PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU: Sebuah Pendekatan Ekspresif

PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU: Sebuah Pendekatan Ekspresif

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

HIDAYATUR RIYANA

C0208067

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

“Perjuangan tak akan berhenti sebelum kaki menginjak pintu surga” (Ali bin Abi Thalib)

“Karena begitu lembutnya, banyak cinta yang terlambat disadari. Jangan pernah menyimpan kata-kata cinta pada orang yang kita sayangi jika tak ingin kehilangan Lebih baik cepat menyatakan bila cinta itu mulai terasa Janganlah terlalu lama menyimpannya hingga kehilangan kesempatan untuk mengatakan Jangan tunda hingga cintamu mati Akan menyedihkan jika akhirnya kita terpaksa hanya mencatatkan kata-kata cinta itu pada pusarannya.

Karena belahan jiwamu hanya satu, dan temukanlah!!” (Dinda Natasya)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

 Umi dan Abi tercinta, abang Zamrony dan adinda Al-Amalus Sulwana yang kusayang.

 Sahabat-sahabat

yang telah

memberi

motivasi kepada

peneliti.

commit to user

KATA PENGANTAR

Pertama dan terutama peneliti memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan guna melengkapi gelar sarjana sastra Jurusan Sastra Indonesia.

Peneliti sangat berterima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Murtini, M.S. selaku dosen pembimbing bagi peneliti yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi.

4. Drs. Wiranta, M.S. selaku dosen penelaah bagi peneliti yang telah membantu sebagian proses penyusunan skripsi.

5. Kedua orangtuaku Umi dan Abi tersayang, atas dukungan materi dan kasih sayang yang tak pernah putus sepanjang perjalanan hidup peneliti. Abang Muhammad Zamrony, atas kasih dan nasihat terbaiknya untuk menjadikan peneliti seorang muslimah berjiwa mulia dan adinda Al-Amalus Sulwana yang cantik, tumbuhlah menjadi pribadi muslimah yang “utuh”.

commit to user

6. Untuk sahabat-sahabat yang selalu setia memanjakan dan memberi motivasi, M. Fuad, Kartina Devianti, mami Anna, dan warek-warek IPA 3.Juga sahabat- sahabat di ranah juangku Anggraini, Farhana Aulia, Kusnul, Siti Kaswarini, Yan Ayu dan Inas Adila.

7. Bunda Dinda Natasya, sebagai informan yang banyak memberikan informasi dan wawasan guna membantu penyusunan skripsi, juga Om Yudi Kusumo yang telah memberikan motivasi.

8. Seluruh keluarga besar kos Raihana dan kos Azzahra atas dukungan dan kekeluargaannya selama ini.

9. Teman-teman Jurusan Sastra Indonesia UNS dan angkatan 2008 khususnya.

10. Teman-teman organisasi BEM FSSR dan BEM UNS kabinet Perlawanan.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Surakarta, 20 Juni 2012

Peneliti

commit to user

1. Pendekatan Ekspresif ……………………………………………..

2. Proses Kreatif ……………………………………………………..

C. Kerangka Pikir ………………………………………………………. BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .........………………………………………………...

B. Populasi dan Sampel .....................................………………………..

1. Populasi ...... ……………………………………………………...

2. Sampel ......................... …………………………………………..

C. Data dan Sumber Data .........................................................................

1. Data .........………………………………………………………...

2. Sumber Data ..........................................……………………........

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................

E. Teknik Pengolahan Data ......................................................................

1. Tahap Deskripsi Data ……………………………………………

2. Tahap Klasifikasi Data ...................................................................

3. Tahap Analisis Data .......................................................................

4. Tahap Interpretasi Data ..................................................................

F. Teknik Penarikan Kesimpulan ............................................................. BAB IV PEMBAHASAN

A. Proses Kreatif Kepengarangan Dinda Natasya ………………………

1. Tahap Persiapan …………………………………………………..

2. Tahap Inkubasi (Masa Pengendapan/Meditasi) …………………..

3. Tahap Inspirasi/Munculnya Ide …………………………………..

4. Tahap Penulisan sampai Proses Penyempurnaan …………………

commit to user

B. Konkretisasi Persoalan-persoalan Sosial dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru ………………………….............................................

1. Hubungan Manusia dengan Tuhannya ……………………………

2. Hubungan Cinta Kasih antara Remaja ……………………………

3. Hubungan dan Konflik Sosial antara Sesama Manusia …………..

4. Konflik dengan Batinnya Sendiri ………………………………… BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN ………………………………………………………….

B. SARAN ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………

commit to user

HALAMAN LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Wawancara Email Dinda Natasya………………………….... 100 Lampiran II Biodata dan Profil Dinda Natasya…………………………... 102

Lampiran III Transliterasi Waw ancara Telepon Dinda Natasya…………. 106 Lampiran IV Foto- foto Kegiatan Dinda Natasya……………………….... 113 Lampiran V Profil Padepokan Lindu Aji………………………………… 114 Lampiran VI Beberapa Kisah dan Puisi Dialog Cinta Oase Samudra Biru 119

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengarang adalah pencipta karya sastra, sehingga kehadiran pengarang erat kaitannya dengan penciptaan karya sastra yang berkualitas, yaitu karya sastra yang mampu memunculkan keindahan bagi pembacanya. Pengarang menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya untuk kemudian diekspresikan ke dalam karya sastra.

Karya sastra membicarakan manusia dengan segala kompleksitas persoalan hidupnya, maka antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan manusia yang di dalamnya tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, tanggapan, perasaan, imajinasi, serta spekulasi mengenai manusia itu sendiri.

Sastra sebagai cabang kesenian mempunyai fungsi untuk memperjelas, memperdalam, dan memperkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan mereka. Dengan adanya penghayatan yang lebih baik terhadap kehidupannya, manusia dapat berharap untuk menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera (Sumardjo dan Saini, 1986:16). Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan (Sumardjo dan Saini, 1986:1).

Penelitian ini adalah model penelitian ekspresivisme, karena merupakan studi sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya (kajian semi- psikologis). Penelitian yang mengharuskan peneliti untuk berhubungan langsung dengan pengarangnya. Penelitian ekspresivisme lebih memandang karya sastra

commit to user commit to user

Kejadian atau peristiwa yang terjadi dituangkan oleh pengarang dengan karya-karya ekspresif dalam setiap karyanya. Hal ini mengingat sebuah karya sastra juga merupakan sebuah aktivitas proses kreatif pengarang, yaitu ketika pengarang melukiskan watak dan pribadi tokoh yang ditampilkan atau dihadirkannya dan menggambarkan tokoh yang dikehendakinya. Seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan segala persoalannya, baik pengalaman pribadi maupun orang lain. Pengarang memegang peranan penting dalam penciptaan watak tokoh yang dilukiskannya dalam karya sastra.

Demikian juga yang terdapat dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru Karya Dinda Natasya dan Anto HPrastyo. Penelitian ini difokuskan kajian pada proses kepengarangan Dinda Natasya, meski karya tersebut ditulis berdua dengan Anto Hprastyo. Hal itu karena Dinda Natasya lebih kuat dalam persoalan- persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta pada karyanya. Anto HPrastyo yang dikenal dengan nama Samudra Biru dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru, merupakan kesatuan dari sang Oase yaitu Dinda Natasya. Pertemuan Dinda Natasya dengan Samudra Biru di situs jejaring sosial facebook, telah memberi banyak perubahan cara pandang Dinda Natasya terhadap dunia kepenulisan. Tulisan-tulisan Samudra Biru dalam status akun facebooknya, menggelitik Dinda Natasya untuk merespon dan mulai terpengaruh untuk menuliskan beberapa

commit to user commit to user

Dinda Natasya sebagai pengarang mencoba memberikan gambaran mengenai realitas kehidupan dengan berbagai macam persoalan yang terjadi dalam kehidupan sosial manusia modern. Dinda Natasya yang terlahir dengan nama Rr. Putri Dwirahayu Sipmi Cahayaningsih, kelahiran Salatiga, seorang pribadi dengan profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia. Dinda Natasya adalah orang pertama yang memproklamasikan diri sebagai “dokter cinta”, dengan keseharian sebagai praktisi konselor sekaligus pemerhati dan pengamat permasalahan remaja dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan cinta (Dinda Natasya menuliskan cinta dengan penulisan C.I.N.T.A.). Cinta tersebut dimaknai bahwa cinta itu sangat penting karena segala persoalan kehidupan berawal dari hati dan perasaan, kedua hal tersebut yang menjadi penggerak utama kehidupan. Kesehariannya itu juga yang membuat Dinda Natasya meminjam istilah dokter sebagai orang yang mampu menyembuhkan penyakit, kemudian digunakan dalam penyebutan dirinya sebagai “dokter cinta” yang diasumsikan sebagai orang yang mampu menyembuhkan luka hati karena persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta.

Dinda Natasya juga seorang penyiar di PAS FM Radio Bisnis Jakarta dan siaran langsung setiap malam mengudarakan program Curhat mulai pukul 00.00-

02.00 WIB serentak di Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, Bandung, Jogja, Balikpapan dan 70 kota lain seluruh wilayah Indonesia. Persoalan-persoalan sosial dari “pasien-pasien” dan pendengar setianya inilah yang juga menginspirasi Dinda

commit to user

Natasya untuk menulis dan mengemas nasihat-nasihatnya dalam sebuah rangkaian sajak atau puisi tanpa menggurui (Dinda Natasya, http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Latar belakang kehidupan Dinda Natasya itulah yang menjadikan Dialog Cinta Oase Samudra Biru ini menarik untuk diteliti dengan pendekatan ekspresif. Selain itu juga karena menyajikan beberapa persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta berupa: (1) hubungan manusia dengan Tuhannya dalam puisi Kalah (hal 70-71) (2) hubungan cinta kasih antara remaja dalam puisi Puisi Para Mantan (hal 112)

dan Bingung (hal 111) (3) hubungan dan konflik sosial antara sesama manusia dalam puisi Mimpi 18 hari (hal 15-16), Penjara Cinta, Lewat Tengah Malam (hal 17-18), KPK Untuk Siapa Kau Ada? (hal 101), Kisah Seorang Pramuria (hal 19), Sombong (hal 68), dan Untuk Kedua Puteraku (hal 104-106).

(4) konflik dengan batinnya sendiri, dalam puisi-puisi berikut: Cinta Tak Bertuan

Antara Oase, Samudra Biru dan Pandeka (hal 96), Romansa (hal 75), Dialog Tanpa Suara (hal 64), dan Menunggu Cintaku 1 & 2 (hal 84-85).

Juga beberapa kisah dan puisi yang mendukung analisis dalam penelitian ini yaitu kisah Tentang Cinta dan Persahabatan 1 dan 2 (hal 5-9), kisah Catatan Lain Tentang Penjara (hal 12-14), Dialog Oase dan Samudra Biru 1 sampai 4 (hal 27-57), puisi Jatuh Hati (hal 74), puisi Catatan Untuk Putriku Ulang Tahun Keyko Ke 21 9 Desember 2009 (hal 78-79), Samudra Biru (hal 89), Menyapa dengan Cinta (hal 93), dan Memilih Cinta (hal 98). Beberapa kisah dan puisi tersebut yang kemudian dijadikan sampel dalam penelitian ini. Isi dari Dialog

commit to user

Cinta Oase Samudra Biru ini juga sarat akan unsur-unsur psikologi, namun peneliti ingin mencoba untuk lebih mengungkap proses kreatif. Penelitian ini bertitik tumpu pada proses kreatif dengan meneliti Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

Karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya. Dengan sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya. Manusia kosong tidak dapat mengekspresikan apa- apa. Karya sastra seseorang mencerminkan isi kepribadian orang itu. Pribadi sastrawan yang dalam pemikirannya, luas pandangannya, pekat perasaannya, suci dan tulus hatinya, akan tercermin dalam karya-karya sastranya (Sumadjo dan Saini, 1986:7). Jiwa yang berisi merupakan jiwa/manusia yang memiliki kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan untuk diekspresikan, sedangkan jiwa/manusia yang kosong adalah jiwa yang tidak memiliki kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan apapun untuk diekspresikan.

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, prosa dan puisi, pada awalnya berangkat dari imajinasi yang dituangkan dalam karya-karyanya. Pengarang mencoba untuk mengkaji hidup dengan merespon dan menanggapi masalah- masalah yang terdapat di lingkungannya. Puisi ekspresif adalah puisi lirik yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya. Perasaan, pemikiran, pandangan hidup, lambang-lambang, dan persoalan yang dilontarkan dalam sajak adalah milik khas penyairnya yang akan berubah pula kalau kepribadiannya juga berubah (Sumardjo dan Saini, 1986:27).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara rinci alasan penelitian adalah sebagai berikut.

commit to user

1. Sebagai “dokter cinta”, bagaimana Dinda Natasya menyikapi persoalan- persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta, kemudian diangkat dalam karyanya Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang mampu melahirkan pemikiran kemanusiaan yang luar biasa dari seorang pengarang yang benar-benar ekspresif.

2. Bagaimana persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru dapat memikat pembaca dengan keindahan kata-kata dan pesan yang disampaikan di dalamnya.

3. Analisis ini diperlukan guna menentukan konkretisasi dari persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang dijadikan sampel untuk memahami aspek hidup dan kehidupan melalui proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menganalisis Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto HPras tyo dengan judul ”Proses Kreatif Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru: Sebuah

Pendekatan Ekspresif”.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi permasalahan pada proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru untuk menemukan keekspresifannya.

commit to user

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses penyempurnaan?

2. Bagaimanakah konkretisasi persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga hasil dari penelitian dapat diketahui. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses penyempurnaan.

2. Mendeskripsikan konkretisasi persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat baik secara umum.

commit to user

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian puisi Indonesia yang memanfatkan pendekatan ekspresif.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori sastra dan proses kreatif pengarang untuk mengungkapkan keekspresifan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru .

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dampak psikologis tersendiri kepada pembaca dengan adanya pengungkapan proses kreatif, makna, dan pesan yang tersirat dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru.

b. Melalui pemahaman mengenai persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta yang diungkap dalam penelitian ini, pembaca jadi mudah berempati, dapat menjadikan persoalan orang lain sebagai pembelajaran, dan memiliki semangat baru untuk menjalani hidup.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah penelitian sekaligus permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan tentang arah penelitian

commit to user commit to user

Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir yang terdiri dari tinjauan pengarang berupa riwayat hidup pengarang dan studi terdahulu maupun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pendekatan ekspresif. Bab ini juga membahas tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai pendekatan ekspresif dan kerangka pikir.

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan. Data yang digunakan bersumber dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru dan hasil wawancara dengan Dinda Natasya.

Bab IV merupakan inti dari penelitian yaitu analisis data. Berupa analisis proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya mulai dari tahap persiapan, masa pengendapan, munculnya ide, penulisan sampai proses penyempurnaan. Bab ini juga menganalisis konkretisasi persoalan-persoalan sosial pada Dialog Cinta Oase Samudra Biru dalam menenetukan keekspresifan Dinda Natasya.

Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran yang merupakan akhir dari penelitian. Penelitian ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran yang berisi email hasil wawancara dan karya yang diambil dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru .

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Pengarang

Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri: Sang Pengarang. Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra (Wellek dan Warren, 1993:82).

Begitu juga dalam penelitian ini yang mengkaji pendekatan ekspresif pengarang melalui kepribadian dan kehidupan pribadi atau riwayat hidup pengarang. Pendekatan ekspresif dalam penelitian ini juga dikaji melalui proses kreatif kepengarangan Dinda Natasya dalam Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Dinda Natasya adalah Dokter Cinta kelahiran Salatiga, 16 Mei 1968, terlahir dengan nama Rr. Putri Dwirahayu Sipmi Cahayaningsih. Seorang pribadi dengan profesi Dokter Cinta Pertama di Indonesia, karena Dinda Natasya adalah orang pertama yang memproklamasikan diri sebagai “dokter cinta”. Dengan keseharian sebagai praktisi konselor sekaligus pemerhati dan pengamat permasalahan remaja dan rumah tangga khususnya yang disebabkan oleh urusan cinta (Dinda Natasya menuliskan cinta dengan penulisan C.I.N.T.A.). Cinta tersebut dimaknai bahwa cinta itu sangat penting karena segala persoalan kehidupan berawal dari hati dan perasaan, kedua hal tersebut yang menjadi penggerak utama kehidupan. Kesehariannya itulah yang membuat Dinda Natasya meminjam istilah dokter sebagai orang yang mampu menyembuhkan penyakit, kemudian digunakan dalam

commit to user commit to user

sebabkan oleh cinta. Setiap malam mengudara secara nasional sebagai narasumber dan juga pembawa acara radio PDKTDOTCOM melalui PAS FM Radio Bisnis Jakarta yang disiarkan secara langsung mulai pukul 00.00-02.00 WIB. Di waktu yang lain sibuk menerima konsultasi langsung permasalahan remaja dan rumah tangga sekaligus juga melayani pengobatan untuk umum di Klinik Dokter Cinta. Pengobatan yang dilakukan Dinda Natasya yaitu berupa konsultasi langsung

dengan “pasien” mengenai persoalan hidupnya. Di klinik miliknya tersebut juga menyediakan obat-obatan herbal yang baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Dinda Natasya juga sibuk di organisasi yang dipimpinnya yaitu Pondok Curhat Dinda Natasya Indonesia. Dinda Natasya juga pernah bekerja sama dengan Yayasan Padepokan Lindu Aji yang bergerak di bidang pendidikan dan olah raga, sosial kemanusiaan,

Lindu Aji,

http://wspamungkassidoarjo.blogspot.com , tanggal 16 Februari 2012 pukul 13.00 WIB).

Dinda Natasya berpendapat jika seseorang sedang dilanda kedukaan di dalam perjalanan hidupnya: rasa sendiri, bingung, kecewa dan putus asa mungkin akan menjadi penyebab utama hancurnya sebuah kehidupan baik itu dalam hal karir, prestasi maupun rumah tangga. Jika hati sedang gelap, pikiran tak bisa digunakan dengan baik. Mata juga tak bisa melihat dengan baik, jika tak menemukan orang-orang yang bisa dipercaya dan tak ada lagi solusi yang ditemukan maka hal-hal yang muncul justru akan semakin memperburuk keadaan.

commit to user

Akhirnya seseorang yang tengah putus asa lebih memilih mati saja karena sudah tak sanggup menanggung penderitaan yang ada (Dinda Natasya, http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Dinda Natasya adalah orang yang mampu melih at penderitaan “pasien” tanpa harus mengatakannya. Jika “pasien” di dalam keterpurukan, namun di

hatinya tetap ada semangat untuk paling tidak berusaha menemukan seseorang yang bisa memberinya dukungan tanpa menyalahkan tanpa menghakimi, seseorang yang membuatnya tetap sadar dan terjaga untuk menghadapi masalah, seseorang yang mampu membawa petunjuk sekaligus membantunya untuk menghadapi bahkan melewati kedukaan dan penderitaan dengan ikhlas dan sukses, tentunya hal itu akan sangat membantu (Dinda Natasya, http://www.pondokcurhat.com, tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

Dinda Natasya mampu menyembuhkan penderitaan “pasien” tanpa harus bertemu dengannya. Dinda Natasya adalah sebuah pribadi, manis, baik hati, dan

tidak sombong yang dapat dijadikan teman, sahabat, kakak, Ibu, bahkan kekasih. Dinda Natasya adalah orang yang mampu memberikan kesejukan bagi orang lain hanya mulalui suara dan kata-katanya. Dinda Natasya mampu mengenali pribadi karakter dan masalah yang dihadapi oleh seseorang hanya dari membaca tulisannya. Karena semua kepekaan dan kebaikan hatinya itulah, Dinda Natasya mampu menjadikan dirinya sebagai penerang dan penyejuk hati bagi siapa saja yang datang padanya dengan membawa berbagai macam persoalan hidup. Demikianlah pendapat Dinda Natasya tentang dirinya dan kehidupan (Dinda Natasya, http://www.pondokcurhat.com , tanggal 02 Februari 2012 pukul 11.30 WIB).

commit to user

Perempuan Jawa yang suka tirakat ini mudah beradaptasi, suka berbagi, dan memiliki hobi di bidang sosial. Dinda Natasya juga berkarya sambil beramal sekaligus belajar, karena itu mendengarkan dan mempelajari karakter orang lain sudah menjadi kesenangan yang juga sudah menjadi bagian hidup Dinda Natasya. Menjunjung tinggi tata krama, budaya dan budi pekerti, menikmati semua seni budaya anak manusia tanpa terkecuali sebagai bagian dari ekspresi diri, cinta terhadap sesama manusia dan lainnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kodrat wanita adalah perhatian utama, menjadi wanita ratu rumah tangga itulah cita- citanya. Seperti lilin yang bersinar sampai padam walau meleleh, seperti karang tetap tegar diterpa ombak itulah semboyan hidup Dinda Natasya (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:179).

Dinda Natasya menggunakan pemikirannya itu ke dalam kenyataan. Kini semua catatan yang mewarnai di setiap perjalanannya tertuang di dalam bukunya Dialog Cinta Oase Samudra Biru (Dinda Natasya dan Anto HPrastyo, 2010:2). Menariknya latar belakang kehidupan Dinda Natasya inilah yang dijadikan landasan dalam penelitian ini untuk lebih mengungkap keekspresifan Dinda Natasya melalui proses kreatif kepengarangannya.

2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu yang telah dipublikasikan diantaranya:

a. Skripsi Andry Khristian C0298008 (2006), Sastra Indonesia FSSR UNS. Judul penelitian “Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film ELIANA, ELIANA ”. Objek penelitian ini adalah skenario film “ELIANA, ELIANA” oleh Riri Riza. Dengan rumusan masalah dalam penelitian (1)

commit to user

Bagaimana “Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film ELIANA, ELIANA” ditinjau secara umum, yaitu mulai dari munculnya ide, masa pengendapan, penulisan sampai proses penyempurnaan? (2) Bagaimana

“Proses Kreatif Riri Riza dalam Penulisan Skenario Film “ELIANA, ELIANA” ditinjau secara khusus, yaitu bagaimana proses pencarian tema, amanat, penokohan, setting, dan alur?

Penelitian ini menggunakan teori proses kreatif. Menurut Mochtar Lubis dalam skripsi Andry Kristian, kreativitas seorang sastrawan adalah kemampuannya untuk menyuling manusia dan kehidupannya, pengalaman masyarakat, sejarah bangsanya dan negerinya, lingkungan hidupnya, kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogen maupun yang beragam-ragam, dan kemudian menuangkannya dalam kerangka ciptaannya, berbentuk puisi atau prosa, dan menandai ciptaannya ini dengan citra kepribadiannya, keyakinannya, kejujurannya, nilai-nilai yang dipegangnya, keberaniannya, kebenarannya, dan rasa keindahannya. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) id e cerita “ELIANA, ELIANA” tumbuh karena ketertarikan Riri Riza tentang sosok wanita Minang yang dikenalnya, yaitu istrinya. Proses penulisan skenario “ELIANA, ELIANA” Riri Riza dilakukan dari bulan Juni 2000 sampai bulan Agustus dibantu Prima Rusdi. Tahapan proses kreatif Riri Riza menganut Triangel System, yaitu sutradara, penulis skenario dan produser film duduk dalam satu kursi. Pada tahap penyempurnaan, dilakukan penajaman karakter, perubahan judul, dan pemotongan adegan, (2) dalam menulis skenario film “ELIANA, ELIANA”, Riri Riza banyak dipengaruhi oleh pengalaman kerjanya dan orang-orang yang

commit to user

berada di sekelilingnya. Dalam cerita “ELIANA, ELIANA” Riri Riza ingin menghadirkan persoalan alur cerita “ELIANA, ELIANA” hanya berkisar pada pertemuan, pembicaraan, pertengkaran untuk mempertahankan harga diri yang terjadi saat Eliana dan Bunda bertemu. Film karya Riri Riza tidak sedang menjual mimpi, tidak ada jagoan, juga tidak ada tokoh utamanya menderita kemudian menjadi pengusaha sukses pada ending. Setting yang dimunculkan adalah “kawasan belakang” yaitu perkampungan kumuh, yang sempit, air comberan, kamar kontrakan yang mirip kapal pecah, suasana toko-toko setelah tutup, atau gudang tua dengan dinding yang penuh dengan grafiti di daerah Kota Jakarta.

b. Skripsi Budi Waluyo C0294009 (2000), Sastra Indonesia FSSR UNS, dengan judul “Obsesi Pengarang dalam Naskah Lakon Pedati Kita di Kubangan Karya Hanindawan (Sebuah Pendekatan Ekspresif)”. Objek penelitian ini adalah naskah lakon “Pedati Kita di Kubangan” karya Hanindawan yang berisi tentang manusia-manusia yang berada di dalam kegelapan, kegulitaan dalam kehidupan yang tak mampu dipahami oleh manusia yang berada di dalamnya. Sumber data primer adalah naskah lakon “Pedati Kita di Kubangan” yang diterbitkan oleh ISI Press Surakarta, sedangkan sumber data sekunder berasal dari berbagai artikel dalam koran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang berusaha untuk menjabarkan apa yang menjadi masalah, menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah struktural yang dipadukan dengan pendekatan ekspresif. Pendekatan struktural menurut Teeuw dalam skripsi Budi Waluyo adalah pendekatan yang mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-

commit to user commit to user

Penelitian ini mengungkap tentang tinjauan ekspresif sebagai salah satu cara untuk mendekati sastra. Peneliti berusaha mengupas pandangan pengarang (Hanindawan) yang diwujudkan melalui naskah lakonnya. Untuk mengetahui jiwa pengarang (yang tertuang dalam karyanya), dapat diketahui melalui keterlibatan sosial, biografi pengarang, ideologi, sikap, dan posisi ekonomi. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa ekspresi pengarang dalam naskah lakon ini meliputi lima hal yaitu: gaya bahasa dan gaya penulisan, obsesi tentang kemerdekaan, pandangan tentang kemerdekaan ideal, obsesi tentang kepemimpinan dan tentang kepemimpinan yang ideal.

B. Landasan Teori

1. Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif menurut M. H. Abrams dalam bukunya The Mirror and The Lamp: Romantic Theory and The Tradition menyimpulkan bahwa secara umum kecenderungan utama teori ekspresif dapat dirangkum dengan cara ini: sebuah hasil seni pada dasarnya sesuatu dari dalam yang dibuat eksternal, dari hasil proses kreatif yang bekerja di bawah dorongan perasaan yang diwujudkan

commit to user commit to user

Dalam koordinasi beberapa kritik seni Abrams memaparkan empat elemen dalam situasi total suatu karya seni yang dideskriminasi dan dibuat menonjol oleh satu sinonim atau lainnya, dalam hampir semua teori yang

bertujuan untuk menjadi komprehensif (M. H. Abrams, l971:6). Berkenaan dengan itu Abrams mengatakan: First, there is the work, the artist product itself. And since this is a human

product, an artifact, the second common element is the artificer, the artist. Third, the work is taken to have a subject which, directly or deviously, is derived from existing things-to be about, or signify, or reflect something which either is, or bears some relation to, an objective state of affairs. This third element, whether held to consist of people and actions, ideas and feelings, material things and events, or super-sensible essences, has frequently been denoted by that word-all- work, „nature‟; but let us use the more neutral and comprehensive term, universe, instead. For the final element we have the audience: the listeners, spectators, or readers to whom the work of art is addressed, or to whose attention, at any rate, it becomes available (Abrams, l971:6).

Melalui teori di atas, kita mengetahui bahwa pertama, ada suatu karya sastra (karya seni); kedua, ada pencipta (pengarang) karya sastra; ketiga, ada semesta (alam) yang mendasari lahirnya karya sastra; dan keempat, ada penikmat karya sastra (pembaca). Menurut Abrams keempat hal ini dapat dijadikan sebagai teori perbandingan agar lebih mudah untuk menganalisis dalam ranah kritik seni (M. H. Abrams, 1971:6-7).

Berdasarkan teori di atas, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut pandang: (a) mimetik (b) pragmatis (c) ekspresif dan (d) objektif (M. H. Abrams, 1971:8-29). Cara pandang terhadap karya sastra semacam itu dalam memahami atau menelaah karya sastra bisa difokuskan pada: (a) penjelasan seni sebagai dasar tiruan dari aspek-aspek alam adalah pendekatan mimetik, (b) efek karya sastra

commit to user commit to user

Pendekatan ekspresif memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis. Pendekatan ini mendefinisikan puisi/karya sastra sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya. Pendekatan ini cenderung untuk menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokannya dengan visium (penglihatan batin) individual penyair/pengarang atau keadaan pikirannya. Sering pendekatan itu melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah membukakan dirinya di dalam karyanya (Rachmat Djoko Pradopo, 2011:27).

Dalam proses penciptaan, karya sastra dapat dikatakan sebagai pengalaman. Pengalaman di sini ialah jawaban (response) yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan (realitas). Disebut utuh karena tidak hanya meliputi kegiatan pikiran atau nalar, akan tetapi juga kegiatan perasaan dan khayal atau imajinasi (Sumardjo dan Saini, 1986:10).

Menurut Mursal Esten dalam bukunya Kesusasteraan: Pengantar Teori dan Sejarah bahwa seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ada dalam masyarakat (realitas objektif). Realitas objektif dapat berbentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan bentuk- bentuk realitas objektif yang ada dalam masyarakat. Apabila seorang pengarang

commit to user

merasa tidak puas dengan realitas objektif itu, mungkin saja pengarang lalu merasa “gelisah”. Berangkat dari kegelisahannya itulah, pengarang dengan caranya sendiri memprotes, memberontak, mendobrak realitas yang menurutnya tidak memuaskan atau penuh dengan ketidakadilan. Setelah ada suatu sikap, maka pengarang mencoba untuk mengangankan suatu “realitas” baru sebagai pengganti realitas objektif yang sementara ini ditolak pengarang. Hal inilah yang kemudian diungkapkan melalui karya sastra yang diciptakan pengarang. Pengarang mencoba untuk mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif yang ditemukannya. Pengarang ingin berpesan kepada pihak-pihak lain tentang sesuatu yang dianggap sebagai masalah atau persoalan manusia (Mursal Esten, 1993:9).

Karya sastra dituntut untuk memberikan hiburan (entertainment), maka keindahan, kesegaran, kemenarikan dan sejenisnya harus menyertai karya sastra tersebut. Karena sifatnya yang kreatif-imajinatif, karya sastra menyaran pada dunia rekaan sang penciptanya. Karya sastra novel misalnya, menyuguhkan cerita. Tokoh-tokoh berikut perilaku yang menyertai dan segala aspek pendukung cerita itu merupakan hasil kreasi dari pengarangnya. Sebagai karya seni, karya sastra diciptakan dengan menonjolkan aspek seninya (aspek estetis) dalam upaya untuk memberikan hiburan (entertainment) bagi penikmatnya (Fatchul Mu’in, http://pbingfkipunlam.wordpress.com , tanggal 16 Februari 2012 pukul 15.30 WIB).

Karena sifatnya yang menghibur sehingga karya sastra tidak menghadirkan manfaat atau mengajarkan moral secara langsung, melainkan mengajarkan kepada pembaca melalui keindahannya. Pesan moral disampaikan oleh pengarang melalui keindahan karya sastra.

commit to user

2. Proses Kreatif

Proses kreatif seorang pengarang maupun penulis adalah ruang istimewa yang tidak bisa diabaikan, karena hal itu menentukan mutu karya ciptaannya (Naning Pranoto, 2011:30). Pengarang yang sering membicarakan proses kreatifnya lebih suka menyinggung prosedur teknik yang dilakukan dengan sadar daripada membicarakan “bakat alam”, atau pengalaman yang menjadi bahan

karya, atau karyanya sebagai cermin atau prisma dari pribadi mereka. Cukup jelas alasan seniman-seniman yang sadar diri untuk menyatakan bahwa karya mereka bersifat tidak personal. Jadi seakan-akan mereka memilih tema seperti seorang editor yang menghadapi masalah estetika (Rene Wellek dan Austin Warren, 1993:101).

Hal yang menunjang dalam penelitian proses kreatif adalah biografi pengarang, namun biografi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya sastra. Tetapi biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan intertektualnya, yang tentu menarik. Biografi dapat juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif (Rene Wellek dan Austin Warren, 1993:82).

Karya sastra adalah sebuah struktur tanda yang bermakna. Di samping itu, karya sastra adalah karya yang ditulis oleh pengarang. Pengarang tidak terlepas dari latar belakang sosial budayanya. Maka semuanya itu tercermin dalam karya sastranya (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:108). Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah

commit to user commit to user

Williem Miller dalam buku Jakob Sumardjo yang berjudul Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen memaparkan tentang berbagai pengalaman penulis terkenal, yaitu menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Banyak yang melakukan secara spontan, tetapi juga ada yang berkali- kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali. Artikel ini ditulis sekitar sejam, tapi ada juga penulis yang melakukannya berhari-hari. Potensi dan tabiat orang memang tidak sama. Namun dalam kerja menulis, cepat atau lamban, selalu mengalami proses kreatif yang hampir sama (Jakob Sumardjo, 1997:69).

Dalam buku Jakob Sumardjo tersebut juga memaparkan bahwa terdapat empat tahap proses kreatif menulis. Pertama, tahap persiapan, dalam tahapan ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah gagasan, isi tulisan. Sedang bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Soal bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat teknis penulisan.

Kedua, tahap inkubasi (masa pengendapan atau meditasi). Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Di mana saja dia berada dia memikirkan dan mematangkan gagasannya.

Ketiga, saat inspirasi (munculnya ide), tahapan inilah tahap yang menggelisahkan. Inilah saat “Eureka” yakni saat yang tiba-tiba seluruh gagasan menemukan bentuknya yang amat ideal. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah

commit to user commit to user

Keempat, tahap penulisan. Kalau saat inspirasi telah muncul maka segeralah lari ke mesin tulis atau komputer atau ambil bolpoin dan segera menulis. Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua gagasan yang baik atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam sebuah bentuk tulisan yang direncanakannya. Rasio belum boleh bekerja dulu. Bawah sadar dan kesadaran dituliskan dengan gairah besar. Hasilnya masih suatu karya kasar, masih sebuah draft belaka. Spontanitas amat penting di sini.

Kelima, tahap revisi. Setelah “melahirkan” bayi gagasan di dunia nyata ini berupa tulisan, maka istirahatkanlah jiwa dan badan anda. Biarkan tulisan

masuk laci. Kalau saat-saat dramatis melahirkan telah usai dan otot-otot tak kaku lagi, maka bukalah laci dan baca kembali hasil kasar dulu itu. Periksalah dan nilailah berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang kau miliki. Buang bagian yang dinalar tak perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan (Jakob Sumardjo, 1997:69-72).

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam mendeskripsikan penelitian ini dituangkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan rumusan masalah, dilakukan penelitian mengenai proses kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

commit to user

2. Penentuan klasifikasi karya-karya Dinda Natasya dalam tataran proses kreatif yang dijadikan sampel untuk penelitian ini.

3. Tahap selanjutnya melakukan wawancara mendalam dengan narasumber, guna mengetahui sisi kekhasan kepengarangan Dinda Natasya.

4. Tinjauan pengarang atau riwayat hidup pengarang juga dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

5. Tahap akhir penelitian ini adalah analisis terhadap data-data untuk mengerucutkan menjadi satu simpulan berupa proses kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru dalam menentukan keekspresifan Dinda Natasya.

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Wawancara dengan Dinda Natasya Riwayat hidup Dinda Natasya

Analisis proses kreatif dalam menentukan

keekspresifan Dinda Natasya

Klasifikasi karya Dinda Natasya

dalam tataran proses kreatif

Simpulan keekspresifan Dinda Natasya yang didapat dari proses kreatif kepengarangannya

Proses Kreatif Dialog Cinta Oase Samudra Biru dalam menentukan keekspresifan Dinda Natasya

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Atar Semi dalam buku Suwardi Endraswara penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar-konsep yang sedang dikaji secara empiris (Suwardi Endraswara, 2011:5).

Penelitian ini juga dilakukan dengan memenuhi ciri penting dari penelitian kualitatif dalam kajian sastra, antara lain: (1) peneliti merupakan instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra, (2) penelitian dilakukan secara deskriptif, artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka, (3) lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak mengundang penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan andalan utama (Suwardi Endraswara, 2011:5).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 1983:70). Populasi penelitian ini adalah Dialog Cinta Oase Samudra Biru. Adapun populasi sampling dari penelitian ini adalah beberapa puisi dan kisah yang diambil dari

commit to user

Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang berkaitan erat dengan latar belakang masalah.

1. Sampel

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Satu persoalan penting yang dihadapi oleh seorang penyelidik jika ia hendak mengadakan research sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel atau sampel-sampel yang dapat “mewakili” populasi. Tentulah yang dimaksud dengan “mewakili” bukanlah duplikat atau “replika” yang cermat, melainkan hanya sebagai “cermin

yang dapat dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi (Sutrisno Hadi, 1983:70). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat- sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 1983:82).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel yang disesuaikan dengan rumusan masalah, yaitu berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial yang disebabkan oleh cinta. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah beberapa puisi dan kisah yang diambil dari Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang berkaitan erat dengan latar belakang masalah sehingga mampu menentukan masing-masing standar estetis untuk penelitian ini.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Data dalam bentuk kata verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama, atau

commit to user commit to user

2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal muasal data-data penelitian itu diperoleh yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Data-data penelitian itu juga berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data- data yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai sumber yang jelas dan pasti. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, yaitu Dinda Natasya. Dinda Natasya dijadikan sumber data karena penelitian ini membicarakan masalah proses kreatif penulisan sebuah karya. Sehingga informasi penulis sangat penting dalam memberikan data-data yang diharapkan peneliti.

b. Kepustakaan Sumber kepustakaan dalam penelitian ini adalah Dialog Cinta Oase Samudra Biru karya Dinda Natasya dan Anto Hprastyo yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh Mata Aksara dan hasil wawancara dengan Dinda Natasya.

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data yang berkualitas. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah melalui penggolongan klasifikasi Dialog Cinta Oase Samudra Biru yang sesuai dengan tujuan penelitian dan wawancara terhadap pengarang (teknik kerja sama dengan informan). Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu kelompok (Nyoman Kutha Ratna, 2010:222).

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan tahap analisis setelah seluruh data terkumpul. Teknik analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenis itu (Tatang M. Amirin, 1990:95). Sesuai dengan penelitian ini yang berupa penelitian kualitatif, maka teknik analisis data dari penelitian ini berupa pendeskripsian data penelitian secara kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Deskripsi Data

Tahap deskripsi data bertujuan untuk membuat gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungannya dengan fenomena yang diteliti.

Deskripsi data merupakan pendefinisian tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan karya sastra (Rachmat Djoko Pradopo, 2011:183).

commit to user

2. Tahap Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan data-data yang telah dideskripsikan sesuai dengan permasalahan. Tahap klasifikasi data merupakan penggolongan yang memilah-milahkan data sesuatu dengan kelompoknya, kategori pengelompokkan bersifat natura (Suwardi Endraswara, 2011:154).

3. Tahap Analisis Data

Dalam penelitian ini data dianalisis dari segi proses kreatif pengarang untuk menemukan keekspresifannya. Analisisnya berdasarkan tahap pengambilan sampel untuk menentukan klasifikasi, penentuan konflik sosial dalam klasifikasi, dan pengolahan data hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Knox C Hill dalam buku Rachmat Djoko Pradopo memaparkan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur kompleks, maka untuk memahaminya perlu adanya analisis, yaitu penguraian terhadap bagian-bagian atau unsur- unsurnya (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:93).

4. Tahap Interpretasi Data

Tahapan ini memberikan pemaknaan pada data yang telah dianalisis dalam kesesuaian dengan tujuan penelitian tanpa mengurangi keobjektifannya.