MAKALAH ANALISIS MINAT MASYARAKAT MENYIM

Analisis Minat Masyarakat Menyimpan Uang Pada Suatu Bank
(Studi Kasus Pada Bank Riau Kepri di Kota Pekanbaru)
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia selalu memiliki kebutuhan yang beragam.
Uang mengambil peran sebagai alat tukar dalam kehidupan karena memiliki nilai
dan dijamin oleh undang-undang. Dalam dunia bisnis, uang berperan penting
untuk kelangsungan perusahaan dan lalu lintas pembayaran. Kenyataannya,
masalah pokok yang sering dijumpai oleh setiap individu dan dunia bisnis tidak
lepas dari kebutuhan dana untuk membiayai segala usaha dan kebutuhannya. Oleh
sebab itulah dibentuknya suatu lembaga keuangan bank yang memfokuskan
kegiatannya dalam menghimpun dana, menyalurkan dana atau sebagai perantara
antara pihak pemakai dengan pemilik dana.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Bank
menghimpun dana dari masyarakat dengan cara membeli dari masyarakat melalui
strategi produk-produk bank yang menjadi bentuk simpanan. Jenis simpanan yang
ditawarkan pihak bank antara lain giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito
berjangka.

Dewasa ini, lembaga keuangan seperti bank tumbuh menjamur terutama
di kota Pekanbaru Provinsi Riau. Menurut data, Provinsi Riau yang luasnya
adalah 111.228,65 km2 (luas sesudah pemekaran Propinsi Kepulauan Riau yang
terdiri dari pulau-pulau dan lautan) dan luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau
mencapai 251.810,7 km2) merupakan daerah yang berpotensi besar dengan posisi
strategis yang memberikan keunggulan komperatif dan kompetitif dalam menarik
minat untuk melakukan investasi. Karena selain letaknya berbatasan langsung
dengan negara Singapura dan Malaysia yang berada di titik silang arus
perdagangan internasional, Provinsi Riau yang semakin membaik dalam stabilitas
regional sehingga pertumbuhan Provinsi ini terus mengalami peningkatan yang
1

memacu untuk lebih maju yang disejalankan dengan prioritas pembangunan
daerah

dan

kebutuhan

masyarakat,


sarana

dan

prasarana

pendukung

perkembangan ekonomi rakyat terus dibangun dan dipelihara, sehingga
tumbuhlah bank yang menyebar di setiap daerah di Provinsi Riau.
Menurut laporan kajian ekonomi regional oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Riau “Pada triwulan laporan, jaringan kantor bank di Riau
meningkat 10 kantor sehingga totalnya menjadi 634 kantor. Peningkatan
utamanya terjadi pada kantor cabang dan kantor cabang pembantu”. Dari laporan
tersebut terlihat jelas bahwa banyak bank di Riau yang tumbuh dan berkembang
sehingga persaingan dunia perbankan semakin ketat.
Salah satu dari sekian banyak bank di Riau yaitu Bank Riau Kepri
(BRK), didirikan sesuai dengan:
Undang-Undang No. 13 tahun 1962 tentang Bank Pembangunan

Daerah. Terhitung tanggal 01 April 1966 secara resmi kegiatan
Bank Pembangunan Daerah Riau dimulai dengan status sebagai
Bank Milik Pemerintah Daerah Riau. Sesuai keputusan
RUPSLB tanggal 26 April 2010, telah dilakukan perubahan
nama PT. Bank Pembangunan Daerah Riau menjadi PT. Bank
Pembangunan Daerah Riau Kepri yang disingkat PT. Bank Riau
Kepri setelah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
HAM RI melalui keputusan No.AHU-36484.AH.01.02 Tahun
2010 tanggal 22 Juli 2010 dan Surat Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum Direktur Perdata No.AHU.2AH.01.01-6849 tanggal 25 Agustus 2010, serta persetujuan dari
Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia No.12/59/KEP.GBI/2010 tanggal 23 September 2010.
(Annual Report Bank Riau Kepri, 2013)

Dalam pidato Wan Marwan selaku Direktur Operasional Bank Riau
Kepri dalam kegiatan upacara HUT Bank Riau Kepri, mengatakan "Tanggal 1
April, menjadi hari bersejarah bagi seluruh insan di Bank Riau Kepri. Hari ini
tepat 48 tahun yang lalu, Bank Riau Kepri didirikan dengan tujuan mendorong
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi masyarakat Riau dan Kepri" (Yusni,
2014).

Dalam rangka kontribusi para pemegang saham terhadap daerah yang
diwujudkan dalam visi Bank Riau Kepri yaitu “Sebagai perusahaan perbankan
yang mampu berkembang dan terkemuka di daerah, memiliki manajemen yang

2

profesional dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah sehingga dapat
memberdayakan perekonomian rakyat”. Dari ungkapan Wan Marwan dalam
pidatonya dan visi Bank Riau Kepri sendiri, tujuan Bank Riau Kepri adalah
sebagai bank pembangunan daerah. Dikarenakan Bank Riau Kepri memiliki
tujuan tersebut, seharusnya masyarakat sangat berminat untuk membantu
pembangunan dan melakukan simpanan di bank tersebut sehingga dana tetap
lancar.
Perkembangan dan pencapaian Bank Riau Kepri ini sangat
menggembirakan karena aset Bank Riau Kepri hampir mencapai Rp 20 triliun
rupiah pada tahun 2013. “Tahun 2012 membukukan laba bersih sekitar Rp318
miliar dan mengalami peningkatan menjadi sekitar Rp423 miliar. Dari sisi
pelayanan terlihat jangkauan layanan yang semakin luas dan produk perbankan
yang semakin terdiversifikasi” (Viator, 2012). Namun disisi lain menyatakan
bahwa; 1) kontribusi deposan Bank Riau Kepri mengalami penurunan tajam dana

giro dan deposito berjangka di Bank Riau Kepri pada periode 2012-2013, dari
Rp11,5 triliun menjadi Rp8,7 triliun; 2) sumber deposan mayoritas berasal dari
sumber dana pemerintah daerah.
Sehubungan dengan kondisi tersebut menurut Viator Butar-butar Wakil
ketua Umum Kadin Riau, ada beberapa hal yang mungkin terjadi, yaitu:
Pertama, BRK akan selalu berada pada posisi inferior
menghadapi para kepala daerah dan suka tidak suka harus
melakukan semua cara untuk ”memelihara hubungan” agar
jangan sampai pemda dimaksud memindahkan dana mereka dari
BRK. Kedua, dengan semakin ketatnya pengawasan dan
meningkatnya standar pengelolaan APBD, sangat mungkin
terjadi bahwa jumlah dana dan masa pengendapan dana pemda
di BRK akan semakin menurun.

Merujuk pada kemungkinan di atas, Viator mengungkapkan bahwa
pemindahan besar-besaran dana oleh deposan inti akan berakibat fatal. Di sisi
lain, kegiatan ”memelihara hubungan” yang harus dilakukan Bank Riau Kepri ini
sangat potensial menjadi persoalan hukum. Kalau transaksi APBD hanya dalam
bentuk pemindah-bukuan antar rekening di Bank Riau Kepri, persoalan likuiditas


3

tidak akan terlalu terpengaruh. Namun, apabila sumber deposan yang berasal dari
pemerintah daerah ditarik, maka Bank Riau Kepri akan mengalami masalah
likuiditas.
Melihat fakta yang diungkapkan oleh Viator, maka peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian tentang simpanan di Bank Riau Kepri.
Sehubungan hal itu, peneliti ingin mengkaji secara sederhana suatu kajian
makalah dengan judul “Analisis Minat Masyarakat di Bank Riau Kepri”.
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dengan
pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana proporsi simpanan di Bank Riau
Kepri?; 2) Bagaimana likuiditas Bank Riau Kepri?; 3) Bagaimana proporsi minat
masyarakat menyimpan uang di Bank Riau Kepri?; 4) Apa alasan masyarakat
berminat menyimpan uang pada suatu bank?
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Memenuhi persyaratan sebagai
peserta OSN Bidang studi ekonomi tahun 2014 di Mataram, NTB; 2) Mengetahui
proporsi simpanan di Bank Riau Kepri; 3) Mengetahui likuiditas di Bank Riau
Kepri; 4) Mengetahui proporsi minat masyarakat menyimpan uang di Bank Riau
Kepri; 5) Mengetahui alasan masyarakat berminat menyimpan uang pada suatu
bank.

Manfaat penelitian ini bisa ditujukan untuk: 1) Masyarakat; 2) Pihak
Bank. Bagi masyarakat dengan adanya penelitian ini bisa menambah wawasan
dan perbandingan yang terkait, sedangkan bagi pihak Bank Riau Kepri dapat
menjadi rekomendasi dan informasi tentang sesuatu yang masih harus diperbaiki
dan ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dari tanggal
14 Agustus 2014 sampai dengan 18 Agustus 2014 dengan jenis penelitian yaitu
penelitian deskriptif.

Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka,

wawancara serta data primer dan sekunder. Kajian pustaka dilakukan dengan
mengkaji beberapa referensi tertulis yang relevan dengan topik yang dibahas.

4

Peneliti juga melakukan wawancara kepada responden serta melakukan observasi
langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana minat dan alasan masyarakat
menyimpan uang pada suatu Bank. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

laporan keuangan Bank Riau Kepri di media massa. Populasi dalam penelitian ini
merupakan masyarakat Kota Pekanbaru yang menyimpan uangnya pada suatu
Bank.
Dalam kaitannya dengan penentuan besarnya sampel yang harus
diambil , banyak ahli yang memberikan rumusan yang berbeda. Singarimbun
(1989) dan Kerlinger (1992) menyarankan besar sampel agar lebih dari 30 kasus.
Berdasarkan pendapat tersebut penelitian ini menetapkan kuota sampel sebesar 50
orang masyarakat Kota Pekanbaru yang memiliki simpanan pada suatu Bank.
Kuota sampel penelitian yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data
penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara
dengan teknik pengumpulan data yaitu metode dokumentasi dan wawancara.
Teknik analisa data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian hasil penelitian dan pembahasan ini akan dijelaskan
mengenai: a) Proporsi simpanan masyarakat di Bank Riau Kepri, b) Likuiditas
Bank Riau Kepri, c) Proporsi minat masyarakat menyimpan uang pada suatu
bank, sebagai jawaban atas rumusan masalah penelitian seperti berikut.
1. Proporsi Simpanan Masyarakat di Bank Riau Kepri

Berkaitan proporsi simpanan masyarakat di Bank Riau Kepri, dari
laporan keuangan BRK tahun 2012 dan 2013 dapat disampai seperti pada tabel 1.

5

Tabel 1. Proporsi Simpanan Masyarakat di Bank Riau Kepri
Dalam jutaan rupiah
Jenis
Simpanan
Giro

Tahun
2013
2012

Tabungan

2013
2012


Deposito
Berjangka

2013
2012

Total
simpanan

2013
2012

Pihak Relasi
Jumlah
%

Pihak Tidak Berelasi
Jumlah
%


Total
Jumlah

%

4,705,768.
2
4,488,905.
7
5,130.2
5,965.4

65.83%

2,443,089

34.17%

7,148,857

100.00%

53.17%

3,953,633

46.83%

8,442,539

100.00%

0.11%
0.16%

4,574,105
3,715,182

99.89%
99.84%

4,579,235
3,721,148

100.00%
100.00%

938,736.7
2,041,735.
1
5,649,635.
1
6,536,606.
2

49.03%
64.02%

975,879
1,147,457

50.97%
35.98%

1,914,616
3,189,192

100.00%
100.00%

41.41%

7,993,073

58.59%

13,642,708

100.00%

42.58%

8,816,272

57.42%

15,352,878

100.00%

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri tahun 20122013(Hasil olahan data)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan 4 aspek proporsi simpanan yaitu giro,
tabungan, deposito berjangka, dan total simpanan pada Bank Riau Kepri masingmasing sebagai berikut. Pertama, dalam hal giro dilihat dari tahun 2013 persentase
simpanan giro lebih didominasi berasal dari pihak relasi yang mencapai 65,83%
dari total simpanan giro. Sedangkan apabila dilihat dari perkembangan total
simpanan giro antara tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar
15,32%. Namun demikian, khususnya simpanan giro dari pihak relasi justru
mengalami peningkatan sebesar 4,83%. Hal ini menunjukkan bahwa simpanan
giro sangat bergantung pada pemerintah daerah.
Kedua, sedangkan pada simpanan jenis tabungan sangat didominasi
oleh pihak tidak berelasi pada tahun 2012 maupun tahun 2013 dengan persentase
masing-masing sebesar 99,84% dan 99,89% dari total tabungan 3.721.148 dan
4.579.235. Dari persentase dan jumlah tabungan pihak tidak berelasi dari tahun
2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan. Namun, jumlah tabungan pihak
relasi mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013 sebesar 14% .
Ketiga, pada simpanan jenis deposito berjangka pihak relasi pada tahun
2012 lebih dominan dari pihak tidak berelasi dengan persentase 64,02% dari
6

jumlah total deposito berjangka tahun 2012. Namun, pada tahun 2013 deposito
berjangka oleh pihak relasi mengalami penurunan besar sebesar 54,02% dari
jumlah deposito tahun 2012. Dengan demikian juga, pada tahun 2013 kontribusi
pihak tidak berelasi lebih besar dibandingkan dengan pihak relasi. Walaupun
begitu, perbedaan persentasenya deposito pihak relasi dan tidak berelasi hanya
sedikit yaitu hanya 49,03% dan 50,97% . Dari penjelasan tersebut menunjukkan
bahwa deposito dari pemerintah semakin berkurang tapi tetap dengan persentase
hampir 50% yang artinya pemerintah daerah sebagai penyumbang besar dalam
simpanan di Bank Riau Kepri.
Keempat, dari total seluruh simpanan tahun 2012 dan 2013, dapat
diketahui bahwa total simpanan tahun 2013 dari pihak relasi maupun tidak
berelesi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan

Lampiran

Keputusan

Ketua

Bapepam-LK

No.Kep-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 menyatakan bahwa “Entitas yang
berelasi dengan pemerintah merupakan entitas yang dikendalikan, dikendalikan
bersama atau dipengaruhi secara signifikan oleh pemerintah. Pemerintah dalam
hal ini adalah Menteri Keuangan atau Pemerintah

Daerah yang merupakan

pemegang saham dari entitas.”
Informasi diatas secara ringkas dapat digambarkan dalam grafik sebagai
berikut.

7

Diagram Proporsi Simpanan di Bank Riau Kepri Tahun 2012-2013
8,816,272
9,000,000.0
8,000,000.0
7,000,000.0
6,000,000.0
5,000,000.0
4,000,000.0
3,000,000.0
2,000,000.0

7,993,073
Giro 2013
6,536,606
Giro 2012
Tabungan 2013
5,649,635
Tabungan 2012
4,705,768
4,574,105
4,488,906
Deposito Berjangka
3,953,633
2013
3,715,182
Deposito Berjangka
2012
2,443,089
2,041,735
Total Simpanan 2013
1,147,457
Total
Simpanan 2012
975,879
938,737

1,000,000.0

5,130
5,965

-

Sumber : Laporan Posisi Keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri
(hasil olahan data)
Gambar 1. Diagram Proporsi Simpanan di Bank Riau Kepri Tahun 2012 dan 2013
(Hasil olahan dari laporan posisi keuangan).

Diagram batang di atas menunjukkan empat gambaran penting, yaitu:
pertama, diagram batang simpanan berbentuk giro pada pihak relasi dari tahun
2012

ke 2013 mengalami peningkatan, sedangkan pada pihak tidak berelasi

mengalami penurunan; kedua, diagram batang yang menggambarkan tabungan
justru menggambarkan hal yang sebaliknya, yaitu dari tahun 2012 ke tahun 2013
pada pihak relasi mengalami penurunan, sedangkan pada pihak tidak berelasi
mengalami peningkatan; ketiga, diagram batang untuk deposito berjangka justru
tidak sama, dari tahun 2012 ke tahun 2013 sama-sama menggambarkan terjadinya
penurunan di pihak relasi maupun tidak berelasi; keempat, diagram total simpanan
dari tahun 2012 ke tahun 2013 juga mengalami penurunan untuk di kedua belah
pihak. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa pihak relasi pada tahun 2012 dan 2013

8

melakukan simpanan di Bank Riau Kepri hampir seluruhnya dalam bentuk giro
dan deposito berjangka dengan persentase 99,91% dari total simpanan, sedangkan
pihak tidak berelasi lebih mendominasikan simpanan dalam bentuk tabungan
dengan persentase tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 57,23% dan 42,14% dari
total simpanan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, memang membuktikan bahwa pihak
relasi atau pemerintah daerah mendominasi simpanan di Bank Riau Kepri,
terutama dalam bentuk giro dan deposito berjangka. Sedangkan untuk tabungan
dan dana investasi hanya sekitar 25 persen. Hasil ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Viator bahwa deposan inti masih terus didominasi oleh
pemerintah daerah. Hal ini juga selaras dengan kekhawatiran Viator mengenai
pengendapan dana yang akan semakin menurun diakibatkan oleh pengetatan
pengawasan dan standar pengelolaan APBD. Dikarenakan deposan inti
didominasi oleh pemerintah daerah, jadi harus menjaga hubungan baik dengan
kepala daerah agar tidak memindahkan dana mereka dari Bank Riau Kepri.
Kemudian, kekhawatiran ini mungkin saja terjadi dan akan beresiko besar pada
Bank Riau Kepri karena sumber dana terbesar akan hilang dan Bank Riau Kepri
mengalami gangguan besar dalam penyediaan dana yang berakibat terhadap
likuiditas Bank Riau Kepri.
2. Likuiditas di Bank Riau Kepri
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan (Kasmir, 2002:253). Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi
bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Laporan keuangan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu
periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat
memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang
dimilikinya. Likuiditas menurut Lukman Dendawijaya (2005:114) adalah
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau
kewajiban yang sudah jatuh tempo.

9

Untuk analisis likuiditas suatu bank, maka ada beberapa rasio yang
dapat digunakan, yaitu: Loan to deposit ratio, Quick Ratio, Investing Policy Ratio,
Banking Ratio, Loan to Assets Ratio, Cash Ratio (Agnes, 2003). Namun, sesuai
kemampuan dan waktu peniliti hanya dapat meniliti 4 rasio penting yang
berhubungan dengan penelitian yaitu Loan to deposit ratio, Banking Ratio, Loan
to Assets Ratio, dan Cash Ratio.
Hasil penelitian masing-masing rasio likuiditas di atas pada Bank Riau
Kepri adalah sebagai berikut.
a. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Menurut Bank Indonesia (2004), semakin tinggi rasio ini, semakin
baik tingkat kesehatan bank untuk rentang 50%-100% karena kredit yang
disalurkam bank lancar sehingga pendapatan bank meningkat yang juga akan
meningkatkan kesehatan bank pula. Namun, jika LDR > 100% maka juga tidak
baik. Artinya ada kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan
semakin besar. Dalam kaitan dengan LDR Bank Riau Kepri tahun 2012 dan 2013
adalah sebagai berikut:
Total Kredit
LDR=
x 100 %
Total Dana Pihak Ketiga
 LDR 2012=
¿

9.778.191
x 100 %
8.391 .120+3.397 .265+3.104 .010+3.069+894.875

9.778.191
x 100 %
15.790.339
= 61,93%

 LDR 2013=

11.332 .566
x 100 %
7.090 .839+ 4.200.013+1.764 .981+ 4.237+957.146
11.332 .566
LDR 2013=
x 100 %
14.017 .216
¿80,85%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas mengungkapkan bahwa dana
yang diterima oleh bank dari pihak ketiga hanya bisa disalurkan kepada
masyarakat masing-masing sebesar 61,93% dan 80,85% pada tahun 2012 dan
2013. Sedangkan sisanya masing-masing 38,07% dan 19,15% belum tersalurkan
sehingga dana tersebut menjadi beban bank untuk membayar bunga simpanan.

10

Sesuai dengan kriteria pengukuran kesehatan bank dari Bank Indonesia,
kondisi di atas menunjukkan bahwa Bank Riau Kepri memiliki LDR yang sehat.
b. Banking Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya
dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada para
debitornya
Banking Ratio=

Total Loan
Total Deposits

Total loan adalah jumlah kredit yang diberikan bersih.
9.848.094
 Banking Ratio201 2=
8.391.120+ 3.397.265+ 3.104 .010
9.848 .094
Banking Ratio2012=
14.892 .395
= 0,661283427
= 66,13%

 Banking Ratio201 3=

Banking Ratio201 3=

11.537.988
7.090 .839+4.200 .013+1764981

11.537 .988
13.055 .833
=0,883742003
= 88,37%

Perhitungan diatas menunjukkan

bahwa kemampuan bank dalam

membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
dananya semakin baik, yaitu peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar
22,24% yang artinya semakin likuid. Ini sesuai dengan pernyataan Agnes (2003)
bahwa semakin tinggi Banking Ratio semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
c. Loan to Assets ratio, untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
permintaan para debitor dengan aset bank yang tersedia.
Loan ¿ Assets ratio=

Total Loan
Total Assets

11

 Loan ¿ Assets ratio 2012= 9.848 .094
19.841.497
=0,496338255
=49,63%
 Loan ¿ Assets ratio 2013= 11.537 .988
19.459 .918
=0,592910412
=59,29%
Berdasarkan perhitungan Loan to Assets Ratio dari tahun 2012 ke tahun
2013 menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para
debiturnya semakin kurang baik yang artinya kurang likuid. Ini senada dengan
pernyataan Agnes (2003) bahwa semakin tinggi rasio Loan to Assets, semakin
rendah tingkat likuiditasnya.
d. Cash Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kewajibannya yang sudah jatuh tempo dengan cash assets yang dimilikinya.
Cas h Ratio=

Cash Assets
Pinjaman yang Harus Segera Dibayar

Pinjaman yang Harus Segera Dibayar, terdiri dari: giro, tabungan,
deposito berjangka, kewajiban lainnya.
564.847+3.050 .704
8.391 .120+3.397 .265+3.104 .010+825.512
3.615.551
Cas h Ratio2012= 15.717 .907
¿
¿

 Cas h Ratio2012=

= 0,230027509
=23,00 %

12

573.070+1.214 .021
7.090 .839+ 4.200.013+1.764 .981+1.344 .780
1.787 .091
Cas h Ratio2013= 10.204 .800
¿
¿
 Cas h Ratio2013=

= 0,175122589
=17,51%
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun
2013 kemampuan Bank Riau Kepri dalam membayar kewajibannya yang sudah
jatuh tempo dengan cash assets mengalami penurunan sebesar 5,49% dari tahun
sebelumnya. Hal ini berarti semakin kurang likuid sesuai dengan pernyataan
Agnes (2003) bahwa semakin tinggi Cash Ratio, semakin tinggi likuiditasnya.
Secara ringkas mengenai kondisi kesehatan dan likuiditas Bank Riau
Kepri tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kondisi Kesehatan dan Likuiditas Bank Riau Kepri Tahun 2012 dan
2013
Jenis Rasio
Loan to deposit ratio (LDR)
Banking Ratio

Keterangan
Sehat
Likuid

Loan to Assets Ratio

Kurang Likuid

Cash Ratio

Kurang Likuid

Berdasarkan tabel hasil analisis tingkat likuiditas di atas dapat diketahui
kondisi keuangan dalam keadaan sehat, namun untuk memenuhi permintaan para
debitor dengan aset bank yang tersedia dan membayar kewajibannya yang sudah
jatuh tempo dengan cash assets yang dimilikinya masih dalam kondisi kurang
likuid. Bagi nasabah yang membutuhkan dana besar, tingkat likuiditas bank
sangat diperhatikan. Namun, bagi masyarakat biasa tingkat likuiditas tidak
diperhatikan sehingga likuid atau tidaknya suatu bank tidak mempengaruhi minat
masyarakat. Karena masyarakat biasa menyimpan uang hanya dalam jumlah dana
yang kecil yang memungkinkan pengembalian oleh bank dapat dilakukan.
3. Proporsi Minat Masyarakat Menyimpan Uang Pada Suatu Bank

13

Minat mengarahkan kepada perhatian, rasa tertarik, keinginan, dan
motif masyarakat dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal menyimpan uang
pada suatu bank. Proporsi minat yang akan dijelaskan terbagi menjadi: a) Proporsi
minat masyarakat berdasarkan jenis simpanan, b) Proporsi minat masyarakat
berdasarkan tempat menyimpan.

Diagram Proporsi Peminatan Masyarakat Pada Jenis Simpanan Uang di Bank

21.88%
Deposito

Tabungan

Giro
78.13%

a. Proporsi minat masyarakat berdasarkan jenis simpanan
Untuk mengetahui proporsi minat masyarakat berdasarkan jenis
simpanan uang di bank dapat dilihat pada diagram lingkaran di bawah ini.

Sumber: Data Primer (Hasil olahan wawancara terhadap responden)
Gambar 2. Diagram Proporsi Peminatan Masyarakat Pada Jenis

Simpanan

Uang di Bank.

Berdasarkan diagram lingkaran di atas dapat diketahui bahwa minat
masyarakat pada jenis simpanan uang di bank yang paling besar yaitu tabungan
dengan persentase 78%, sedangkan deposito dan giro masing-masing hanya
sebesar 22% dan 0%.
b. Proporsi minat masyarakat berdasarkan tempat menyimpan

14

Untuk mengetahui proporsi minat masyarakat berdasarkan tempat
menyimpan uang di bank dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.

Diagram Proporsi Peminatan Masyarakat Dalam Menyimpan Uang Pada Suatu Bank
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

50

Deposito
Tabungan
Giro

17
10

7

6
2

10

6
3

1

2

14

0

Sumber: Data Primer (Hasil olahan wawancara terhadap responden)
Gambar 3. Diagram Proporsi Peminatan Masyarakat Dalam Menyimpan Uang
Pada Suatu Bank.

Berdasarkan diagram batang di atas, minat masyarakat dalam
menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan deposito paling banyak adalah di
Bank BNI dengan masing-masing persentase 34% dari 50 responden dan 43%
dari jumlah responden yang merupakan deposan . Sedangkan minat masyarakat
dalam menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan deposito paling sendikit
adalah di Bank Riau Kepri dengan masing-masing persentase 12% dari 50
responden dan 7% dari jumlah responden yang merupakan deposan. Disamping
itu, masyarakat juga minat menyimpan dalam bentuk tabungan dan deposito di
Bank BCA , Bank Mandiri, dan bank lain-lainnya yang juga lebih diminati
dibanding Bank Riau Kepri dengan persentase masing-masing 14% dari 50
15

responden dan 14% dari jumlah responden yang merupakan deposan , 20% dari
50 responden dan 21% dari jumlah responden yang merupakan deposan, 20%
dari 50 responden dan 14% dari jumlah responden yang merupakan deposan.
4. Alasan Masyarakat Menyimpan Uang Pada Suatu Bank
Dari hasil wawancara dapat diketahui alasan masyarakat memilih bank
bersangkutan untuk menyimpan uang yang diringkas ke dalam tabel 3 dibawah
ini.
Tabel 3. Alasan Menyimpan Pada Suatu Bank
Nama Bank
BNI

BCA

Mandiri

Bank Riau Kepri
Lain-lain

Alasan
Bunga kompetitif dan hadiah menarik
Kantor cabang dan ATM tersebar luas
Kerja sama dengan lembaga tempat bekerja
Keamanan
Banknya besar (Keamanan dalam pengembalian simpanan)
Mudah di temukan kantor cabang dan ATM BCA di luar negeri
Pelayanan dan kepercayaan
Kerja sama dengan lembaga tempat bekerja
Kerja sama dengan lembaga bisnis
Pelayanan dan kepercayaan
Kantor cabang dan ATM tersebar luas
Domisili riau (ikut membangun daerah)
Punya Pinjaman
Kantor cabang dan ATM tersebar luas
Banknya besar (Keamanan dalam pengembalian simpanan)
Bunganya tinggi
Bank nasional
Banyak kantor cabang
Pelayanan dan kepercayaan

Sumber: Data Primer (Hasil wawancara)

Berdasarkan tabel di atas ternyata alasan masyarakat menyimpan uang
pada Bank BNI yaitu bank tersebut memiliki bunga bank yang kompetitif dengan
hadiah menarik, memiliki kantor cabang yang banyak dan ATM bank BNI yang
tersebar luas, kemudian Bank BNI memiliki kerja sama terhadap lembaga tempat
bekerja serta alasan keamanan pengembalia simpanan. Sedangkan pada bank lain
16

seperti Bank BCA, Bank Mandiri, dan Bank lain-lain juga memberikan alasan
yang hampir sama yaitu terutama dengan alasan keamanan, dan kantor cabang
yang banyak, kerja sama terhadap suatu lembaga kerja dan bisnis serta pelayanan
dan kepercayaan yang besar dikarenakan banknya sudah tumbuh besar ataupun
sudah merata secara nasional sehingga masyarakat lebih merasa terjamin dalam
menyimpan di bank tersebut. Sedangkan untuk Bank Riau Kepri sendiri,
masyarakat memberikan alasan yang hanya dikarenakan bank tersebut merupakan
bank daerah, jadi ingin ikut membangunan daerah riau melalui simpanan di Bank
Riau Kepri. Kemudian, dikarenakan masyarakat memiliki pinjaman di Bank Riau
Kepri jadi tinggal melanjutkan tabungan setelah melunasi pinjamannya. Alasan
masyarakat karena ingin ikut membangun riau melalui bank ini memang
seharusnya terjadi, karena tujuan Bank Riau Kepri adalah sebagai bank
pembangunan daerah. Jadi, semestinya masyarakat Riau menyimpan uang mereka
di Bank Riau Kepri, tapi minat masyarakat untuk menyimpan di Bank Riau Kepri
kecil.
Dari hasil penelitian kondisi kesehatan Bank Riau Kepri pada tahun
2012 dan 2013 dalam kondisi sehat dengan tingkat likuiditas yang kurang likuid,
namun ternyata minat masyarakat yang kecil dalam menyimpan uang di Bank
Riau Kepri disebabkan adanya bank lain yang lebih bagus dan menjanjikan
masyarakat. Kemudian, dikarenakan kantor cabang Bank Riau Kepri sedikit dan
ATMnya susah ditemukan, apalagi jika berada di luar Riau dan Kepulauan Riau.
Keterbatasan ini membuat masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank
lain sehingga Bank Riau Kepri bukanlah pilihan utama masyarakat dan dunia
usaha di Riau.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah peneliti lakukan,
maka peneliti dapat menarik kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat menjadi

17

pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dimasa yang akan datang sebagai
berikut.
1. Kesimpulan
a. Proporsi simpanan masyarakat di Bank Riau Kepri dalam bentuk giro dan
deposito berjangka didominasi oleh pihak relasi dengan persentase tahun
2012 dan tahun 2013 masing-masing sebesar 99,91% dari total simpanan,
sedangkan pihak tidak berelasi lebih mendominasikan simpanan dalam
bentuk tabungan dengan persentase tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar
57,23% dan 42,14% dari total simpanannya.
b. Tingkat likuiditas Bank Riau Kepri masih menunjukkan kondisi yang
kurang baik. Kondisi ini diketahui dari hasil analisis rasio likuiditas yaitu
LDR menunjukkan kondisi sehat dan banking ratio menunjukkan kondisi
likuid. Namun, loan to Assets ratio dan cash ratio menunjukkan kondisi
kurang likuid. Kondisi ini tentu mengancam keadaan keuangan perusahaan
karena harta lancar belum cukup menutupi kewajiban lancar yang harus
segera dipenuhi.
c. Proporsi minat masyarakat menyimpan uang di bank berdasarkan jenis
simpanan dengan persentase paling besar yaitu pada jenis tabungan sebesar
78%, sedangkan deposito dan giro masing-masing hanya sebesar 22% dan
0%. Sedangkan, proporsi minat masyarakat dalam menyimpan uang pada
suatu bank berdasarkan tempat menyimpan yaitu tabungan dan deposito
paling banyak adalah di Bank BNI dengan masing-masing persentase 34%
dari 50 responden dan 43%

dari jumlah responden yang merupakan

deposan . Sedangkan minat masyarakat dalam menyimpan uang dalam
bentuk tabungan dan deposito paling sendikit adalah di Bank Riau Kepri
dengan masing-masing persentase 12% dari 50 responden dan 7% dari
jumlah responden yang merupakan deposan.
d. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata alasan masyarakat menyimpan uang
pada bank selain Bank Riau Kepri adalah bank tersebut memiliki bunga
bank yang kompetitif dengan hadiah menarik, memiliki kantor cabang yang
banyak dan ATM bank tersebut yang tersebar luas, memiliki kerja sama
terhadap lembaga tempat bekerja dan bisnis serta alasan keamanan yang
18

lebih. Kemudian, juga dikarenakan pelayanan yang baik dan kepercayaan
yang besar akibat bank tersebut sudah merata secara nasional sehingga
masyarakat lebih merasa terjamin dalam menyimpan di bank tersebut.
Sedangkan untuk Bank Riau Kepri sendiri, masyarakat memberikan alasan
yang hanya dikarenakan bank tersebut merupakan bank daerah, jadi ingin
ikut membangunan daerah riau melalui simpanan di Bank Riau Kepri.
Kemudian, dikarenakan masyarakat memiliki pinjaman di Bank Riau Kepri
jadi hanya melanjutkan tabungan setelah melunasi pinjamannya.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disarankan beberapa hal, yaitu:
a. Perlunya mencari sumber dana selain dari pihak relasi sehingga tidak perlu
bergantung pada penyediaan dana dari pemerintah daerah dan kekhawatiran
jika terjadi pemindahan dana besar-besaran dapat ditanggulangi dengan
persediaan dana dari pihak tidak berelasi.
b. Manajemen Bank Riau Kepri diharapkan lebih memperhatikan penilaian
nasabah yang potensial. Dilihat dari likuiditas Bank Riau Kepri yang loan to
assets ratio dan banking rationya kurang likuid, sebaiknya bank dapat
memenuhi permintaan debitor dan mengembalikan kewajiban yang sudah
jatuh tempo dengan assets bank yang dimiliki. Oleh karena itu, Bank Riau
Kepri harus membuat masyarakat tertarik untuk menjadi nasabah di Bank
Riau Kepri sehingga resiko likuiditas dapat diatasi.
c. Untuk menarik minat masyarakat dalam menyimpan uang di Bank Riau
Kepri, sebaiknya melakukan perbaikan dan peningkatan dalam pelayanan
bank sesuai harapan masyarakat dan membuka lebih banyak kantor cabang
dan ATM. Kemudian, melakukan kerja sama terhadap lembaga tempat
bekerja dan bisnis, serta memberikan bunga dan hadiah yang menarik.
d. Kepada Bank Indonesia diharapkan dapat melakukan pembinaan dan
mengembangkan bank umum untuk dapat hidup tanpa bergantung kepada
pemiliknya. Kemudian, harapan untuk OJK yaitu agar bisa mengawasi
transaksi keuangan yang dilakukan oleh bank dengan pemilik bank yang
juga merangkap sebagai nasabah bank tersebut.

19

DAFTAR RUJUKAN
Kerlinger, F. N.. 1992. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan oleh
Landung R . Simatupang. Yogyakarta: UGM Pers.
Singarimbun, M. & Effendi,

S.. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

Lembaga Penelitian, Pendidikan, Pendidikan dan Penerapan Ekonomi
dan Sosial (LP3ES).
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kasmir, SE., MM. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Viator

Butar-butar.

2014.

”Kudis-kudis”

Bank

Riaukepri.

Riaupos.on:

http://www.riaupos.co/2815-opini-%E2%80%9Dkudis-kudis
%E2%80%9D-bank-riaukepri-.html, diakses tanggal 14 Agustus 2014.
Yusni Fatimah.2014. Bank Riau Kepri Betekad Jadi BPD Regional Champion.
http://halloriau.com/read-ekonomi-45165-2014-04-02-bank-riau-kepribetekad-jadi-bpd-regional-champion.html, diakses tanggal 14 Agustus
2014.
Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesiaa No.6/23/DPNP Perihal Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. www.bi.go.id, diakses tanggal
14 Agustus 2014.
Bank Riau Kepri. 2014. Laporan Posisi Keuangan PT . Bank Riau Kepri tahun 2013.
http://www.bankriaukepri.co.id/UserFiles/File/annual2013/Laporan_PT_B
ank_Riau_Kepri_2013.pdf?
PHPSESSID=d75bdc3c99802390f54a4d5746511731, diakses tanggal 15
Agustus 2014.
Bank Riau Kepri. 2014. Laporan Posisi Keuangan PT. Bank Riau Kepri.
http://www.bankriaukepri.co.id/UserFiles/File/kuartal/lap_kuartal_sep_201

20

3.pdf?PHPSESSID=a1742d74b0a7f51584f0205e52155fe7, diakses tanggal
15 Agustus 2014.
Bank

Indonesia.

2014.

Kajian

Ekonomi

Regional

Riau.

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/riau/Documents/
de3b49cc545b4905b1a0c23165efc560KERRiauTwII2012.pdF,

diakses

tanggal 16 Agustus 2014.

21

Lampiran 1 Laporan Posisi Keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Riau
Kepri Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012

22

Sumber : PT. Bank Pembangunan Daerah Riau, 2014
23

24

Sumber : PT. Bank Pembangunan Daerah Riau, 2014

25