Pengaruh Media Sosial terhadap Kemampuan

Pengaruh Media Sosial terhadap Kemampuan Menulis dan Penggunaan
Bahasa Indonesia
Oleh
Ani Hayrani, 140210402037, FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia, Univeristas Jember 2015
Informasi Kontak : 08979554939

Abstrak
Globalisasi merupakan fenomena mendunia yang menyatukan masyarakat satu dengan
yang lain. Globalisasi mengakibatkan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Salah
satunya adalah internet yang merupakan bagian dari teknologi yang canggih, yang di
dalamnya terdapat berbagai macam media sosial. Media sosial ini adalah sarana
komunikasi sosial secara online di dunia maya. Media sosial ini memberikan pengaruh
besar terhadap masyarakat. Pengaruhnya yakni media sosial sebagai media komunikasi
edukasi, dimana masyarakat dapat memberikan pendapat dan saling memberikan
informasi satu sama lain. Di sisi lain, media sosial juga dapat berpengaruh terhadap
kemampuan menulis dan penggunaan bahasa Indonesia pada seseorang. Masyarakat yang
menggunakan media sosial dapat menampilkan kegiatan dan aktifitas yang dikerjakan,
mengeluarkan pendapat-pendapat, dan mengekspresikan perasaan mereka.
Kata Kunci: Media Sosial, Pengaruh, Menulis, Berbahasa.
Pendahuluan
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah

kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web
2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-genereted content. Web 2.0 menjadi
platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk
social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcast,
gambar, video, rating, dan bookmark sosial (Kaplan dan Haenlein, 2010). Kaplan dan
Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel
Horizons Bisnis mereka yang diterbitkan pada tahun 2010. Menurut mereka, ada enam jenis
media sosial yaitu proyek kolaborasi (misalnya wikipedia), blog dan microblogs (misalnya
twitter), komunitas konten (misalnya youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook),
virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social (misalnya second life).
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut
tumbuh dengan pesat. Kini untuk mangakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian

cepatnya media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi
yang tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya juga
mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan beritaberita.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan sesorang untuk menghsilkan sebuah
tulisan. Sebuah tulisan yang baik memiliki ciri di antarannya bermakna, jelas, merupakan
satu-kesatuan, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Bahasa merupakan alat

komunikasi yang paling penting. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan persaan, gagasan,
bahkan dengan bahasa pula kita dapat berfikir dan bernalar Dari keempat keterampilan
berbahasa, menulis merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat tidak langsung karena
penulis tidak berhadapan langsung dengan pembaca. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang paling kompleks karena pada waktu menulis kita harus mampu
mengingat dan menerapkan berbagai unsur menulis secara serta merta.
Ada beberapa pengertian mengenai menulis, tetapi pada dasarnya sama. Menulis
adalah mengespresikan pikiran atau persaan kepada orang lain dengan menggunakan media
bahan tulis dengan harapan dapat di baca oleh pembaca, memberikan pengertian mengenai
menulis, yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan
suatu bahasa yang di pahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafis tersebut jika memahami bahsa dan lambang grafis tadi. Pengertian bahwa
menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada
orang lain secara tertulis. Dari keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa menulis adalah
mengekspresikan gagasan, persaan, dan pengalaman dengan menggunakan tulisan yang dapat
dipahami pembaca dan sesuai dengan tujuan yang di maksud oleh penulisnya.
Bahasa
bentuk

adalah


kombinasi

sistem

simbol

dari

tertulis

komunikasi,
lainnya,

yang

dimana
teratur

kata-kata
sehingga


dan

berbagai

menghasilkan

sejumlah pesan (Parke, 1999). Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang
berkaitan dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam
menggapai ilmu pengeahuan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kemampuan berbahasa,
seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur
(Setiawan, 2007).
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, mengemukakan perasaaan atau pikiran yang
mengandung makna tertentu baik melalui ucapan, tulisan dan bahasa isyarat atau bahasa
tubuh. Setiap bahasa memiliki aturan tertentu dan komunikasi dikatakan efektif bila orang
yang diajajk berkomunikasi mengerti apa yang dikemukan oleh sumber komunikasi.

Kemampuan berbahasa akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak (Morgan,
1981).
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengetahuan bahasa.

Bloch dan Trager (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi. Kemudian menurut Josep Broam (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem yang terstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sebagai alat bergaul satu sama lain.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh
sekumpulan aturan tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna, akan tetapi setiap
orang memiliki kemampuan yang terbatas dalam menggunakannya. Bahasa menyediakan
pembendaharaan kata atau tanda (vocabulary) serta perangkat aturan bahasa (grammar dan
sintaks) yang harus dipatuhi jika hendak menghasilkan sebuah ekspresi yang bermakna.
Sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengutarakan
maksud atau berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain (Sears, 2004).
Bahasa

adalah

sistem

dari


komunikasi,

dimana

kata-kata

dan

berbagai

bentuk kombinasi simbol tertulis lainnya, yang teratur sehingga menghasilkan sejumlah
pesan (Parke, 1999). Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan
dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai
ilmu pengeahuan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kemampuan berbahasa, seseorang tidak
dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur (Setiawan, 2007). Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi, mengemukakan perasaaan atau pikiran yang mengandung
makna tertentu baik melalui ucapan, tulisan dan bahasa isyarat atau bahasa tubuh. Setiap
bahasa memiliki aturan tertentu dan komunikasi dikatakan efektif bila orang yang diajak
berkomunikasi mengerti apa yang dikemukakan oleh sumber komunikasi. Kemampuan

berbahasa akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak (Morgan, 1981).
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengetahuan bahasa.
Bloch dan Trager (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi. Kemudian menurut Josep Broam (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem yang terstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sebagai alat bergaul satu sama lain.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh
sekumpulan aturan tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna, akan tetapi setiap
orang memiliki kemampuan yang terbatas dalam menggunakannya. Bahasa menyediakan
pembendaharaan kata atau tanda (vocabulary) serta perangkat aturan bahasa (grammar dan
sintaks) yang harus dipatuhi jika hendak menghasilkan sebuah ekspresi yang bermakna.
Sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengutarakan
maksud atau berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain (Sears, 2004).
Dengan demikian, dalam artikel ini akan diperoleh gambaran tentang pengaruh media
sosial terhadap kemampuan menulis dan berbahasa. Artikel ini akan menjelaskan dan
memahami mengenai pengaruh-pengaruh media sosial secara umum dengan mengaitkan
pengaruh-pengaruh tersebut terhadap kemampuan menulis dan berbahasa. Sumber data yang

dipelajari berupa artikel-artikel berita yang menyediakan fakta tentang penggunaan media
sosial dan beberapa referensi buku dan internet.
Pembahasan
a. Penggunaan Media Sosial
Indonesia merupakan negara yang konsumsi masyarakatnya tinggi terhadap media
sosial. Media sosial yang dipakai masyarakat sangat beraneka ragam, diataranya yaitu
facebook, twitter, path, line dan sebagainya. Masing-masing media sosial memiliki fasilitas
dan keunikan yang berbeda-beda, sebagai berikut.
1) Facebook
Facebook adalah jejaring sosial paling populer yang masih digunakan masyarakat
hingga saat ini. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004. Jejaring
sosial ini menawarkan konten dan fasilitas yang lebih lengkap dari jejaring sosial lainnya.
Fasilitas yang diandalkan dari jejaring ini antara lain konten chat, berbagi foto dan video,
beragam permainan facebook, ataupun dapat berbagi status maupun catatan (note). Saat ini
ada lebih dari 600 juta orang di dunia yang menggunakan facebook dan Indonesia
merupakan salah satu negara penyumbang pengguna terbanyak.
2) Twitter
Twitter adalah jejaring sosial yang menfokuskan diri pada micro-blogging. Namun
fokus ini menjadi keunggulan tersendiri dari twitter. Twitter memungkinkan pengguna
untuk mengikuti (follow) teman maupun orang lain yang ingin diketahui aktifitasnya.

Pengguna juga dapat berbagi informasi terkini melalui jejaring ini. Twitter banyak

digunakan oleh tokoh-tokoh masyarakat maupun artis untuk menyampaikan aktivitasnya
maupun pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh tersebut. Bahkan berbagai situs baik situs
berita, lembaga pemerintahan, perusahaan, dan lainnya menggunakan media ini untuk
menyampaikan aktivitasnya.
3) Path
Path adalah media sosial privat yang berjalan di perangkat mobile, memungkinkan
pengguna berbagai pesan dan foto. Media sosial satu ini unik karena tertuju pada kalangan
muda agar mereka tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman. Pengguna path
berbeda dari jejaring sosial lainnya dimana hanya pengguna yang telah disetujui yang
dapat mengakses halaman path seseorang. Status privasi dari aplikasi ini menjadikan path
lebih eksklusif dari berbagai jejaring sosial yang ada.
4) Instagram
Instagaram adalah sebuah aplikasi untuk berbagi foto yang dapat dilihat oleh
followers dari pengunggah foto tersebut dan dapat saling memberikan komentar antara
sesamanya. Nama instagram berasal dari ‘insta’ yang bersal dari kata instant dan ‘gram’
yang bersal dari telegram, dapat disimpulkan bahwa instagram berguna menginformasikan
atau membagikan foto kepada orang lain dengan cepat. Salah satunya yang unik dari
instagram adalah fotonya yang berbentuk persegi yang menggunakan rasio.

Penggunaan media sosial tidak hanya digunakan oleh Indonesia, namun negara-negara
lain juga menggunakan media sosial. Berikut ini urutan pengguna media sosial yang
terbanyak di dunia peringkat media sosial diurutkan berdasarkan jumlah pengguna terbanyak
per Januari 2015.
Media sosial merupakan media yang tidak ada batas ruang dan waktu, di mana media
sosial dapat dibuka 24 jam. Pembuatan dan penggunaan media sosial sangat mudah dan tidak
rumit, sehingga media sosial dapat digunakan oleh semua kalangan dari usia, profesi, maupun
kelas sosial. Karena hal tersebut membuat masyarakat mengalami kecanduan terhadap media
sosial. Kecanduan ini dapat dilihat berapa seringnya remaja memegang gadget mereka. Dari
seluruh total penggunaan internet di Indonesia 95% adalah untuk mengakses situs jejaring
sosial seperti facebook dan twitter (sumber: Statistika).
Hal serupa juga juga dinyatakan oleh majalah online (http://investor.co.id), pengguna
facebook di Indonesia nomor empat setelah USA, Brazil, dan India. Sedangkan pengguna
twitter di Indonesia menempati peringkat ke-lima di dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan
Inggris.

Penggunaan media sosial di Indonesia 2014 (data pengguna Facebook, Twitter,
LinkedIn, Google+, Instagram). Media sosial yang beredar ke penjuru dunia memberikan
pengaruh yang positif dan negatif. Pengaruh positif yakni para pengguna dapat
berkomunikasi yang edukatif dimana pengguna dapat memberikan pendapat dan saling

bertukar informasi kepada sesama pengguna sehingga memberikan pengetahuan. Namun, di
sisi lain banyak pengaruh yang negatif. Penggunaan media sosial mengakibatkan berubahnya
gaya komunikasi serta karakteristik masyarakat seperti membanggakan diri sendiri secara
berlebihan atas apa yang dimilikinya (narsis) dengan mengunggah foto diri dengan gaya yang
aneh, dan perilaku kampungan (alay). Pengaruh negatif lainnya yakni media sosial sebagai
tempat berinteraksi antar sesama teman memberikan pengaruh adanya garis pemisah antara
kelas sosial atas dan kelas sosial menengah bawah.
Path salah satu media sosial yang memiliki fasilitas seperti memberitahukan dimana
kita sedang berada, memberitahukan sedang mendengarkan lagu apa, membaca buku apa, dan
sebagainya, bisa menggambarkan perbedaan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat
kelas bawah. Contoh pengguna sedang berada di salah satu mall, tempat-tempat yang
dikunjungi oleh pengguna dan diunggah ke media sosial dapat memperlihatkan bahwa
pengguna tersebut dari golongan kelas atas. Media sosial yang digunakan semua kalangan
kelas sosial ini dapat mengakibatkan kecemburuan sosial. Contoh pengaruh negatif lainnya
dari kecanduan jejaring sosial belakangan ini adalah maraknya orang yang mengunggah foto
makanan atau foto perjalanan dan tempat-tempat yang pernah kunjungi ke dalam jejaring
sosial facebook, twitter, atau instagram mereka.
Ada juga para remaja mengunggah foto spidometer ke media sosial untuk
menunjukkan eksistensinya. Karena pergaulan remaja masa kini makin dipengaruhi media
sosial, mereka bukan hanya ingin eksis di dunia nyata, melainkan juga di dunia maya.
Kebiasaan menggunggah foto makanan, tempat yang pernah dikunjungi dan sebagainya
mereka sebut budaya kekinian. Jadi remaja dikatakan kekinian ‘ngehits’ apabila sudah
mengunggah foto. Foto-foto tersebut merupakan bukti bahwa mereka pernah mencicipi
makanan atau telah mengunjungi tempat-tempat seperti tempat wisasata, muncak, dan lainlain yang bermakna dan sedang marak dalam masyarakat.
Fenomena ini dapat kita lihat dengan teori dramatugi oleh Erving Goffman. Konsep
teori dramatugi ini adalah kehidupan sosial dimaknai sebagai panggung drama, dimana di
dalamnya terdapat aktor yang memainkan perannya. Aktor disini adalah individu-individu
yang memainkan perannya dalam kegidupan sosial mereka, saat berinteraksi dengan individu
maupun kelompok lain. Sehingga individu berlomba-lomba menampilkan diri sebaik

mungkin dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuannya. Dalam panggung drama terdapat
peran individu di bagian front stage dan back stage. Saat di front stage individu bersifat tidak
otonom dalam artian tidak dapat menjadi dirinya sendiri, karena situasi ini mengharuskan
individu memainkan perannya sesuai dengan naskah yang ada. Kaitannya dengan fenomena
media sosial yakni remaja selalu menampilkan dirinya sebaik mungkin di dunia maya (media
sosial). Remaja memposisikan dirinya agar setara dengan remaja yang lain, dengan
mengunggah foto-foto yang sedang kekinian di dalam masyarakat. Unggahan foto tersebut
adalah tampilan yang paling baik (cantik) karena foto tersebut akan dilihat oleh banyak para
pengguna media sosial. Di dalam fenomena ini terdapat struktur bahwa unggahan foto
tersebut sudah menjadi aturan yang ada di kalangan remaja tersebut.
Sedangkan di bagian back stage individu merupakan aktor otonom dimana ia
memposisikan diri apa adanya. Dalam back stage aktor tersebut akan kembali ke peran asli
dan tidak memainkan peran sesuai dengan naskah yang ditentukan. Di luar media sosial,
remaja melakukan kegiatan dan aktifitas yang sewajarnya sesuai dengan kepribadian masingmasing. Mereka menjadi diri mereka seutuhnya saat bersama keluarga maupun teman
dekatnya yang memang tiap hari mereka berada di kalangan lingkungan yang mengerti
dirinya.
b. Pengaruh Positif dan Negatif Media Sosial secara Umum
Berbicara sosial media sekarang ini memang sudah tidak asing lagi dikalangan
masyarakat, hampir tiap individu menggunakan media sosial dari yang muda hingga yang tua
baik untuk berbinis maupun hanya sebatas terhubung dengan teman. Dengan adanya media
sosial memang sangatlah membantu dalam berhubungan dengan orang lain, baik teman
maupun saudara. Namun di dalam kemudahan itu juga terdapat pengaruh positif serta
negatifnya.
Pengaruh positif misalnya, 1) sebagai tempat promosi. Dengan banyaknya orang yang
menggunakan jejaring sosial, membuka kesempatan kita untuk mempromosikan produk atau
jasa yang kita tawarkan. 2) Ajang memperbanyak teman, apat menambah teman baru maupun
relasi bisnis dengan mudah. 3) Sebagai media komunikasi, mempermudah komunikasi
dengan orang-orang, baik dalam maupun luar negeri. 4) Tempat mencari informasi, banyak
juga instansi pencari berita yang menggunakan media sosial sebagai media penyeberannya. 5)
Tempat berbagi, dengan fitur yang ada pada media sosial dapat dengan mudah saling bertukar
data baik berupa foto, dokumen, maupun pesan suara.

Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan yaitu, 1) munculnya tindak kejahatan.
Banyak juga orang yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk melakukan kejahatan
seperti contohnya penculikan dan penipuan. 2) Mengganggu hubungan antar pasangan, media
sosial juga dapat memicu kecemburuan antar pasangan jika memang pasangan itu
berhubungan yang tidak wajar dengan orang lain. 3) Menimbulkan sifat candu, media sosial
juga dapat menimbulkan candu yang dapat mengakibatkan sifat penggunanya menjadi autis
atau lebih menutup diri pada kehidupan sekitar.
c. Pengaruh Media Sosial terhadap Kemampuan Menulis
Media sosial bagi sebagian masyarakat terkesan banyak memberi pengaruh negatif
untuk perkembangan psikolog anak. Media sosial dapat memberikan banyak manfaat apabila
penggunanya menggunakan dengan bijak, misalnya bertukar informasi atau berbagi ilmu
dengan tulisan-tulisan yang dirangkai secara menarik untuk menarik minat pembaca. Selain
menarik minat pembaca untuk membaca salah satu tulisan yang diposting pada media sosial,
ada beberapa tujuan menulis yang perlu diketahui secara lebih mendalam.
Menurut Hipple, tujuan menulis dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Tujuan penugasan (assignment purpose)
Penulisan tidak memiliki tujuan, untuk apa ia menulis. Penulis hanya menulis, tanpa
mengetahui tujuan. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.
Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku atau seorang guru disuruh membuat
laporan oleh kepala sekolahnya.
2) Tujuan altruistic (altruistic purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para
pembaca, ingin menolong para pembaca menghargai, memahami, menghargai perasaan
dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan
karyanya itu. Penulis harus beryakinan bahwa pembaca adalah teman hidupnya. Sehingga
penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea atau gagasan bagi kepentingan
pembaca.
3) Tujuan persuatif (persuasive purpose)
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran
gagasan atau ide yang di utarakan oleh penulis.

4) Tujuan informasional (information pupose)
Penulis meluangkan idea tau gagasan dengan tujuan member informasi atau
keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar
pembaca menjadi tahu mengenai apa yang di informasikan oleh penulis.
5) Tujuan pernyataan diri (self ekspressive purpose)
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para
pembaca. Melalui tulisannya, pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya sang penulis
itu.
6) Tujuan kreatif (creative purpose)
Penulis bertujuan agar para pembaca, dapat memiliki nilai -nilai artistik atau nilainilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis bukan hanya
memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang di sajikan oleh
penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan oleh penulis, tetapi
juga merasa terharu membaca tulisan tersebut.
7) Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose)
Penulis berusaha memacahkan suatu masalah yang di hadapi. Dengan tulisannya,
penulis berusaha member kejelasan pada para pembaca tentang bagaimana cara
pemecahan suatu masalah.
Dengan adanya situs media sosial untuk memperdalam kemampuan menulis
seseorang seperti wattpad.com dan fanfiction.net tentu memudahkan sesorang untuk
mengembangkan kekreatifitasannya dalam bidang fiksi contohnya. Untuk bidang nonfiksi
seseorang dapat menggunakan situs kaskus.com dimana para penggunanya kebanyakan
adalah golongan yang gemar mencari informasi-informasi menarik seperti artikel, resep, dan
sebagainya. Tidak hanya itu, jenis media sosial yang sudah disebutkan juga memiliki banyak
manfaat yang dapat dirasakan oleh pengguna jika digunakan sebagaimana mestinya bukan
menarik empati ataupun memicu terjadinya adu argumen yang disebabkan oleh pengguna
yang menulis tulisan sindiran maupun penghinaan.
d. Pengaruh Media Sosial terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia
Menurut salah satu artikel yang dipublish oleh Iran Indonesia Radio,
“media sosial dewasa ini telah merambah ke berbagai dimensi yang diakses oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat”. Namun, lanjutnya lagi, hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa media sosial dapat menjadi suatu ancaman. Ancaman ini, oleh beberapa ahli,

ditemukan pada ancaman penggunaan bahasa media sosial, atau yang dikenal dengan ‘bahasa
gaul’ terhadap keorisinilan bahasa ibu.
Banyaknya kemudahan yang ditawarkan dalam dunia sosial, terutama kemudahan
bahasa tersedianya berbagai bahasa di dunia, bagi penikmatnya berakibat pada semakin
banyaknya penngunjung sosial media setiap harinya. Tidak adanya batasan sosial dan bahasa
semakin memperkuat maraknya perkembangan bahasa gaul di kalangan masyarakat. Sebagai
contoh, fenomena bahasa alay. Bahasa alay merupakan suatu fenomena yang muncul
dikalangan remaja. Fenomena ini, menurut beberapa pustakawan, terjadi karena adanya
pemberontakan pada diri remaja terhadap tata bahasa. Menurut Owen (dalam Papilia, 2004)
remaja memiliki kepekaan terhadap kata-kata bermakna ganda. Mereka menyukai
penggunaan metafora, ironi, dan bermain kata-kata untuk mengungkapkan pendapat dan
ekspresi mereka. Selain itu, remaja juga sangat kreatif dalam bermain kata-kata.
Umumnya, penggunaan bahasa alay ini banyak ditemukan pada postingan remaja
diberbagai sosial media. Namun, penggunaan bahasa alay ini memiliki efek domino terhadap
remaja lainnya. Rata-rata dari mereka akan menyerap dan meniru apa yang telah teman
mereka post. Karena, menurut mereka hal tersebut merupakan sesuatu yang ngetren. Seperti
contoh penggunaan metafora ‘bingung tingkat dewa’, ‘kesel setengah mampus’, yang
mengekspresikan kebingungan dan kekesalan luar biasa yang sedang mereka alami. Adapula
penggunaan kata-kata yang mereka reduksi sendiri menjadi sebuah kata baru, seperti
‘warbiyazah’, yang sekilas terlihat seperti serapan dari bahasa arab. Padahal kata tersebut
merupakan reduksi dari frase ‘luar biasa’ yang direduksi agar memiliki makna berlipat.
Kebiasaan menggunakan bahasa gaul dalam media sosial berakibat pada sulitnya
masyarakat Indonesia berkomunikasi dalam lingkungan formal. Misalnya, ketika mereka
harus mempresentasikan sesuatu atau membuat makalah berbahasa Indonesia. Beberapa
penelitian menemukan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh remaja di Indonesia
kebanyakan sudah tercampur dengan bahasa gaul. Dalam suatu situasi pembelajaran, ketika
akan mempresentasikan sesuatu di depan kelas, remaja Indonesia pada umumnya
menggunakan kata‘mempresentasiin’ ketimbang ‘mempresentasikan’.
Kekhawatiran akan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul/bahasa alay pada
media sosial tentulah beralasan. Bahasa gaul/alay dianggap sebagai ancaman yang serius
terhadap kaidah tata bahasa Indonesia, karena meskipun dalam dunia linguistik dikenal
dengan bahasa baku dan tidak baku, bahasa alay adalah bahasa tidak baku yang tidak
mengindah. Selain itu, sifat dari media sosial yang membuat penikmatnya asik dengan dunia
maya mereka masing-masing membuat mereka malas berkomunikasi di dunia nyata.

Akibatnya, karena sering berinteraksi di media sosial dengan bahasa gaul/alay, tingkat
pemahaman bahasapun akan terganggu.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus dan tidak dilakukan pencegahan, lama-lama
bahasa gaul inipun akan bersifat arbiter. Hilanglah sudah keorisinilan bahasa ibu kita, bahasa
Indonesia. Maka, untuk menghidari hal ini perlu adanya upaya untuk menanamkan dan
menumbuhkan kecintaan terhadap pemahaman bahasa Indonesia. Salah satu upaya yang telah
terbukti efektif adalah pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
media sosial dalam membantu siswa memahami kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Selain media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia,
terutama kaum remaja, upaya ini juga dilatarbelakangi fenomena remaja masa kini yang lebih
banyak berinteraksi di dunia maya.
Sebenarnya, ada banyak sekali upaya-upaya pencegahan yang dapat kita lakukan agar
perkembangan bahasa gaul di media sosial ini tidak berkembang dengan pesat. Seperti yang
kita ketahui bahwa jika suatu bahasa digunakan secara terus-menerus dan diterima di
masyarakat, maka akan munculnya pengakuan sehingga bahasa tersebut sah digunakan.
Namun, dibalik semua upaya yang dapat dilakukan, sebenarnya upaya terbesar datang dari
diri kita sendiri. Upaya penyadaran diri akan kaidah tata bahasa yang baik dan benar.
Penutup
Media sosial meskipun dinilai terkesan memberi pengaruh negatif terhadap
perkembangan psikolog, sisi lain mengungkapkan bahwa media sosial dapat mengembangkan
kemampuan menulis dan berbahasa jika penggunanya memanfaatkan secara bijak. Boleh
pamer, tetapi setidaknya hal yang dipamerkan bernuansa mendidik dan bermanfaat bagi
pengguna yang lain dan tentunya tidak menyembunyikan jati diri.
Facebook, twitter, instagram, path, wattpad, fanfiction, ataupun kaskus sebenarnya
dibuat untuk saling bertukar informasi dengan pengguna lain yang berasal dari berbagai
kalangan maupun berbagai daerah. Sehingga manfaat lain yang dapat dirasakan pengguna
adalah mendapat teman baru dan memperbaiki penggunaan bahasa Indonesia yang benar.
Pada kesimpulannya, pengguna sosial yang bijak akan mendapat banyak keuntungan
dari berbagai segi dan pengguna yang bijak pula dengan senang hati akan menuangkan
informasi yang berguna khususnya dalam dunia ilmu pendidikan.

Daftar Pustaka
Croteau, David, William Hoynes. 2003. Media Society. United Kingdom: Sage Publications
Muchlisoh. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Debdikbud
Sarbakti, Akhidah. 2007. Menulis. Jakarta: Depdikbud
Sutari. 2007. Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung: FPBS IKIP
Subakti, R. 2010. Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial. Malang: Aditya Media
Publishing
Universitas Sumatera Utara. Kemampuan Berbahasa. http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/23238/3/Chapter%20II.pdf