitian

nuangan muatan karakter bangsa melalui kegiatan prasurvei, tahap kedua dilakukan

Penelitian ini menggunakan pendekat- penentuan lingkup kegiatan, produk pe- an kualitatif dan kuantitatif (campuran).

ngembangan yang akan dihasilkan, subjek Pendekatan ini digunakan untuk membantu

uji, populasi, instrumen dan teknik analisis menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijelas-

data yang akan digunakan dan jadwal ke- kan dengan pendekatan kuantitatif semata,

giatan. tahap ketiga dilakukan perencanaan seperti menjelaskan apabila terdapat bias,

rancangan model, pola dasar, alur kerja, dan underestimated atau overestimated penilaian oleh

instrumen evaluasi reflektif kurikulum MKK responden. Pengembangan model ini meng-

PBI dalam pengembangan karakter bangsa, adaptasi tahapan pengembangan model

tahap keempat dilakukan kegiatan pengujian spiral dari Cennamo & Kalk (2005) dengan

produk yang merupakan kegiatan pengujian tahapan seperti berikut: (1) penelitian, (2)

kelompok terbatas yang dilanjutkan dengan pendefinisian, (3) perancangan, (4) peraga-

kegiatan revisi dan analisis sampai akhirnya an, dan (5) pengembangan.

dihasilkan model tentatif evaluasi reflektif Model dikembangkan mengadaptasi

kurikulum MKK PBI dalam pengembangan model spiral dimana tiap fase diuraikan

karakter bangsa, dan tahap kelima adalah sebagai berikut: fase pertama terdiri dari

tahap lanjutan dari tahap peragaan (demon- kegiatan penelitian kajian pustaka dan hasil-

strate) yaitu berupa kegiatan pengujian la- hasil penelitian, penggalian informasi me-

pangan utama dan kegiatan revisi/modifi- ngenai penerapan pendidikan karakter da-

kasi model.

lam kurikulum pembelajaran, pengumpulan

78 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

Waktu dan Tempat Penelitian Untuk melengkapi data tentang ma- Tahapan penelitian terdiri atas tahap

sing-masing program studi, peneliti me- penelitian dan tahap pengembangan yang

ngumpulkan dan mencermati dokumen dilaksanakan di empat Prodi Pendidikan

program studi berupa buku kurikulum, pe- bahasa Inggris yang ada di DIY, yaitu Prodi

doman model pembelajaran, buku karya pe- Pendidikan Bahasa Inggris Universitas

mikiran akademik sivitas akademik, pedoman Sanata Dharma (USD), Universitas Sarjana-

evaluasi pembelajaran, uraian tentang kuri- wiyata Tamansiswa (UST), Universitas

kulum, sejarah, tujuan pendidikan, visi dan Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas

misi, course outline, rubrik penilaian, bahan Ahmad Dahlan (UAD) selama kurang lebih

kuliah, materi-materi khusus, pedoman aka-

1 tahun. demik 2012/2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan juga refleksi konsep

Subjek Penelitian pendidikan (Ki Hadjar Dewantara, Ke-

Penelitian ini merupakan penelitian muhammadiyahand an Pedagogi Ignasian). yang pemilihan sampelnya menggunakan Pada tahap pengembangan model di- metode purposive sampling dengan subjek lakukan kegiatan penelitian yang mengadap- penelitian melibatkan responden sebanyak 5 tasi model pengembangan Cennamo & orang dosen dan 70 orang mahasiswa pada Kalk (2005) terdiri dari 5 tahap kegiatan, kegiatan uji coba pertama (kelompok yaitu pendefinisian, perancangan, peragaan, terbatas) dan sebanyak responden 20 orang pengembangan, dan penyajian. Pada tahap dosen dan 291 orang mahasiswa dari 4 pendefinisian dilakukan kegiatan telaah ke- Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang ada butuhan, konstruk, dan kriteria model eva- di DIY, yaitu USD, UST, UNY, dan UAD. luasi, dilanjutkan dengan perancangan model,

Prosedur alur kerja dan instrumen evaluasi. Pada tahap Prosedur yang dilakukan dalam pe-

selanjutnya dilakukan kegiatan peragaan nelitian pengembangan ini terdiri dari tahap

yaitu berupa kegiatan pengujian lapangan penelitian dan tahap pengembangan model,

pada kelompok terbatas dan dilanjutkan sehingga dengan mengadaptasi prosedur

dengan revisi dan analisis, diteruskan de- pengembangan dari model spiral Cennamo

ngan kegiatan pengembangan model pada & Kalk (2005) prosedur penelitian ini terdiri

kelompok yang lebih besar, revisi dan ana- dari 5 tahap, yaitu: tahap penelitian, pen-

lisis, hingga menghasilkan model yang telah definisian, perancangan, peragaan, dan pe-

direvisi. Kegiatan selanjutnya adalah kegiat- ngembangan.

an lanjutan berupa penyajian/sosialisasi dna Pada tahap penelitian dilakukan ke-

pengumpulan saran, masukan, dan pengem- giatan penelitian kajian pustaka dan hasil-

bangan lanjutan yang akan dilakukan dalam hasil penelitian terkait berbagai teori tentang

penelitian lanjutan. Prosedur pengembang- kurikulum, karakter bangsa, model evaluasi,

an model disajikan pada Gambar 3. dan model evaluasi kurikulum, sehingga dapat ditentukan komponen-komponen

model evaluasi yang dikembangkan. Se- lanjutnya, pada tahap ini juga dilakukan ke- giatan penggalian informasi mengenai pe- nerapan pendidikan karakter dan upaya me- nuangkan muatan karakter bangsa dalam proses pembelajaran dengan melakukan ob- servasi keempat program studi pendidikan bahasa Inggris di DIY, serta wawancara dengan Ketua Program Studi, Kepala dan Sekretaris Penjaminan Mutu, dan beberapa dosen di program studi pendidikan bahasa

Inggris tersebut. Gambar 3. Tahapan Pengembangan Model Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 79

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan bangkan telah sesuai atau cocok antara teori Data

dan penerapannya di lapangan. Jenis data yang akan diperoleh terdiri

Hasil Penelitian dan Pembahasan

dari data kualitatif yang diperoleh dari hasil telaah pustaka, hasil wawancara, observasi

Hasil penelitian terdiri dari hasil pe- kelas, dan studi dokumen terhadap Ketua

ngembangan dan hasil uji coba produk. Program Studi, dan dosen dari Prodi PBI

Data yang dihasilkan pada hasil pengem- USD, UST, UNY, dan UAD, dan data

bangan terbagi atas hasil penelitian dan hasil kuantitatif diperoleh dari hasil olah CVR

pengembangan sedangkan hasil uji coba (content validity ration) dari penilaian rekan

produk terbagi atas hasil validitas isi, seleksi sejawat, dari hasil penyebaran angket, data

butir dan reliabilitas instrumen, uji kecocok- hasil uji model dari pengolahan data

an model, dan kriteria penyekoran (kate- menggunakan analisis faktor konfirmatori

gorisasi) berdasarkan model yang dikem- (CFA) dengan program SmartPLS dan juga

bangkan. uji kecocokan model menggunakan program Hasil Pengembangan

GeSCA.

Hasil Penelitian

Instrumen yang digunakan berdasar- Hasil penelitian menunjukkan bebe- kan jenis data yang terdiri dari wawancara, rapa permasalahan dalam penerapan pen- diskusi terbuka dalam kegiatan FGD, teknik didikan karakter bangsa dalam kurikulum Delphy untuk kegiatan penilaian pakar, pembelajaran pendidikan bahasa Inggris lembar pengamatan untuk memperoleh data yang ada di Provinsi DIY adalah (1) konteks observasi pelaksanaan pembelajaran di kurikulum MKK dituangkan masih secara dalam kelas, dan angket terstruktur untuk implisit sehingga perlu diperiksa lebih lanjut informasi penilaian dosen dan mahasiswa muatan karakter bangsa dalam kurikulum tentang penuangan muatan karakter bangsa MKK yang diselenggarakan, (2) pengetahu- dalam kurikulum pembelajaran pendidikan an dosen tentang pendidikan karakter di bahasa Inggris. keempat Prodi dipandang sudah tinggi,

Teknik Analisis Data tetapi pelatihan tentang penuangan nilai- nilai karakter tersebut belum terprogram

Teknik analisis data kualitatif meng- secara rutin, (3) belum ada mekanisme yang gunakan teknik analisis deskriptif dalam dapat digunakan untuk memeriksa muatan

menganalisis kajian pustaka dalam mem- karakter bangsa dalam bahan ajar yang bangun teori terkait konstruk dan kriteria diberikan, (4) belum ada wadah yang meng-

dalam model evaluasi yang dikembangkan, akomodir informasi tentang muatan karak- mendeskripsikan hasil penilaian pakar, dan ter bangsa dalam proses pembelajaran baik

deskripsi tentang hasil uji coba pada ke- itu dari dosen maupun mahasiswa, dan (5) lompok terbatas maupun uji coba lapangan penelusuran tentang produk pembelajaran

yang lebih luas dengan menggunakan cross- afeksi (karakter bangsa mahasiswa) masih case analysis. belum banyak disentuh demi memastikan

Teknik analisis data kuantitatif meng- internalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam diri gunakan CVR (content validity ration) dalam

mahasiswa.

melakukan uji validitas isi, analisis faktor konfirmatori (CFA) dalam menganalisis

Hasil Pengembangan

data hasil uji coba kelompok terbatas dan Hasil pengembangan menunjukkan kelompok yang lebih luas dengan program

bahwa pada tahap pendefinisian (defining) SmartPLS, analisis reliabilitas komposit dan

dihasilkan rumusan komponen model eva- Alpha dalam melihat konsistensi internal

luasi untuk mengidentifikasi muatan karak- butir instrumen, dan analisis uji kecocokan

ter bangsa dalam kurikulum MKK PBI yang model menggunakan program GeSCA

terdiri atas empat aspek yaitu: (1) muatan untuk melihat apakah model yang dikem-

karakter bangsa dalam konteks kurikulum

80 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

MKK PBI, (2) muatan karakter bangsa da- Tabel 1. Sebaran Butir Instrumen Uji Coba lam input kurikulum MKK PBI, (3) muatan Tahap Pertama karakter bangsa dalam PBM, dan (4) produk

Instrumen

Butir Rel Jumlah

pembelajaran afeksi (karakter bangsa maha-

Evaluasi

Terpakai komp Resp

siswa).

Muatan KB

Tahap perancangan (designing) meng-

dlm Konteks

KurMKK PBI

hasilkan kisi-kisi instrumen evaluasi muat-

Pengetahuan

an karakter bangsa dalam kurikulum MKK

Dosen ttg Pend

PBI dengan total jumlah 141 butir. Selanjut-

Karakter

nya dilakukan validasi, analisis, dan revisi

Muatan KB

sebanyak 4 kali dan uji coba sebanyak 2 kali

dlm Bahan Ajar

untuk mengetahui apakah indikator yang

Muatan KB

disusun dalam kisi-kisi sudah terwakili da-

dlm PBM

lam instrumen yang dikembangkan. Produk Pemb

Afeksi

Pada tahap validasi teman sejawat

jumlah butir yang tidak dapat dipertahankan sebanyak 12 butir sehingga total jumlah

Tabel 2. Sebaran Butir Instrumen Uji Coba butir menjadi 129 butir yang tersebar dalam

Tahap Kedua

5 instrumen. Pada tahap validasi isi yang

Instrumen Evaluasi

Butir Rel Jumlah

melibatkan 10 orang panelis, sebanyak 6

Terpakai komp Resp

butir yang tidak dapat dipertahankan se-

Muatan KB dlm

hingga total butir menjadi 123 butir yang

Konteks KurMKK

tersebar pada 5 instrumen. Pada tahap

PBI

validasi pakar dihasilkan validasi dan revisi Pengetahuan Dosen

ttg Pend Karakter

kejelasan tujuan evaluasi dan komponen

Muatan KB dlm

evaluasi muatan karakter bangsa dalam

Bahan Ajar

kurikulum MKK PBI, kriteria penyekoran,

Muatan KB dlm

dan instrumen evaluasi. Pada tahap validasi

PBM

praktisi dihasilkan revisi kejelasan model Produk Pemb

Afeksi

evaluasi, instrumen evaluasi, dan panduan

Jumlah

evaluasi berdasarkan saran dan masukan para praktisi.

Hasil Uji Coba Produk

Tahap peragaan (demonstrating) meng-

Validitas Isi

hasilkan revisi hasil uji coba instrumen tahap Instrumen yang telah direvisi ber-

pertama berdasarkan informasi empirik dasarkan masukan teman sejawat selanjut- butir-butir yang termuat dalam instrumen nya dinilai kembali oleh 10 orang panelis

evaluasi yang dikembangkan, menggunakan yang memiliki keahlian dalam bidang eva- analisis faktor konfirmatori. Dukungan tiap luasi, pengukuran, pendidikan, statistik, dan

item terhadap faktor-faktor dan reliabilitas psikologi, untuk melihat relevansi antara komposit tiap instrumen disajikan pada indikator dan butir. Masukan panelis ter-

Tabel 1. hadap kelima instrumen dianalisis meng- Tahap pengembangan (developing) meng- gunakan content validity ratio (CVR) dari

hasilkan revisi analisis uji coba tahap kedua Lawshe (1975) dengan rumus berikut: berdasarkan informasi empirik tentang bu-

tir-butir yang termuat dalam instrumen eva- luasi menggunakan analisis faktor konfir-

Keterangan :

matori dengan menunjukkan dukungan tiap n e item terhadap faktor-faktor dan reliabilitas : Jumlah panelis yang berpendapat butir relevan

N 2 : Jumlah total panelis

komposit tiap instrumen disajikan pada Tabel 2.

Hasil analisis validitas isi menggguna- kan analisis CVR (content validity ratio) oleh

Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 81

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

10 orang panelis menunjukkan bahwa ter- Tabel 5. Seleksi butir pada Uji Coba dapat total 6 butir tidak berkualitas karena

Instrumen Tahap Pertama tidak memenuhi nilai minimum CVR 0,62

Butir Rel Jumlah

sedangkan hasil analisis validitas instrumen

Instrumen Evaluasi

Terpakai komp Resp

dengan menggunakan CVI (content validity

Muatan KB dlm

index) diperoleh indeks validitas isi kelima

Konteks Kur MKK

instrumen valid karena memenuhi nilai CVI

PBI

> 0,51 (Lawshe, 1975, p.572), berikut ini:

Pengetahuan Dosen

ttg Pend Karakter

Tabel 3. Hasil Analisis CVR Instrumen

Muatan KB dlm

Evaluasi Reflektif Kurikulum 75

Bahan Ajar

MKKPBIKB

Muatan KB dlm

Butir Tdk

Instrumen Evaluasi

Produk Pemb Afeksi

Berkualitas Berkualitas

106 75 Muatan KB dlm

Jumlah

Konteks Kur MKK

25 2 Tabel 6. Seleksi butir pada Uji Coba

PBI Pengetahuan Dosen

Instrumen Tahap Kedua

ttg Pend Karakter

Butir Rel Jumlah Muatan KB dlm

Instrumen Evaluasi

Terpakai komp Resp

Bahan Ajar

Muatan KB dlm

Muatan KB dalam

20 0,95 311 PBM

34 1 Konteks Kur MKK

PBI

Produk Pemb Afeksi

29 2 Pengetahuan Dosen

ttg Pend Karakter Muatan KB dlm

Tabel 4. CVI Instrumen Evaluasi Reflektif

Bahan Ajar

Kurikulum MKKPBIKB

Muatan KB dlm

PBM

21 0,88 311 Muatan KB dlm konteks Kurikulum

CVI Instrumen Evaluasi

Produk Pemb Afeksi

Pengetahuan Dosen ttg Pendidikan

Untuk menetapkan butir-butir yang

Karakter

akan digunakan dilakukan analisis korelasi

Muatan KB dlm Bahan Ajar

butir yang memiliki koefisien korelasi butir

Muatan KB dalam PBM

terhadap total sebesar ≥ 0,30 dengan muat-

Produk Pembelajaran Afeksi

an faktor ≥ 0,5 dan reliabilitas komposit > 0,70 seperti berikut:

Seleksi Butir dan Reliabilitas Instrumen Analisis data hasil uji coba instrumen

Tabel 7. Penetapan Butir Setelah Seleksi evaluasi dilakukan dalam dua tahap, yakni

Butir pada Uji Coba Instrumen uji coba pada kelompok terbatas dan uji

Tahap Kedua coba pada kelompok yang lebih besar

Instrumen Evaluasi

Butir Rel Jumlah

dengan melakukan analisis faktor konfir-

Terpakai komp Resp

matori menggunakan program SmartPLS

Muatan KB dlm

Versi 2.03 M3 oleh Ringle, Wende & Will

Konteks Kur MKK

(2005). Hal ini bertujuan melihat dukungan PBI tiap item terhadap faktor-faktor yang ter- Pengetahuan Dosen

ttg Pend Karakter

dapat dalam tiap indikator atau kekuatan

Muatan KB dlm Bahan

hubungan pada masing-masing indikator

Ajar

terhadap variabel laten yang terdapat dalam

Muatan KB dlm PBM

instrumen evaluasi yang dikembangkan.

Produk Pemb Afeksi

Berikut hasil seleksi butir kelima instrumen:

Jumlah

82 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

Tabel 8. Reliabilitas Kelima Instrumen

H 0 : Model sesuai dengan/didukung data Evaluasi Reflektif Kurikulum

H 1 : Model tidak sesuai dengan/didukung MKKPBIKB

Kriteria ujinya adalah:

Evaluasi

Komposit

Terima H 0 bila nilai GFI mendekati 1

atau ≥ 0,98 dan SRMR (standardized root

Muatan KB dlm konteks

0,93

Kurikulum MKK PB

mean square residual ) mendekati 0 atau ≤ 0,08

Pengetahuan Dosen ttg Pend

merupakan indikasi kelayakan model yang

0,91

Karakter

dapat diterima

Terima H 1 bila nilai GFI mendekati 0 dan SRMR (standardized root mean square

Muatan KB dlm Bahan Ajar

0,95

Muatan KB dalam PBM

0,95

residual) mendekati 1.

Produk Pemb Afeksi

0,86

Hasil uji kelayakan model evaluasi reflektif kurikulum rumpun MKK pendidik-

Uji Kecocokan Model an bahasa Inggris dalam pengembangan Sebelum dilakukan uji kecocokan model

karakter bangsa disajikan pada Tabel 10. menggunakan model persamaan struktural, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan vari-

Tabel 10. Uji Kecocokan Model Evaluasi abel dengan menggunakan Program PASW

Reflektif Kurikulum MKKPBIKB

18. Jika nilai Kaiser-Meyer- Olkin (KMO) ≥ 0,50 dan nilai signifikansi pada Model Fit Bartlett’s Test

of Sphericity ≤ 0,05 maka variabel layak diuji

FIT

0,64

lebih lanjut. Hasil uji kelayakan menunjuk-

AFIT

0,64

kan bahwa variable layak diuji lebih lanjut

karena memiliki nilai KMO = 0,917 dan 0,99 nilai signifikansi Bartlett‟s Test of Sphericity

≤ 0,05 seperti ditunjukkan pada Tabel 9.

97

NPAR

Tabel 9. Nilai KMO dan Bartlett‟s Test Pada tabel di atas tampak bahwa nilai

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of

0,917

FIT sebesar 0,64 dan AFIT sebesar 0,64

Sampling Adequacy

menunjukkan bahwa model yang dispesifi-

Bartlett ‟s Test of Sphericity

kasi mampu menjelaskan 64% varians pada

Approx. Chi-Square

3372,478

data. Nilai GFI (unweight least squares/Good-

Df 253

ness of Fit) sebesar 0,99 dan SRMR

(standardized root mean square residual) sebesar 0,06 menunjukkan model fit yang baik karena n ilai GFI mendekati 1 atau ≥ 0,98

Sig.

0,000

Selanjutnya, untuk menganalisis mo- dan SRMR mendekati 1 atau ≤ 0,08. De- del persamaan struktural digunakan software ngan demikian dapat disimpulkan bahwa

program SmartPLS Versi 2.0 yang merupa- model teoritik yang dikembangkan di- kan analisis model persamaan struktural dukung oleh data empirik.

berbasis komponen dari Ringle, Wende & Hasil analisis menunjukkan bahwa Will (2005), sedangkan untuk uji kecocokan konstruk model EvalRefKurMKKPBIKB

model digunakan software program Genera- mengalami perubahan pada jumlah sub- lized Structured Component Analysis (GeSCA) varibel laten dari empat menjadi lima yaitu

yang dikembangkan oleh Heungsun Hwang dengan 2 variabel input yaitu pengetahuan (2011). dosen dan bahan ajar seperti pada Gambar

Untuk menguji fit model, digunakan

4.

pasangan hipotesis sebagai berikut: Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 83

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

Gambar 1. Model Empirik Instrumen Evaluasi Reflektif Kurikulum MKKPBIKB Konstruk kurikulum bermuatan ka-

Secara teoretik konstruk input hanya terdiri rakter bangsa dibentuk oleh sub-konstruk

dari 1 dimensi, ternyata setelah diterapkan konteks kurikulum MKK PBI bermuatan

di lapangan menghasilkan 2 dimensi yaitu karakter bangsa, sub-konstruk input meng-

dimensi bahan ajar bermuatan karakter hasilkan 2 dimensi yaitu bahan ajar ber-

bangsa dan dimensi pengetahuan dosen ten- muatan karakter bangsa dan pengetahuan

tang pendidikan karakter, sehingga konstruk dosen tentang pendidikan karakter bangsa,

kurikulum MKK PBI bermuatan karakter sub-konstruk muatan karakter bangsa dalam

bangsa menjadi model C-I-I-P-P (Context- PBM dan sub-konstruk produk hasil pem-

Input-Input-Process-Product).

belajaran afeksi (karakter bangsa mahasiswa).

84 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014

Kriteria Penyekoran (Kategorisasi) Model Evaluasi Dengan menggunakan rumusan inter- Reflektif Kurikulum Rumpun MKK PBI dalam

nal dan harga SER pada Tabel 11 dan dengan Pengembangan Karakter Bangsa

melihat harga pada tabel Deviasi Normal (ukuran sampel melebihi 100) sebesar 1,960

Kriteria penyekoran atau kategorisasi diperoleh interval nilai tengah untuk kate-

menggunakan kriteria pacuan norma (norm gori sedang pada instrumen konteks KurM- reference) dengan menguji signifikansi per- KKPBIKB seperti disajikan pada Tabel 12. bedaan antara mean skor/sampel dan mean Dengan demikian, diperoleh norma skor teoretik/populasi dan mengkategori- kategorisasi untuk tiap indikator instrumen kan ke jenjang Rendah, Sedang, dan Tinggi konteks kurikulum MKKPBIKB disajikan (Azwar, 2012, pp.154-8). Penentuan skor

pada Tabel 13.

dilakukan dengan menetapkan kategori Tengah/Sedang, dengan menghitung batas-

Tabel 13. Norma Kategorisasi Instrumen bawah dan batas-atas internal skor-skor

Evaluasi Konteks KurMKKPBIKB yang berbeda secara signifikan dari harga

suatu mean populasi, menurut tingkat keper- Norma

Kategori cayaan yang diinginkan dengan rumusan:

Indikator

Kategorisasi

Tujuan Pemb

X < 23 Rendah

23 ≤ X ≤ 25 Sedang

μ–t (

α/2, n-1) (S/√n) ≤ X ≤ μ + t ( α/2, n-1) (S/√n)

25 < X Tinggi μ Rancangan

: Mean teoritis pada skala X < 17 Rendah

Silabus

t ( α/2, n-1) : Harga t pada α/2 dan derajat 17 ≤ X ≤ 19 Sedang kebebasan n-1

19 < X Tinggi S

X < 11,6 Rendah N

: Deviasi standar skor

Penilaian Kelas

: Banyaknya subyek 11,6 ≤ X ≤ 12 Sedang 12 < X

Tinggi Hasil output one-sample statistics dari

X < 6,7 Rendah SPSS menunjukkkan harga Std. Error Means

Kelembagaan

6,7 ≤ X ≤ 7 Sedang tiap indikator dalam konstruk seperti pada

7< X Tinggi indikator instrumen konsteks kurikulum

MKK PBI bermuatan karakter bangsa Hasil evaluasi reflektif kurikulum rumpun MKK PBI secara keseluruhan di-

disajikan pada Tabel 11. nilai menggunakan kriteria umum penilaian

Tabel 11. Harga Std. Error Means (SEM) berdasarkan persentase untuk membedakan instrumen konteks kurikulum

muatan KB pada kurikulum seperti berikut: MKKPBIKB

Tabel 14. Kriteria Umum Penilaian Muatan Indikator

Karakter Bangsa pada KurMKKPBIKB TUJ

N Mean

KET NILAI

KRITERIA Penilaian

Sangat Kuat Muatan KB LEMB

Kuat Muatan KB

Lemah Muatan KB Tabel 12. Interval Nilai Tengah untuk

Sangat Lemah Muatan KB Kategori Sedang Instrumen

SL

Evaluasi Konteks

Simpulan dan Saran

KurMKKPBIKB Hasil penelitian dan pembahasan ter-

hadap model evaluasi reflektif kurikulum Tujuan Pembelajaran

Indikator

Kategori Sedang

rumpun MKK PBI dalam pengembangan Rancangan Silabus

23 ≤ X ≤ 25

karakter bangsa dapat disimpulkan: (1) mo- Penilaian Kelas

17 ≤ X ≤ 19

11.6 ≤ X ≤ 12

del ini mencakup lima konstruk dan lima in- Kelembagaan

6,7 ≤ X ≤ 7

Model Evaluasi Reflektif KurikulumPendidikan Bahasa Inggris − 85

Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya Monika Gutlom, Sumarno, Suwarsih Madya

dimensi bahan ajar, dimensi proses pembel- refleksi diri dosen terhadap kurikulum MKK ajaran, dan dimensi produk pembelajaran

yang diselenggarakannya, karena memiliki afeksi (karakter bangsa mahasiswa). Model

model pengukuran yang fit (cocok) dengan pengukuran kurikulum bermuatan karakter

model yang didukung data empirik dengan bangsa yang disusun berdasarkan konstruk

nilai GFI sebesar 0,99 sesuai kriteria men- kurikulum bermuatan karakter bangsa fit

dekati 1 atau ≥ 0,98 dan nilai SRMR sebesar (cocok) dengan model, yang berarti didu-

0,06 sesuai kriteria mendekati 0 atau ≤ 0,08. kung data empirik dengan nilai GFI sebesar

Beberapa saran pemanfaatan produk 0,99 sesuai kriteria mendekati 1 atau ≥ 0,98

evaluasi reflektif kurikulum rumpun MKK dan nilai SRMR sebesar 0,06 sesuai kriteria

PBI adalah sebagai berikut: (1) model dapat mendekati 0 atau ≤ 0,08; (2) Semua instru-

dipergunakan oleh para dosen sebagai re- men evaluasi reflektif kurikulum MKK PBI

fleksi diri terhadap penuangan muatan ka- dalam pengembangan karakter bangsa telah

rakter bangsa dalam kurikulum MKK yang teruji validitas dan reliabilitasnya, yaitu me-

diselenggarakannya demi mem mempersiap- miliki muatan faktor > 0,50 dan reliabilitas

kan calon guru bahasa Inggris yang tidak paling kecil 0,70 dengan rincian sebagai be-

hanya kompeten dan professional tetapi rikut: instrumen evaluasi muatan karakter

juga mempunyai kesadaran untuk memben- bangsa dalam konteks kurikulum berjumlah

tuk karakter bangsa peserta didiknya kelak;