ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

SRI KUSUMA WARDANI

C0108051

JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

commit to user v

MOTTO

 Tata titi ateken tekun temah tekan. (Filosofi Jawa)  Try as hard as you want to, but just make sure that when you're finished, you

never regret because it. (Penulis)

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:  Ibu, Bapak, dan kedua Adikku tersayang

yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa

 Almamaterku  Para pecinta dunia linguistik dan radio

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Alih Kode dan Campur kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk, serta saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberi izin dan kemudahan dalam pengerjaan skripsi penulis.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat, dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

commit to user viii

6. Bapak serta Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal selama perkuliahan.

7. Pimpinan dan Staf radio Top dan Slenk FM yang telah membantu dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

9. Ibu dan Bapakku tersayang atas kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan mereka untuk membesarkan, membimbing, dan mendoakan anak-anaknya.

10. Kedua Adikku dan keponakan-keponakanku sayang yang menjadi semangatku dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2008. Terima kasih atas kebersamaan, kebahagiaan dan kasih sayang yang terjalin.

12. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk apapun semoga Tuhan YME selalu memberikan berkah dan karunia-Nya.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

commit to user xi

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .........................

35

A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo .............................................

35

1. Bentuk Alih Kode ....................................................................

35

2. Bentuk Campur Kode ...............................................................

52

B. Fungsi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ............................................

85

1. Fungsi Alih Kode ....................................................................

85

2. Fungsi Campur Kode ..............................................................

90

C. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ........

100

BAB V PENUTUP .........................................................................................

115

A. Simpulan ....................................................................................... 115

B. Saran ............................................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

118

LAMPIRAN ..................................................................................................

120 .

commit to user xii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Daftar Singkatan

AM

: Amplitudo Modulation

a.n.

: atas nama

BUL

: Bagi Unsur Langsung

D1 s/d D27 : Data Iklan No 1 s/d Data Iklan No 27 DISHUBINFOKOM : Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi dll.

: dan lain-lain

FM

: Frequency Modulation

FVO : Female Voice Over (Penyiar wanita) KB

: Keluarga Berencana

MVO

: Man Voice Over (Penyiar pria)

: Mitra Tutur

O3

: Penutur ketiga

PHBS

: Perilaku Hidup Bersih Sehat

PIKKRR : Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Remaja

RS

: Radio Slenk

RSPD

: Radio Siaran Pemerintah Daerah

RT

: Radio Top

commit to user xiii

sbb.

: sebagai berikut

SBJG

: Sumber Baru Jaya Gemilang

SBLC

: Simak Bebas Libat Cakap

SWT

: Subhanahu Wa’Taala

YME

: Yang Maha Esa

B. Daftar Tanda

Cetak miring

: Menandakan data

Cetak miring tebal : Menandakan data yang dianalisis “...”

: Tanda petik menandakan kutipan langsung ‘...’

: Glos sebagai pengapit terjemahan

[...] : Tanda kurung titik-titik maksudnya ada kalimat yang dihilangkan

/ : Garis miring sebagai tanda pemisah dan menandakan atau

commit to user xiv

ABSTRAK

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (2) bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (3) apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo (2) menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. (3) menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini berupa data lisan, yaitu berupa tuturan dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Lokasi penelitian ini di radio Top FM dan Slenk FM. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari hasil rekaman iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa rekaman iklan berbahasa Jawa yang di dalamnya mengandung peristiwa alih kode dan campur kode. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutannya menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis bentuk alih kode dan campur kode. Metode padan digunakan untuk menganalisis fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa bentuk alih kode yang ditemukan berupa alih kode intern, yakni (1) alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, (2) alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, (3) alih kode berupa alih tingkat tutur bahasa Jawa. Bentuk campur kode yang ditemukan yakni berupa penyisipan: (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4) idiom. Fungsi alih kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo adalah (1) untuk mengimbangi bahasa yang digunakan oleh mitra tutur, (2) untuk mengubah peran pembicaraan karena berubahnya topik pembicaraan, (3) menjelaskan isi/pesan pembicaraan, (4) untuk mempersuasif pendengar agar tertarik, (5) untuk mengutip perkataan orang lain. Fungsi campur kode adalah (1) untuk menunjukkan identitas diri, (2) untuk menekankan maksud tuturan, (3) untuk menghormati mitra tutur, (4) lebih prestis. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo yaitu penutur, mitra tutur, situasi tutur, tujuan tuturan, dan hal yang dituturkan.

commit to user xv

SARI PATHI

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan

Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang dipuntiti salêbêting panalitèn, inggih punika: (1) kados pundi wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (2) kados pundi fungsi alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3) prêkawis mênapa kemawon ingkang anjalari panganggènipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Ancasing panalitèn inggih punika: (1) ngandharakên wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (2) ngandharakên pigunanipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3) ngandharakên prêkawis ingkang anjalari panganggènipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo.

Panalitèn mênika asipat deskriptif kualitatif. Data panalitèn awujud data lesan, inggih punika awujud tuturan wontên ing salêbêting pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Dene papan panalitèn dipunlêksanakakên wontên ing Radio Top FM sarta Slenk FM. Sumber data panalitèn punika saking rekaman pariwara iklan wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Data panalitèn punika awujud pariwara basa Jawi ingkang ngandhut alih kode saha campur kode. Data dipunkêmpalakên kanthi ngginakakên metode simak kanthi cara dhasar sadap kalajêngakên cara Simak Bebas Libat Cakap, cara ngrêkam, sarta cara cathêt. Analisis data ngginakakên metode distribusional lan metode padan. Metode distribusional dipun-ginakakên kanggè ngandharakên wujudipun alih kode saha campur kode. Metode padan dipun-ginakakên kangge ngandharakên fungsi lan faktor ingkang anjalari panganggenipun alih kode lan campur kode.

Sasampunipun dipunlêksanakakên panalitèn, sagêd dipundudut, inggih punika: (1) wujud alih kode ingkang pinanggihakên inggih mênika alih kode intern inggih punika alih kode saking basa Jawi dhatêng basa Indonesia, alih kode saking basa Indonesia dhatêng basa Jawi, lan alih kode wujud undha usuk basa Jawi. Wujud campur kode ingkang pinanggihakên inggih mênika, campur kode têmbung, campur kode frasa , campur kode klausa, lan campur kode idiom. Pigunanipun alih kode pariwara basa Jawi wonten ing radio Kabupaten Sukoharjo inggih punika: (1) kangge ngimbangi basa ingkang dipun-ginakakên mitra wicara, (2) amargi ewahipun wosing ginêman, (3) kangge ngandharakên suraosing pangandikan, (4) supados konsumen ingkang mirêngakên kapincut, (5) amargi nirokakên ginêman tiyang sanès. Pigunanipun campur kode inggih punika: (1) kangge nêdahaken jati diri, (2) kangge ngiyatakên wosing ginêman, (3) kangge ngurmati wawan ginem, (4) kangge kawibawan. Faktor ingkang anjalari panganggenipun alih kode lan campur kode pariwara basa Jawi wonten radio ing Kabupaten Sukoharjo inggih punika pamicara, mitra wicara, kaanan pituturan, dudutan pitutur, lan wosing pitutur.

commit to user xvi

ABSTRACT

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan

Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University.

Problems discussed in this research namely: (1) how does the form of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (2) how is the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (3) what are the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? The purpose of this research are: (1) describe the shape of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (2) explain the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (3) explain the background occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency.

This research is qualitative descriptive. The data type in this research is an oral speech in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency. The location of this research at the Top and Slenk FM radio. The data source in this research comes from the record commercials on the radio in Sukoharjo Regency. The method of collecting data using listen methods to take a basic and continuation technical tapping sequel used the technique Involved Proficient Listen Free, recording technical, and technical notes. Methods of data analysis using distributional methods and matching methods. The method distribusional is used to analyze the switching and mixing code shape. Matching method is used to analyze the function and the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing.

Based on the results of data analysis can be concluded that the form of code switching is internal code switching, namely (1) the code switching of the Java language into Indonesian language, (2) the code switching from Indonesian to the Java language, (3) the code switching of speech level in Java language. Code mixed form is found in the form of insertion: (1) word, (2) phrases, (3) clause, and (4) idioms. The function of the code switching in the Java language radio advertising in Sukoharjo Regency radio are (1) to compensate for the talks in accordance with the language used by the partners said, (2) to change role talks because changing the subject, (3) explained the contents/message talks, (4) for the listener to be interested, (5) to quote the words of others. Code mixing function are (1) to show identity, (2) to emphasize the purpose of the speech to speech and hearing partner trust, (3) to admire others, (4) more prestise. Factors underlying the occurrence of switching code and mixing code in the Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency are, the speakers, said the partners, the situation said, the purpose of speech, and it is spoken.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cabang ilmu yang mempelajari bahasa dengan berbagai macam hubungannya dengan masyarakat pemakai bahasa disebut sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan perpaduan antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia, lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 2).

Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa, melalui bahasa orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan pendapatnya, maupun untuk mempengaruhi orang lain demi kepentingannya sendiri maupun kelompok atau kepentingan bersama. Peranan bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain dalam suatu masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa.

commit to user

Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak dapat lepas dari pemakainya. Di dalam kehidupan kita sekarang ini bahasa tidak hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari saja, namun juga diabadikan oleh media komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita dikelilingi oleh berbagai macam media-media komunikasi yang dapat dengan mudah kita dapatkan. Media- media komunikasi tersebut memberikan berbagai macam informasi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1999: 11) menyebutkan bahwa salah satu media komunikasi tersebut adalah radio.

Radio memegang peranan penting dalam menyebarluaskan informasi sehingga mendapat julukan sebagai “kekuasaan yang kelima” (the fifth estate)

setelah pers atau surat kabar yang dianggap sebagai “kekuasaan keempat” (the forth estate ). Sebenarnya televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio hanya dapat didengar, tetapi televisi selain dapat didengar (auditive) juga dapat dilihat (visual ). Walaupun demikian belum pernah televisi diberi julukan “the sixth estate ” (kekuasaan keenam).

Berbicara mengenai radio, banyak yang menarik dari media ini karena radio memiliki kelebihan tersendiri, kelebihan itu antara lain programa hadir dengan hiasan musik dan efek suara (sound effect), sehingga dalam menerima acara/program siaran, pendengar seolah-olah sedang menikmati hiburan, segala angan dan fantasi akan tergerakkan oleh acara yang dinikmatinya, karena khalayak pendengar tidak melihat acara secara fisik, mereka melihat keseluruhan acara dalam khalayan.

commit to user

Dalam perkembangannya, radio sangat akrab dengan masyarakat, karena media radio dapat menjadi media yang komunikatif, edukatif, dan mengibur, hanya membutuhkan indra pendengaran sehingga dapat didengarkan di mana saja ataupun sambil melakukan segala aktivitas. Radio tidak hanya berisi hiburan misalnya musik, campursari atau bahkan yang lain, akan tetapi radio pada saat ini juga memberikan atau menyampaikan informasi kepada masyarakat yang berupa larangan, ajakan ataupun himbauan.

Iklan (advertising) merupakan fenomena pemakaian bahasa yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita. Setiap hari ketika mendengarkan radio, menonton televisi, membaca surat kabar, melakukan perjalanan niscaya kita menemukan iklan. Iklan merupakan salah satu bagian penting untuk membangun dan menciptakan merk. Itu sebabnya iklan muncul dengan berbagai ragam pengucapan yang disesuaikan dengan kepribadian khalayak sasaran. Iklan senantiasa hadir dan berada di sekitar lingkungan kita. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang digunakan orang, kelompok orang, atau suatu lembaga untuk menyampaikan informasi dan juga visi serta misi kepada pihak lain, khalayak (audience) (Sarwiji Suwandi, 2008: 107).

Iklan merupakan salah satu jenis dan bentuk siaran dalam radio yang biasanya diputar setiap jeda acara. Terkadang iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun bahasa yang digunakan. Bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi di radio merupakan cerminan bahasa masyarakat yang dapat menyebabkan timbulnya gejala sosial, yang tidak dapat dilepaskan dari pemakaiannya.

commit to user

Penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi iklan radio ini menimbulkan terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode. Hal ini hanya terjadi dalam masyarakat multilungual yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa/lebih, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alih kode dan campur kode adalah bagian dari sosiolinguistik.

Berikut adalah contoh alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. O1

: Hah, urip seprana-seprene kok tanpa enek perubahan blas, apike ki apa tambah anak wae ya Mah?

O2 : Ya ampun Mas-mas, anak wis loro kok jik kurang wae. O1

: Kata orang banyak anak kan banyak rejeki ta? O2

: Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong!

O1 : Lhoh, aku ki kan ya gur mbok menawa kok. O2

:Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.

MVO : Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya ta? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Terjemahan: O1

: „Hah, hidup sejak dulu sampai sekarang tidak ada perubahan sama sekali, apa sebaiknya tambah satu anak lagi saja ya Mah?‟

O2 : „Ya ampun Mas-mas, anak sudah dua masih saja kurang.‟ O1

: „Kata orang banyak anak itu banyak rejeki.‟ O2

: „Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan, jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau

mau tambah anak ya harus diperhitungkan dulu!‟ O1

: „Saya mengatakan itu hanya jika mungkin.‟ O2

: „Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan dulu sebelum terlanjur Mas. ‟

MVO : „Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya kan? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.‟

commit to user

Pada contoh di atas merupakan bentuk iklan layanan masyarakat yang sifatnya memberikan informasi kepada masyarakat. Iklan di atas berbentuk dialog antara suami dan istri. Dalam peristiwa di atas terjadi peristiwa alih kode dan campur kode yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal agar iklan dapat lebih mudah dipahami oleh pendengar.

Penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang iklan di radio adalah sebagai berikut.

1. Agus Budiyono pada tahun 1999 yang berupa skripsi dengan judul Iklan Berbahasa Jawa di Radio Se-Kodia Surakarta. Hasil penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis iklan, struktur kebahasaan iklan dan pemakaian gaya bahasa berdasarkan pilihan kata.

2. Ferra Kartikasari pada tahun 2005 yang berupa skripsi dengan judul

Pemakaian bahasa Jawa dalam Iklan Radio di Kota Pekalongan

(Tinjauan Sosiolinguistik). Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang bentuk bahasa dalam penggunaan alih kode, campur kode, dan interferensi bahasa, faktor penentu bahasa serta fungsi bahasa Jawa dalam iklan di radio.

Bahasa iklan adalah salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yang mempunyai bentuk komunikasi yang khas. Iklan radio memiliki sifat yang sangat lokal sehingga menjadi salah satu media yang dapat digunakan perusahaan lokal untuk mempromosikan produknya. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas maka peneliti mengambil objek iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo untuk diteliti karena: (1) radio merupakan salah satu alat komunikasi yang cukup komunikatif dan juga disukai oleh masyarakat, (2) bahasa iklan merupakan hal yang sangat menarik untuk dijadikan bahan penelitian karena

commit to user

iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun bahasa yang digunakan (3) kekhasan bahasa iklan yang biasanya diawali dengan dialog antara laki-laki dan perempuan yang diakhiri dengan pernyataan persuasif dari penyiar agar pendengar lebih tertarik, hal ini menunjukkan ciri khas tersendiri bagi iklan radio di kabupaten Sukoharjo, (4) penelitian iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo belum pernah diteliti, dari beberapa alasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti iklan radio berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil judul: Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian terdapat pembatasan masalah, hal ini dilakukan agar penelitian dapat terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Edi Subroto (1992: 88) menegaskan bahwa “masalah yang akan diteliti perlu diklasifikasikan secara lebih terinci dan dirumuskan dalam pertanyaan- pertanyaan” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo?

3. Apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode

dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis yaitu hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya pengetahuan tentang teori sosiolinguistik khususnya penggunaan alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan materi pelajaran bahasa Jawa bagi guru/pengajar bahasa Jawa terutama mengenai sosiolinguistik.

b. Memberi informasi tentang penggunaan alih kode dan campur kode dalam tuturan iklan bahasa Jawa.

c. Digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya.

commit to user

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai berikut. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang sosiolinguistik, kedwibahasaan dan diglosia, alih kode, campur kode, komponen tutur, pengertian radio, iklan, fungsi iklan, jenis iklan, dan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini meliputi: jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Hasil Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini membahas mengenai bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi pemakaian alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Bab V Penutup. Bab terakhir berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Sosiolinguistik

Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sedangkan sosiolinguistik merupakan studi interdisipliner yang menggarap masalah-masalah sosial (Soewito, 1983: 3). Menurut Nababan, sosiolinguistik merupakan studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan, secara khusus dalam konteks sosial dan kebudayaan yang menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, mengkaji fungsi-fungsi dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.

Sosiolinguistik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang bersifat antardisiplin yakni gabungan antara sosiologi dan linguistik. Seperti kita ketahui bersama, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa. Secara sederhana, sosiolinguistik dapat diartikan sebagai bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah studi yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam konteks sosial dan budaya masyarakat.

commit to user

B. Kedwibahasaan dan Diglosia

Suwito berpendapat bahwa baik kedwibahasaan maupun diglosia pada hakikatnya adalah peristiwa menyangkut pemakaian dua bahasa yang dipergunakan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu masyarakat, maka antara kedua peristiwa itu nampak adanya hubungan timbal-balik yang mewarnai sifat masyarakat tuturnya (1983: 47).

Mackey dan Fishman dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010: 84) mengungkapkan bahwa bilingualisme (Inggris bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Suwito (1983: 44) menjelaskan bahwa diglosia adalah keadaan dimana dua bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang sama, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranannya sendiri-sendiri dalam konteks sosialnya. Aslinda dan Leni Syafyahya mengutarakan bahwa pengertian diglosia boleh dikatakan sama dengan kedwibahasaan, tetapi istilah diglosia lebih cenderung dipakai untuk menunjukkan keadaan masyarakat tutur, dimana terjadinya alokasi fungsi dari dua bahasa atau ragam. Di sisi lain, istilah kedwibahasaan lebih ditekankan pada keadaan pemakai bahasa itu (2010: 27).

Ciri situasi diglosia yang paling penting ialah pengkhususan fungsi masing-masing ragam bahasa. Ragam bahasa tinggi khusus digunakan dalam khutbah, surat-surat resmi, pidato-pidato politik, kuliah, siaran berita, tajuk

commit to user

rencana dalam surat kabar, dan pada penulisan puisi bermutu tinggi. Sebaliknya, ragam bahasa rendah digunakan dalam percakapan sesama anggota masyarakat, antara teman, cerita bersambung radio, sastra rakyat, film kartun.

Dari beberapa pengertian mengenai diglosia secara rinci dapat ditarik kesimpulan bahwa kedwibahasaan sama dengan diglosia yaitu pemakaian dua bahasa atau dua ragam, yang menekankan pada pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada, dengan catatan ada satu variasi yang dianggap “tinggi”, digunakan untuk komunikasi resmi atau bahasa publik, dengan ciri-ciri

lebih kompleks dan konservatif. Kemudian, ada variasi lain yang dianggap “rendah”, digunakan untuk komunikasi tidak resmi dan strukturnya disesuaikan

dengan saluran komunikasi lisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut dengan bilingual atau dwibahasawan atau diglosik.

C. Alih Kode

Menurut Suwito, alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain (1983:68). Hal tersebut diperkuat oleh Harimurti Kridalaksana yang memaparkan bahwa alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain atau bahasa lain dalam satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain (2008: 9). Kemudian Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat bilingual atau multilingual. Alih kode adalah suatu peralihan pemakaian suatu bahasa ke bahasa lain atau dari satu variasi bahasa ke variasi bahasa lain (2008: 86).

commit to user

Hymes mengatakan bahwa alih kode adalah situasi umum untuk menyebut pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari satu ragam (dalam Rahardi, 2010: 24). Artinya bahwa menurut Dell Hymes alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi juga terjadi antar ragam ragam atau gaya-gaya yang berbeda dalam suatu bahasa. Apabila seseorang berkomunikasi semula menggunakan bahasa Jawa kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia, atau berubah dari ragam santai menjadi ragam resmi atau kebalikannya, maka peralihan penggunaan bahasa tersebut disebut alih kode.

Suwito (1983: 68-69) mengungkapkan bahwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau alih register. Ciri-ciri alih kode adalah penggunaan dua bahasa (atau lebih) itu ditandai oleh (a) masing-masing bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b) fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan konteks. Disimpulkan bahwa bentuk alih kode adalah alih varian, alih gaya atau alih register. Alih kode secara bahasa dapat dilihat dari alih bahasa dan alih ragam dalam dua konteks yang berbeda.

Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya sosio-situasional. Beberapa faktor yang biasanya merupakan faktor penyebab terjadinya alih kode sebagai berikut.

a. Penutur (01)

Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih kode terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud. Biasanya usaha

commit to user

tersebut dilakukan dengan maksud mengubah situasi, yaitu dari situasi resmi ke situasi tak resmi.

b. Lawan tutur (02)

Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang dipergunakan oleh lawan tuturnya.

c. Hadirnya penutur ketiga (03)

Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya, tetapi apabila kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang itu berbeda latar kebahasaannya, biasanya dua orang pertama beralih ke bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.

d. Pokok pembicaraan (topik)

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang termasuk dominan dalam menentukan terjadinya alih kode.

e. Untuk membangkitkan rasa humor

Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat atau pelawak untuk membangkitkan rasa humor. Bagi pimpinan rapat bangkitnya rasa humor diperlukan untuk menyegarkan suasana yang dirasakan mulai lesu.

f. Untuk sekedar bergengsi

Sebagian penutur yang beralih kode sekedar untuk bergengsi. Hal itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor- faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk beralih kode (1983: 72-74).

commit to user

Alih kode masing-masing bahasa mendukung fungsi tersendiri secara eksklusif dan peralihan kode terjadi apabila penuturnya merasa bahwa situasinya relevan dengan peralihan kodenya. Dengan demikian, alih kode menunjukkan suatu gejala saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan fungsi relevansial di dalam pemakaian suatu bahasa atau lebih (Suwito, 1983: 69). Fungsi adalah beban makna suatu satuan bahasa; penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu (Harimurti Kridalaksana, 2008: 67).

Secara lebih rinci Grosjean (dalam Herudjati Purwoko, 2008: 51) memberikan gambaran aneka macam tujuan atau fungsi alih kode, kepentingan para penutur asli yaitu: (1) memenuhi kebutuhan yang bersifat linguistik yakni memilih kata, frasa, kalimat atau wacana yang tepat, (2) menyambung pembicaraan sesuai dengan bahasa yang digunakan terakhir, (3) mengutip kalimat orang lain, (4) menyebutkan orang yang dimaksudkan dalam pembicaraan, (5) mempertegas pesan pembicaraan: menyangatkan atau menekankan argumen, (6) mempertegas keterlibatan pembicaraan (mempersonifikasikan pesan), (7) menandai dan menegaskan identitas kelompok (solidaritas), (8) menyampaikan hal-hal rahasia, kemarahan, atau kejengkelan, (9) membuat orang lain yang tak dikehendaki tidak bisa memahami pembicaraan, (10) mengubah peran pembicaran, menaikkan status, menegaskan otoritas, memperlihatkan kepandaian.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Dengan catatan bahwa alih kode memiliki dua bahasa yang berbeda sistem gramatikalnya, kemudian dua bahasa itu masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya (kesatuan topik), dan fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan

commit to user

perubahan konteks (kesatuan topik). Penelitian ini menganalisis mengenai fungsi alih kode, fungsi yang dimaksud adalah penggunaan alih kode untuk tujuan tertentu. Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini lebih secara kebahasaan dan tidak terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode.

D. Campur Kode

Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih kode. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu bahasa yang tertentu. Yang dimaksud serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa atau unit bahasa yang lebih besar.

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence). Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia, begitu juga sebaliknya.

commit to user

Campur kode memiliki ciri-ciri yaitu:

1. tidak ditentukan oleh pilihan kode, tetapi berlangsung tanpa hal yang menjadi tuntutan seseorang untuk mencampurkan unsur suatu varian bahasa ke dalam bahasa lain.

2. campur kode berlaku pada bahasa yang berbeda.

3. terjadi pada situasi yang informal, dalam situasi formal terjadi hanya kalau

tidak tersedia kata atau ungkapan dalam bahasa yang sedang digunakan.

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi campur kode, kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan, 1991: 32)

Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya

2. Campur kode ke luar (outer code-mixing): Campur kode yang berasal dari bahasa asing. Menurut Suwito(1983: 78-80), berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang

terlibat di dalamnya, bentuk campur kode dapat dibedakan menjadi:

1. penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

2. penyisipan unsur-unsur berwujud frasa.

3. penyisipan unsur-unsur bentuk baster.

4. penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan kata.

commit to user

5. penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom.

6. penyisipan unsur-unsur berwujud klausa. Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. sikap (attitudinal type) latar belakang sikap penutur

2. kebahasaan (linguistic type) latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan. Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan

(penutur), bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang memiliki latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat (Suwito, 1983: 78).

Sarwiji Suwandi (2008: 95) menemukan faktor yang menyebabkan campur kode yaitu: (1) partisipan mempunyai latar belakang bahasa ibu yang sama, misalnya bahasa Jawa; (2) adanya keinginan penutur untuk memperoleh ungkapan yang “pas”; dan (3) kebiasaan dan kesantaian peserta tindak tutur dalam berkomunikasi (bercakap-cakap). Dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi campur kode adalah (1) identifikasi peranan atau peran sosial penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Dalam hal ini ketiganya saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih (overlap). Disimpulkan fungsi campur kode adalah (1) sebagai penghormatan, (2) menegaskan suatu maksud tertentu, (3) menunjukkan identitas diri, dan (4) tidak ada padanan kata yang pas.

commit to user

E. Komponen Tutur

Komponen tutur adalah suatu komponen yang mendasari suatu analisis dari suatu tuturan. Adapun untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo yakni menggunakan lima faktor komponen tutur, (1) penutur atau pembicara; (2) mitra tutur atau lawan bicara; (3) situasi tutur; (4) tujuan tutur; (5) hal yang dituturkan (Maryono Dwiraharjo, 2001: 143). Dari kelima komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penutur

Penutur adalah sebagai pihak atau orang pertama yang mengajak bicara kepada mitra tutur.

2. Mitra tutur

Mitra tutur adalah orang atau pihak kedua yang diajak bicara oleh penutur akan menyesuaikan diri dengan penuturnya atau pihak pertama. Penyesuaian diri yang dimaksud selaras dengan corak hubungannya (relasi mitra tutur dengan penutur).

3. Situasi tutur

Situasi tutur berhubungan dengan waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa tutur.

4. Tujuan tutur

Tujuan tutur dapat dicerminkan dalam suatu wacana lisan ataupun wacana tulis. Pada penelitian ini menggunakan wacana iklan radio termasuk dalam wacana lisan yang biasanya berisi informasi. Informasi tersebut dapat

commit to user

mempengaruhi konsumen untuk membeli produk barang atau jasa, selain itu juga berisi informasi memberi himbauan kepada masyarakat.

5. Hal yang dituturkan

Sama halnya dengan tujuan tutur, untuk penuturan mengenai hal yang dituturkan atau dibicarakan dapat diungkapkan dalam bentuk tingkat tutur.

Kelima komponen tutur ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri karena masing-masing unsur memiliki kaitan yang erat. Akan tetapi dari kelima unsur tersebut, faktor penentu yang paling dominan dalam terjadinya tuturan adalah hubungan/status antara penutur dengan lawan tuturnya (Maryono, 2001: 143).

F. Pengertian Radio

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1999: 7), radio merupakan suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan, dan menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia radio dapat diartikan: 1. siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara; 2. pemancar radio; 3. pesawat radio.

Dalam siaran pemancar radio ini, kita mengenal teknik pemodulasian yang dasarnya ada dua macam, yaitu:

a. Sistem pemodulasi AM (Amplitudo Modulation) Sistem Pemodulasi AM adalah proses penumpangan sinyal pembawa diubah-ubah sesuai dengan informasi sebelum pindah ke jalur FM stasiun radio dengan broadcast range sekitar 25 mil persegi disebut

commit to user

stasiun lokal dengan daya transmisi sebesar 100-250 Watt. Sedang stasiun regional hingga 50.000 Watt, semakin rendah frekuensi akan semakin jauh sinyal dapat dipancarkan. Umumnya digemari oleh golongan menengah ke bawah.

b. Sistem pemodulasi FM (Frequency Modulation) Sistem pemodulasi FM adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal, dimana frekuensi sinyal pembawa berubah-ubah seirama dengan sinyal informasi. Biasanya jarak maksimal sinyal 50 mil dan karena tonal pada radio ini cukup baik, maka umumnya disenangi golongan masyarakat ke atas dan kota-kota besar. Kekhususan pemancar FM:

1. Seluruhnya pemancar FM yang dipancarkan bermanfaat.

2. Pemancar FM bekerja pada frekuensi sinyal tinggi.

3. Biaya pembuatan lebih mahal daripada AM.

4. Jarak jangkauan FM lebih tinggi.

G. Iklan

Pengertian iklan menurut KBBI adalah: (1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Iklan menurut Wright (dalam Sarwiji, 2008: 108) adalah komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan

commit to user

atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Jika dicermati, batasan di atas mengandung dua hal pokok: (1) iklan dipandang sebagai alat pemasaran dan (2) iklan dalam pengertian proses komunikasi yang persuasif. Namun demikian, keduanya tetap mengandung pengertian yang sama, yaitu kegiatan menjual barang, jasa, ide atau gagasan kepada khalayak.

H. Fungsi Iklan

Menurut Liliweri (dalam Sarwiji, 2008: 109) fungsi iklan dibagi menjadi lima, yaitu:

1. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai atau pembeli tehadap barang atau jasa serta gagasan yang diperlukan.

2. Fungsi Komunikasi Berkenaan dengan fungsi kedua, iklan berisi cerita atau berita mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi syarat-syarat pemberitaan.

3. Fungsi Pendidikan Fungsi ini sebenarnya merupakan bagian dari fungsi komunikasi. Secara khusus sebenarnya setiap ulasan efek komunikasi, efek pendidikan harus lebih diutamakan.

commit to user

4. Fungsi Ekonomi Fungsi ini mengakibatkan orang makin tahu tentang produk-produk tertentu, bentuk pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas ide-ide yang mendatangkan keuntungan finansial.

5. Fungsi Sosial Iklan berfungsi menggerakan suatu perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia.

I. Jenis Iklan

Adapun jenis iklan (Harley Prayudha, 2006: 53-56) yang sering disiarkan di radio adalah sebagai berikut.

1. Iklan Komersial Iklan komersial adalah iklan yang menawarkan barang dan jasa. Sebagian besar iklan yang kita temui di berbagai tempat merupakan iklan komersial. Kelangsungan hidup sebuah stasiun radio (khususnya radio swasta) adalah dari siaran iklan. Banyak radio yang kembang kempis karena tidak memperoleh iklan, karena bisnis stasiun radio adalah dari pengiklan yang ingin berpromosi di media radio.