Pemaknaan Followers Akun Instagram Komikazer Mengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya Konsumtif Generasi Muda Chapter III VI

49

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian
Penentuan metode dalam penelitian adalah langkah yang sangat penting

karena dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode
penelitian adalah prinsip yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari
jawaban. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan pada perspektif teoritis yang
digunakan untuk meneliti. Sementara itu, perspektif teoritis yang dimaksud adalah
suatu kerangka penjelasan yang memungkinkan peneliti memahami data dan
menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana,
2006 : 146).
Penelitian ini berdasarkan pada paradigma konstruktivis yang berada dalam
perspektif interpretif (penafsiran), oleh karena itu penelitian ini akan bersifat
deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis resepsi atau
pemaknaan. Burhan Bungin menyatakan dalam bukunya yang berjudul „Penelitian

Kualitatif‟

(2007)

bahwa

penelitian

kualitatif

tidak

bermaksud

untuk

menggambarkan karateristik populasi atau menarik kesimpulan yang berlaku bagi
suatu populasi, melainkan lebih fokus pada sebuah fenomena dan menggalinya
secara lebih mendalam. Penelitian kualitatif bersifat jauh lebih subyektif daripada
penelitian kuantitatif karena menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata

lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari objek yang diteliti.
Penelitian kualitatif menggunakan format grounded research, yaitu menggunakan
proses berfikir induktif, beranjak dari data dan mengalir pada teori-teori baru.

49

Universitas Sumatera Utara

50

Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif berupa makna dari gejalagejala sosial di dalam masyarakat.
3.2

Aspek Kajian
Dalam penelitian ini, yang menjadi aspek kajian adalah :


Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/

negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sale‟.



Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/
negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sepatu Baru‟.



Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/
negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sepi tanpa Handphone‟.



Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/
negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Agar Semuanya Senang‟.



Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik

#HasratKebendaan yang mengandung kritik terhadap budaya
konsumtif generasi muda secara keseluruhan.

3.3

Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil subjek berupa followers akun Instagram

@Komikazer. Followers dipilih menggunakan teknik purposive sampling dimana
sumber data yang digunakan disini tidak mewakili populasi akan tetapi mewakili
informasi. Teknik pemilihan informan secara purposif memilih informan secara
sengaja dan tidak acak. Informan yang dipilih adalah mereka yang memang

Universitas Sumatera Utara

51

diasumsikan dapat memberikan informasi sehubungan dengan penelitian ini atau
disebut juga dengan informan rich cases. Menurut Neuman (2003 : 30), pada
dasarnya jumlah informan dalam penelitian kualitatif tergantung dari kebutuhan

data yang diperlukan. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti hanya akan
mewawancarai delapan orang informan rich cases yang diharapkan mampu
memberikan data yang peneliti butuhkan.
Empat informan dipilih karena berkomentar pada salah satu komik
#HasratKebendaan (satu komik diwakili oleh satu informan). Empat orang
informan lain adalah informan yang memberikan tanda suka minimal pada salah
satu komik #HasratKebendaan. Pemilihan ini dilakukan karena dengan
berkomentar dan memberikan tanda suka pada komik-komik #HasratKebendaan,
mengindikasikan bahwa followers tersebut memiliki ketertarikan pada topik
seputar

budaya

konsumtif

maupun

pada

keseluruhan


akun

Instagram

@Komikazer. Komentar yang diberikan juga bukan sembarang komentar
melainkan komentar yang berkaitan dengan budaya konsumtif.
Jenis purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maximum variation sampling dimana pemilihan dilakukan dengan melihat segala
kemungkinan variasi dari informan. Maximum variation sampling bertujuan untuk
memperoleh keragaman makna dari berbagai karateristik informan. Dalam
penelitian ini, terdapat

delapan informan

yang dibedakan

berdasarkan

karateristiknya, diantaranya adalah :

1.

Variasi profesi (mahasiswa/ pegawai pemerintahan/ pegawai swasta/
pekerja lepas)

2.

Variasi seniman dan non seniman

Universitas Sumatera Utara

52

3.

Variasi usia (generasi milenial yaitu 17-30 tahun)

Berikut adalah tabel informan penelitian yang telah dipilih berdasarkan
keragaman karateristik profesi, ketertarikan di bidang seni dan usia:
Tabel 3.1

Ragam Karateristik Informan
No

Nama

Usia

Pekerjaan

1

Ary Miranda
(Informan 1)

24 Tahun

PNS

2


Teguh Arif
Febianto
(Informan 2)
Saddam Emir
Pratama
(Informan 3)

23 Tahun

Pegawai
Swasta

25 Tahun

Dokter Umum

Kharisma
Rinaldi
(Informan 4)
Ikram Kautsar

(Informan 5)

26 Tahun

Pegawai
Swasta

30 Tahun

Muhammad
Mahdi
Fidinillah
(Informan 6)
Pramitha Ayu
Suhartami
(Informan 7)

23 Tahun

Pegawai

Swasta
(programmer)
& Seniman
Gambar
Alumni
mahasiswa

18 Tahun

Mahasiswi

Iwan Harryono
(Informan 8)

25 Tahun

Mahasiswa &
Seniman
Gambar

3

4

5

6

7

8

Hubungan dengan
@Komikazer
Follow sejak 2013, like
semua komik
#HasratKebendaan
Follow sejak tahun 2014,
like komik „Sale‟
Follow sejak Desember
2014. Like komik „Sale‟
dan komik „Sepi hidup
tanpa hp‟
Follow sejak tahun 2014,
like semua komik
#HasratKebendaan
Follow sejak tahun 2013.
Komentar pada komik
„Agar semua senang‟,
“Yang nempel di badan
kurang lebih 27juta rupiah,”
Follow sejak 2015.
Komentar pada komik
„sepatu baru‟, “Hedonism is
needed for a while,”
Follow sejak tahun 2014.
Komentar pada komik „sepi
hidup tanpa hp,‟
“Emangnya gua apaan,
tutup panci?”
Follow sejak tahun 2014.
Komentar pada komik „sale‟
“Belanja terus sampai
mati,”

Sumber : Peneliti (2016)

Universitas Sumatera Utara

53

3.4

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian. Perlu kecermatan dalam pengumpulan data agar memperoleh hasil
penulisan

yang

valid.

Berikut

adalah

metode

yang

dilakukan

untuk

mengumpulkan data :
1. Data primer dalam penelitian ini adalah :
a) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam (in depth interview) terhadap subjek
penelitian dilakukan agar dapat dipahami secara lebih mendalam
bagaimana pemaknaan subjek atas objek penelitian. Menurut
Moleong (2006), wawancara mendalam merupakan proses
menggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas dengan
masalah dan fokus penelitian yang diarahkan pada pusat penelitian.
Wawancara mendalam juga sering disebut sebagai wawancara
semi-terstruktur karena peneliti tetap memiliki kontrol terhadap
arah wawancara dan konten yang akan didiskusikan. Data yang
diperoleh melalui proses wawancara mendalam berupa rekaman
dan catatan peneliti. Dalam hal ini, metode wawancara mendalam
dilakukan

dengan

adanya

daftar

pertanyaan

yang

telah

dipersiapkan sebelumnya.
b) Observasi
Observasi adalah cara paling efektif untuk mengetahui apa yang
dilakukan informan dalam konteks tertentu (Darlington & Scott,
2002). Pada saat mengobservasi, peneliti menjadi sebuah

Universitas Sumatera Utara

54

instrumen yang menyerap semua sumber informasi yang bisa
diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengobservasi profil Instagram informan untuk mengetahui
bagaimana latar belakang dan tingkat konsumtif para informan.
Selain itu, peneliti juga akan mengobservasi akun Instagram
@Azerrr yang berisi kehidupan pribadi Reza Mustar dan akun
@Komikazer

khususnya

gambar-gambar

yang

mengandung

kritikan terhadap budaya konsumtif.
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi
kepustakaan. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari
pengetahuan, teori dan fakta seputar permasalahan yang hendak diteliti.
Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah data-data berupa
penelitian terdahulu, website resmi serta situs resmi yang mendukung
penelitian. Sedangkan riset pustaka peneliti lakukan untuk mempelajari
buku-buku petunjuk teknis serta teori-teori yang dapat digunakan sebagai
bahan penelitian ini.
3.5

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan adalah analisis resepsi Stuart

Hall. Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba
mengkaji secara mendalam proses aktual dimana wacana media diasimilasikan
melalui praktek wacana dan budaya khalayaknya. Ada tiga tahapan pokok dalam
metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection,

Universitas Sumatera Utara

55

analysis and interpretation of reception data” (Jensen, 2003). Ketiga tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan Data dari Khalayak (Followers)
Mengumpulkan data dilakukan melalui observasi dan wawancara
mendalam (in depth interview) terhadap subjek penelitian yaitu followers
akun Instagram @Komikazer. Dalam analisis resepsi, perhatian utama
dalam wawancara tetap harus berpegang pada wacana yang berkembang di
kalangan khalayak setelah diperantarai oleh media. Maksudnya adalah
wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana isi pesan dari media
tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.
Data dari informan juga dapat bersumber dari hasil observasi terhadap
akun Instagram informan, dimana peneliti akan mencari tahu tentang latar
belakang dan tingkat konsumtif para informan. Selain data dari informan
penelitian, terdapat juga data studi dokumentasi atau kepustakaan dimana
peneliti akan mencari teori-teori yang relevan atau bahan rujukan dari
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.
2. Menganalisis Hasil atau Temuan dari Wawancara dan Observasi
Langkah berikutnya adalah peneliti akan mengkaji hasil observasi,
wawancara dan teori agar dapat disarikan ke berbagai kategori yang
disebut sebagai coding data atau pengkodean data. Strauss (dalam
Neuman, 1997) merumuskan tiga jenis pengkodean data untuk penelitian
kualitatif antara lain open coding, axial coding dan selective coding.

Universitas Sumatera Utara

56

3. Melakukan Interpretasi terhadap Pengalaman Bermedia dari Informan
Dalam tahapan ini, sebenarnya peneliti tidak sekedar mencocokkan model
pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis
melainkan justru mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya
terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan
yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.
3.6

Teknik Keabsahan Data
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hasil penelitian kualitatif

diragukan kebenarannya (Bungin, 2007: 261-262) :
1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif.
2. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan tanpa
kontrol.
3.

Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan memengaruhi hasil
akurasi penelitian.
Penetapan

keabsahan

(trustworhiness)

data

memerlukan

teknik

pemeriksaan. Creswell dan Miller (2000) menawarkan 9 prosedur untuk
meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif yaitu triangulation, disconfirming
evidence, research reflexivity, member hecking, prolonged engagement in the
field, collaboration, the audit trail, thick and rich description dan peer debriefing.
Peneliti memilih triangulasi sebagai peningkatan kredibilitas penelitian ini.
Denzin membagi triangulasi menjadi empat jenis diantaranya dengan
memanfaatkan sumber data, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2006). Dari

Universitas Sumatera Utara

57

keempat jenis triangulasi tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan
triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data artinya membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya dalam
penelitian ini, peneliti akan mewawancarai Reza Mustar untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya makna dibalik komik-komik #HasratKebendaan.
3.7

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini terkait dengan proses pengumpulan data dimana

informan yang diwawancara berasal dari daerah yang jauh dari tempat tinggal
peneliti sehingga wawancara tatap muka sulit untuk dilakukan. Wawancara hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan telepon dan aplikasi chat. Wawancara via
telepon dan aplikasi chat memiliki beberapa kelemahan yaitu peneliti tidak dapat
melihat roman wajah dan gerak gerik informan secara langsung. Selain itu,
penggunaan emoticon pada saat chat juga tidak menjamin keaslian emosi yang
sebenarnya dirasakan para informan.

Universitas Sumatera Utara

58

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

4.1

Proses Penelitian
Pra penelitian peneliti lakukan dengan mengobservasi akun Instagram

@Komikazer untuk melihat apakah dari orang-orang yang peneliti ikuti di
Instagram ada yang mengikuti akun tersebut dan berdomisili di Kota Medan.
Melalui cara ini, peneliti kemudian menemukan dua orang followers akun
Instagram @Komikazer. Peneliti segera menghubungi kedua orang tersebut yaitu
Ary dan Teguh, kemudian bertanya apakah mereka pernah memberikan komentar
atau tanda suka pada minimal salah satu dari empat komik #HasratKebendaan.
Ary memberikan tanda suka pada empat komik #HasratKebendaan, sedangkan
Teguh memberikan tanda suka pada komik „Sale‟. Setelah mempertimbangkan
usia mereka yang termasuk dalam generasi milenial, maka peneliti memutuskan
bahwa Ary (Informan 1) dan Teguh (Informan 2) layak dijadikan informan.
Selanjutnya peneliti menghubungi teman peneliti yang memiliki banyak
relasi di Kota Medan dan memintanya untuk melihat akun Instagram
@Komikazer. Hal ini peneliti lakukan agar dapat mengetahui apakah ada
rekannya yang juga mengikuti akun Instagram @Komikazer. Teman peneliti
tersebut memberikan beberapa

kontak

rekannya

yang mengikuti

akun

@Komikazer. Namun setelah peneliti hubungi, ada di antara mereka yang tidak
membalas, ada juga yang tidak pernah memberikan tanda suka maupun komentar
di komik #HasratKebendaan dan beberapa, ada yang tidak lagi tinggal di Kota
Medan. Namun salah satu diantara mereka bersedia membantu peneliti untuk

58
Universitas Sumatera Utara

59

mencari followers @Komikazer yang berdomisili di Kota Medan dengan melihat
profil Instagram @Komikazer melalui akun pribadinya. Melalui orang ini, peneliti
menemukan dua orang informan lainnya yaitu Emir (Informan 3) dan Aldi
(Informan 4). Emir menyukai komik „Sale‟ dan komik „Sepi Hidup Tanpa
Handphone‟ sedangkan Aldi menyukai semua komik #HasratKebendaan.
Setelah menemukan empat informan di atas, peneliti melakukan observasi
lagi, namun kali ini pada empat komik #HasratKebendaan. Hal ini peneliti
lakukan untuk menemukan informan yang berkomentar pada komik-komik
tersebut. Peneliti membaca satu per satu komentar pada keempat komik
#HasratKebendaan, namun peneliti tidak menemukan followers yang berdomisili
di Medan.
Terdapat beberapa jenis komentar pada komik-komik #HasratKebendaan.
Ada yang menandai temannya dengan maksud menyindir, ada yang mengakui
bahwa dirinya seperti yang disindir oleh komik-komik tersebut dan ada juga yang
mengeluarkan pendapatnya mengenai budaya konsumtif. Peneliti memilih
komentar yang mengandung opini tentang budaya konsumtif. Tidak semua
followers yang berkomentar tentang budaya konsumtif menampilkan kontak yang
bisa dihubungi dalam profil Instagram-nya. Ada juga yang tidak bersedia
dijadikan informan. Pada akhirnya, terpilihlah informan yang bersedia
diwawancara jarak jauh. Mereka adalah Kautsar dari Jakarta (Informan 5), Mahdi
dari Semarang (Informan 6), Tami dari Jember (Informan 7) dan Iwan dari
Malang (Informan 8).

Universitas Sumatera Utara

60

Setelah pra penelitian selesai, peneliti memulai penelitian dengan mengatur
waktu untuk wawancara mendalam bersama Informan 1 di Cafe Kopi Dolok,
Tebing Tinggi pada pukul 17.00 WIB. Peneliti tiba setengah jam sebelum waktu
yang dijanjikan, sedangkan Informan 1 tiba setengah jam setelah pukul 17.00
WIB. Informan 1 adalah orang yang berbadan tinggi dan tegap. Ia menggunakan
seragam Satpol PP lengkap dengan atributnya. Setengah jam pertama peneliti
lakukan untuk mengobrol lepas dengan Informan 1.
Melalui obrolan lepas tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Informan 1
adalah orang lapangan yang sangat sibuk, cukup dewasa, gaul dan sangat menjaga
citra dirinya di mata orang lain. Hal ini terlihat dari bagaimana Informan 1
mengatur cara berbicara dan memaparkan pola pikirnya terhadap suatu hal.
Sebelumnya, peneliti memang telah mengikuti akun Instagram Informan 1 karena
peneliti dan Informan 1 terikat dalam 1 instansi pemerintah yaitu Pemerintah Kota
Tebing Tinggi. Namun, peneliti belum mengenal dekat Informan 1 secara
langsung.
Wawancara bersama informan 1 dimulai pada pukul 18.00 WIB selama
kurang lebih 50 menit. Peneliti mempersilahkan Informan 1 untuk memesan kopi
agar Informan 1 lebih rileks dan santai. Informan 1 menjawab pertanyaan
wawancara secara jelas dan sangat deskriptif, namun peneliti dapat melihat bahasa
tubuh

Informan

1

yang

kelelahan

akibat

pekerjaan

lapangan

yang

mengharuskannya siap siaga 24 jam dalam 1 hari. Pertemuan berakhir dengan
informan yang harus segera pergi karena ada panggilan tugas.

Universitas Sumatera Utara

61

Pertemuan kedua dengan Informan 1 dilaksanakan beberapa minggu
kemudian di Cafe Original Tebing Tinggi pada pukul 21.00 WIB. Awalnya
pertemuan dijadwalkan pada pukul 20.00 WIB, namun Informan 1 terlambat
dengan alasan pekerjaan. Pada pertemuan kedua ini, Informan 1 menggunakan
pakaian santai berupa kaos dan celana pendek sehingga terlihat sangat kontras
dengan penampilannya saat pertemuan pertama. Pertemuan kedua berjalan lebih
santai dan berlangsung selama sekitar 30 menit, namun peneliti merasa jawaban
Informan 1 sangat jelas dan lugas.
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Informan 2 di Killiney
Cafe Medan setelah sebelumnya membuat janji untuk bertemu pada pukul 11.00
WIB melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM). Peneliti tiba pada pukul
10.45 WIB, sedangkan Informan 2 tiba pada pukul 11.20 WIB karena lampu
depan sepeda motor Informan 2 padam, sehingga membuat Informan 2 ditilang
oleh Polisi. Informan 2 mengenakan kemeja dan celana kerja. Penampilannya
yang rapi tersebut dikarenakan latar belakang Informan 2 yang bekerja pada
perusahaan finance.
Proses wawancara dimulai dengan tahap pengenalan dan pengakraban diri.
Peneliti mempersilahkan Informan 2 untuk memesan makanan dan minuman.
Informan 2 kemudian memesan pisang coklat dan kopi. Peneliti sebelumnya telah
mengikuti akun Instagram Informan 2 karena Informan 2 terlebih dahulu
mengikuti akun peneliti, namun tidak ada interaksi kecuali saling menyukai foto.
Setelah itu, wawancara pun dilakukan selama sekitar 45 menit.

Universitas Sumatera Utara

62

Melalui wawancara ini, peneliti menilai Informan 2 sebagai orang yang
santai dan humoris. Hal itu terlihat dari joke-joke yang dikeluarkannya. Informan
2 juga merupakan orang yang ramah dan supel. Pekerjaan membuat Informan 2
tidak memiliki domisili tetap (berpindah-pindah). Jadi, pada saat peneliti
menghubungi Informan 2, Informan 2 sedang bertugas di Kota Medan. Namun di
bulan berikutnya, Informan 2 berkata bahwa dirinya akan dipindah tugaskan ke
Pulau Bangka sehingga peneliti dan Informan 2 menyepakati bahwa wawancara
selanjutnya dilakukan melalui aplikasi Blackberry Messenger.
Wawancara selanjutnya dengan Informan 2 dilakukan melalui aplikasi
Blackberry Messenger (BBM). Informan 2 berjanji untuk memberi kabar saat
dirinya pulang kerja, namun Informan 2 lupa pada janjinya. Keesokan harinya,
peneliti menghubungi kembali Informan 2 dan Informan 2 bersedia untuk
wawancara dengan saling membalas chat. Wawancara dilakukan mulai pukul
19.30 WIB hingga pukul 00.00 WIB karena Informan 2 tertidur, kemudian
dilanjutkan besok harinya mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.
Waktu yang cukup panjang tersebut dikarenakan Informan 2 sibuk dan lama
dalam membalas pesan.
Wawancara dengan Informan 3 dilakukan di Hotel Santika Dyandra Medan
pada pukul 16.00 WIB. Pada saat itu, baru selesai berlangsung acara seminar
Ikatan Dokter Indonesia yang dihadiri oleh Informan 3, sehingga peneliti diminta
menemui Informan 3 disana. Peneliti datang tepat waktu, begitu juga dengan
Informan 3. Informan 3 bertubuh bongsor, berjenggot tebal, berkulit bersih dan
mengenakan kemeja casual. Saat peneliti akan bersalaman dengan Informan 3, dia
menolak secara halus dengan alasan bukan muhrim.

Universitas Sumatera Utara

63

Wawancara mendalam dilakukan di ballroom hotel dengan diiringi musik
jazz yang terdengar melalui pengeras suara. Wawancara diawali dengan
perkenalan diri dan saling bertanya tentang latar belakang masing-masing baik itu
dari pihak peneliti maupun Informan 3. Peneliti menilai Informan 3 adalah pribadi
yang menyenangkan, cerdas dan humoris.
Wawancara dilakukan selama kurang lebih sekitar setengah jam, namun
peneliti merasa puas atas jawaban yang diberikan oleh Informan 3 karena
Informan 3 dalam memaparkan sesuatu sangat cepat, lugas, tidak berbelit-belit
dan langsung pada poin yang ditanyakan. Informan 3 menyatakan bahwa dirinya
sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mengambil kuliah Dokter Spesialis.
Kesibukan Informan 3 menjadikan sesi wawancara selanjutnya dilakukan melalui
aplikasi Line. Informan 3 dalam menjawab via chat sama seperti saat wawancara
langsung yaitu tepat pada poin yang ditanyakan sehingga waktu wawancara via
Line juga relatif singkat.
Wawancara dengan Informan 4 dilakukan di Cafe Classic Medan pada
pukul 20.00 WIB. Awalnya, peneliti dan Informan 4 menyepakati jadwal bertemu
pada pukul 19.00 WIB di Cafe Killiney namun dikarenakan hujan, Informan 4
meminta untuk pindah lokasi ke cafe yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Informan 4 datang lebih dulu pada pukul 19.40 WIB, sedangkan peneliti datang
pada pukul 19.50 WIB. Informan 4 bergaya santai dengan kaos oblong dan celana
jeans. Informan 4 juga membawa kekasihnya pada saat wawancara berlangsung.
Informan 4 sangat berbeda saat berbicara melalui chat dan saat
berkomunikasi secara langsung. Saat melalui chat, Informan 4 tergolong pelit
dalam menjawab, sedikit ketus dan to the point. Hal ini dapat dilihat dari Informan

Universitas Sumatera Utara

64

4 yang enggan saat diajak wawancara langsung dan memilih untuk wawancara
melalui aplikasi chat. Namun saat bertemu langsung, Informan 4 ternyata
merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab. Wawancara dilakukan selama
kurang lebih 45 menit dan Informan 4 menjawab pertanyaan dengan sangat baik.
Begitu pula pada saat wawancara lanjutan dengan menggunakan aplikasi Line.
Informan 4 menjawab dengan pemaparan yang panjang dan sangat ramah.
Wawancara dengan Informan 5 dilakukan menggunakan aplikasi chat Line.
Informan 5 pulang kerja pada pukul 20.00 WIB sehingga chat dilakukan mulai
pukul 20.30 sampai dengan pukul 23.30 WIB selama tiga hari berturut-turut.
Informan 5 dalam memaparkan jawaban sangat jelas dan kadang jawaban tersebut
di luar dugaan. Sudut pandang unik dari Informan 5 disebabkan karena Informan
5 juga merupakan seniman dan memiliki akun Instagram khusus untuk
mengunggah gambar-gambar maupun komik. Wawancara kedua dilakukan mulai
pukul 14.00 WIB sampai esok harinya pada jam yang sama. Informan 5 tidak
langsung membalas karena sambil bekerja. Namun peneliti menilai bahwa
Informan 5 adalah orang yang cerdas, humoris, lucu dan sangat ramah.
Informan 6 juga diwawancara dengan menggunakan aplikasi chat Line dari
pagi hingga malam hari selama 4 hari berturut-turut. Respon Informan 6 sangat
lama karena Informan 6 memang orang yang tidak terlalu candu terhadap
smartphone. Informan 6 dalam menjawab pertanyaan sangat singkat, padat dan
juga jelas. Informan 6 juga sering menggunakan emoticon dan sticker pada saat
chat. Peneliti menilai Informan 6 adalah orang yang simpel dan memiliki rasa
ingin tahu yang cukup tinggi. Peneliti menyimpulkan demikian karena Informan 6
sering bertanya tentang peneliti.

Universitas Sumatera Utara

65

Wawancara mendalam dengan Informan 7 dilakukan dengan menggunakan
fitur phone call pada aplikasi Line. Informan 7 adalah satu-satunya informan
wanita pada penelitian ini. Wawancara menggunakan telepon memiliki beberapa
kendala diantaranya suara yang kurang jelas, pengucapan bahasa daerah maupun
bahasa asing yang sulit dimengerti, serta sulit untuk menjelaskan makna komikkomik #HasratKebendaan tanpa memperlihatkan komik secara langsung.
Hal tersebut membuat peneliti mewawancarai kembali Informan 7 khusus
untuk

membahas

mengenai

komik-komik

#HasratKebendaan

dengan

menggunakan fitur chat pada aplikasi Line. Informan 7 adalah orang yang sangat
ramah dan terbuka. Pemaparannya sangat panjang dan Informan 7 juga
merupakan orang yang suka bercerita. Wawancara dilakukan selama kurang lebih
1 jam dengan menggunakan fitur telepon dan 30 menit dengan fitur chat.
Informan 8 diwawancara dengan menggunakan fitur chat pada aplikasi
Line, sama seperti informan online lainnya. Chat dilakukan mulai pukul 14.00
WIB sampai pukul 19.30 di hari yang sama dan tanpa jeda. Dari hasil chat
tersebut, peneliti menilai bahwa Informan 8 adalah sosok yang pemalu dan agak
tertutup. Pada sesi selanjutnya, wawancara dengan Informan 8 dilakukan mulai
pukul 08.30 WIB - 10.00 WIB dan pada malam harinya mulai pukul 19.00 WIB 20.00 WIB. Setelah itu, peneliti sering menemukan kendala dalam menghubungi
Informan 8 karena Informan 8 jarang membalas pesan, padahal Informan 8
mengaku bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa lepas dari handphone.
Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 3 bulan lamanya yakni sejak
Juli-September 2016. Secara umum terdapat beberapa hambatan yang dihadapi
oleh peneliti saat menjalankan penelitian, diantaranya adalah dalam mencari

Universitas Sumatera Utara

66

informan yang dapat diwawancara secara tatap muka dan keterbatasan dalam
mewawancarai informan karena jarak yang jauh. Peneliti setidaknya harus
melakukan wawancara mendalam sebanyak 2-3 kali hingga menemukan jawaban
yang benar-benar peneliti yakini dapat menjawab pertanyaan penelitian. Proses
triangulasi data peneliti lakukan dengan mewawancarai Reza Mustar selaku
pemilik akun Instagram @Komikazer.
4.2. Temuan Penelitian
4.2.1 Latar Belakang Informan
Peneliti telah memilih 8 informan untuk penelitian ini dengan latar belakang
sebagai berikut:
Informan 1 bernama Ary Miranda. Pekerjaan Informan 1 saat ini adalah
PNS, khususnya sebagai Kepala Seksi Pembinaan Operasi di Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Tebing Tinggi. Sebagai Kepala Seksi, Informan 1 membawahi
beberapa orang personil yang seluruhnya adalah laki-laki. Pekerjaan Informan 1
merupakan tugas lapangan yang mengharuskan dirinya untuk selalu siap siaga
selama 24 jam dalam satu hari dan 7 hari dalam satu minggu. Selama itu pula,
Informan 1 dan bawahannya harus terus menggunakan seragam dinas Satpol PP,
sehingga Informan 1 tidak dapat memastikan seberapa konsumtif orang-orang di
lingkungan kerjanya berdasarkan gaya atau pakaian yang digunakan. Namun
menurut Informan 1, gawai yang digunakan orang-orang di sekitarnya tergolong
cukup modern. Informan 1 mengaku bahwa keinginannya untuk mengkonsumsi
barang sering datang dari lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara

67

“Datangnya keinginan mungkin dari hasil browsing-browsing internet,
baca-baca informasi baru, terus jadi pengen. Bisa juga karena pengaruh
lingkungan, sama pengaruh teman-teman juga, gitu. Jadi gak pure murni
keinginan gitu.”
Informan 1 berasal dari keluarga sederhana. Dia merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Orang tua Informan 1 menerapkan sistem reward jika
Informan 1 berhasil mencapai sesuatu dan punishment setiap kali Informan 1
melakukan kesalahan. Informan 1 menamatkan pendidikan sarjananya di Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang merupakan sekolah asrama dan
berbasis militer. Hal ini membentuk kepribadian Informan 1 menjadi lebih
dewasa, dapat menahan keinginan dan mandiri.
Informan 1 menilai dirinya termasuk orang yang pelit dalam mengeluarkan
uang. Terkait dengan budaya konsumtif, Informan 1 menilai dirinya termasuk
orang yang tidak konsumtif karena meskipun banyak keinginan, namun Informan
1 tidak menuruti semua keinginan tersebut. Hal itu dikarenakan dirinya harus
memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya, sehingga jika diberi pilihan antara
keinginan dan kebutuhan, Informan 1 akan tetap memprioritaskan kebutuhan.
“Untuk saat ini mungkin saya gimana ya? Saya lebih memprioritaskan
kebutuhan saya, gitu. Kenapa? Karena kan ya kita bukan, kalau saya
menilainya diri saya kan bukan lagi di umur dimana kebutuhan sama
keinginan, ya keinginan harus tercapai gitu, keinginan bisa nanti lah gitu
kan. Karena balik lagi saya kan juga memenuhi kebutuhan dan keinginan
saya dua-duanya dengan uang saya sendiri gitu. Jadi apa gunanya saya
penuhi keinginan saya, yang menjadi angan-angan saya kalau ternyata
kebutuhan saya belum dapat saya penuhi gitu. Jadi saya lebih memilih
memenuhi kebutuhan saya daripada memuaskan keinginan saya.”
Informan 1 merupakan orang yang up to date dalam penggunaan media
sosial. Informan 1 memiliki akun di Facebook, Twitter, Instagram, Path,

Universitas Sumatera Utara

68

Foursquare dan lain-lain. Meskipun begitu, Informan 1 merasa tidak ada media
sosial yang lebih digemari dibanding media sosial lainnya karena setiap media
sosial memiliki fungsi yang berbeda serta memiliki keunikan masing-masing. Pria
berusia 25 tahun ini memiliki minat di bidang seni. Hal ini terlihat dari following
akun Instagram Informan 1 yang banyak berisi seniman baik itu fotografer,
videografer dan komikus.
Informan 1 memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan diri,
memperoleh informasi dan mengedukasi diri. Salah satu bentuk edukasi diri bagi
Informan 1 adalah dengan mengikuti akun Instagram @Komikazer. Informan 1
mengikuti akun Instagram @Komikazer sejak tahun 2013 dan mengetahui akun
tersebut melalui teman. Informan 1 sering memberikan tanda suka pada akun
@Komikazer termasuk pada gambar-gambar dengan tema #HasratKebendaan
yang menyindir gaya hidup konsumtif generasi muda.
Informan 2 bernama Teguh Arif Febianto. Dia bekerja di salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan yaitu Nusa Surya Ciptadana
(NSC) Finance. NSC Finance memiliki banyak cabang di seluruh wilayah
Indonesia sehingga membuat Informan 2 harus berpindah-pindah domisili.
Informan 2 bertugas sebagai legal officer perusahaan yang mencari ada atau
tidaknya masalah di setiap cabang perusahaan. Hal ini membuat Informan 2 harus
beradaptasi dengan lingkungan baru sekitar 2 atau 3 bulan sekali.
Keseringan berpindah tugas menjadikan Informan 2 tidak memiliki banyak
teman akrab. Tidak jarang Informan 2 ditempatkan di daerah terpencil sehingga
Informan 2 tidak dikelilingi oleh orang-orang yang up to date terhadap gaya dan
penampilan. Meskipun begitu, mayoritas rekan kerja Informan 2 menggunakan

Universitas Sumatera Utara

69

gawai terbaru seperti smartphone android dan sejenisnya. Asal keinginan
Informan 2 mayoritas berasal dari dirinya sendiri, karena dia ingin selalu menjadi
trendsetter di lingkungannya.
“Karena misalnya aku belum punya nih, aku belum punya barang ini, jadi
ya aku bakalan punya duluan nih. Aku lebih suka gitu. Aku barangnya
punya duluan, yang lain belum punya.”
“Keinginan sendiri itu ya aku liat-liat dari sosmed. Ada yang bagus,
menurut aku bagus gitu karena aku sering buka explore gitu kan, jadi ya
banyak, macem-macem. Yang gak di-follow juga keliatan disitu. Penasaran,
pengen beli gitu.”
Informan 2 merupakan anak terakhir dan berasal dari keluarga yang cukup
berada. Kedua orang tuanya merupakan orang kepercayaan perusahaan pabrik
sakarin Dwi Mitra Serasi yang beralamat di Patumbak Medan. Latar belakang
keluarga yang cukup berada tidak membuat Informan 2 menilai dirinya sebagai
orang yang konsumtif. Informan 2 menilai diri tidak terlalu konsumtif karena
merasa bahwa dirinya tidak pernah memaksakan diri untuk membeli semua benda
yang diinginkannya. Namun, pria yang merupakan lulusan Ilmu Komputer
Universitas Sumatera Utara ini mengakui bahwa jika dirinya dihadapkan pada
kebutuhan dan keinginan, maka dia akan memilih untuk memenuhi keinginannya
dengan alasan khawatir keinginannya tidak akan dapat dicapai di waktu yang lain.
“Tergantung juga jumlah uangnya sih mbak ya. Kalau misalnya uangnya
lagi banyak gitu, sementara kita pengennya itu yang memang kita cukup
gitu uangnya ya, ya aku bakalan ngeluarin uang ke yang aku pengen. Karena
kalau untuk yang sehari-hari pasti bisa dicukupi lah dari mana-mana gitu.
Ya pasti ada hitung-hitungannya ya mbak ya,”
“Kalau misalnya kita beli barang nih harganya sejuta, uang kita cuma satu
juta dua ratus. Ya kita mikir juga, dua ratus ini masih bisa gak nutupin

Universitas Sumatera Utara

70

kebutuhan kita itu kan. Kalau ya masih bisa, ya kita beli barangnya. Karena
kapan lagi belinya kan? Nah, kalau misalnya gak dibeli waktu itu, ya gak
bakalan terbeli-terbeli, kan? Makanya itu dipikirin juga”
“Cara cukupinnya ya dihemat-hematin. Pengeluaran paling besar kan makan
sama rokok. Ya dari situ aku kurangin. Makan cari yang murah-murah aja.
Malah kadang makan sekali aja sehari,”
Pria berusia 23 tahun ini memanfaatkan media sosial untuk mengisi waktu
luang dan sebagai sarana hiburan. Informan 2 memiliki banyak platform media
sosial, diantaranya adalah Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Informan 2
memiliki minat terhadap akun-akun Instagram yang mengandung humor termasuk
akun @Komikazer. Informan 2 mengetahui akun Instagram @Komikazer melalui
fitur explore di Instagram dan mengikuti akun tersebut sejak tahun 2014.
Informan 2 sering memberikan tanda suka pada akun @Komikazer seperti salah
satu diantaranya yaitu komik „Sale‟.
Informan 3 dalam penelitian ini adalah Saddam Emir Pratama. Pria
kelahiran tahun 1990 ini merupakan seorang Dokter Umum di Klinik Cuci Darah
Medan. Klinik tempatnya bekerja memiliki pasien yang sama setiap harinya.
Jarang ada pasien baru karena klinik ini khusus melayani pasien sakit ginjal yang
memang harus rutin mencuci darah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini membuat
Informan 3 berinteraksi dengan orang yang sama hampir setiap hari.
Jika ada waktu senggang, maka Informan 3 akan pergi bergaul bersama
teman kuliahnya yang juga sesama dokter. Teman-teman kuliah Informan 3
merupakan temannya dari masa Sekolah Menengah Pertama. Beberapa temanteman Informan 3 adalah orang yang memperhatikan penampilan (modis). Gawai
yang mereka gunakan juga cukup modern yaitu smartphone berbasis android

Universitas Sumatera Utara

71

maupun ios. Keinginan Informan 3 terhadap suatu benda biasanya datang dari diri
sendiri karena Informan 3 tidak akan menginginkan sesuatu jika benda tersebut
tidak dibutuhkan.
“Datang dari keinginan sendiri. Karna kadang pun, kadang-kadang memang
butuh. Kayak laptop mungkin speknya udah terlalu lama, ya udah ganti.
Atau nanti mau pengen main game, ya ganti lagi.”
Informan 3 tinggal bersama dua orang adiknya di Kota Medan, sedangkan
orang tuanya berdomisili di Aceh. Salah seorang adik Informan 3 juga mengambil
Jurusan Kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Informan 3 dapat dikatakan
berasal dari keluarga yang berada. Informan 3 gemar menggambar dan
mendengarkan musik heavy metal.
Barang-barang yang membuat Informan 3 jadi konsumtif adalah
merchandise band idolanya. Informan 3 juga memiliki ketertarikan khusus
terhadap gawai seperti laptop, handphone dan console game. Meskipun demikian,
Informan 3 merasa dirinya bukan orang yang terlalu konsumtif karena gawai
merupakan benda yang tahan lama dan bukan barang murah yang dapat dibeli
dalam jangka waktu per bulan. Selain itu, sangat jarang ada diskon untuk barang
berupa gawai dan jika ada, maka Informan 3 belum tentu sedang memiliki uang
banyak untuk membelinya.
“Gadget jarang sale kan. Paling pas pameran, itu pun pas pameran pas lagi
nggak ada uangnya jadi nggak kebeli juga. Kalau waktunya sih 2-3 tahun
sekali untuk ganti HP. Kalau laptop 4-5 tahun atau tunggu speknya
ketinggalan jauh dulu.”

Universitas Sumatera Utara

72

Informan 3 memiliki beberapa platform media sosial, diantaranya adalah
Path, Twitter, Instagram dan Facebook. Informan 3 menilai Facebook sebagai
media sosial yang paling disukainya karena Facebook memiliki kemampuan yang
lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan media sosial lainnya. Informan 3
banyak mengikuti akun-akun humor, religi, musik dan seniman.
Informan 3 memanfaatkan media sosial untuk berkenalan dengan orang
baru, memperoleh informasi tentang artis idola dan mencari inspirasi untuk
menggambar. Salah satu ilham menggambar bagi Informan 3 didapat melalui
akun Instagram @Komikazer. Informan 3 mengetahui akun Instagram
@Komikazer melalui temannya. Dia mengikuti akun tersebut sejak Desember
tahun 2014. Informan 3 memberikan tanda suka pada komik #HasratKebendaan
khususnya komik „Sale‟ dan komik „Sepi Tanpa Handphone.‟ Menurut Informan
3, kedua komik tersebut sangat menggambarkan realita yang terjadi pada saat ini.
Informan 3 menilai Reza Mustar sebagai sosok yang gaul karena banyak
mengenal selebriti dan band indie.
“Yang punya akun? Kalau nggak salah anak band ya? Anak band kalau
nggak salah. Reza apa gitu namanya. Kalau gak salah pernah searching
searching di Google, atau salah baca kali, terus kalau dilihat-lihat dari
akunnya kan kayak kenal banyak apa la kan selebriti, yang kayak
underground indie-indie gitu kan, Efek Rumah Kaca gitu-gitu.”
Informan 4 dalam penelitian ini bernama Kharisma Rinaldi atau biasa disapa
Aldi. Pria yang sangat ramah ini bekerja sebagai staf administrasi di Yayasan
Sekolah Menengah Kejuruan Binjai. Secara spesifik, tugas Informan 4 adalah
mengurus surat-surat dan menjalin kerja sama dengan relasi yayasan. Yayasan
tempat Informan 4 bekerja merupakan milik salah seorang temannya, sehingga
Informan 4 memiliki hubungan yang akrab dengan pimpinannya.

Universitas Sumatera Utara

73

Informan 4 lebih sering berinteraksi dengan teman semasa kuliah. Menurut
Informan 4, teman-temannya termasuk orang-orang yang sangat memperhatikan
gaya dan penampilan. Gawai yang mereka gunakan juga termasuk modern dan up
to date. Mayoritas keinginan Informan 4 berasal dari keinginan pribadi. Meskipun
begitu, pria yang anti

kredit ini tidak menampik jika terdapat beberapa

keinginannya yang berasal dari lingkungan sekitar.
“Biasanya pengen sendiri sih. Ya pasti ada jugalah nengok kawan-kawan
juga ya kan? Kawan bagus juga, ya udah pengen juga. Tapi kalau biasanya
gara-gara nengok kawan, pengennya nggak lama. Gitu. Kalau emang pas
pengen tapi nggak terbeli ya udah, ga usah dibeli, gitu lho. Ya pengenpengen gitu aja. Sesaat, gitu.”
Informan 4 berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di Padang
Sidempuan. Sejak kecil, pria berusia 26 tahun ini sudah tinggal terpisah dari orang
tuanya dengan alasan pendidikan. Dia tinggal bersama salah seorang adiknya yang
kuliah di Universitas Negeri Medan.
Informan 4 memiliki ketertarikan terhadap benda-benda penunjang
penampilan seperti sepatu, jersey dan kaos. Saat ini Informan 4 sedang sibuk
mempersiapkan pernikahan dengan kekasihnya sehingga dirinya lebih fokus
menabung. Namun, Informan 4 mengaku bahwa dulu dirinya adalah orang yang
cukup konsumtif karena pasti akan membeli benda yang diinginkannya, meskipun
benda tersebut telah melewati masa trend. Informan 4 sangat anti terhadap barang
palsu dan lebih memilih barang dengan merek yang tidak terlalu tinggi namun
asli, sehingga seringkali Informan 4 membeli jersey bola yang langsung dipesan
dari luar negeri.
“Ya memang sih saya orang yang sering terobsesi pada suatu hal atau
benda. Tapi di saat keadaan saya dalam keadaan pas-pasan saya masih bisa
menahan untuk tidak membeli hal tersebut. Tapi bukan berarti tidak
membelinya. Suatu saat pasti dibeli. Kalau bagi saya sih tidak ada yang

Universitas Sumatera Utara

74

ketinggalan zaman. Kalau saya pengen suatu barang, saya gak peduli itu
barang lama atau baru. Pasti bakalan dibeli juga. Jadi gak masalah tu, pas
lagi ngetrend kali gak perlu pas saat itu beli, gitu lho. Untuk beberapa bulan
lagi, baru beli,”
“Sering beli sepatu bola sama baju. Kalau untuk baju saya suka yang ori dan
belinya pun memang langsung dari luar. Saya ada juga koleksi baju bola
classic gitu. kebanyakan duit saya habis ke baju bola sama sepatu. Memang
dianggarkan sih. Sekali sebulan harus ada satu. Tapi beberapa bulan terakhir
udah gak lagi.”
Selain gemar mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan bola,
Informan 4 juga mengaku bahwa dirinya memiliki anggaran khusus untuk
berwisata murah ala backpacker.
“..sukanya sih kalau gak ke gunung ke pantai. Kalau masalah biaya sih
paling besar di transport. Tapi gak besar-besar kali sih soalnya backpackeran gitu. Bukan jalan-jalan mewah terus harus nginap di hotel gitu. Biasanya
saya jalan ke tempat yang ada teman jadi gak perlu penginapan sama
guide.”
Informan 4 memiliki dua media sosial aktif, diantaranya adalah Instagram
dan Path. Informan 4 gemar mengikuti akun-akun olahraga dan akun yang
mengandung kritik sosial seperti @Komikazer. Informan 4 mengetahui akun
@Komikazer melalui fitur explore di Instagram dan telah mengikuti akun tersebut
sejak tahun 2014. Informan 4 sering memberikan tanda suka pada akun Instagram
@Komikazer termasuk pada empat komik #HasratKebendaan. Namun Informan 4
menilai bahwa Azer terlalu vulgar dan bebas dalam menggambar, sehingga
dirinya menyarankan agar Azer dapat mengurangi kevulgaran dalam akun
@Komikazer.
“Ya gimana ya? Kebebasan dia menggambar itu, dia kan kadang ibaratnya
siapa nama yang gemuk, (Simon) itu kan sering kali nampak ininya. Kalau
dia gambar itu pasti selalu nampak bajunya gitu. Maksudnya jadi agak
dikurangi sikit gitu. Karena yang lihat kan bukan ini semua gitu. Bukan
orang dewasa semua. Membawa dampak negatif juga lah memang, kalau
menurut aku sih.”

Universitas Sumatera Utara

75

Informan 5 dalam penelitian ini adalah Ikram Kautsar yang merupakan
seorang seniman gambar yang cukup populer di Instagram. Informan 5 bekerja
sebagai programmer di sebuah perusahaan software mobile di Jakarta. Selain itu,
dia juga merupakan pekerja lepas di bidang seni gambar.
Informan 5 menilai lingkungan kerjanya sangat menyenangkan dan tidak
membosankan karena banyak diisi oleh anak muda. Banyak rekan kerjanya yang
merupakan orang-orang yang selalu mengikuti perkembangan zaman baik itu
dalam hal gaya hidup, fashion dan gawai yang digunakan. Keinginan Informan 5
lebih sering berasal dari kebutuhan pribadinya, namun Informan 5 mengakui
bahwa terkadang, lingkungan juga merupakan faktor yang memengaruhi dirinya
dalam menginginkan suatu barang.
“Bisa dua-duanya kali ya. Ya kalau keinginan seimbang (yang datang dari
diri sendiri dan yang datang karena faktor lingkungan), tapi untuk jadi
kebutuhan ya mungkin gak terlalu berimbang,”
“Ya jadi kalau dari diri sendiri ya mungkin cari-cari barang apa yang
dibutuhin, terus ya cari review di internet. Agak mirip, kalau untuk dari
lingkungan ya mungkin denger dari teman ini tuh bagus, terus mungkin
coba barangnya atau lihat langsung cocok, jadi bisa terpengaruh lingkungan
juga.”
Informan 5 merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Dalam hal mengatur
keuangan, Informan 5 banyak belajar dari ibunya. Ibu Informan 5 juga
mengajarkan Informan 5 untuk menjadi orang yang dapat menahan keinginan dan
tidak konsumtif. Hal tersebut memengaruhi Informan 5 hingga dirinya tumbuh
dewasa. Dalam hal pemenuhan barang, Informan 5 akan benar-benar menunggu
barang lama yang dimilikinya rusak sebelum mengganti dengan barang baru. Oleh
karena itu, saat diberi opsi untuk lebih mementingkan keinginan atau

Universitas Sumatera Utara

76

kebutuhannya, Informan 5 menyatakan bahwa dirinya lebih memilih untuk
memenuhi kebutuhan dibandingkan keinginan.
“Orang tua cukup baik kasih pendidikan finansial. Terutama ibu, orangnya
pinter mengelola uang. Kalau ayah, ya dia biasa-biasa aja. Banyak belajar
dari ibu saya, gak terlalu konsumtif.”
“Lebih ke kebutuhan. Kadang juga kan kita punya keinginan ya. Bisa juga
dibeli, tapi lebih mikirin fungsinya itu bisa nggak bikin kita bener-bener
puas atau yang sesuai kita harapin. Jadi contohnya ya kalau kita beli jam.
Fungsi kan tetep sama, model nomor 1, merek nomor 2. Aku gak peduli
merek sepertinya. Kadang suka melihat apapun, terus dilihat dari dekat
kualitasnya lebih detil, kalau ok dan sesuai keinginan ya sah-sah aja
dimiliki. Kadang kita kan suka underrated merek China gitu ya, tapi kalau
ternyata kualitasnya ok ya ok aja kalau saya sih,”
Informan 5 mengakui bahwa benda-benda yang membuatnya tertarik untuk
membeli adalah alat-alat menggambar. Namun, dirinya akan berusaha kreatif
dengan memanfaatkan keterampilannya terhadap alat yang harganya lebih murah
agar memperoleh hasil yang sama seperti alat gambar mahal.
“Ya kalau untuk hobi saya lumayan konsumtif dalam artian ada budget
khusus walaupun mungkin gak selalu yang mahal. Mungkin bisa sedikit
kreatif dalam hobi saya, gimana caranya bisa mencapai hasil yang kurang
lebih sama dengan yang mahal tapi menggunakan apa yang sudah kita
punya atau yang harganya terjangkau.”
Pria yang ramah dan rendah hati ini, seringkali menghabiskan waktu
luangnya di kedai kopi langganan bersama teman-teman kuliahnya. Dalam satu
minggu, dirinya dapat mengunjungi kedai kopi tersebut sebanyak 2-3 kali.
Meskipun dalam sekali kunjungan tidak menghabiskan uang banyak, namun
Informan 5 menyadari bahwa intensitas yang sering, jika diakumulasikan, maka
termasuk dalam pemborosan.
Informan 5 memiliki akun Instagram yang sangat menarik. Pria berusia 30
tahun ini memiliki akun yang khusus digunakan untuk mengunggah gambar-

Universitas Sumatera Utara

77

gambar kartun, komik dan ilustrasi. Akun tersebut bernama @Saudaranya yang
telah memiliki sebanyak 10.000 pengikut, termasuk salah satu diantaranya adalah
Reza Mustar, pemilik akun @Komikazer.
Informan 5 mengikuti akun @Komikazer sejak tahun 2013. Dia mengetahui
akun tersebut dari sebuah forum di situs www.kaskus.co.id. Saat itu, Reza Mustar
membuat sebuah thread, namun Informan 5 lupa thread seperti apa yang sampai
membuatnya tertarik mengikuti @Komikazer. Informan 5 memberikan komentar
pada komik „Agar Semuanya Senang‟ dalam akun tersebut. Komentarnya
berbunyi, “Yang nempel di badan kurang lebih 27 juta rupiah.” Informan 5
berpendapat bahwa akun @Komikazer yang dulu lebih idealis dibandingkan
sekarang.
“Kalau dulu mungkin lebih berat ya, lebih idealis. Kalau yang sekarang
sepertinya lebih ringan. Mungkin juga karena menyesuaikan audience
yang lebih luas. Tapi namanya seniman, ya kadang masih suka ngeluarin
idealismenya, beberapa post-nya kadang-kadang juga berat.”
Informan 5 menggunakan media sosial untuk membagi karyanya, mencari
referensi menggambar dan memperbanyak platform agar bisa menjangkau
khalayak luas yang tertarik pada karyanya. Platform yang digunakan Informan 5
diantaranya adalah Instagram, Twitter dan Tumblr. Informan 5 paling menyukai
Instagram dibandingkan media sosial lain karena menurutnya Instagram lebih
simpel.
Informan 6 bernama Muhammad Mahdi Fidinillah. Saat ini, Informan 6
tengah sibuk mencari pekerjaan dan beasiswa Pasca Sarjana, karena dirinya baru
saja lulus kuliah di Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang. Informan

Universitas Sumatera Utara

78

6 merupakan satu-satunya informan dalam penelitian ini yang aktif mengikuti
organisasi sosial yaitu Berbagi Ceria dan Share Awesomaze Foundation yang
fokus di panti cacat ganda. Namun, dikarenakan anggotanya memiliki banyak
kesibukan masing-masing, dua organisasi tersebut vakum untuk sementara waktu.
Setelah lulus, Informan 6 mengaku bahwa dirinya jarang bersosialisasi
secara langsung. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Namun jika
bosan, Informan 6 akan mengunjungi teman satu kost semasa dia kuliah. Temantemannya tersebut banyak yang berasal dari desa, sehingga bukan orang yang
peduli akan gaya dan penampilan. Gawai yang mereka gunakan juga tergolong
standar dan tidak mahal. Dirinya merasa bahwa keinginan-keinginannya
mayoritas berasal dari dirinya sendiri dan bukan pengaruh dari lingkungan.
“Keinginan pribadi, karena kebutuhan juga sih mbak. Gak bakal beli kalau
memang gak butuh. Kalau pas bokek ya hasrat belinya dipendam. Mentingin
kebutuhan dulu dan memang harus pinter nabung kalau mau dapetin tuh
barang. Karena diriku belum kerja ya masih ngandalin uang ortu dan
amplop lebaran.”
Informan 6 berasal dari keluarga yang cukup berada. Dia merupakan anak
tunggal dan kedua orang tuanya bekerja, sehingga dia sering tinggal sendirian di
rumahnya. Namun, kedua orang tua Informan 6 selalu menyempatkan waktu
untuk bercengkerama dengannya selama sekitar 2-3 jam per hari saat mereka
pulang dari kantor. Mobilitas Informan 6 adalah dengan menggunakan kendaraan
roda empat.
Dalam memenuhi kebutuhannya, Informan 6 masih menggantungkan
dirinya pada orang tua karena dirinya belum bekerja. Hal itu membuat Informan 6
tidak terlalu konsumtif. Dia mengaku tidak akan membeli barang jika barang
tersebut tidak dibutuhkan. Meskipun begitu, Informan 6 sangat tertarik dengan

Universitas Sumatera Utara

79

barang-barang penunjang hobi mendaki gunung, seperti tali, tas keril, jaket, tenda
dan lain-lain. Jika harus memenuhi benda-benda tersebut, Informan 6 harus
merogoh kocek sekitar Rp. 2.000.000,00. Toleransi Informan 6 terhadap barang
palsu atau KW, dianggap sebagai solusi terhadap gaya hidup konsumtif.
“Boleh beli barang yang bermerek, tapi lihat kantong saku. Kalaupun belum
bisa beli yang ori, beli KW juga gak apa-apa asal nyaman dipakai. Mending
KW daripada memaksakan gaya hidup ori.”
Informan 6 memiliki 2