Hitung Jenis Leukosit Dan Rasio Netrofil
MAKALAH HEMATOLOGI II
HITUNG JENIS LEUKOSIT (different count)
NAMA : DELIANA ELSA BELLA
MAHASISWA : DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
NIM : AK816015
SEMESTER : IV
KELAS : A
MATA KULIAH : HEMATOLOGI II
DOSEN PENGAMPU : DIAN NURMANSYAH S.ST.M.Biomed
YAYASAN BORNEO LESTARI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan ..............................................................................................
1.4 Manfaat ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................
2.1 Definisi Leukosit ..............................................................................
2.2 Definisi Hitung Jenis Leukosit .......................................................
2.3 Jenis-Jenis Leukosit ........................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................... ......
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... ...............
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Darah adalah jaringan tubuh yang berada dalam konsistensi cair menyerupai sirop dengan berat jenis
1,055 dan kekentalan dua setengah kali air. Beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan
pembuluh darah, yang berfungsi sebagai alat transfor serta hemostasis. Sel darah putih (leukosit) adalah
sel yang terdapat dalam darah, yang Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Biasanya
leukosit tidak hanya satu jenis saja, tapi ada 5 jenis leukosit yang terdapat dalam darah normal (Nurlaela,
2017).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma
yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut
oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan
trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis.Sel darah putih atau Leukosit merupakan "bala
tentara" kita. Tugasnya melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri,
atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak luput dari serangan berbagai macam kuman
pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut bisa merobohkan tubuh, berkat
pasukan tempur yang selalu siap melawan kuman. Pasukan tempur itu adalah sel darah putih yang
dikenal dengan sebutan leukosit. Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk
bagikuman. Di daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang melawan kuman hingga
tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan membengkak serta seringkali mengeluarkan
nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman melawan sel darah putih.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalamdarah berdasarkan proporsi
(%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masingmasing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan
limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan
ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit
infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit( Brunner
& Suddarth. 2002).
1.2 Rumusan Masalah.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Leukosit ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Hitung Jenis Leukosit ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan jenis leukosit ?
1.3 Tujuan Penulisan.
Tujuan peulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang
leukosit, jenis-jenis dari sel leukosit.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang leukosit, jenis-jenis dari
setiap sel leukosit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh mela0an berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun demikian sel sel ini
berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsifungsi tersebut dapat berjalan (Gandosoebrata, 2010).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.Jika dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) mempunyai bentuk inti
yang bervariasi dan yang tidak memiliki granula (agranulosit) inti berbentuk bulat atau bentuk
ginjal.Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asing (Hayati, 2015).
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, eosinofil,
dan neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang
paru paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberkulosis, tonsilitis,
dan lain-lain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan lain-lain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut
Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan lain-lain. Selain itu
juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker,
antidiabetika oral, dan antibiotika (penicillin, cephalosporin) (Gandosoebrata, 2010).
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun demikian sel sel ini
berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsifungsi tersebut dapat berjalan(Tarwoto. 2008).
Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah sebagai berikut :
Stem cell (myeloid)→myeloblast→promyelocyte→metamyelocyte→band
granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 - 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, Eosinofil,
dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang paruparu), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan lainIain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama ampicilin,
eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni)
dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker, antidiabetika oral
dan antibiotik (Gandasoebrata, 2010).
2.1.1 Fungsi Umum Leukosit Sebagai berikut :
1. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yang dilakukan oleh neutofil
dan monosit.
2. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan oleh basofil.
2.1.2 Fungsi Khusus Leukosit Sebagai Berikut :
1. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
2. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan penyakit alergi.
3. Basofil berperan dalam mengeluarkan histamin, heparin dan dilepaskan setelah pengikatan
IgE ke reseptor permukaan, berperan penting pada reaksi hipersensitivitas segera.
4. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T) sel B memperantarai
imunitas humoral. Sel T memperantarai imunitas seluler.
5. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
2.1.3 Sifat-sifat leukosit sebagai berikut :
1. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat kimia tertentu.
2. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
3. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat melewati pembuluh
darah dengan mengerutkan sel nya.
4. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk ke dalam tubuh yang
dilakukan oleh neutrofil dan monosit.
2.1.4 Pembentukan Leukosit
Pembentukan leukosit dimulai pada usia 5 minggu gestasi di hepar. Pada usia 20 minggu gestasi
sumsum tulang menjadi lokasi primer pembentukan leukosit. Pembentukan leukosit dimulai dari
diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Dalam
pembentukan leukosit terdapat dua sistem hematopoeitik yaitu sistem hematopoesis mielositik dan
sistem hematopoeisis limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang
berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa
limfoblas. Tipe mielositik akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi eritroid, mieloid dan prekursor
megakariosit. Eritosit, leukosit dan trombosit berkembang dari prekursor ini sedangkan sistem limfositik
akan memproduksi limfosit yang kemudian akan memproduksi limfosit T atau limfosit B (Diva, 2018).
Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi
di berbagai jaringan limfogen, khususnya kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai kantong
jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan plak peyer di bawah epitel dinding usus. Pembentukan
neutrofil berlangsung dalam enam tahapan perkembangan yaitu mieloblas, promielosit, mielosit,
metamielosit, batang, hingga menjadi neutrofil matur. Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblas
menjadi prolimfoblas dan akhirnya menjadi limfosit. Perkembangan monosit dimulai dengan monoblas
menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi monosit (Diva, 2018).
2.2 Definisi Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit merupakan jumlah relatif/ persentase dari masing masing jenis sel leukosit
yang dinyatakan dalam persen. Hitung jenis leukosit dapat menentukan persentase relatif dari jenis
leukosit namun tidak dapat menentukan persentase absolut. Terdapat dua cara dalam penghitungan
persentase leukosit yaitu secara manual dan otomatis. Pengukuran dengan cara manual dilakukan
secara langsung di bawah mikroskop dengan mengamati jumlah dan morfologi masing-masing jenis
leukosit. Penghitungan secara otomatis dapat mempergunakan alat yang dinamakan automatic blood
counter (Diva, 2018).
Hitung jenis leukosit (leukocyte differential count) bertujuan untuk menghitung persentase jenis-jenis
leukosit di dalam darah tepi.Leukosit yang dihitung dari apusan darah tepi sebanyak 100 sel. Lima jenis
leukosit yang dihitung, yaitu neutrofil (batang dan segmen), monosit, eosinofil, dan basofil. Perhitungan
jenis leukosit ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan jumlah sel yang terjadi pada beberapa
jenis leukosit pada penderita kecacingan (Hayati, 2015).
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi
(%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masingmasing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (Gandosoebrata, 2010).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan
pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit
hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%)(Gandosoebrata, 2010)
2.3 Jenis-Jenis Leukosit
Terdapat lima macam sel leukosit yang dapat dihitung persentasenya yaitu neutrofil, eosinofil,
monosit, basofil dan limfosit. Persentase masing masing jenis leukosit berbeda-beda pada setiap
laboratorium (Gandosoebrata, 2010).
1. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit,
dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini
mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin.
Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil
berubah menjadi sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglo bulin 7 (IgE) dan
degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/ul darah. Peningkatan basofil
terdapat pada proses inflamasi (radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil
terjadi pada penderita stress, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
2. Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam
tubuh. Nilai normal dalam tubuh : 1 - 3%.
Sel ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarana merah tua,
jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam
respon alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/ul darah. Eosinofilia terutama
dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit
kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/ul darah. Hal ini dapat
dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi
pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan
menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi
akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang
bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil
maupun eosinofil.
3. Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit
yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Sel ini mempunyai inti padat khas yang
terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang pucat dengan batas tida beraturan, mengandung banyak
granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu - biru. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul
pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil
matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 - 5% untuk neutrofil batang dan 50 -70 % untuk neutrofil
segmen. Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000 ul dalam darah tepi.
Penyebab lbiasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik
seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang. Banyak faktor yang mempengaruhi
respons netrofil terhadapinfeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas
peradangan dan pengobatan. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran
darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left . Infeksi tanpa netrofilia atau dengan
netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500 ul darah. Penyebab
netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari peredaran darah misalnya umur netrofil
yang memendek karena penggunaan obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat
radiasi atau obat-obatan dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil
terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan lain-lain.
4. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan sitoplasmanya sedikit.
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal : 2040% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit
dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa.
Darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu :
a. Sel B
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak hanya
membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem ‘memori’).
b. Sel T = CD+4 (pembantu).
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk
menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer ) dapat membunuh sel tubuh.
Yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah
menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000 ul pada
bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000 ul darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh
infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis
dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer. Pada
orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000 ul dan pada anak-anak kurang dari
3000 ul darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
5. Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit
sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam
tubuh : 2-8 % dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya
dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal.
Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan
gambaran kaca asah (ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance.
Granula sitoplasma juga sering dijumpai.
Monosit membagi fungsi ‘pembersih vakum’ (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup
dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut
dapat dihafal dan dibunuh atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Monositosis adalah
suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750 ul pada anak dan lebih dari 800 ul darah pada orang
dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun
jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, eosinofil, dan
neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan monosit. Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis
leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8, Vol. 2. Jakarta. EGC.
Diva Iole Humaira. 2018. Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Hitung Jenis Leukosit (Differential Count)
Pada Laki-Laki Dewasa Dengan Obesitas Di Lingkungan Universitas Lampung.
Gandosoebrata, R. 2010 .Penuntun Laboratorium Klinik Edisi Keenambelas. Dian Rakyat: Jakarta.
Hayati Inayah. 2015. Gambaran Hitung Jenis Leukosit Siswa Kelas 1-3 SDN 03 Kayu Manis Selupu Rejang
Yang Terinfeksi Cacing Nematoda Usus. Jurnal Gradien Vol. 11 No. 1
Nurlaela Chandra, dkk. 2017. Perbandingan Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit Dengan Pewarnaan
Kombinasi Giemsa Dan Wright. Vol. 4. No. 1.
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit : Trans Info Media.
HITUNG JENIS LEUKOSIT (different count)
NAMA : DELIANA ELSA BELLA
MAHASISWA : DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
NIM : AK816015
SEMESTER : IV
KELAS : A
MATA KULIAH : HEMATOLOGI II
DOSEN PENGAMPU : DIAN NURMANSYAH S.ST.M.Biomed
YAYASAN BORNEO LESTARI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan ..............................................................................................
1.4 Manfaat ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................
2.1 Definisi Leukosit ..............................................................................
2.2 Definisi Hitung Jenis Leukosit .......................................................
2.3 Jenis-Jenis Leukosit ........................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................... ......
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... ...............
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Darah adalah jaringan tubuh yang berada dalam konsistensi cair menyerupai sirop dengan berat jenis
1,055 dan kekentalan dua setengah kali air. Beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan
pembuluh darah, yang berfungsi sebagai alat transfor serta hemostasis. Sel darah putih (leukosit) adalah
sel yang terdapat dalam darah, yang Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Biasanya
leukosit tidak hanya satu jenis saja, tapi ada 5 jenis leukosit yang terdapat dalam darah normal (Nurlaela,
2017).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma
yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut
oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan
trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis.Sel darah putih atau Leukosit merupakan "bala
tentara" kita. Tugasnya melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri,
atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak luput dari serangan berbagai macam kuman
pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut bisa merobohkan tubuh, berkat
pasukan tempur yang selalu siap melawan kuman. Pasukan tempur itu adalah sel darah putih yang
dikenal dengan sebutan leukosit. Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk
bagikuman. Di daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang melawan kuman hingga
tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan membengkak serta seringkali mengeluarkan
nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman melawan sel darah putih.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalamdarah berdasarkan proporsi
(%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masingmasing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan
limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan
ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit
infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit( Brunner
& Suddarth. 2002).
1.2 Rumusan Masalah.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Leukosit ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Hitung Jenis Leukosit ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan jenis leukosit ?
1.3 Tujuan Penulisan.
Tujuan peulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang
leukosit, jenis-jenis dari sel leukosit.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang leukosit, jenis-jenis dari
setiap sel leukosit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh mela0an berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun demikian sel sel ini
berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsifungsi tersebut dapat berjalan (Gandosoebrata, 2010).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.Jika dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) mempunyai bentuk inti
yang bervariasi dan yang tidak memiliki granula (agranulosit) inti berbentuk bulat atau bentuk
ginjal.Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asing (Hayati, 2015).
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, eosinofil,
dan neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang
paru paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberkulosis, tonsilitis,
dan lain-lain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan lain-lain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut
Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan lain-lain. Selain itu
juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker,
antidiabetika oral, dan antibiotika (penicillin, cephalosporin) (Gandosoebrata, 2010).
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun demikian sel sel ini
berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsifungsi tersebut dapat berjalan(Tarwoto. 2008).
Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah sebagai berikut :
Stem cell (myeloid)→myeloblast→promyelocyte→metamyelocyte→band
granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 - 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, Eosinofil,
dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang paruparu), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan lainIain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama ampicilin,
eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni)
dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol), kemoterapi kanker, antidiabetika oral
dan antibiotik (Gandasoebrata, 2010).
2.1.1 Fungsi Umum Leukosit Sebagai berikut :
1. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yang dilakukan oleh neutofil
dan monosit.
2. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan oleh basofil.
2.1.2 Fungsi Khusus Leukosit Sebagai Berikut :
1. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
2. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan penyakit alergi.
3. Basofil berperan dalam mengeluarkan histamin, heparin dan dilepaskan setelah pengikatan
IgE ke reseptor permukaan, berperan penting pada reaksi hipersensitivitas segera.
4. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T) sel B memperantarai
imunitas humoral. Sel T memperantarai imunitas seluler.
5. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
2.1.3 Sifat-sifat leukosit sebagai berikut :
1. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat kimia tertentu.
2. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
3. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat melewati pembuluh
darah dengan mengerutkan sel nya.
4. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk ke dalam tubuh yang
dilakukan oleh neutrofil dan monosit.
2.1.4 Pembentukan Leukosit
Pembentukan leukosit dimulai pada usia 5 minggu gestasi di hepar. Pada usia 20 minggu gestasi
sumsum tulang menjadi lokasi primer pembentukan leukosit. Pembentukan leukosit dimulai dari
diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Dalam
pembentukan leukosit terdapat dua sistem hematopoeitik yaitu sistem hematopoesis mielositik dan
sistem hematopoeisis limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang
berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa
limfoblas. Tipe mielositik akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi eritroid, mieloid dan prekursor
megakariosit. Eritosit, leukosit dan trombosit berkembang dari prekursor ini sedangkan sistem limfositik
akan memproduksi limfosit yang kemudian akan memproduksi limfosit T atau limfosit B (Diva, 2018).
Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi
di berbagai jaringan limfogen, khususnya kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai kantong
jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan plak peyer di bawah epitel dinding usus. Pembentukan
neutrofil berlangsung dalam enam tahapan perkembangan yaitu mieloblas, promielosit, mielosit,
metamielosit, batang, hingga menjadi neutrofil matur. Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblas
menjadi prolimfoblas dan akhirnya menjadi limfosit. Perkembangan monosit dimulai dengan monoblas
menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi monosit (Diva, 2018).
2.2 Definisi Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit merupakan jumlah relatif/ persentase dari masing masing jenis sel leukosit
yang dinyatakan dalam persen. Hitung jenis leukosit dapat menentukan persentase relatif dari jenis
leukosit namun tidak dapat menentukan persentase absolut. Terdapat dua cara dalam penghitungan
persentase leukosit yaitu secara manual dan otomatis. Pengukuran dengan cara manual dilakukan
secara langsung di bawah mikroskop dengan mengamati jumlah dan morfologi masing-masing jenis
leukosit. Penghitungan secara otomatis dapat mempergunakan alat yang dinamakan automatic blood
counter (Diva, 2018).
Hitung jenis leukosit (leukocyte differential count) bertujuan untuk menghitung persentase jenis-jenis
leukosit di dalam darah tepi.Leukosit yang dihitung dari apusan darah tepi sebanyak 100 sel. Lima jenis
leukosit yang dihitung, yaitu neutrofil (batang dan segmen), monosit, eosinofil, dan basofil. Perhitungan
jenis leukosit ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan jumlah sel yang terjadi pada beberapa
jenis leukosit pada penderita kecacingan (Hayati, 2015).
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi
(%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masingmasing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (Gandosoebrata, 2010).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan
pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit
hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%)(Gandosoebrata, 2010)
2.3 Jenis-Jenis Leukosit
Terdapat lima macam sel leukosit yang dapat dihitung persentasenya yaitu neutrofil, eosinofil,
monosit, basofil dan limfosit. Persentase masing masing jenis leukosit berbeda-beda pada setiap
laboratorium (Gandosoebrata, 2010).
1. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit,
dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini
mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin.
Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil
berubah menjadi sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglo bulin 7 (IgE) dan
degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/ul darah. Peningkatan basofil
terdapat pada proses inflamasi (radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil
terjadi pada penderita stress, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
2. Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam
tubuh. Nilai normal dalam tubuh : 1 - 3%.
Sel ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarana merah tua,
jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam
respon alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/ul darah. Eosinofilia terutama
dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit
kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/ul darah. Hal ini dapat
dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi
pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan
menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi
akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang
bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil
maupun eosinofil.
3. Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit
yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Sel ini mempunyai inti padat khas yang
terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang pucat dengan batas tida beraturan, mengandung banyak
granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu - biru. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul
pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil
matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 - 5% untuk neutrofil batang dan 50 -70 % untuk neutrofil
segmen. Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000 ul dalam darah tepi.
Penyebab lbiasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik
seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang. Banyak faktor yang mempengaruhi
respons netrofil terhadapinfeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas
peradangan dan pengobatan. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran
darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left . Infeksi tanpa netrofilia atau dengan
netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita
yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500 ul darah. Penyebab
netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari peredaran darah misalnya umur netrofil
yang memendek karena penggunaan obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat
radiasi atau obat-obatan dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil
terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan lain-lain.
4. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan sitoplasmanya sedikit.
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal : 2040% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit
dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa.
Darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu :
a. Sel B
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak hanya
membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem ‘memori’).
b. Sel T = CD+4 (pembantu).
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk
menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer ) dapat membunuh sel tubuh.
Yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah
menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000 ul pada
bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000 ul darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh
infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis
dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer. Pada
orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000 ul dan pada anak-anak kurang dari
3000 ul darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
5. Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit
sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam
tubuh : 2-8 % dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya
dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal.
Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan
gambaran kaca asah (ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance.
Granula sitoplasma juga sering dijumpai.
Monosit membagi fungsi ‘pembersih vakum’ (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup
dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut
dapat dihafal dan dibunuh atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Monositosis adalah
suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750 ul pada anak dan lebih dari 800 ul darah pada orang
dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun
jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, eosinofil, dan
neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan monosit. Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis
leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8, Vol. 2. Jakarta. EGC.
Diva Iole Humaira. 2018. Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Hitung Jenis Leukosit (Differential Count)
Pada Laki-Laki Dewasa Dengan Obesitas Di Lingkungan Universitas Lampung.
Gandosoebrata, R. 2010 .Penuntun Laboratorium Klinik Edisi Keenambelas. Dian Rakyat: Jakarta.
Hayati Inayah. 2015. Gambaran Hitung Jenis Leukosit Siswa Kelas 1-3 SDN 03 Kayu Manis Selupu Rejang
Yang Terinfeksi Cacing Nematoda Usus. Jurnal Gradien Vol. 11 No. 1
Nurlaela Chandra, dkk. 2017. Perbandingan Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit Dengan Pewarnaan
Kombinasi Giemsa Dan Wright. Vol. 4. No. 1.
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit : Trans Info Media.