TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR
TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR (ISD)
MEMBANGUN BUDAYA POLITIK YANG DEMOKRATIS DALAM
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
OLEH:
KADEK DONI HENDRA KUSUMA
NIM. 1415071018
I WAYAN ARIANA
NIM. 1415071019
PUTU AGUS SURYANTARA
NIM. 1415071021
I NYOMAN AGUS ADI SAPUTRA NIM. 1415071022
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Membangun Budaya Politik Yang
Demokratis Dalam Masyarakat Multikultural ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu melalui kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, penulis
terima dengan senang hati. Namun, di balik ketidaksempurnaannya tersebut masih
tersimpan sebuah harapan, semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca.
Singaraja, 12 april 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman judul
Prakata
Datar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II METODE PENULISAN
BAB III PEMBAHASAN
3.1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman
yang sangat kompleks, terlebih sebagai masyarakat yang pandai menjaga budaya asli.
Dengan asusmi dasar itulah masyarakat kita dikenal dengan istilah masyarakat
multikultural. Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural yang terbesar di
dunia. Perbedaan suku, ras, bahasa, merupakan sebuah perbedaan yang lazim ada dalam
suatu masyarakat. Adanya beragam kultur bisa menjadi potensi kekayaan budaya
bangsa yang besar, sekaligus potensi pemecah dan pemicu konflik.
Demokrasi sebagai sistem politik Indonesia terbilang cukup berhasil mengakomodir
keberagaman bagsa ini. Hanya saja, kelemahan kita adalah tidak adanya kebijakan
publik dalam memfasilitasi multikultural. Berkaca pada konteks Demokrasi, model
masyarakat multikultural ini telah digunakan para pendiri bangsa Indonesia dalam
mendefinisikan kebudayaan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam penjelasan
Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncakpuncak kebudayaan di daerah”. Model masyarakat multikultural ini merupakan sebuah
masyarakat yang dilihat karena memiliki sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam
masyarakat tersebut.
Salah satu aspek yang penting dalam menata kehidupan bersama masyarakat
multikultural adalah budaya politik. Suatu masyarakat bangsa akan berkembang sehat
kalau budaya politiknya sesuai dengan situasi masyarakat bangsa tersebut.
Keanekaragaman budaya dalam masyarakat multikultural juga merupakan kondisi yang
menuntut adanya budaya politik yang sesuai. Sampai saat ini budaya politik yang lebih
sesuai dengan masyarakat multikultural adalah budaya demokrasi. Namun, tidak berarti
bahwa demokrasi adalah sistem paling baik melainkan sistem yang lain.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian masyarakat multikultural ?
b. Apa pengertian demokrasi ?
c. Bagaimana penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat
multikultural ?
d. Bagaimana budaya politik masyarakat yang demokratis ?
1.3.
Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian masyarakat multikultural.
b. Mengetahui pengertian demokrasi.
c. Mengetahui penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat
multikultural.
d. Mengetahui budaya politik masyarakat yang demokratis.
BAB II
METODE PENULISAN
Metode
Penulisan ini menggunakan metode qualitative
Pengumpulan
data-data
dalam
penelitian ini
research.
Dalam
penulis menggunakan
studi kepustakaan (library research), dengan merujuk kepada artikel, bukubuku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data
-data tersebut penulis lebih mengacu kepada data-data Dari
Internet
dan buku-buku,
karena keterbatasan penulis dalam mencari data-data yang original.
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini penulis memaparkan
latar belakang, rumusan masalah dan tujuan peulisan.
BAB II : Berisi tentang metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB III : ISI Pada bagian isi, penulis akan memaparkan
BAB IV : PENUTUP Pada bagian penutup penulis akan menutup makalah ini
dengan kesimpulan-kesimpulan serta saran yang tetap mengacu kepada isi makalah
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Masyarakat Multikultral
Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi, dan Kultural.
“Masyarakat” artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh rasa
toleransi bersama, “Multi” berarti banyak atau beranekaragam, dan “Kultural” berarti
Budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu
masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan
karena banyaknya suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda
dengan budaya suku bangsa yang lainnya.
Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat
diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat
yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara
satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan sekali terjadinya konflik baik
konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan ketersediaan warga masyarakat yang
dapat saling menolerir keanekaragaman dan konflik antar kelompok maupun
ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi sehingga dengan demikian dapat
tercapai budaya politik yang demokratis.
3.2. Pengertian Demokrasi
Secara
etimologis,
demokrasi
berasal
dari
kata
Yunani demos
: rakyat,
dan kratein: memerintah. Demokrasi artinya pemerintahan dengan pengawasan rakyat.
Sistem ini pertama – tama berkembang di polis-polis Yunani. Demokrasi kemudian
dikembangkan oleh Aristoteles. Menurutnya, ada dasar untuk membangun sebuah
Negara yang baik ialah : kebebasan pribadi, pemerintah yang berdasarkan undangundang dan kelompok mayoritas yang memegang kekuasaan.
Demokratis adalah penyebutan untuk pemerintahan yg telah menggunakan System
Demokrasi dalam perpolitikan nya,
Biasanya ciri-ciri negara yg demokratis adalah:
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
Pemikiran modern mengartikan demokrasi sebagai ide politis filosofis tentang
kedaulatan rakyat. Hal ini berarti semua kekuasaan politik dikembalikan pada rakyat itu
sendiri sebagai subyek asal otoritas ini. Dalam pemikiran modern ditambahkan syarat
untuk berdemokrasi secara benar jika seluruh rakyat menggunakan rasionya dan
mempunyai hati nurani. Dan hendaknya rakyat sendiri bebas dan setara. Dengan
demikian mereka berperan serta dalam mengambil keputusan tentang masalah-masalah
politik di sekitar mereka. Bagaimanapun , rakyat secara keseluruhan dapat menjalankan
kekuasaan tertinggi Negara secara bersama hanya pada tingkat yang sangat terbatas
(demokrasi langsung atau demokrasi murni). Karena itu proses hukum harus dituangkan
dalam Undang-Undang Dasar. Proses semacam ini memungkinkan rakyat dapat
mengambil bagian secara tidak langsung dalam pembentukan kebijakan politik dengan
pemilihan secara bebas dan rahasia wakil-wakil rakyat yang menduduki jabatan dalam
jangka waktu tertentu.
Apa itu budaya demokrasi? Budaya demokrasi adalah pola pikir, pola sikap dan pola
tindak warga masyrakat yang sejalan dengan nilai nilai kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan antar manusia. Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan
sekali terjadinya konflik baik konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan
ketersediaan warga masyarakat yang dapat saling menolerir keanekaragaman dan
konflik antar kelompok maupun ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi
sangat bermanfaat bagi perkembangan budaya demokrasi.
3.3.
Penerapan
demokrasi
sebagai
budaya
politik
dalam
masyarakat
multikultural.
Dalam masyarakat multukultural ditemukan adanya keanekaragaman budaya, suku,
agama, keyakinan, nilai, cara berpikir, dengan segala kepentingannya masing-masing di
belakangnya. Tidak jarang ditemukan berbagai kepentingan yang tidak hanya berbeda
melainkan juga bahkan bertentangan satu sama lain. Kepentingan-kepentingan ini bukan
hanya harus dipenuhi, melainkan juga berlomba-lomba untuk dipenuhi bahkan dengan
mengabaikan kepentingan kelompok atau pihak lain, saling mendahului dan bahkan
saling meniadakan. Artinya bukan hanya ada kemungkinan bahwa kepentingankepentingan itu cuma mengejar prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu dari kelompok
lain, melainkan juga ada kemungkinan dan keinginan bahwa kepentingan kelompoknya
terpenuhi dan atau sehingga kepentingan kelompok lainnya tidak terpenuhi.
Keanekaragaman semacam itu dalam masyarakat multikultural harus diakomodasi
dalam satu komunitas kehidupan bersama. Perbedaan-perbedaan bahkan pertentanganpertentangan itu harus diramu dalam satu budaya politik yang mengkondisikan satu
komunitas yang harmonis dan dinamis.
Memang ada keanekaragaman yang bisa disepakati, tetapi ada juga yang tidak bisa
disepakati sama sekali. Misalnya, masalah keyakinan agama merupakan hal yang tidak
bisa dikompromi. Batas-batasnya sangat jelas. Kalau Anda masuk satu agama berarti
serta merta Anda meninggalkan agama lain. Bahkan Anda bisa dimusuhi oleh kelompok
agama yang Anda tinggalkan dan dirangkul oleh kelompok agama yang Anda masuki,
bahkan diminta beraksi untuk menyatakan bahwa agama yang Anda tinggalkan itu salah
dan yang Anda masuki itulah benar. Tidak aneh bahwa peralihan agama dianggap
sebagai pertobatan oleh pihak agama yang dimasuki, dan sebagai murtad oleh pihak
agama yang ditinggalkan.
Fakta sedikit banyak menunjukkan bahwa budaya politik demokrasi lepas dari
kelemahan-kelemahan, masih merupakan budaya politik yang cukup relevan untuk
menciptakan satu komunitas masyarakat multikultural.
Memang harus diakui bahwa sistem politik dalam faham demokrasi bukan yang terbaik
dan tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang sering di kemukakan adalah bahwa
budaya demokrasi penuh dengan gejolak dan dinamika yang kadang-kadang justru
sedikit banyak menggangu stabilitas dalam masyarakat. Budaya demokrasi dianggap
menyedot
energi
dan
biaya
dalam
pengambilan
keputusan
karena
harus
mempertimbangkan banyak kepentingan. Bahkan yang paling dikritik pada zaman
yunani kuno adalah bahwa demokrasi menghasilkan kesepakatan dan pemimpinpemimpin yang kurang bermutu karena rakyat hanya melakukan voting untuk
mengambil keputusan atau membuang undi untuk memilih pemimpin.
Namun demokrasi tetap dianggap sebagai budaya politik yang paling memadai dalam
masyarakat multikultural karena mengahargai kebebasan dan kesetaraan. Dan
kelemahan-kelemahan itu dapat dihindarkan kalau demokrasi dilakukan dalam public
reason dan public deliberation. Artinya demokrasi itu menggunakan akal sehat untuk
kepentingan bersama dan atas pertimbangan yang matang dan mendalam.
Masyarakat multikultural merupakan arena bagi berkembang dan hidupnya budaya
politik demokrasi dimana semua kepentingan mendapat tempat, perhatian, dan
penghargaan. Dalam budaya politik demokrasi, bukan hanya kesepakatan-kesepakatan
yang dicari melainkan juga adanya pengakuan terhadap hal-hal yang tidak dapat
disepakati menyangkut soal keyakinan dan nilai-nilai kelompok dan agama misalnya.
Prinsip demokrasi adalah kebebasan dan kesetaraan. Kebebasan mengendalikan
keanekaragaman dan kesetaraan mengandaikan kesamaan atau tidak adanya
diskriminasi. Di sinilah letak ketegangan bagaimana menemukan satu kebijakan publik
yang di satu pihak tetap menjaga kebebasan, dan di pihak lain tetap menjaga kesetaraan;
di satu pihak tetap mengakui adanya keanekaragaman tetapi di pihak lain
memperjuangkan adanya kesetaraan.
Budaya demokrasi pancasila mengakui adanya sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3.4. Budaya politik masyarakat yang demokratis
Sudah kita lihat bahwa budaya politik yang dianggap paling memadai bagi masyarakat
multikultural hingga saat ini adalah demokrasi. Bukan demokrasi yang dikritik Sokrates
atau Plato yang terjadi di Yunani kuno yang menyerahkan seluruh kedaulatan negara ke
tangan rakyat sehingga pemimpin bahkan dapat dipilih dengan membuang undi,
melainkan demokrasi liberal berbasis perwakilan dan lembaga-lembaga formal seperti
partai, parlemen, pemerintah, pemilu, didampingi demokrasi deliberatif yang menuntut
adanya pertimbangan-pertimbangan yang mendalam dari rakyat sendiri yang menjadi
subyek demokrasi. Demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dan kesetaraan, yang
membuka ruang publik untuk pembicaraan secara terbuka bagi setiap warga masyarakat
untuk menyatakan kepentingannya, dan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama
untuk masuk ke ruang publik itu.
Untuk menjamin terjadinya demokrasi liberal maupun demokrasi deliberatif perlu
dibangun sikap yang mengkondisikannya, yakni sikap hukum, sikap reasonable, sika
toleran dan overlapping consensus.
5.1 Sikap Hukum
Hukum mengandung ketentuan – ketentuan bersama yang harus diterima untuk menjaga
terselenggaranya kebebasan dan kesetaraan. Dengan kata lain perlu adanya sikap hukum
pada setiap warga masyarakat agar semua keputusan – keputusan yang disepakati dalam
demokrasi harus dijalankan secara konsisten. Harus ada kepastian moral, atau kejujuran
etis untuk menjalankannya tanpa terombang – ambing oleh berbagai kepentingan yang
bisa menganggu.
Dalam masyaraskat dengan budaya politik demokratis segala sesuatu diatur oleh
hukum. Pertama, hukum harus adil, artinya berlaku umum, untuk semua; isi hukum
harus masuk akal. Hukum berlaku untuk semua warga negara tanpa pandang bulu.
Tidak ada hak istimewa, atau diskriminasi atas dasar apapun, entah kekuasaan,
mayoritas, agama suku, ataupun keturunan. Kedaulatan Negara juga diserahkan kepada
hukum. Hukum tidak hanya mengatur individu melainkan juga masyarakat politik,
dalam hal ini Negara. Dengan kata lain hukum juga mengatur semua tingkah laku
Negara . Negara harus menjamin setiap hak warga negaranya. Berarti Negara bisa
dituntut secara hukum kalau Negara berlaku tidak adil kepada warganya atau merugikan
warganya. Kedua, hukum harus sesuai mungkin dengan rasa keadilan masyarakat.
Ketiga, hukum harus sesuai dengan martabat manusia. Ukurannya adalah apakah hukum
sesuai atau tidak dengan hak asasi manusia.
5.2 Sikap reasonable
Selain sikap hukum, sikap lain yang diperlukan juga adalah sikap reasonable. Warga
Negara yang reasonable adalah :
1.
Warga Negara yang mampu menerima perbedaan warga Negara yang menyadari
bahwa perbedaan adalah realitas faktual, yang tak bisa dilenyapkan dari pandangan
mata : fakta yang tak dapat dianggap semu. Dan atas dasar itu dia tidak menghabiskan
waktu dan energi untuk menolak pluralisme melainkan belajar untuk hidup dalam
pluralisme.
2.
Warga Negara yang reasonable adalah warga yang melihat doktrin dan pandangan
hidup sendiri hanya sebagai salah satu dari ( bukan satu – satunya ) doktrin atau
pandangan hidup lainnya. Ada kebesaran hati dalam dirinya untuk melihat adanya
kemungkinan pandangan hidup lain yang dibangun diatas landasan yang tidak bisa
didiskusikan. Misalnya seorang reasonable tidak selalu berpikir dalam dikotomi
fundamentalis yang hitam putih, salah benar, kawan dan lawan, sahabat musuh,
melainkan konsisten pada keyakinannya sebagai benar, tanpa menganggap yang lain
sebagai salah dan harus disingkirkan.
3.
Manusia yang reasonable itu mengejar kepentingan sendiri tanpa mengabaikan
kepentingan pihak lain. Dalam dirinya ada sikap yang cukup seimbang antara
menjalankan kebebasannya dan tuntutan kesetaraan. Dengan kata lain kebebasan dan
kesetaraannya dijalankan dengan tetap memperhatikan juga kebebasan dan kesetaraan
orang lain.
4.
Manusia reasonable memperjuangkan kepentingan berdasarkan prinsip keadilan;
tidak berarti hanya menghormati hak orang lain, melainkan juga berani menuntut
haknya dan hak orang lain yang tidak dihormati.
5.
Manusia reasonable bersedia menerima prinsip – prinsip pokok sebagai dasar
kerja sama sosial. Hal ini mencakup soal kesetian pada perjanjian dan kesepakatan
untuk menjalankan sesuai dengan kesepakatan. Dapat dipercaya dan tidak ingkar janji.
6.
Manusia reasonable memiliki keyakinan dan pandangannya sendiri, tetapi
sekaligus mampu mempertanyakan dan bahkan melampui kepentingan – kepentingan
pribadi / kelompok orang yang mampu melihat kepentingan kelompok lain sebagai
bagian dari kepentingannya sendiri, menghargai hak – hak pihak lain sebagai bagian
dari penghargaan terhadap hak – haknya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan telah di praktekan
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara.
Akan tetapi, kita belum membudanyakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Mengatakan “Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai
demokrasi telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara.
Dengan kata lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dari kehidupanya. Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Perilaku budaya politik demokrasi yang perlu kita kembangkan dalam kehidupan seharihari antara lain menjunjung tinggi persamaan, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban membudayakan sikap bijak dan adil, membiasakan musyawarah mufakat
dalam mengambil keputusan serta mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
3.2 Saran
Mewujudkan budaya politik yang demokratis memang tidak mudah. Perlu ada usaha
dari semua warga negara. Dalam usaha mempraktekan budaya yang demokratis, kita
kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat
kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari. Penulis berharap dengan
adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami tentang budaya politik
yang demokratis dalam masyarakat multikultural dan agar dapt benar-benar
membudayakannya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang suteng, dkk. Pendidikan kewarganegaraan. Erlangga
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Budaya_politik&oldid=8121145
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Demokrasi&oldid=8860143
MEMBANGUN BUDAYA POLITIK YANG DEMOKRATIS DALAM
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
OLEH:
KADEK DONI HENDRA KUSUMA
NIM. 1415071018
I WAYAN ARIANA
NIM. 1415071019
PUTU AGUS SURYANTARA
NIM. 1415071021
I NYOMAN AGUS ADI SAPUTRA NIM. 1415071022
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Membangun Budaya Politik Yang
Demokratis Dalam Masyarakat Multikultural ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu melalui kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, penulis
terima dengan senang hati. Namun, di balik ketidaksempurnaannya tersebut masih
tersimpan sebuah harapan, semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca.
Singaraja, 12 april 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman judul
Prakata
Datar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II METODE PENULISAN
BAB III PEMBAHASAN
3.1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman
yang sangat kompleks, terlebih sebagai masyarakat yang pandai menjaga budaya asli.
Dengan asusmi dasar itulah masyarakat kita dikenal dengan istilah masyarakat
multikultural. Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural yang terbesar di
dunia. Perbedaan suku, ras, bahasa, merupakan sebuah perbedaan yang lazim ada dalam
suatu masyarakat. Adanya beragam kultur bisa menjadi potensi kekayaan budaya
bangsa yang besar, sekaligus potensi pemecah dan pemicu konflik.
Demokrasi sebagai sistem politik Indonesia terbilang cukup berhasil mengakomodir
keberagaman bagsa ini. Hanya saja, kelemahan kita adalah tidak adanya kebijakan
publik dalam memfasilitasi multikultural. Berkaca pada konteks Demokrasi, model
masyarakat multikultural ini telah digunakan para pendiri bangsa Indonesia dalam
mendefinisikan kebudayaan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam penjelasan
Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncakpuncak kebudayaan di daerah”. Model masyarakat multikultural ini merupakan sebuah
masyarakat yang dilihat karena memiliki sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam
masyarakat tersebut.
Salah satu aspek yang penting dalam menata kehidupan bersama masyarakat
multikultural adalah budaya politik. Suatu masyarakat bangsa akan berkembang sehat
kalau budaya politiknya sesuai dengan situasi masyarakat bangsa tersebut.
Keanekaragaman budaya dalam masyarakat multikultural juga merupakan kondisi yang
menuntut adanya budaya politik yang sesuai. Sampai saat ini budaya politik yang lebih
sesuai dengan masyarakat multikultural adalah budaya demokrasi. Namun, tidak berarti
bahwa demokrasi adalah sistem paling baik melainkan sistem yang lain.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian masyarakat multikultural ?
b. Apa pengertian demokrasi ?
c. Bagaimana penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat
multikultural ?
d. Bagaimana budaya politik masyarakat yang demokratis ?
1.3.
Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian masyarakat multikultural.
b. Mengetahui pengertian demokrasi.
c. Mengetahui penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat
multikultural.
d. Mengetahui budaya politik masyarakat yang demokratis.
BAB II
METODE PENULISAN
Metode
Penulisan ini menggunakan metode qualitative
Pengumpulan
data-data
dalam
penelitian ini
research.
Dalam
penulis menggunakan
studi kepustakaan (library research), dengan merujuk kepada artikel, bukubuku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data
-data tersebut penulis lebih mengacu kepada data-data Dari
Internet
dan buku-buku,
karena keterbatasan penulis dalam mencari data-data yang original.
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini penulis memaparkan
latar belakang, rumusan masalah dan tujuan peulisan.
BAB II : Berisi tentang metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB III : ISI Pada bagian isi, penulis akan memaparkan
BAB IV : PENUTUP Pada bagian penutup penulis akan menutup makalah ini
dengan kesimpulan-kesimpulan serta saran yang tetap mengacu kepada isi makalah
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Masyarakat Multikultral
Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi, dan Kultural.
“Masyarakat” artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh rasa
toleransi bersama, “Multi” berarti banyak atau beranekaragam, dan “Kultural” berarti
Budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu
masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan
karena banyaknya suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda
dengan budaya suku bangsa yang lainnya.
Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat
diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat
yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara
satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan sekali terjadinya konflik baik
konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan ketersediaan warga masyarakat yang
dapat saling menolerir keanekaragaman dan konflik antar kelompok maupun
ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi sehingga dengan demikian dapat
tercapai budaya politik yang demokratis.
3.2. Pengertian Demokrasi
Secara
etimologis,
demokrasi
berasal
dari
kata
Yunani demos
: rakyat,
dan kratein: memerintah. Demokrasi artinya pemerintahan dengan pengawasan rakyat.
Sistem ini pertama – tama berkembang di polis-polis Yunani. Demokrasi kemudian
dikembangkan oleh Aristoteles. Menurutnya, ada dasar untuk membangun sebuah
Negara yang baik ialah : kebebasan pribadi, pemerintah yang berdasarkan undangundang dan kelompok mayoritas yang memegang kekuasaan.
Demokratis adalah penyebutan untuk pemerintahan yg telah menggunakan System
Demokrasi dalam perpolitikan nya,
Biasanya ciri-ciri negara yg demokratis adalah:
Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
Pemikiran modern mengartikan demokrasi sebagai ide politis filosofis tentang
kedaulatan rakyat. Hal ini berarti semua kekuasaan politik dikembalikan pada rakyat itu
sendiri sebagai subyek asal otoritas ini. Dalam pemikiran modern ditambahkan syarat
untuk berdemokrasi secara benar jika seluruh rakyat menggunakan rasionya dan
mempunyai hati nurani. Dan hendaknya rakyat sendiri bebas dan setara. Dengan
demikian mereka berperan serta dalam mengambil keputusan tentang masalah-masalah
politik di sekitar mereka. Bagaimanapun , rakyat secara keseluruhan dapat menjalankan
kekuasaan tertinggi Negara secara bersama hanya pada tingkat yang sangat terbatas
(demokrasi langsung atau demokrasi murni). Karena itu proses hukum harus dituangkan
dalam Undang-Undang Dasar. Proses semacam ini memungkinkan rakyat dapat
mengambil bagian secara tidak langsung dalam pembentukan kebijakan politik dengan
pemilihan secara bebas dan rahasia wakil-wakil rakyat yang menduduki jabatan dalam
jangka waktu tertentu.
Apa itu budaya demokrasi? Budaya demokrasi adalah pola pikir, pola sikap dan pola
tindak warga masyrakat yang sejalan dengan nilai nilai kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan antar manusia. Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan
sekali terjadinya konflik baik konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan
ketersediaan warga masyarakat yang dapat saling menolerir keanekaragaman dan
konflik antar kelompok maupun ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi
sangat bermanfaat bagi perkembangan budaya demokrasi.
3.3.
Penerapan
demokrasi
sebagai
budaya
politik
dalam
masyarakat
multikultural.
Dalam masyarakat multukultural ditemukan adanya keanekaragaman budaya, suku,
agama, keyakinan, nilai, cara berpikir, dengan segala kepentingannya masing-masing di
belakangnya. Tidak jarang ditemukan berbagai kepentingan yang tidak hanya berbeda
melainkan juga bahkan bertentangan satu sama lain. Kepentingan-kepentingan ini bukan
hanya harus dipenuhi, melainkan juga berlomba-lomba untuk dipenuhi bahkan dengan
mengabaikan kepentingan kelompok atau pihak lain, saling mendahului dan bahkan
saling meniadakan. Artinya bukan hanya ada kemungkinan bahwa kepentingankepentingan itu cuma mengejar prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu dari kelompok
lain, melainkan juga ada kemungkinan dan keinginan bahwa kepentingan kelompoknya
terpenuhi dan atau sehingga kepentingan kelompok lainnya tidak terpenuhi.
Keanekaragaman semacam itu dalam masyarakat multikultural harus diakomodasi
dalam satu komunitas kehidupan bersama. Perbedaan-perbedaan bahkan pertentanganpertentangan itu harus diramu dalam satu budaya politik yang mengkondisikan satu
komunitas yang harmonis dan dinamis.
Memang ada keanekaragaman yang bisa disepakati, tetapi ada juga yang tidak bisa
disepakati sama sekali. Misalnya, masalah keyakinan agama merupakan hal yang tidak
bisa dikompromi. Batas-batasnya sangat jelas. Kalau Anda masuk satu agama berarti
serta merta Anda meninggalkan agama lain. Bahkan Anda bisa dimusuhi oleh kelompok
agama yang Anda tinggalkan dan dirangkul oleh kelompok agama yang Anda masuki,
bahkan diminta beraksi untuk menyatakan bahwa agama yang Anda tinggalkan itu salah
dan yang Anda masuki itulah benar. Tidak aneh bahwa peralihan agama dianggap
sebagai pertobatan oleh pihak agama yang dimasuki, dan sebagai murtad oleh pihak
agama yang ditinggalkan.
Fakta sedikit banyak menunjukkan bahwa budaya politik demokrasi lepas dari
kelemahan-kelemahan, masih merupakan budaya politik yang cukup relevan untuk
menciptakan satu komunitas masyarakat multikultural.
Memang harus diakui bahwa sistem politik dalam faham demokrasi bukan yang terbaik
dan tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang sering di kemukakan adalah bahwa
budaya demokrasi penuh dengan gejolak dan dinamika yang kadang-kadang justru
sedikit banyak menggangu stabilitas dalam masyarakat. Budaya demokrasi dianggap
menyedot
energi
dan
biaya
dalam
pengambilan
keputusan
karena
harus
mempertimbangkan banyak kepentingan. Bahkan yang paling dikritik pada zaman
yunani kuno adalah bahwa demokrasi menghasilkan kesepakatan dan pemimpinpemimpin yang kurang bermutu karena rakyat hanya melakukan voting untuk
mengambil keputusan atau membuang undi untuk memilih pemimpin.
Namun demokrasi tetap dianggap sebagai budaya politik yang paling memadai dalam
masyarakat multikultural karena mengahargai kebebasan dan kesetaraan. Dan
kelemahan-kelemahan itu dapat dihindarkan kalau demokrasi dilakukan dalam public
reason dan public deliberation. Artinya demokrasi itu menggunakan akal sehat untuk
kepentingan bersama dan atas pertimbangan yang matang dan mendalam.
Masyarakat multikultural merupakan arena bagi berkembang dan hidupnya budaya
politik demokrasi dimana semua kepentingan mendapat tempat, perhatian, dan
penghargaan. Dalam budaya politik demokrasi, bukan hanya kesepakatan-kesepakatan
yang dicari melainkan juga adanya pengakuan terhadap hal-hal yang tidak dapat
disepakati menyangkut soal keyakinan dan nilai-nilai kelompok dan agama misalnya.
Prinsip demokrasi adalah kebebasan dan kesetaraan. Kebebasan mengendalikan
keanekaragaman dan kesetaraan mengandaikan kesamaan atau tidak adanya
diskriminasi. Di sinilah letak ketegangan bagaimana menemukan satu kebijakan publik
yang di satu pihak tetap menjaga kebebasan, dan di pihak lain tetap menjaga kesetaraan;
di satu pihak tetap mengakui adanya keanekaragaman tetapi di pihak lain
memperjuangkan adanya kesetaraan.
Budaya demokrasi pancasila mengakui adanya sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3.4. Budaya politik masyarakat yang demokratis
Sudah kita lihat bahwa budaya politik yang dianggap paling memadai bagi masyarakat
multikultural hingga saat ini adalah demokrasi. Bukan demokrasi yang dikritik Sokrates
atau Plato yang terjadi di Yunani kuno yang menyerahkan seluruh kedaulatan negara ke
tangan rakyat sehingga pemimpin bahkan dapat dipilih dengan membuang undi,
melainkan demokrasi liberal berbasis perwakilan dan lembaga-lembaga formal seperti
partai, parlemen, pemerintah, pemilu, didampingi demokrasi deliberatif yang menuntut
adanya pertimbangan-pertimbangan yang mendalam dari rakyat sendiri yang menjadi
subyek demokrasi. Demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dan kesetaraan, yang
membuka ruang publik untuk pembicaraan secara terbuka bagi setiap warga masyarakat
untuk menyatakan kepentingannya, dan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama
untuk masuk ke ruang publik itu.
Untuk menjamin terjadinya demokrasi liberal maupun demokrasi deliberatif perlu
dibangun sikap yang mengkondisikannya, yakni sikap hukum, sikap reasonable, sika
toleran dan overlapping consensus.
5.1 Sikap Hukum
Hukum mengandung ketentuan – ketentuan bersama yang harus diterima untuk menjaga
terselenggaranya kebebasan dan kesetaraan. Dengan kata lain perlu adanya sikap hukum
pada setiap warga masyarakat agar semua keputusan – keputusan yang disepakati dalam
demokrasi harus dijalankan secara konsisten. Harus ada kepastian moral, atau kejujuran
etis untuk menjalankannya tanpa terombang – ambing oleh berbagai kepentingan yang
bisa menganggu.
Dalam masyaraskat dengan budaya politik demokratis segala sesuatu diatur oleh
hukum. Pertama, hukum harus adil, artinya berlaku umum, untuk semua; isi hukum
harus masuk akal. Hukum berlaku untuk semua warga negara tanpa pandang bulu.
Tidak ada hak istimewa, atau diskriminasi atas dasar apapun, entah kekuasaan,
mayoritas, agama suku, ataupun keturunan. Kedaulatan Negara juga diserahkan kepada
hukum. Hukum tidak hanya mengatur individu melainkan juga masyarakat politik,
dalam hal ini Negara. Dengan kata lain hukum juga mengatur semua tingkah laku
Negara . Negara harus menjamin setiap hak warga negaranya. Berarti Negara bisa
dituntut secara hukum kalau Negara berlaku tidak adil kepada warganya atau merugikan
warganya. Kedua, hukum harus sesuai mungkin dengan rasa keadilan masyarakat.
Ketiga, hukum harus sesuai dengan martabat manusia. Ukurannya adalah apakah hukum
sesuai atau tidak dengan hak asasi manusia.
5.2 Sikap reasonable
Selain sikap hukum, sikap lain yang diperlukan juga adalah sikap reasonable. Warga
Negara yang reasonable adalah :
1.
Warga Negara yang mampu menerima perbedaan warga Negara yang menyadari
bahwa perbedaan adalah realitas faktual, yang tak bisa dilenyapkan dari pandangan
mata : fakta yang tak dapat dianggap semu. Dan atas dasar itu dia tidak menghabiskan
waktu dan energi untuk menolak pluralisme melainkan belajar untuk hidup dalam
pluralisme.
2.
Warga Negara yang reasonable adalah warga yang melihat doktrin dan pandangan
hidup sendiri hanya sebagai salah satu dari ( bukan satu – satunya ) doktrin atau
pandangan hidup lainnya. Ada kebesaran hati dalam dirinya untuk melihat adanya
kemungkinan pandangan hidup lain yang dibangun diatas landasan yang tidak bisa
didiskusikan. Misalnya seorang reasonable tidak selalu berpikir dalam dikotomi
fundamentalis yang hitam putih, salah benar, kawan dan lawan, sahabat musuh,
melainkan konsisten pada keyakinannya sebagai benar, tanpa menganggap yang lain
sebagai salah dan harus disingkirkan.
3.
Manusia yang reasonable itu mengejar kepentingan sendiri tanpa mengabaikan
kepentingan pihak lain. Dalam dirinya ada sikap yang cukup seimbang antara
menjalankan kebebasannya dan tuntutan kesetaraan. Dengan kata lain kebebasan dan
kesetaraannya dijalankan dengan tetap memperhatikan juga kebebasan dan kesetaraan
orang lain.
4.
Manusia reasonable memperjuangkan kepentingan berdasarkan prinsip keadilan;
tidak berarti hanya menghormati hak orang lain, melainkan juga berani menuntut
haknya dan hak orang lain yang tidak dihormati.
5.
Manusia reasonable bersedia menerima prinsip – prinsip pokok sebagai dasar
kerja sama sosial. Hal ini mencakup soal kesetian pada perjanjian dan kesepakatan
untuk menjalankan sesuai dengan kesepakatan. Dapat dipercaya dan tidak ingkar janji.
6.
Manusia reasonable memiliki keyakinan dan pandangannya sendiri, tetapi
sekaligus mampu mempertanyakan dan bahkan melampui kepentingan – kepentingan
pribadi / kelompok orang yang mampu melihat kepentingan kelompok lain sebagai
bagian dari kepentingannya sendiri, menghargai hak – hak pihak lain sebagai bagian
dari penghargaan terhadap hak – haknya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan telah di praktekan
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara.
Akan tetapi, kita belum membudanyakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Mengatakan “Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai
demokrasi telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara.
Dengan kata lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dari kehidupanya. Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Perilaku budaya politik demokrasi yang perlu kita kembangkan dalam kehidupan seharihari antara lain menjunjung tinggi persamaan, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban membudayakan sikap bijak dan adil, membiasakan musyawarah mufakat
dalam mengambil keputusan serta mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
3.2 Saran
Mewujudkan budaya politik yang demokratis memang tidak mudah. Perlu ada usaha
dari semua warga negara. Dalam usaha mempraktekan budaya yang demokratis, kita
kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat
kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari. Penulis berharap dengan
adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami tentang budaya politik
yang demokratis dalam masyarakat multikultural dan agar dapt benar-benar
membudayakannya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang suteng, dkk. Pendidikan kewarganegaraan. Erlangga
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Budaya_politik&oldid=8121145
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Demokrasi&oldid=8860143