PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN (JANDA) DI BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR

DI BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

Disusun Oleh ARENDRA NOFIAN PRASANTO NIM D0304026 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

 Inna ma‘al ‗usri yusro ( Dengan menyebut nama Allah Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ). (Alam Nasyrah : 94 : 6)

 Tuntutlah ilmu, sesungguhnya ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah S.W.T. dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya

adalah sedekah. ( H.R. Ar-Rabi)  Pekerjaan yang tidak kunjung selesai adalah pekerjaan yang tidak kunjung dimulai. (N.N.)  Tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki, tidak ada samudera

yang terlalu luas untuk diseberangi. (N.N.)

Untuk Ibunda. Ananda Selalu Berusaha Membanggakan Dan Membahagiakan

Bunda. Doa Ibu Selalu Kuharapkan.

Untuk Babeku, Yang Selalu Bersabar Dan Banyak Mengalah Terhadap Anakmu.

Semoga Allah SWT Selalu Melindungi Kita.

Untuk Kakak Kandungku Satu-Satunya, Kepadaku Kamu Sering Marah, Tetapi

Kusadari Tujuannya Baik. Semoga Kita Dapat Berhasil Di Dunia Dan Di Akhirat. Amin...

Untuk Semua Yang Ada Di Hatiku...

Assalamualaikum Wr. Wb Ucapan Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul : “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG ORANG TUA TUNGGAL PEREMPUAN (JANDA) DI BATURAN, COLOMADU, KARANGANYAR”.

Penulisan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama proses penelitian, penulisan, hingga terselesaikannya tugas akhir ini, penulis menyadari begitu banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan kesempatan. Dengan penuh ketulusan, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan segenap rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan kesabaran berlipat ganda telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya kepada penulis yang banyak kekurangan ini dalam menyelesaikan studi dan penyusunan tugas akhir ini. Matur Nuwon

Sanget Bu...

4. Bapak Drs. Bambang Wiratsasongko, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan studi.

5. Bapak dan Ibu Dosen khususnya pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Matur Nuwon Sanget...

6. Thanks to Bondan Prakoso featuring Fade 2 Black dengan lagunya “Xpresikan” dan Jason Mraz yang menyanyikan lagu “Make it mine”

yang provokatif dan memotivasi.

7. Terimakasih kepada komputer desktop yang ada di kamarku yang selalu setia kuajak begadang.

8. Much Love and Respect kepada semua teman-teman FISIP UNS Sosiologi 2004. Khususnya rekan-rekan yang mengalami

perpanjangan part II. Ada banyak hal yang kalian berikan kepada diriku. Thanks a lot bro n sist...!!! W.Y.A.T.B. (Wish You All The Best). Walaupun penulisan tugas akhir ini mengkonsumsi banyak waktu, tenaga,

pikiran, dan beaya, tetapi Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Kesempurnaan bukanlah milik manusia. Penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang bertujuan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 April 2012

Arendra Nofian Prasanto

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Informan Masyarakat ...................................................................... 50 Tabel 2.2. Biodata Informan Masyarakat ......................................................... 50 Tabel 2.3. Biodata Informan Orang Tua Tunggal Perempuan ......................... 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kelas-Kelas Dalam Stratifikasi Sosial ........................................ 22 Gambar 1.2. Bagan Skema Model Analisis Interaktif ..................................... 42

DAFTAR MATRIK

Matrik 3.1. Persepsi masyarakat tentang fungsi pengaturan seksual ............... 65 Matrik 3.2. Persepsi masyarakat tentang fungsi sosialisasi ............................. 71 Matrik 3.3. Persepsi masyarakat tentang fungsi ekonomi ................................ 76 Matrik 3.4. Persepsi masyarakat tentang fungsi perlindungan ......................... 80 Matrik 3.5. Analisis Teori ................................................................................ 93

ABSTRAK

Arendra Nofian Prasanto. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Orang Tua Tunggal Perempuan (Janda) Di Baturan, Colomadu, Karanganyar. Surakarta : FISIP UNS.

Sering kita temui tulisan-tulisan yang menceritakan streotipe yang kurang menyenangkan yang dialamatkan kepada orang tua tunggal perempuan, khususnya yang berusia tidak tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap orang tua tunggal perempuan Persepsi masyarakat adalah proses menerima menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi yang dilakukan oleh masyarakat, tentang orang tua tunggal perempuan sebagai lembaga sosial yang kehilangan fungsi-fungsi keluarga. Dalam keluarga inti, kelengkapan anggotanya adalah syarat terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga.

Obyek penelitian adalah anggota masyarakat dan orang tua tunggal perempuan. Masyarakat dibagi ke dalam tiga kelas (kelas atas, menengah, dan bawah). Persepsi orang tua tunggal perempuan terhadap dirinya juga dibahas dengan tujuan apakah persepsi masyarakat berbanding lurus dengan persepsi diri orang tua tunggal perempuan. Jenis penelitian adalah Deskriptif Kualitatif. Jenis data yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Teknik pengambilan data menggunakan empat macam teknik yaitu Observasi, Wawancara Mendalam, Interview Guide dan Dokumentasi. Pengambilan sampel adalah sampel purposif. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang memiliki tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Mengenai validitas data, penulis menggunakan triangulasi data atau sumber.

Hasil penelitian adalah persepsi masyarakat terhadap fungsi-fungsi keluarga orang tua tunggal perempuan (janda). Yaitu fungsi pengaturan seksual, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi perlindungan. Dalam melihat fungsi pengaturan seksual, masyarakat berpersepsi tentang perlunya orang tua tunggal perempuan untuk menikah kembali supaya menghindari perzinaan dalam pemenuhan kebutuhan seksual. Mayarakat juga menganggap, orang tua tunggal perempuan melakukan usaha-usaha untuk mendapatkan pasangan kembali. Tentang fungsi sosialisasi dipersepsikan tidak optimal karena keterbatasan peran dan hal ini berdampak terhadap anak. Fungsi ekonomi dipersepsikan bahwa mereka cenderung mengalami kesulitan secara finansial karena sebelumnya penanggung jawab mencari nafkah adalah suaminya dan sekarang mereka terlihat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja pada sektor- sektor informal yang tidak memberikan kelebihan materi. Sedangkan tentang fungsi perlindungan, masyarakat beranggapan bahwa figur ibu saja tidak cukup. Seorang ayah atau laki-laki sering dianggap sebagai kepala keluarga serta

Arendra Nofian Prasanto. 2012. Public Perceptions About Single Parent Women (Widow) In Baturan, Colomadu, Karanganyar. Surakarta: FISIP UNS.

We often encounter the writings that tell the less pleasant streotipe addressed to the single parents women, especially those who not too old. This study aims to determine how the public perception of single parents women are. Public perceptions is a process to receive, selection, organize, and interpret the information carried by the public, about the single parent women as a social institution who lose the family functions. In the nuclear family, complete of a members is the requirements to fulfill family functions.

Research object is a member of the society and single parent women. Society is divided into three classes (upper class, middle, and bottom). Perceptions of single parents women its self were also discussed with the aim whether public perceptionis directly proportional to the self-perception from single parent women. Kind of this research is Descriptive Qualitative. This type of data is Primary Data and Secondary Data. Data retrieval technique using four different techniques, namely observation, depth interviews, Interview Guide and Documentation. Sampling using a purposive sampling. Data analyzed using interactive analytical model that has three components namely data reduction, data presentation, and conclusions. Regarding the validity of the data, the authors used data triangulation or sources.

The result from this research is the public perception of family functions. Are sexual regulatory function, the function of socialization, economic function and protection functions. Look from sexual regulatory function, society have perception about the important of single parent women to get married again in order to stay away from adultery to full fill sexual needs. The society also believe, single parent women doing something to get a live patner again. Abaut the function of socialization can perceptible that not optimum because limitation of act and from this has impact to the children. The economic function, society have perception that they had inclination abaut financial critical because before the insurer of livelihood is the husband and now they had to work hard to fill their daily need with work in informal sector wich can't give they more money. Whereas protection functions, society believe that just figure of a mother its not enough. A father or a man usualy believed as head of the family also great protector that can give a safe feeling and pleasant in family. Its effect to the children that will looking for protection and safe feeling in their friend group.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga adalah unit terkecil dari struktur sosial atau masyarakat yang secara umum terdiri dari ayah, ibu, dan anak (keluarga inti atau nuclear family). Keluarga yang utuh menjadi syarat ideal bagi terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga. Berfungsinya keluarga dengan baik merupakan prasyarat mutlak bagi kelangsungan suatu masyarakat, karena di dalam keluargalah suatu generasi yang baru memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan kata lain, keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial. Tetapi terkadang kehidupan menentukan lain. Sebuah keluarga inti menjadi tidak utuh lagi jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia, terjadi perceraian, atau ditinggal begitu saja oleh suami atau isterinya. Hal ini dapat diartikan termasuk dalam ―Disorganisasi Keluarga‖.

Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Secara Sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain adalah :

1. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan. Walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu keluarga, tetapi bentuk ini dapat digolongkan sebagai disorganisasi 1. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan. Walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu keluarga, tetapi bentuk ini dapat digolongkan sebagai disorganisasi

2. Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian, perpisahan meja dan tempat tidur, dan seterusnya.

3. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antara anggota-anggotanya. Geode menamakannya sebagai empty shell family.

4. Krisis keluarga, oleh karena salah satu yang bertindak sebagai kepala keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga, mungkin karena meninggal dunia, dihukum atau karena peperangan.

5. Krisis keluarga yang disebabkan oleh karena faktor-faktor intern, misalnya karena terganggu keseimbangan jiwa salah seorang anggota keluarga. Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat

sederhana, karena suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kebutuhan- kebutuhan primer keluarganya atau mungkin karena dia mengambil seorang isteri lagi. Pada umumnya masalah tersebut disebabkan karena kesulitan-kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan. Di dalam zaman modern ini, disorganisasi keluarga mungkin terjadi karena konflik peranan sosial atas dasar perbedaan ras, agama atau faktor-faktor sosial-ekonomis.

Penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal beragam. Diantaranya adalah pasangannya meninggal dunia, perceraian, memiliki anak tanpa menikah (unmarried moms), ditinggal pergi pasangannya, atau pasangan kerja di tempat Penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal beragam. Diantaranya adalah pasangannya meninggal dunia, perceraian, memiliki anak tanpa menikah (unmarried moms), ditinggal pergi pasangannya, atau pasangan kerja di tempat

berpengaruh. Jika berasal dari keluarga yang ―mampu‖ secara finansial tentu saja tidak menjadi masalah. Tetapi jika berasal dari keluarga ―tidak mampu‖, seorang isteri atau ibu rumah tangga harus berupaya keras berperan juga sebagai suami dalam hal mencari nafkah bagi dirinya dan bagi anak-anaknya. Tuntutan menjalani peran ganda juga harus dijalani dalam hal penanaman nilai-nilai sosial bagi anaknya. Figur seorang ayah yang memimpin keluarga dan figur seorang ibu yang merawat anak harus dijalani sendiri.

Suami atau istri dalam rumah tangga yang normal merupakan partner yang sanggup memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dengan adanya pasangan seseorang dapat berbagi tugas dalam menjawab berbagai kebutuhan hidup, dalam mengatasi berbagai masalah dan tanggung jawab. Itu sebabnya orang yang kehilangan pasangan biasanya keadaannya menjadi lebih sulit. Meskipun ketika bersama suami atau istri mungkin hidup dirasa biasa-biasa saja, bahkan mungkin diwarnai pertengkaran-pertengkaran, ketiadaan pasangan mengubah keadaan menjadi terasa lebih berat.

Menjadi orang tua tunggal perempuan dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah Secara emosional, keberadaan pasangan hidup dapat membebaskan seseorang dari rasa kesepian. Sementara rasa kesepian berkaitan

juga memberikan perasaan berharga di mata masyarakat. Akibatnya, ketika harus hidup sendiri karena pasangan meninggal atau karena perceraian, biasanya individu mengalami rasa rendah diri ketika berada dalam pergaulan di masyarakat. Salah satu contoh adalah ketika berada pada situasi seremonial semacam menghadiri resepsi. Ketika orang-orang lain hadir berpasangan. Pada anak, kehilangan perhatian dan kasih-sayang dari salah satu orangtua juga dapat berakibat negatif. Kasih-sayang yang ia peroleh dari orangtua tunggalnya tidak cukup untuk mengobati rasa sedih atau kecewa. Seiring dengan berjalannya waktu, anak yang salah satu orangtuanya meninggal biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan keadaan. Lain halnya dengan anak yang orangtuanya bercerai dan harus hidup dengan salah satu orangtua, biasanya lebih sulit menyesuaikan diri. Rasa kecewanya dapat begitu dalam karena terenggutnya kasih dan kebersamaan dengan kedua orangtuanya. Mereka menjadi senang menyendiri, melamun, cepat tersinggung, dan cepat marah. Kalau dibiarkan anak

tidak dapat lagi mengontrol diri, sehingga akhirnya tidak mampu berpikir sehat. 1 Overload dalam Peran. Orangtua tunggal berperan sebagai ayah sekaligus sebagai ibu bagi anak-anaknya. Peran ganda yang paling berat adalah membesarkan anak-anaknya sendirian supaya dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, baik fisik maupun mental. Pria yang menjadi orangtua tunggal harus membiasakan diri menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dikerjakan oleh istrinya, sementara ia juga harus mencari nafkah. Wanita yang menjadi tidak dapat lagi mengontrol diri, sehingga akhirnya tidak mampu berpikir sehat. 1 Overload dalam Peran. Orangtua tunggal berperan sebagai ayah sekaligus sebagai ibu bagi anak-anaknya. Peran ganda yang paling berat adalah membesarkan anak-anaknya sendirian supaya dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, baik fisik maupun mental. Pria yang menjadi orangtua tunggal harus membiasakan diri menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dikerjakan oleh istrinya, sementara ia juga harus mencari nafkah. Wanita yang menjadi

Beban Ekonomi menjadi lebih berat bila seseorang biasa mencukupi kebutuhan ekonomi bersama pasangan, kemudian harus menanggung sendiri semua biaya rumah tangga, termasuk biaya pendidikan

anak.

Kadang keadaan lebih sulit karena anak yang masih balita sangat tergantung, terutama bila tidak ada orang lain yang dapat diserahi untuk mengasuh. Dalam keadaan demikian orangtua tunggal mengalami hambatan untuk dapat bekerja.

Faktor kesejahteraan keluarga adalah masalah yang sering menjumpai keluarga orang tua tunggal perempuan. Ada beberapa fakta yang terkait dengan kondisi ekonomi keluarga orang tua tunggal perempuan yang ditemukan yaitu antara lain :

1. Keluarga orang tua tunggal perempuan banyak yang termasuk ke dalam kriteria miskin.

2. Pada umumnya keluarga orang tua tunggal perempuan berusia paruh baya.

3. Sebagian besar keluarga orang tua tunggal perempuan telah memiliki pekerjaan

4. Orang tua tunggal perempuan yang tidak memiliki pekerjaan, akan sulit

memperoleh pekerjaan. 2

Orang lain mungkin bersimpati terhadap mereka, tetapi belum tentu bisa berempati. Persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal juga sangat beragam

tentunya. Persepsi masyarakat berhubungan dengan ―Konsep Diri‖. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Ada salah satu artikel yang dimuat di koran Jawa Pos terbitan Kamis, 5 April 2012 yang mengangkat tentang seluk-beluk menjadi seorang orang tua tunggal perempuan yang termasuk juga tentang persepsi masyarakat terhadap orang tua tunggal perempuan.

...‖belum lagi stigma kepada single mom kurang positif. Walaupun sekarang single mom sudah lazim di masyarakat, masih banyak yang menutupi status mereka di pergaulan atau di kantor,‖ ungkapnya.

Menurut Titi, masih banyak lingkungan yang belum menerima status janda atau wanita memiliki anak tanpa menikah (unmarried moms). Hal itulah yang semakin membuat mereka semakin menutup diri.

―Saya nggak mau mengikuti (kata masyarakat) itu. Sebab, kalau saya ikuti, pasti malah negatif. Saya berusaha membawa diri dengan lebih baik walaupun memang kami nggak ngapa-ngapa juga,‖ ujarnya.

Jangankan di masyarakat, lanjut Titi, sesama perempuan saja terkadang tidak bisa menerima status single mom. Banyak wanita yang enggan dekat-dekat dengan janda karena takut suaminya direbut atau tertarik kepada si janda.

―Padahal, kita tahu, laki-laki mana sih yang nggak hai-hai kepada janda. Akibatnya, sesama perempuan pun akhirnya bukan saling men-

suport, malah mendiskreditkan,‖ keluh wanita berusia 30 tahun itu. ... 3 Dalam penelitian ini tema atau pokok permasalahan akan difokuskan pada suport, malah mendiskreditkan,‖ keluh wanita berusia 30 tahun itu. ... 3 Dalam penelitian ini tema atau pokok permasalahan akan difokuskan pada

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ―Bagaimana persepsi masyarakat tentang orang tua

tunggal perempuan (janda) di Baturan, Colomadu, Karanganyar?‖.

C. TUJUAN PENELITIAN

Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan (janda) di Baturan, Colomadu, Karanganyar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Di dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai persepsi masyarakat tentang orang tua tunggal perempuan (janda) di Baturan, Colomadu, Karanganyar.

2. Dapat menambah referensi tentang latar belakang dan seluk beluk menjadi 2. Dapat menambah referensi tentang latar belakang dan seluk beluk menjadi

4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi penelitian sejenis berikutnya.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1. Landasan Teori

Sebagai sebuah konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962). Menurutnya, paradigma adalah satu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dalam Sosiologi, pandangan ini dikembangkan secara sistematis dan integrated oleh George Ritzer. Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam Sosiologi. Ketiga paradigma tersebut adalah Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan Paradigma Perilaku Sosial.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan Paradigma Definisi Sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa Tindakan Sosial (Social Action). Bagi Weber, pokok persoalan Sosiologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana ―tindakan yang penuh arti‖ itu ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur

sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia

studi Sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti. SedangkanTindakan Sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan Sosial dapat berupa tindakan sosial yang nyata-nyata diarahkan untuk orang lain dan dapat juga bersifat subyektif. Tindakan Sosial ada yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan Sosial digunakan dalam hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh beberapa individu yang berbeda, mengandung makna dan hubungan serta diarahkan pada tindakan orang lain.

Untuk mempelajari Tindakan Sosial ini, Weber menganjurkan metode analitiknya melalui pemahaman dan penafsiran (interprerative understanding) yang verstehen. Metode pemahaman yang dianjurkan Weber ini bukan hanya bersifat pemberian penjelasan kausal belaka terhadap tindakan sosial manusia seperti penjelasan dalam ilmu alam.

Bertolak dari konsep dasar tentang Tindakan Sosial dan antar hubungan sosial, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian Sosiologi yaitu:

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan diam- diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu. (Ritzer, 2004: 39)

Atas dasar rasionalitas Tindakan Sosial, Weber membedakannya ke dalam empat tipe. Semakin rasional Tindakan Sosial itu semakin mudah dipahami.

1. Zwerk rational Yakni tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dapat juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya.

2. Werktrational action Aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang lain.

3. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami serta kurang atau tidak rasional.

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengejakan sesuatu di masa lalu saja. (Ritzer, 2004: 40-41)

Dalam Paradigma Definisi Soial terdapat tiga teori, yaitu Teori Aksi (Max Weber), Teori Fenomenologis (Alfred Schurtz), dan Teori Interaksionalisme Simbolik (G.H.Mead). Dalam penelitian ini peneliti mengunakan Teori Aksi untuk menganalisa hasil penelitian.

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut.

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

5. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer, 2004: 48-49). Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma 5. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer, 2004: 48-49). Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma

Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke dalam paradigma definisi sosial. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi di sebelah itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. (Ritzer, 2004: 49).

Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses di mana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan- keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinan oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai ssosial. Di dalam menghadapi situasi yang bersift kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan bebas. (Ritzer, 2004: 49-50).

Skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan empat karakteristik yang disusun Parsons adalah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitaian ini

a. Persepsi Persepsi merupakan proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah obyek yang mempengaruhi organ perasaan. (Drever, 1988 : 339). Selanjutnya secara lengkap arti dari persepsi dikemukakan oleh Indravijaya dalam bukunya Perilaku Organisasi sebagai berikut, ―Suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikiran, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya ‖.( Indrawijaya, 1986 : 338- 339).

Sedangkan menurut Miftah Thoha persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimuli inderawi. Menurut Luthans, persepsi itu adalah lebih kompleks dan luas kalau dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali biasa menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data lain. Proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh seseorang (Thoha, 1983:140).

konkrit dan nilai-nilai itu dengan melalui emosi, motivasi dan ekspektasi akan mempengaruhi persepsi, dan nilai-nilai berbeda juga mempengaruhi persepsi perilaku tersebut.

Persepsi timbul karena adanya dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil yang dicapai. Sedangkan Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan, yaitu warna, bunyi, sinar dapat juga ekonomi, sosial, maupun politik.

2. Faktor konsepsi, yaitu pendapat dan teori seseorang tentang manusia dengan segala tindakan.

3. Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri, kadang seseorang menganggap dirinya selalu baik sedang orang lain selalu kurang atau sebaliknya.

4. Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang untuk menafsirkan suatu rangsangan.

5. Faktor pengalaman masa lampau, pengalaman dan latar belakang kehidupan seseorang pada waktu kecil akan menentukan kepribadian dan mempengaruhi perilakunya. (Thoha, 1983:142)

Jadi tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil Jadi tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimanya yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang dinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi

sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. 4 Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh

(Robbins, 2003). 5 Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan atau stimulus yang diterima oleh indera. Ada beberapa mitos atau pendapat tentang seseorang yang single ataupun orang tua tunggal perempuan. Mitos-mitos ini tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Mitos-mitos dan kenyataannya tersebut antara lain, mitos yang mengatakan bahwa mereka yang sendiri biasanya kesepian. Dan kenyataannya adalah seorang orang tua tunggal perempuan tidak selalu merasa kesepian. Mitos bahwa ada anggapan yang melihat bahwa sesorang yang sendiri itu tidak bahagia dan akan bahagia jika mereka menikah. Pada kenyataan yang ditemukan adalah pada umumnya seeorang yang sendiri tetap merasa bahagia. Ada mitos atau pendapat yang mengatakan sesorang yang single terlihat lemah dan kurang baik dalam hubungan antar pribadi ataupun dengan masyarakat. Dalam kenyataannya adalah seseorang dewasa yang sendiri lebih suka berkunjung, dan melakukan kontak dengan orang lain daripada sebelumnya atau pada saat berkeluarga. Mereka cenderung lebih suka bersosialisasi dan membantu teman atau tetangganya. Mitos bahwa seorang orang tua tunggal perempuan perempuan membesarkan dan mengasuh anaknya seorang diri tetapi pada kenyataannya seorang orang tua tunggal perempuan membesarkan dan mengasuh anak-anaknya bersama dengan teman, keluarga, dan anggota jaringan sosial lain.

dari keluarga orang tua tunggal perempuan perlu diasuh oleh dua orang tua (ayah dan ibu). Hal ini tidak selalu benar. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak serta derajat konflik dalam rumah tangga bisa lebih penting daripada jumlah orang

tua. 6

b. Masyarakat Definisi tentang konsepsi masyarakat dari para Sosiolog sangat beragam, (Soerjono Soekanto, 2002: 198) berpendapat bahwa lembaga masyarakat merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat dan wujud kongkretnya adalah asosiasi (association).

Robert MacIver dan Charles H. Page mengartikan masyarakat sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi. Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga kemasyarakatan diartikannya sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.

Seorang Sosiolog lain yaitu Sumner yang melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk Seorang Sosiolog lain yaitu Sumner yang melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk

(approach), yaitu : 7

1. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu.

2. Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam pelbagai masyarakat berlainan ataupun pelbagai lapisan sosial masyarakat tersebut.

3. Analisis fungsional. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga tersebut di dalam suatu masyarakat tertentu. Suatu lembaga kemasyarakatan tidak mungkin terlepas dari lembaga kemasyarakatan lainnya. Jadi jika hendak mempelajari salah satu lembaga kemasyarakatan, mau tidak mau menyangkut pula penelitian terhadap lembaga kemasyarakatan yang lain. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Analisis

Komparatif sebagai pendekatan pokok. Dalam Analisis Komparatif, perlu dijelaskan juga tentang Lapisan Masyarakat. Dalam Sosiologi dikenal dengan Social Stratification atau Stratifikasi Sosial. Kata stratification berasal dari kata stratum. bentuk plural dari strata yang artinya lapisan. Pitrim A. Sorokin Komparatif sebagai pendekatan pokok. Dalam Analisis Komparatif, perlu dijelaskan juga tentang Lapisan Masyarakat. Dalam Sosiologi dikenal dengan Social Stratification atau Stratifikasi Sosial. Kata stratification berasal dari kata stratum. bentuk plural dari strata yang artinya lapisan. Pitrim A. Sorokin

sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. 8

Setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Dan selama suatu kelompok masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit dan benih yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat tersebut. Barang sesuatu yang dihargai ini dapat berupa uang, benda- benda yang bernilai ekonomis, dan mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau bahkan kesalehan dan juga keturunan dari keluarga terpandang.

Dalam tiap-tiap negara, terdapat tiga unsur yang menjadikan suatu negara

tersebut memiliki variasi lapisan. Diantara manusia dalam ruang lingkup negara ada yang kaya sekali dan juga ada yang hidup dalam garis kemiskinan, serta ada kelompok yang berada diantara keduanya. Hal ini realita yang kerap terjadi sejak dari zaman dahulu hingga sampai sekarang, yang kerap terdapat berbagai lapisan di dalam tatanan bermasyarakat dari golongan atas hingga golongan terbawah.

Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa

sistem berlapis-lapis tersebut merupakan suatu ciri tetap dan umum dalam suatu kelompok bermasyarakat yang hidup teratur. Seseorang yang memiliki barang- barang yang berharga dalam jumlah yang banyak, maka akan dianggap sistem berlapis-lapis tersebut merupakan suatu ciri tetap dan umum dalam suatu kelompok bermasyarakat yang hidup teratur. Seseorang yang memiliki barang- barang yang berharga dalam jumlah yang banyak, maka akan dianggap

Unsur-unsur Stratifikasi Sosial. Ada dua unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yaitu Kedudukan (Status) dan Peran (Role). 9 Kedudukan dan

peran disamping unsur pokok dalam sistem lapisan di dalam masyarakat, juga memiliki makna yang sangat penting bagi sistem sosial masyarakat. Status menunjukkan tempat atau kedudukan seseorang di dalam suatu masyarakat, sedangkan peranan menunjukkan aspek dinamis dari status, merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki status tertentu.

Kedudukan atau status seringkali dibedakan dengan kedudukan sosial (social status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, hak dan kewajibannya. Untuk mengukur status seseorang, dapat dilihat dari jabatan atau pekerjaannya,

Dalam, masyarakat kedudukan dibedakan menjadi dua macam, :

1. Ascribed status . Maksud status ini adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Pada umumnya kedudukan ini dijumpai pada masyarakat feodal.

2. Achieved Status. Status ini dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja hal mana tergantung kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan- tujuannya.

Sedangkan peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka ia menjalankan sebuah peranan. Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling terkait. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi ini merupakan suatu unsur statis yang menunjukkan tempat seorang individu di dalam suatu komunitas masyarakat. Seseorang senantiasa berhubungan dengan pihak lain. Biasanya setiap pihak mempunyai perangkat peranan tertentu. Sebagai contoh seorang dokter misalnya berinteraksi dengan pihak-pihak tertentu di dalam suatu Sedangkan peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka ia menjalankan sebuah peranan. Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling terkait. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi ini merupakan suatu unsur statis yang menunjukkan tempat seorang individu di dalam suatu komunitas masyarakat. Seseorang senantiasa berhubungan dengan pihak lain. Biasanya setiap pihak mempunyai perangkat peranan tertentu. Sebagai contoh seorang dokter misalnya berinteraksi dengan pihak-pihak tertentu di dalam suatu

Sedangkan sifat sistem pelapisan masyarakat ada dua sifat, yaitu bersifat

tertutup dan juga yang bersifat terbuka. Suatu sistem pelapisan masyarakat dinamakan tertutup, mana kala setiap anggota masyarakat tetap berada dalam status yang sama dengan orang tuanya. Bentuk yang seperti ini dapat dilihat di negara Amerika misalnya, dimana terdapat pemisahan antara golongan kulit putih dan kulit hitam yang dikenal dengan nama segregation.

Kelas-kelas dalam stratifikasi sosial adalah :

1. Kelas atas (upper class)

2. Kelas menengah (midle class)

3. Kelas bawah (lower class) Gambar 1.1. Kelas-kelas dalam stratifikasi sosial

Kelas Atas (Upper Class)

Kelas Menengah (Midle Class) Kelas Menengah (Midle Class)

saling pengaruh mempengaruhi. 10

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. 11 masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. 11

c. Orang Tua Tunggal Orang tua tunggal adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris

“Single Parent”. Menurut kamus kata serapan, orang tua tunggal perempuan berasal dari kata single dan parent. Single adalah satu, tunggal, tidak ganda. Sedangkan parent adalah berhubungan dengan orang tua; seperti orang tua. Berdasarkan kamus kata serapan yang dikarang oleh Surawan Martinus, 2001, orang tua tunggal perempuan adalah orang tua tunggal.

Ada penjelasan lain yang menerangkan tentang definisi single dan atau orang tua tunggal perempuan, yaitu; Seseorang dikatakan single jika mereka tidak terikat dalam ikatan perkawinan resmi. Penjelasan ini meliputi mereka yang

bercerai, menjanda, atau yang sedang sendiri. 12

Keadaan menjadi orang tua tunggal berarti telah terjadi Disorganisasi Keluarga atau kekacauan dalam keluarga. Kekacauan dalam keluarga merupakan bahan pergunjingan umum karena semua orang mungkin saja terkena salah satu dari berbagai jenisnya, dan karena pengalaman itu biasanya dramatis, menyangkut pilihan moral dan penyesuaian-penyesuaian pribadi yang dilematis. Kita semua akan mati dan meninggalkan kelowongan dalam sistem peran keluarga kita. Banyak diantara kita bercerai atau merupakan anak-anak dari orang tua yang telah Keadaan menjadi orang tua tunggal berarti telah terjadi Disorganisasi Keluarga atau kekacauan dalam keluarga. Kekacauan dalam keluarga merupakan bahan pergunjingan umum karena semua orang mungkin saja terkena salah satu dari berbagai jenisnya, dan karena pengalaman itu biasanya dramatis, menyangkut pilihan moral dan penyesuaian-penyesuaian pribadi yang dilematis. Kita semua akan mati dan meninggalkan kelowongan dalam sistem peran keluarga kita. Banyak diantara kita bercerai atau merupakan anak-anak dari orang tua yang telah

keluarga adalah sebagai berikut.

1. Ketidaksahan. Ini merupakan unit keluarga yang tidak lengkap. Dapat dianggap sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam

keluarga, karena sang ―ayah-suami‖ tidak ada dan karenanya tidak menjalankan tugasnya seperti apa yang ditentukan oleh masyarakat atau

oleh sang ibu. Tambahan pula, setidak-tidaknya ada satu sumber ketidaksahan dalam kegagalan angota-anggota keluarga baik ibu maupun bapak untuk menjalankan kewajiban perannya.

2. Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan. Terputusnya keluarga disini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu memutuskan untuk saling meninggalkan, dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban perannya.

3. “Keluarga selaput kosong”. Di sini angota-anggota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu kepada yang lain.

4. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan.

malapetaka lainnya.

5. Kegagalan peran penting yang “yang tidak diinginkan”. Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional, atau badaniah yang parah. Seorang anak mungkin terbelakang mentalnya atau seorang isteri atau suami mungkin menderita penyakit jiwa. Penyakit yang parah dan terus menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan dalam

menjalankan peran. 13

Disorganisasi keluarga berkaitan erat dengan disorganisasi di dalam masyarakat yang lebih luas. Sikap-sikap, nilai-nilai dan norma-norma dari anggota-anggota keluarga merupakan gambaran dari kebudayaan yang berasal dari interaksi anggota-anggota dalam masyarakat luas. Interaksi ini terjadi menurut jalur-jalur ekonomi, politik, agama, rekreasi, dan kesejahteraan. Suami- suami dan isteri-isteri sebagai individu menjabat peranan-peranan di dalam masyarakat yang lebih luas juga di dalam subsistem keluarga yang kecil. Keberhasilan perkawinan selanjutnya dipengaruhi oleh bagaimana mereka memenuhi peranan-peranan tersebut di dalam masyarakat. Norma-norma dan nilai-nilai yang mengalami pertentangan dalam dunia yang lebih besar diperlihatkan pada bagaimana masing-masing partner untuk menilai satu sama lain, yang selanjutnya merupakan faktor-faktor yang penting dalam menentukan

jumlah perkawinan-perkawinan yang gagal. 14 jumlah perkawinan-perkawinan yang gagal. 14

kasih sayang dan status. 15 Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi