APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SIG (1)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
DALAM ANALISIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN
RUANG TERBUKA HIJAU KOTA (RTHK)
STUDI KASUS: KOTA DEPOK
Ir. Irina Mildawani, MT1
Diana Susilowati, ST, MT2
Lia Rosmala Schiffer, ST, MT3
1,2

Lembaga Pengembangan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
(LePTeSP)Universitas Gunadarma
3
Laboratorium Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma
1
irina_milda@staff.gunadarma.ac.id
2
diana_susilowati@staff.gunadarma.ac.id
3
lia_rosmala@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAKSI

Perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)
merupakan bagian penting dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan kawasan
binaan (budi daya) maupun kawasan alami di perkotaan berlandaskan Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTRK). Studi ini bertujuan membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasi
SIG untuk melakukan identifikasi potensi, kondisi dan masalah RTHK Depok dalam kerangka
RUTRK Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Pemda Kota Depok berupa
(1) identifikasi potensi dan kondisi gambaran umum RTHK yang ada dan (2) analisis potensi
kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan untuk menjadi RTHK Depok. Hasilnya berupa
paparan peta-peta SIG, yaitu informasi tematik spasial dan non spasial RTHK Depok yang
dapat diperbarui dengan lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan peta kartografi
yang menjadi acuan selama ini.
Kata kunci: Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Depok, Rencana Umum Tata Ruang
Kota (RUTRK), Sistem Informasi Geografis (SIG), stakeholder , data spasial.

ABSTRACT
The Planning, implementation and City’s Green Open Spaces (CGOS) Management is
the most important part of planning, implementation and management of plantation district and
natural district in a city based on General Planning of City Spaces. This study aiming is to
create City’s green open spaces (CGOS) analysis with the aplication of GIS support to
identified the potency, condition dan CGOS problem in Depok based on the General Planning

of City Spaces. This GIS application is exactly suitable to planning, implementation and
management of the CGOS information, because the results of CGOS analysis can be optimised
to the used and management of CGOSThis study results wish to be input for the district
goverment of Depok as (1) identification of potency and general ilustration of CGOS and (2)
potencial analysis of a district which have environmental support to become City’s green open
Spaces of Depok. The results containts GIS maps, spatial thematic information and non spatial
CGOS of Depok which can be upgraded faster dan easier compare to the cartographic map
used nowadays.
Key Word : Analisys of City Green Open Spaces on Depok, Basic Plan of City Siteplan,
Geographic Information System (GIS), stakeholder, spatial data.

PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk yang makin meningkat memerlukan ruang untuk
tempat tinggal dan beraktifitas, telah mengarah ke daerah yang makin jauh ke tepian
kota. Hal ini mengakibatkan peralihan tata guna lahan dari ruang terbuka hijau menjadi
ruang terbangun, baik untuk permukiman, area komersial, kampus atau fasilitas
pendidikan, industri dan seterusnya.
Perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota
(RTHK) merupakan bagian penting dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan
kawasan binaan (budi daya) maupun kawasan alami di perkotaan berlandaskan Rencana

Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Dalam pelaksanaan pembangunan kota, para
pemangku kepentingan (stakeholders) mempunyai peran masing-masing yang saling
mendukung dan bekerjasama demi tercapai tujuan pembangunan kota yang
berkesinambungan. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dapat ditingkatkan
bila komunikasi antar pemangku kepentingan lebih intensif dan para pemangku
kepentingan mendapat informasi yang holistik dan dapat diperbarui secara
berkesinambungan.
Oleh karena itu hasil penerapan rencana tata ruang harus selalu didata atau
didokumentasikan, sehingga dapat diketahui seberapa besar rencana tata ruang yang ada
telah diimplementasikan. Melalui hasil pendataan ini dapat dilakukan penilaian ataupun
pengkajian terhadap ketidaksesuaian atau simpangan antara rencana yang ada dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal.
Studi ini bertujuan membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasi SIG
untuk melakukan identifikasi potensi RTHK dalam kerangka RUTRK. Aplikasi SIG ini
sangat tepat bila digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) sebagai
instansi pemerintah kota terkait yang merencanakan, membangun dan mengelola
RTHK, karena hasil analisis RTHK tersebut akan dapat mengoptimalkan pemanfaatan
dan pengelolaan RTH Kota.


TELAAH PUSTAKA
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geographic Information System (GIS) dalam istilah bahasa Indonesia dapat
disebut sebagai Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu sistem pemaparan informasi
lokasi atau tempat di peta bumi yang dilakukan dengan perangkat hardware (piranti
keras) maupun software (piranti lunak) berbasis komputer.
Proses Geographic Information System (GIS) biasanya dinamakan juga sebagai
mapping (pemetaan). Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) data-data disimpan di
dalam table (tabular data) dan spatial data (data yang memiliki karakteristik lokasi dan
mewakili suatu tempat atau lokasi). GIS pada pemakaiannya berhubungan dengan
beberapa kumpulan data (database) guna memberikan secara cepat informasi suatu
tempat.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang
seperti pendidikan, perindustrian, pariwisata, perdagangan, perhubungan, lalulintas,
pertanian, perencanaan tata guna lahan maupun infrastruktur. SIG mampu membantu
pemetaan, pengolahan data, penyimpanan serta pemanggilan kembali data spasial yang
ber’georeferensi’ serta atributnya yang terkait berupa data non spasial.

Ruang Terbuka
Definisi Ruang Terbuka

Pengertian ruang adalah tanah yang berada di suatu tempat dan dipergunakan,
dimana tanah ini direncanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Direktorat Tata
Guna Lahan).
Secara umum ruang terbuka adalah semua tanah dan air yang tidak tertutup
bangunan (Lynch, 1996).
Ruang terbuka adalah bagian dari permukaan tanah di dalam area pemukiman
atau di luar area pemukiman (Rahmi, 1999).
Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan
tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka (Budihardjo, 1998).
Lebih lanjut Budihardjo menyatakan ruang terbuka atau ruang umum pada dasarnya
merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok.
Ruang terbuka menurut Laurie (1979) ada tiga bagian :
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, seperti perhutan, pertaman, perairan
dan sebagainya.
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia,
misalnya cagar alam (hutan, laut, daerah budaya dan bersejarah)
3. Ruang terbuka untuk kesempatan, kesejahteraan dan kenyamanan, antara lain
untuk kepentingan umum bersama.
Fungsi Ruang Terbuka

Perloff (1969) menyebutkan bahwa open space pada pembentukannya mempunyai
fungsi :
1. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara ke dalam bangunan terutama pada
bangunan tinggi di pusat kota
2. Menghadirkan kesan perspektif dan vista pada pemandangan kota (urban scene),
terutama pada kawasan padat di pusat kota
3. Menyediakan area rekreasi dengan bentuk aktivitas yang spesifik.
4. Melindungi fungsi ekologis kawasan
5. Memberikan bentuk “solid-void” kawasan kota
6. Sebagai area cadangan bagi penggunaan dimasa datang (cadangan area
pengembangan).
Definisi Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Dari berbagai referensi dan pengertian tentang eksistensi nyata sehari-hari,
maka Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat pula dijabarkan dalam pengertian, sebagai:
1. Suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari

penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu);
2. Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas
geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat

tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan
sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan,
dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta bendabenda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang
bersangkutan (Purnomohadi, 1995).
Wilayah Perkotaan
Ruang Terbangun

Ruang Terbuka

Ruang Terbuka

Ruang Terbuka

Hijau (RTH)

Non Hijau


Fungsi Intrinsik

Fungsi Ekstrinsik

Fungsi

Fungsi

Fungsi

Fungsi

Ekologis

Arsitektural

Ekonomi

Sosial


Manfaat

Manfaat Tak

Manfaat

Manfaat Tak

Manfaat

Manfaat Tak

Manfaat

Manfaat Tak

Langsung

Langsung


Langsung

Langsung

Langsung

Langsung

Langsung

Langsung

Bentuk RTH

Bentuk RTH

Bentuk RTH

Bentuk RTH


ekologis/alami

binaan

binaan

binaan

RTH berbentuk areal :
Hutan (hutan kota, hutan lindung, hutan rekreasi), taman, lapangan olahraga, kebun raya,
kebun pembibitan, kawasan fungsional (perdagangan, industri, pemukiman, pertanian),
kawasan khusus (Hankam, perlindungan tata air, plasma muftah, dll).

RTH berbentuk jalur :
RTH Koridor Sungai, RTH Sempadan Danau, RTH Sempadan Pantai, RTH Tepi Jalur Jalan,
RTH Tepi Jalur Kereta, RTH Sabuk Hijau

Daya Dukung

Keselarasan,

Manfaat

Daya Dukung

ekologis

Kesesuaian,
Keindahan

Ekonomi

Sosial

Struktur RTH

Struktur RTH

Struktur RTH

Struktur RTH

ekologis/alami

binaan

binaan

binaan

RTH Publik

RTH Privat

RTH Publik RTH Privat

RTH Publik RTH Privat

RTH Publik RTH Privat

Model Pembangunan dan Pengelolaan RTH Kota

Diagram 1. Diagram Pembagian Ruang Terbuka Hijau
Sumber : Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan,
(Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB)

Peran dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari
sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah
kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi:
 Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian
dari sistem sirkulasi udara (’paru-paru kota’), pengatur iklim mikro, agar sistem
sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah)
polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;
 Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi
budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat
pendidikan, dan penelitian;
 Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun
indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain;
 Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dari
skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap kota
secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota.
Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau
kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik
dan psikis’. Dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan
gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota
pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api,
serta jalur hijau bantaran kali.
Bentuk Hutan Kota
Selanjutnya, Dahlan (1992) juga membagi hutan kota dalam klasifikasi bentuk sebagai
berikut.
a.
Jalur Hijau
b.
Taman Kota
c.
Kebun dan Halaman
d.
Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
e.
Hutan Lindung
f.
Kuburan dan Taman Pahlawan
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif descriptive (pemaparan) untuk dapat
mendeskripsikan, menginterpretasikan dan mengevaluasi masalah untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai persoalan yang terbatas dan tidak untuk membuktikan teori-teori
pendukung tertentu. Dalam hal ini akan diformulasikan suatu model analisis dan
pengembangan informasi mengenai Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) berbasis
aplikasi SIG di Kota Depok.
Basis Data yang dihimpun terdiri dari dua jenis data yang saling berhubungan,
yaitu
(1) basis data grafis (peta) yang disimpan sebagai format SIG
(2) basis data numerik (sebagai atribut, statistik dan lainnya) yang disimpan
sebagai database format.

Dalam penelitian Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) berbasis aplikasi Sistem
Informasi Geografis (SIG) ini, setelah data spasial dan non spasial terkumpul, maka
dilakukan analisis data spasial dan atribut terkaitnya (nonspasial) dengan dukungan
piranti lunak ArcView 3.4. dan ErMapper 6.4. Kedua software tersebut dipilih karena
dapat dioperasikan dengan relatif mudah. Di samping analisis SIG terhadap peta-peta
dijital tersebut, dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui persepsi dan harapan
para stakeholder dengan jalan wawancara (pengisian kuesiener). Responden diambil
secara random dengan sampel pihak masyarakat, pemerintah maupun perencana dan
pengelola real estat. Analisis persepsi dan peranserta masyarakat tersebut dilakukan
dengan memproses kuesioner dengan dukungan software SPSS 16. Setelah proses
analisis selesai hasilnya disajikan berupa peta-peta spasial tematik dengan layout yang
informatik yang dapat dijalankan dengan desktop.
Hasil akhir penelitian berupa paparan deksriptif tentang Ruang Terbuka Hijau
Kota Depok 2008 dalam kaitannya dengan implementasi RUTRK Depok 2005-2010.
Software Pendukung
ArcView 3.4.
ArcView adalah salah satu software GIS yang paling banyak digunakan unutk
analisis data spasial dan nonspasial dalam aplikasi GIS di berbagai bidang seperti:
sumber daya alam, perencanaan kota dan wilayah, kependudukan dan demografi,
maupun pertanahan, lingkungan dan paiwisata. Dalam aplikasinya, ArcView terdiri
dari: modul standar, analisis spasial, network, tiga dimensi, maupun analisis citra.
Dengan ArcView kita dapat melakukan beberapa kegiatan seperti:
1. Menampilkan data ArcInfo
2. Menampilkan data tabular
3. Mengimpor data tabular dan menggabungkannya dengan data yang sedang
ditampilkan
ErMapper 6.4
ErMapper 6.4 merupakan software yang digunakan dalam melakukan suatu
proses analisis image dan nantinya hasilnya merupakan suatu tampilan yang dapat
diaplikasikan dengan software pendukung lainnya.
Dalam proses citra satelit tersedia berbagai macam jenis perangkat lunak
(software) yang dapat menganalisis data sesuai karakteristik masing-masing. Adapun
beberapa software yang dapat digunakan adalah sebagai berikut ErMapper, Erdas
Imagine, ENVI, Arc View dengan Ext.Image Analysis, PCI, ILWIS, dan software
image processing lainnya
SPSS 16
Program SPSS 16 merupakan program software statistik yang dipakai untuk memproses
hasil kuesioner dengan lebih mudah dan cepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Persepsi Masyarakat
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini secara deskriptif, maka dilakukan
analisis terhadap kuesioner yang telah disebarkan kepada para stakeholders baik pihak
pemerintah, pengelola real estate/ developer dan para profesional /perencana kota serta
penghuni atau pengguna ruang terbuka hijau. Responden terdiri dari 31 org, terdiri dari

58,1 % pria dan 41,9% wanita. Dengan usia responden antara 30-39 thn sejumlah
41,9%, usia antara 20-29 thn sejumlah 29 %, dan usia 19-20th sejmlah 19,4%,
sedangkan sisanya responden berusia 40-49 thn sejmlah yaitu 9,7%.
Terhadap pertanyaan sejauh mana telah telah tersedia penyajian data dan
rencana yang komprehensif di kota Depok yang akan menguntungkan bagi masyarakat
kota Depok, responden 64,5% responden belum mengetahui tentang penyajian data dan
perencanaan RTH yang komprehensif di kota Depok.dan hanya 32,3% yang telah
mengetahui hal tersebut.
Untuk meninjau manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat dalam
pengembangan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari RTH Kota Depok, maka
ditanyakan hubungan antara responden dengan kegiatan institusi dalam perencanaan /
pemanfaatan/ pemeliharaan/ pengelolaan RTH lingkungan Kota Depok. Ternyata
sejumlah 51,6% responden belum pernah berhubungan dengan kegiatan tersebut. Hanya
41,9% responden yang menyatakan pernah berhubungan dengan kegiatan lingkungan
RTH Kota Depok.
Menurut pengamatan responden kondisi RTH lingkungan Kota Depok masih
kurang bagus, yang dinyatakan oleh 67,7% responden. Bahkan 9,7% responden
menyatakan tidak bagus. Hanya 22,6% responden yang menyatakan kondisi RTH
lingkungan Kota Depok sudah cukup bagus.
Lebih rinci lagi, menurut responden keuntungan atau manfaat adanya RTH
lingkungan Kota Depok adalah:
(a) menyejukkan lingkungan dan mengurangi pemanasan global (19,4%
responden)
(b) 9,7% responden menyatakan RTH dapat mendukung kegiatan OR dan
rekreasi masyarakat untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga
(c) sejumlah 6,5% responden menyatakan RTH dapat menambah keindahan
lingkungan tempat tinggal/kerja.
(d) hanya sebagian kecil (3,2%) responden yang menganggap RTH dapat
menjadi sumber penghasilan
Yang menggembirakan adalah 22,6% responden menyatakan bahwa RTH
lingkungan dapat berfungsi untuk semua hal tersebut di atas (a,b,c,d).
Untuk mengembangkan potensi RTH lingkungan kota Depok, 32,3%
responden.menyatakan bahwa masih terdapat cukup luas RTH yang belum
dikembangkan. Bahkan 6,5% responden menyatakan bahwa masih ada RTH alami Kota
Depok yang masih bagus kondisinya. Tetapi di sisi lain terdapat pendapat yang cukup
memprihatinkan bahwa 35,5% responden menyatakan bahwa RTH alami Depok
sebagian sudah rusak, sehingga lebih banyak responden yang menyatakan potensi RTH
Depok sudah rusak daripada yang menyatakan kondisi RTH Depok masih bagus.
Kekurangan atau kendala pengelolaan RTH lingkungan Kota Depok menurut
responden, pengelolaannya belum baik (38,7%), bahkan 41,9% menyatakan
pengelolaan RTH Kota sangat kurang. Hanya 3,2% responden yang menyatakan bahwa
pengelolaan RTH kota sudah baik.
Dalam hal komunikasi mengenai perencanaan dan pengelolaan RTH Kota
Depok agar dapat selalu diperbaharui oleh pihak yang berwenang secara
berkesinambungan dengan penyajian Sistem Informasi Geografis, sejumlah 61,3%
responden menyatakan belum pernah mengetahui tentang data dan rencana RTH yang

komprehensif dalam kerangka Rencana Umum Tata Ruang Kota Depok (2005-2010),
sedangkan yang mengetahui hanya sekitar 29% responden. Cara responden mengetahui
tentang adanya RTH lingkungan/RTH Kota Depok ada yang melalui website sejumlah
kecil (9,7%) responden: jumlah ini sama dengan jumlah responden yang mengetahui
RTH Depok melalui program pendidikan formal (S1/S2/S3). Hanya 6,5% dari jumlah
responden. yang mengetahuinya melalui seminar.
Mengenai website yang berhubungan dengan RTH lingkungan Kota Depok,
hanya 29% responden yang menyatakan pernah mengakses website semacam itu
sedangkan 58,1% responden menyatakan belum pernah samasekali mengaksesnya.
Hanya 12,9% responden yang menyatakan bahwa institusinya akan menggunakan
website yang berhubungan dengan RTH lingkungan di Kota Depok.
Dalam hal tanggungjawab pengelolaan RTH, sangat menggembirakan bahwa
sebagian besar responden (87,1%) menyatakan bahwa pihak yang bertanggung jawab
untuk perencanaan, pelaksanaan, pembuatan RTH atau pemeliharaan dan pengelolaan
RTH lingkungan dan RTH Kota Depok adalah seluruh masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah dan LSM swasta. Hanya sebagian kecil responden (9,7%) yang menyatakan
bahwa hal itu merupakan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan saja.
Ketika dimintai konfirmasi untuk berpartisipas dalam pengembangan dan
pemeliharaan RTH Kota Depok sejumlah 61,3% responden menyatakan mereka
bersedia berpartispasi andaikata mampu (perlu dilatih terlebih dahulu agar mampu),
sejumlah 29% menyatakan berminat untuk berpartisipasi dan hanya sebagian kecil
(3,2%) responden yang menyatakan mereka tisak mau terlibat karena merasa bukan
tanggung jawabnya dan karena mereka tidak mempunyai waktu dan minat.
Demikian juga mengenai pengembangan Sistem Informasi yang komprehensif
tentang potensi perencanaan, pemeliharaan dan pengelolaan RTH Kota Depok.
Sejumlah besar responden (67,7%) menyatakan mereka mau berpartisipasi andaikata
mampu (perlu dilatih terlebih dahulu), sedangkan 19,4% responden menyatakan mereka
berminat untuk berpartispasi dalam pengembangan Sistem Informasi Geografis RTH.
Hanya 6,5% yang menyatakan tidak berminat karena bukan tanggung jawab mereka,
dan hanya sebagian terkecil (3,2% responden) menyatakan tidak mau berpartisipasi
karena tidak mempunyai waktu dan minat.
Pengembangan Sistem Informasi Geografis RTH yang komprehensif di Kota
Depok dinyatakan akan menguntungkan bagi masyarakat Kota Depok, baik pemerintah
maupun pengelola real estate dan developer maupun perencana kota. Hal ini dinyatakan
oleh 58,1% responden yang menyatakan bahwa SIG RTH sangat perlu diadakan,
sedangkan 32,3% menyatakan sebaiknya hal ini disosialisasikan kepada masyarakat
luas. Hanya sebagian kecil responden 3,2% yang menyatakan belum mengetahui
manfaat pengembangan SIG RTH ini.
Analisa Tipe dan Bentuk RTH Kota Depok
Pada tahapan ini dilakukan analisis perbandingan antara kondisi eksisting yang
ada di kota Depok dengan peta-peta digital yang telah tersedia dari Bakorsutanal. Bila
dilihat dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Depok 2000-2010, Kota
Depok memiliki kriteria-kriteria ideal sebagai daerah perencanaan, namun hal tersebut

harus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan. Setelah diketahui
perbedaan yang terjadi baru diambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengantisipasinya.

Hutan Kota dan Jalur Hijau Koridor di Kecamatan Pancoran Mas

Gambar 1 Taman Hutan Raya dan Jalur Hijau Koridor di Pancoran Mas
(Sumber : survey lapangan, 2008)

Ruang terbuka hijau berbentuk Hutan Kota yang terdapat di kecamatan
Pancoran Mas ini merupakan lahan yang dilindungi dengan Perda (lihat foto).
Dari pengamatan lapangan, ternyata belum terdapat RTH bentuk Hutan Kota
semacam ini di kecamatan-kecamatan yang lain di kota Depok selain Hutan
Kota di kampus Universitas Indonesia, yang sebagian masuk ke wilayah
Kecamatan Beji dan sebagian lainnya merupakan wilayah Jakarta Selatan.
Hutan kota semacam ini perlu dijaga kelestariannya dan ditambah
jumlahnya sebagai bagian dari sistem RTH Kota Depok sesuai dengan RUTRK
Depok 2010. Dengan pembangunan kawasan hutan kota serupa yang dilindungi
secara hukum untuk setiap kecamatan lainnya di kota Depok, diharapkan kota
Depok akan menjadi kawasan penyangga dan kawasan resapan air yang
berkesinambungan bagi Kawasan Jabodetabek sesuai dengan Keppres no.32
tahun 1990 dan Keppres no. 114 tahun 1999 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung dan Kawasan resapan air.

Sabuk Hijau Kota
Dari hasil pengamatan lapangan ternyata belum ditemukan adanya bentuk fisik
hutan kota sebagai sabuk hijau kota Depok yang seharusnya menjadi ‘buffer’ di
sekeliling perbatasan Depok dengan kawasan Jabotabek.
Dengan demikian diperlukan pertimbangan perencangan dan pendekatan
implementasi pembangunan area Sabuk Hijau Kota di sekeliling perbatasan kota
Depok dengan kawasan Jabotabek, agar hal ini menjadi perhatian utama para
pengambil keputusan selain para stakeholders lainnya.
Jalur Hijau Koridor di Kecamatan Sukmajaya
Dari pengamatan lapangan paling sering ditemukan bentuk jalur hijau koridor,
baik koridor sungai, koridor jalan, maupun jalur pipa gas alam seperti yang
terdapat di beberapa lokasi di kecamatan Sukmajaya sebagai berikut.

Gambar 2 Jalur Koridor Jalan di Kecamatan Sukmajaya
(Sumber : survey lapangan, 2008)

Jalur Hijau Koridor dan Hutan Kota di Kecamatan Beji

Gambar 3 Jalur Koridor (Sutet, KA, Jalan) di Kecamatan Beji
(Sumber: survey lapangan, 2008)

Dari pengamatan lapangan, terdapat Ruang Terbuka Hijau yang
berbentuk Hutan Kota di kampus Universitas Indonesia, yang sebagian
kawasannya masuk ke wilayah Kecamatan Beji dan sebagian lainnya merupakan
wilayah Jakarta Selatan. Hutan kota ini merupakan sumbangan ekologis yang
sangat posistif dalam hal resapan air dan kesejukan lingkungan yang sangat
signifikan bagi penghuni dan pengunjung kampus, maupun keseimbangan
lingkungan di perbatasan kota Depok dan Jakarta Selatan.

Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan Limo

Gambar 4 Jalur Koridor (GSS, Jalan, Taman) di kecamatan Limo
(Sumber: survey lapangan, 2008)

Kecamatan Limo merupakan salah satu areal resapan yang
mempengaruhi sistem akuifer Jakarta Selatan. Berdasarkan Keppres no.32 tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang menyatakan perlunya upaya
perlindungan terhadap kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan lindung,
maka pembangunan di kawasan ini harus memberikan perlindungan dengan
memperhatikan konservasi air tanah melalui pengaturan kepadatan bangunan,
vegetasi dan sumur resapan.
Meskipun belum semua jalur jalan, sungai dan jalur di bawah SUTET di
kecamatan Limo telah dilengkapi dengan Jalur Hijau Koridor, tetapi beberapa lokasi
yang menjadi jalur utama kegiatan di kecamatan ini telah memenuhi Keppres no.32
tahun 1990 dan Keppres no. 114 tahun 1999, selain Kec. Cimanggis dan Kecamatan
Sawangan, karena wilayah ini memiliki karakter resapan air dan mempengaruhi
sistem akuifer Kota Depok.
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut di atas, pembangunan di kawasan
ini harus memperhatikan konservasi air tanah melalui pengaturan kepadatan
bangunan, vegetasi dan sumur resapan.

Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan Cimanggis

Gambar 5 Jalur Koridor (Sutet, Pipa Gas, Jalan) di kecamatan Cimanggis
(Sumber : survey lapangan, 2008)

Beberapa jalur hijau koridor telah diterapkan di kecamatan Cimanggis seperti
di kawasan jalur jalan, sungai, dan jalur pipa gas, tetapi beberapa lokasi yang menjadi
jalur utama kegiatan di kecamatan ini belum dilengkapi dengan jalur hijau koridor.

Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan Sawangan

Gambar 6 Jalur Koridor (Sutet, Rekreasi) di Kecamatan Sawangan
(Sumber : survey lapangan, 2008)

Kecamatan Sawangan merupakan salah satu kawasan yang dikenai Keppres
no.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang
menjadi salah satu area perlindungan (kategori kawasan lindung), yaitu area yang
potensial memberikan perlindungan terhadap daerah bawahannya (resapan air).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)
Setelah tahap pengumpulan data, langkah selanjutnya yang harus dilakukan
adalah meng-query data-data tersebut, yang merupakan penggabungan antara data
primer dan data sekunder yang telah diperoleh.
LAYOUT RUANG TERBUKA HIJAU
Administrasi

query

Area Periferi

buffer 1 km

Kel_Periferi
union

Landuse

Jalan

query

buffer 30 m

Ruang Terbuka

buffer 30 m

query = 0

RTH

Buff_Jalan
union

Sungai

Union_AdPer_RTH

Buffer_RTH_Koridor
atribut manipulasi
add field = 1

Buff_Sungai

Intersect_Ad_Ruang Hijau
Slope

query ≥ 8-15%

Slope ≥ 8-15%

Intersect

Suitable Area

Diagram 2 Jalur Koridor Layout Ruang Terbuka Hijau

Pengumpulan data-data tersebut kemudian dibagi kedalam 3 bagian (layer), yaitu :
Layer elemen alami
Yang termasuk kedalam layer ini adalah topografi, slope (kemiringan tanah), ruang
terbuka hijau (jalur jalan, jalur Kereta Api, Jalur Tegangan Tinggi, Hutan Kota dan
Kawasan Preservasi).

Gambar 5.9 Ruang Terbuka Hijau
Sumber : Bakorsutanal (2006)

Layer elemen Binaan
Yang termasuk kedalam layer elemen binaan adalah Tata Guna Lahan, saluran
Irigasi, Batas Administrasi serta kependudukan.

Gambar 5.10 Tata Guna Lahan
Sumber : Bakorsutanal (2006)

Layer Analisis
Di dalam layer analisis ini terdapat hasil analisis yang terdiri atas beberapa tahap yang
merupakan hasil dari survey lapangan serta kuisioner partisipasi masyarakat. Tahapan
ini dibagi menjadi 2, yaitu :
- Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, seperti Rekreasi/olah raga, aktivitas
masyarakat,koridor hijau.
- Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, dibagi lagi kedalam 2 bagian yaitu sudah
dikelola dan belum dikelola. Apabila sudah dikelola, perlu disebutkan pihak
yang mengelolanya seperti Pemerintah Kota, Kecamatan, Kelurahan, Swadaya
Masyarakat, swasta.

Gambar 5.10 Ruang Terbuka Ideal
Sumber : Bakorsutanal (2006)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai persepsi dan harapan masyarakat Depok tentang Ruang
Terbuka Hijau kota Depok serta aplikasi SIG untuk mendukung informasi tentang RTH
kota Depok, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Belum semua bentuk dan tipe RTH yang ada dalam Perda sesuai RUTRK Depok
telah dibangun dan dikelola dalam tiap kecamatan di Kota Depok
2. Belum tersedia informasi yang memadai tentang Rencana Tata Ruang Kota yang
komprehensif di kota Depok yang menguntungkan bagi masyarakat Depok, baik
pihak pemerintah, pengelola real estat, dan para perencana kota selain masyarakat
umum.
3. Pada umumnya masyarakat menanggapi dengan positif upaya perencanaan,
pengelolaan dan pemeliharaan RTH secara partisipatif bila disosialisasikan dengan
jelas.
Saran
1. Perlu direncanakan, disosialisaikan, dibangun dan dikelola b erbagai tipe dan bentuk
RTH yang belum lengkap keberadaannya di seluruh wilayah kecamatan kota Depok.

2. Perlu diadakan wadah informasi semacam website tentang RTH kota Depok dengan
aplikasi SIG yang akan membantu komunikasi dan sosialisasi informasi di antara
para stakeholders.
3. Perlu dilakukan penyuluhan, kursus, pelatihan dan sosialisasi yang teratur tentang
RTH kota Depok bagi masyarakat umum oleh para profesional dan Dinas terkait.

DAFTAR PUSTAKA
Alkadrie, Muchdie, Suhandojo. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah: Sumberdaya Alam,
Sumberdaya Manusia, Teknologi. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan
Teknologi Pengembangan Wilayah, Badan Pengkajian Dan Penerapan
Teknologi. 1999.
Anonim. Training Course on Remote sensing & GIS Applications: using ERMapper &
ArcView. BIOTROP Training and Information Centre. Bogor. 2007
Darmawan, Edy. Analisa Ruang Publik Arsitektur kota. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang. 2005.
Landry, Charles. The Creative City, A toolkit for Urban Innovators. Comedia Earthcsan,
London, Sterling ,V.A. 2000.
Leedy, Paul .D. Practical Research : Planning and Designing. Macmillan Publishing
Co.Inc. New York, Collier Macmillan Publisher, London.
Mildawani, Irina. dan Edi Minaji Pribadi. Laporan Penelitian : Open Space Evaluation
to Support Land Use Planning Using Geographic Information System ( A Case
Study of Depok Municipality, West Java Province). FTSP Universitas
Gunadarma. 2006
Spirn, Anne.W. The Granite Garden, Urban Nature and Human design. Basic Books.
1984.
Widiati, Ati. Kebijaksanaan Teknologi Untuk Perlindungan Lingkungan Perkotaan :
Kasus Jabotabek dan Cekungan Bandung dalam Tiga Pilar Pengembangan
Wilayah: Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi. Jakarta: Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi. 1999.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSENTRASI GEOGRAFIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SITUBONDO

8 229 19

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

APLIKASI BIOTEKNOLOGI BAKTERI FOTOSINTETIK DALAM MENINGKATKAN MUTU GIZI BIJI KEDELAI

4 68 14

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45