Prosedur Perolehan Kewarganegaraan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kewarganegaraan adalah hak bagi setiap orang. Menurut pasal 26 UUD 1945, yang
menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli, dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara 1. Semenjak
diproklamasikan Republik Indonesia soal kewarganegaraan merupakan suatu masalah yang
tetap aktual. Perhatian terhadap persoalan ini tak kunjung padam. Terutama dari pihak
mereka yang dipandang sebagai “warga negara baru”. Masalah ini merupakan buah tuturan
yang

tak

ada

habis

habisnya

dalam


percakapan

sehari-hari 2.

Memiliki

status

kewarganegaraan adalah tuntutan mutlak kehidupan modern. Setiap orang modern tentu sadar
akan kepentingannya. Banyak persoalan dan kesulitan akan dialami oleh mereka yang tidak
jelas status kewarganegaraanya. Kesulitan yang paling mengancam adalah bahwa sulit sekali
mendapat perlindungan hukum dari pemerintah apa pun untuk mereka yang tidak memiliki
status tersebut apabila pada suatu ketika mereka membutuhkan jaminan dan perlindungan
hukum.
Salah satu unsur negara adalah adanya penduduk. Orang yang berada dalam wilayah
negara Republik Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu penduduk dan bukan penduduk.
Mereka yang digolongkan sebagai penduduk Indonesia adalah mereka yang berada di
wilayah NKRI dalam jangka waktu tertentu dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam peraturan Republik Indonesia sehingga diperbolehkan berdomisili di
wilayah Republik Indonesia. Di negara dimana saja seseorang menetap, maka ia disebut


1
2

- C.S.T Kansil,Hukum Kewarganegaraan Indonesia (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1996), hlm. 5.
- Sudargo Gautama,Warga Negara dan Orang Asing (Bandung :PTAlumni, 1997), hlm. 1.

1
Universitas Sumatera Utara

sebagai penduduk. Penduduk terdiri atas warga negara dan bukan warga negara. Seorang
warga negara dapat sekaligus menjadi penduduk, tetapi juga dapat menjadi penduduk negara
lain. Pembedaan status sebagai penduduk berkaitan erat dengan hak dan kewajiban dalam
hubungannya dengan negara. Pendapat lain menyatakan kewarganegaraan adalah bentuk
identitas yang memungkinkan individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak dan
kewajiban sosial dalam komunitas politik (negara).
Setiap warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya dan
mendapatkan status kewarganegaraanya sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi
“statless” atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap warga

negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus.
Itulah sebabnya pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih
sederhana, yaitu melalui registrasi biasa.
Timbulnya hukum kewarganegaraan yang mana hukum di setiap negara dan di setiap
yuriksi dalam masing-masing negara yang mendefenisikan hak dan kewajiban warga negara
dalam yuriksi dan cara dimana kewarganegaraan diperoleh serta bagaimana kewarganegaraan
mungkin akan hilang. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang telah
memiliki kewarganegaraan tidak pada kewenangan atau kekuasaan negara lain. Negara lain
tidak berhak memperlakukan

kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga

negaranya.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu
(secara khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan

2
Universitas Sumatera Utara


politik3. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang
warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan
merupakan bagian dari konsep kewargaan. Di dalam pengertian ini warga suatu kota atau
kabupaten,

karena keduanya

merupakan

satuan

politik.

Dalam otonomi

daerah,

kewarganegaraan ini menjadi penting, karena masing masing satuan politik akan memberikan
hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan menunjuk pada

seperangkat karakteristik seorang warga. Karakterisktik atau atribut kewarganegaraan itu
mencakup :
a. Perasaan akan identitas
b. Pemilikkan hak-hak tertentu
c. Pemenuhan kewajiban yang sesuai
d. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik
e. Penerimanaan terhadap nilai-nilai sosial dasar 4
Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau status dalam lingkup
nasional. Memiliki kewarganegaraan berarti didapatkannya sejumlah hak dan kewajiban
yang berlaku timbal balik dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas negara, sebaliknya
negara memiliki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Maka dari itu seseorang menjadikan
ia turut terlibat dalam berpatrisipasi dalam kehidupan negaranya.
Masalah kewarganegaraan merupakan suatu hal yang penting karena menyangkut
kepentingan dan status orang tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi persoalanpersoalan kewarganegaraan yang diakibatkan karena ketidaktahuan yang bersangkutan akan
undang-undang dan peraturan yang berlaku juga ke mana yang bersangkutan harus berurusan.
Dalam UU No.12 tahun 2006 kewarganegaraan diartikan sebagai hal mengenai warga negara
yang mencakup persoalan-persoalan tata cara menjadi warga negara, kehilangan
3

http://id.m.wikipedia/org/Bennylin-kewarganegaraan, diakses pada tanggal 27 November 2015

- winarno, Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan (jakarta : PT bumi aksara, 2013)

3
Universitas Sumatera Utara

kewarganegaraan, ketiadaan kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga negara, hubungan
warga negara dengan negara (pemerintah) kewajiban negara terhadap warga negara dan lain
lain hal baik mengenai atau yang berhubungan dengan warga negara. Undang-Undang No.12
Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia juga bersifat transisional. Karena
sifatnya yang transisional sehingga belum dapat menjawab secara keseluruhan permasalahan
kewarganegaraan, walaupun undang-undang kewarganegaraan sudah mengadopsi asas
kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak kawin campur atau anak yang lahir di negara ius
soli sampai paling lambat anak tersebut berusia 21 tahun harus menyatakan memilih salah
satu kewarganegaraan ataupun undang-undang kewarganegaraan melarang kewarganegaraan
ganda tidak

terbatas, sehingga undang-undang kewarganegaraan akhir-akhir ini menuai

kritik masyarakat karena belum bisa menerima asas kewarganegaraan ganda terbatas.
Satu tahun belakangan ini Indonesia dipersoalkan dengan 3 kasus yang terjadi dalam

kurun waktu berdekatan yaitu, pengangkatan Arcandra Tahar (memiliki Paspor Amerika
Serikat selain Paspor Indonesia) pada 27 juli 2016 sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (Menteri ESDM), lolosnya Gloria Natapraja Hamel (memiliki Paspor Perancis)
sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada 17 Agustus 2016, dan
terakhir kepemilikan Paspor Filipina oleh 177 Calon Haji Indonesia yang berangkat melalui
Filipina pada musim haji tahun 2016.
Salah satu contoh yang dapat diambil dari kasus diatas ialah pengangkatan Arcandra
sebagai menteri ESDM. Pada 27 Juli 2016, Arcandra Tahar diangkat oleh Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo menjadi Menteri ESDM. Beliau memiliki rekam jejak yang sangat
bagus dalam meniti karirnya sebagai seorang profesional dibidang eksploitasi oil & gas.
Secara kemampuan praktik, beliau yang meraih gelar master dan doktor di luar negeri ini
sangat layak dijadikan Menteri. Namun pada tanggal 15 Agustus 2016, beliau diberhentikan
oleh Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan jumpa pers dikantor Presiden.

4
Universitas Sumatera Utara

Praktis, masa jabatan beliau hanya 20 hari dan memecahkan rekor menjadi menteri paling
singkat masa jabatannya sejak Indonesia berdiri. Hal ini tentu mengherankan banyak pihak.
Pemberhentian ini berawal dari munculnya pembicaraan yang mengatakan bahwa

Arcandra Tahar yang telah memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat pada Maret 2012.
Pada awalnya, beliau bersikeras bahwa beliau masih berkewarganegaraan Indonesia. Namun,
Presiden berkehendak lain dan ingin menyelesaikan masalah ini dengan memberhentikan
beliau. Tindakan ini dirasa penulis adalah tindakan tepat karena Presiden hendaknya
mematuhi undang-undang.
Pada pasal 22 ayat (2) Undang-Undang No.39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(UU No.39 Tahun 2008) menyatakan bahwa ada beberapa syarat utama untuk menjabat
seorang menteri, yaitu :
a. Warga Negara Indonesia.
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara. Undang-Undang Dasar

Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita cita proklamasi kemerdekaan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Memiliki integritas dan kepribadian yang baik.
f. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5(lima) tahun atau lebih.

Berdasarkan

informasi

yang

diperoleh,

Arcandra

Tahar

telah

memperoleh

Kewarganegaraan Amerika Serikat pada Maret 2012, Namun beliau tetap mempertahankan
Kewarganegaraan Indonesianya dengan memperbaharuinnya di Konsulat Jenderal Republik
Indonesia di Housten, Amerika Serikat, pada Februari 2012 yang akan berlaku hingga tahun
2017. Pada saat, ketika beliau ditawarkan menjadi Menteri oleh Presiden, kemungkinan besar


5
Universitas Sumatera Utara

beliau tidak mengaku memiliki kewarganegran asing. Sementara, Arcandra Tahar telah tidak
jujur mengenai kewarganegaraanya kepada masyarakat Indonesia pastinya. Ketika beliau
telah menerima kewarganegaraan Amerika Serikat, otomatis kewarganegaraan Indonesia
yang beliau miliki terlepas ditambah lagi dalam memperoleh kewarganegaraan asing. Lalu,
pada pasal 23 huruf b penulis berpandangan tidak dapat berlaku dalam pengertian ketentuan
tersebut berlaku jika orang terkait ketahuan memiliki kewarganegaraaan

ganda. Justru

kondisi tersebut berlaku jika orang tersebut karena suatu hal diberikan kewarganegaraan
asing dan ia tidak menolaknya. Terlebih lagi tidak ada pengaturan khusus mengenai WNI
yang

ketahuan

berkewarganegaraan


ganda

dalam

peraturan

yang

ada

sehingga

memungkinkan pelaksanaan pasal 23 huruf b dalam pemahaman orang tersebut ketahuan
berkewarganegaraan ganda.
Mengenai nasib Arcandra Tahar yang diduga turut kehilangan kewarganegaraan
Amerika Serikatnya setelah dilantik menjadi pejabat negara Indonesia mengakibatkan beliau
berstatus apatride (tidak memiliki kewarganegaraan), jika diperhatikan secara seksama UU
No.12 Tahun 2006 tidak memberikan kesempatan bagi setiap warga negara Indonesia
menjadi apatride (tidak berkewarganegaraan) yang berarti tidak ada peluang bagi orang
tersebut untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia tanpa memperoleh kewarganegaraan
asing baginya. Berbeda dari UU kewarganegaraan terdahulu, UU kewarganegaraan tahun
2006 ini memperbolehkan dwi kewarganegaraan secara terbatas,yaitu untuk anak yang
berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Jika prinsip dwi
kewarganegaraan diberlakukan di Indonesia maka terdapat kemungkinan eks WNI yang
melarikan diri keluar negeri karena melakukan gerakan separatis atau kejahatan lainnya dapat
kembali menjadi warga negara Indonesia tanpa harus melepaskan kewarganegaraan negara
asing. Hal ini tentunya akan menciptakan lubang baru bagi pelanggar hukum atau aktivis
ilegal untuk menghindar dari penegakan hukum.

6
Universitas Sumatera Utara

Langkah terbaik untuk mempertahankan melekatnya hak dan kewajiban beliau saat ini
adalah dengan cara khusus untuk Arcandra Tahar memperoleh kembali kewarganegaraan
Indonesia.
Karena itu penulis menguraikan bagaimana prosedur kewarganegaraan dan tahaptahap apabila seseorang kehilangan kewarganegaraan dan lain sebagainya tetap berdasarkan
pada undang-undang No.12 Tahun 2006.
A. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan yang timbul
adalah :
1.

Bagaimana Pengaturan tentang kewarganegaraan di Indonesia.

2.

Bagaimana Prosedur perolehan Kewarganegaraan menurut hukum administrasi
negara.

3. Akibat apa yang timbul dalam perolehan kewarganegaraan di Indonesia.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
a. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah penulisan yang telah dirumuskan di atas, maka penulisan
tentang “Prosedur perolehan Kewarganegaraan menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006”
dilakukan dengan tujuan :
1.

Untuk mengetahui pelaksanaan peraturan kewarganegaraan di Indonesia.

2.

Untuk

mengetahui

prosedur

perolehan

kewarganegaraan

menurut

Hukum

administrasi negara.
3.

Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul dalam perolehan kewarganegaraan di
Indonesia.

b. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat :
7
Universitas Sumatera Utara

1. Secara teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu hukum administrasi negara, khususnya mengenai prosedur perolehan
kewarganegaraan di Indonesia.
2. Secara praktis, hasil penulisan ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dan masukan
bagi masyarakat dalam pelaksanaan prosedur perolehan kewarganegaraan dan juga
sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam mengambil langkah-langkah atau
kebijaksanaan-kebijaksanaan lebih lanjut, terutama status kewarganegaraan seseorang.

D. KEASLIAN PENULISAN
Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide,gagasan maupun pemikiran penulis pribadi dari
awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di perpustakaan USU, penulisan mengenai
“Prosedur perolehan kewarganegaraan menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006” belum
pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Karena itu keaslian penulisan ini
terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata
adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
E.TINJAUAN PUSTAKA
1. Prosedur
“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam
transaksi perusahan yang terjadi berulang-ulang. Di dalam suatu sistem, biasanya terdiri dari
beberapa prosedur dimana prosedur-prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi.

8
Universitas Sumatera Utara

Akibatnya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, akan mempengaruhi prosedurprosedur yang lain” 5.
a. Aturan-aturan Formal dalam Prosedur
Dalam pelaksanaan prosedur, ada beberapa aturan formal yang harus ditaati, yaitu :
1. Prosedur harus dijalankan sesuai dengan struktur,maksud, dan ruang lingkup
kegiatan.
2. Prosedur harus di terangkan oleh seorang penanggung jawab.
3. Prosedur harus di jalankan dengan menggunakan acuan kepada berapa
dokumen-dokumen terkait.
4. Prosedur harus di aplikasikan dengan menggunakan berbagai macam bahan,alat,
dan juga dokumen yang sesuai .
5. Prosedur harus dilengkapi dengan informasi atau pun catatan pengendalian.
6. Prosedur harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang sesuai.
7. Prosedur harus dikontrol dengan menggunakan dokumentasi atau rekaman
penjalanan prosedur
2. Kewarganegaraan
a. Negara
Menurut Roger H.Soltau, mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat agency
atau wewenang/authory yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama
atas nama masyarakat (Soltau,1961)
Menurut Harold J.Lasky, mengemukakan bahwa negara adalah merupakan sesuatu
masyarakat yang diintergrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan

5

http://qieqierizky.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-definisi-dari-prosedur.html, diakses
tanggal 28 November 2016

9
Universitas Sumatera Utara

yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari
masyarakat itu. 6
Unsur-Unsur Negara :
1. Wilayah
Wilayah adalah landasan materiil atau landasan fisik negara. Negara in concerto juga tidak
dapat dibayangkan tanpa landasan fisik ini. Luas wilayah negara ditentukan oleh perbatasanperbatasannya dan didalam batas-batas itu negara menjalankan yuridiksi teritorial atas orang
dan benda yang berada di dalam wilayah itu, kecuali beberapa orang dan benda yang di
bebaskan dari yuridiksi itu.
Wilayah dalam hubungan ini dimaksudkan bukan hanya wilayah geografis atau wilayah
dalam arti sempit, tetapi terutama wilayah dalam arti hukum atau wilayah dalam arti luas ini
merupakan wilayah di atas mana dilaksanakannya yuridiksi negara dan meliputi baik wilayah
geografis maupun udara diatas wilayah itu sampai tinggi yang tidak terbatas (menurut asas
usque ad coelum) dalam laut disekitar pantai itu yaitu apa yang disebut laut teritorial. Dalam
batas “wilayah dalam arti yang luas ini negara menjalankan kedaulatan teritorialnya.
2. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dan memimpin negara. Tanpa pemerintah
tidak mungkin negara itu berjalan dengan baik. Pemerintah menegakkan hukum dan
memberantas kekacauan mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingankepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan menyatakan dan menjalankan
kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara.
Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari yang menjalankan tujuan-tujuan
negara, dan menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.

6

Kaelan dan Achmad Zubaidi, pendidikan kewarganegaraan (yogyakarta: paradigma, 2007), hlm 76.

10
Universitas Sumatera Utara

b. Rakyat Negara
Rakyat sesuatu negara

meliputi

semua orang yang bertempat tinggal di dalam

wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara itu. Pada permulaan rakyat
daripada sesuatu negara hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang berasal dari
satu nenek-moyang. Dalam hal ini faktor yang terpenting adalah pertalian darah. Akan tetapi
wilayah negara itu didatangi oleh orang-orang dari negara lain yang mempunyai nenekmoyang lain pula. Sekarang faktor bertempat tinggal bersama turut menentukan apakah
seorang termasuk dalam pengertian rakyat dari pada negara itu. Adapun orang-orang yang
berada di wilayah sesuatu negara dapat dibagi atas penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh peraturan negara yang bersangkutan diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok
(domisili) dalam wilayah negara itu. Bukan penduduk ialah mereka yang berada di wilayah
sesuatu negara untuk sementara waktu. dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di
wilayah negara itu. Penduduk dapat dibagi atas :
1. Penduduk warga negara, dengan singkat disebut warganegara, dan
2. Penduduk bukan warganegara yang disebut orang asing. 7
Beragamnya penggunaan istilah yang berkaitan dengan warga negara memberikan
konsekuensi hukum yang juga berbeda-beda. Kembali ke pasal 26 UUD 1945 misalnya, pada
ayat (2) dinyatakan bahwa penduduk ialah warga negara dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Pernyataan normatif ini dipahami bahwa penduduk tidak sama dengan
warga negara. Penduduk terdiri dari warga negara Indonesia, Warga negara asing bahkan
orang yang tidak berkewarganegaraan dengan catatan mereka tinggal di Indonesia.
Sedangkan warga negara Indonesia dapat menjadi penduduk negara lain tanpa kehilangan

7

C.S.T. Kansil opcit hlm 9.

11
Universitas Sumatera Utara

kewarganegaraannya. Istilah lain yang juga sering digunakan adalah setiap orang, penduduk,
rakyat atau rakyat Indonesia, dan bangsa Indonesia.
c. Warga Negara
Warga atau anggota dari suatu negara. Warga negara secara umum adalah orang orang
yang memiliki kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu negara tertentu. Menurut
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 pasal 4 warga negara Indonesia adalah :
1. Setiap

orang

yang

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan

dan/atau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan Ibu Warga Negara Indonesia
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara asing
Indonesia dan ibu Warga Negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atas hukum negara
asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia.
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan

12
Universitas Sumatera Utara

pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia berusia 18 (delapan belas)
tahun atau belum kawin
9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunnya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang di lahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
13. Anak dari seseorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya meninggal

dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. 8
Secara umum, Undang-Undang kewarganegaraan Republik Indonesia yaitu UndangUndang No.12 Tahun 2006 mengatur tentang tiga hal penting yaitu meliputi :
a. Cara memperoleh kewarganegaraan
b. Kehilangan kewarganegaraan
c. Memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis
normatif yang bertujuan untuk memuat secara lengkap dan sistematis mengenai peraturan
8

Pasal 4 Undang-Undang No.12 Tahun 2006

13
Universitas Sumatera Utara

perundang-undangan yang berkaitan dengan prosedur perolehan kewarganegaraan di
Indonesia.
2. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud
laporan dan sebagainya. 9 Data sekunder diperoleh dari:
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Dalam tulisan ini di antaranya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang
Tata

Cara

Memperoleh,Kehilangan,Pembatalan,

Dan

Memperoleh

kembali

Kewarganengaraan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. M.02-HL.05.06 TAHUN 2006 Tentang Tata Cara Menyampaikan
Pernyataan untuk menjadi Warga Negara Indonesia.
b.

Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum Primer, seperti
dokumen-dokumen yang merupakan informasi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan
Prosedur perolehan kewarganegaraan di Indonesia, hasil penelitian, pendapat pakar hukum
serta beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan soal diatas. Setelah data primer
dan data sekunder diperoleh maka dilakukan analisa data secara kualitatif, kemudian
dilakukan pembahasan berdasarkan permasalahan yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk
terhadap bahan primer dan sekunder. 10 Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum
9

- Amiruddin dan Zainal Asikin,pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Rajawali
Pers,2006,hal.118

14
Universitas Sumatera Utara

penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunujuk-petunjuk maupun penjelasan
terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang)
diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: sosiologi, teknik Filsafat, dan lainnya yang
dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian. 11.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library
research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk
memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan,
artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumendokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut : 12
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan
dengan objek penelitian/
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak, maupun
eletronik dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi
objek penelitian.
4. Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif 13 yakni
dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data
yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait

10

Ibid hal 119
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta :
Penerbit Rajawali Pres,2013) hal 41
12
Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, (jakarta: Ghalia Indonesia,
1990), hal 63
13
Bambang Sunggono, metodologi penelitian Hukum, (jakarta: Raja Grafindo Persada 1997), hal.10
11

15
Universitas Sumatera Utara

dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif 14, yaitu berpikir dari hal
yang umum menuju hal yang lebih khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni
interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dan dihasilkan suatu kesimpulan yang
bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan.
Dalam menganalisis data berupa peraturan perundang-undangan maka akan dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum
b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya
c. Deskripsikan konsistens, kontradiksi pada aturan hukum
Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis prosedur
perolehankewarganegaraan ditinjau dari hukum administrasi negara, selanjutnya akan
diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum
(hierarchi) dari aturan
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika penulisan agar diperoleh suatu
kesatuan pembahasan yang paling berhubungan antara bab yang satu dengan bab lainnya

BAB I

: PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan bab pendahuluan, dalam hal ini memuat beberapa sub bab yaitu
latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian dan manfaat, keaslian penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II

: TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI
INDONESIA

14

Ibid

16
Universitas Sumatera Utara

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang kewarganegaraan di Indonesia.
Di dalam tinjauan umum tentang kewarganegaraan di Indonesia diuraikan pengertian dan
asas-asas kewarganegaraan,tujuan dan fungsi kewarganegaraan, dan landasan hukum
pengaturan kewarganegaraan di Indonesia.
BAB III

: PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab ini menguraikan tentang prosedur perolehan kewarganegaraan menurut hukum
administrasi negara. yang isinya memuat instansi yang berwenang mengeluarkan
kewarganegaraan,syarat dan mekanisme perolehan kewarganegaraan Indonesia, dan
hambatan dalam perolehan kewarganegaraan Indonesia.
BAB IV

: AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DALAM PEROLEHAN
KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

Bab ini menguraikan tentang akibat hukum yang timbul dalam perolehan
kewarganegaraan di Indonesia. yang memuat hak dan kewajiban yang timbul bagi warga
negara Indonesia, faktor penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dan tata cara
memperoleh kembali kewarganegarannya.
BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan Bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran.

17
Universitas Sumatera Utara