Penggunaan Kalimat Aspek Bahasa Mandarin dengan Bahasa Indonesia (Analisis Kontrastif)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku bangsa

memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakannya dari suku bangsa
lainnya. Bahasa daerah mendukung dalam perkembangan bahasa nasional (Alwi,
2003) Hal ini sesuai dengan UUD 1945 Pasal 36 BAB XV di dalam
penjelasannya mengatakan bahwa, bahasa daerah merupakan bagian dari
kebudayaan Indonesia yang hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur
kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara. Secara umum kedudukan dan
fungsi bahasa daerah telah dirumuskan dalam Seminar Politik Bahasa Nasional
yang diselenggarakan pada bulan Februari 1975 di Jakarta. Kesimpulan seminar
tersebut dituliskan dalam buku ‘Seminar Nasional 1997 ’ isinya mengatakan
bahwa,
“Bahasa daerah dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia berfungsi
sebagai bahasa pendukung bahasa Indonesia; bahasa daerah sebagai
bahasa pengantar
pada tingkat sekolah dasar, setelah itu harus

menggunakan bahasa Indonesia; bahasa daerah sebagai sumber
kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia; bahasa daerah sebagai
pelengkap bahasa Indonesia di dalam penyelenggaraan pemerintah pada
tingkat daerah.” (Kemendikbud 1997:21)
Selain bahasa daerah, bahasa asing juga mendukung perkembangan bahasa
Indonesia. Bahasa asing sebagai alat komunikasi dan juga sebagai sarana untuk
memperkenalkan kebudayaan dan peradabannya. Bahasa asing memiliki fungsi
sebagai alat penghubung antar bangsa; bahasa asing sebagai alat pembantu
komunikasi antar bangsa, dan sebagai alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi (Kemendikbud, 1997:32). Oleh sebab itu, bahasa asing sangat penting
untuk dipelajari. Umumnya pembelajar bahasa asing ingin mempelajari bahasa
dari negara-negara maju dan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
dunia, seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Jepang, bahasa Mandarin
dan lainnya. Satu bahasa asing yang mulai diminati untuk dipelajari oleh bangsa
lain adalah bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin mulai diminati untuk dipelajari
oleh pembelajar bahasa mengingat

Negara Republik Rakyat China banyak


mempengaruhi sekor-sektor penting dalam perkembangan dunia di era
globalisasi ini. Dengan demikian untuk memudahkan terjadinya komunikasi dan
kerja sama dibutuhkan alat penghubung salah satunya melalui bahasa.
Bahasa Mandarin saat ini sangat diminati di Indonesia, hal ini terlihat
dengan adanya universitas, sekolah, dan tempat kursus yang memberikan
kesempatan

pembelajar Indonesia belajar dan memahami bahasa Mandarin.

Namun, dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin para pembelajar bahasa
Mandarin sering memperoleh kesulitan akibat pengaruh penguasaan tata bahasa
pertama bahasa Indonesia yang sudah dikuasai berbeda dengan tata bahasa kedua
bahasa Mandarin. Misalnya, dalam penggunaan aspek dalam kalimat.
Menurut Comrie aspek adalah berbagai cara untuk memandang
pembentukan waktu secara internal dalam suatu situasi (Kridalaksana,1986:42).
Situasi yang dimaksudkan disini adalah sebagai istilah umum untuk keadaan,
kejadian, dan proses. Secara umum aspek adalah salah satu kategori gramatikal
yang menyatakan pandangan penutur terhadap berlangsungnya suatu kejadian,
kegiatan, tindakan, atau hal yang dinyatakan dengan cara-cara tertentu.


Aspek merupakan kategori gramatikal yang bersifat umum, maksudnya
bahwa aspek dikenal oleh sebagian besar bahasa di dunia karena keterkaitannya
dengan waktu yang juga bersifat umum. Waktu biasanya memang tidak dapat
dipisahkan dari segala masalah kebahasaan, meskipun dalam pengungkapannya
terdapat perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya
(Whorft,1956;

Hoed,1992

dalam

Harimurti,1986:41)

sehingga

wajarlah

terkadang waktu menjadi masalah yang cukup membingungkan bagi orang-orang
yang mempelajari bahasa tertentu, sehingga sudah selayaknya kajian pada
permasalahan keaspekan mendapatkan perhatian khusus.

Penelitian mengenai aspek sudah ada yang meneliti, satu contoh Temmy
(2011) “ 印 度 尼 西

学生学

汉语时态

词 “着,了,过”的偏误分

析”yìndùníxīyà xuéshēng xuéxí hànyǔ shí tài zhùcí “zhe, le, guò” de piān wù
fēnxī (Analisis Kesalahan Pelajar Indonesia Memahami Kata Bantu Aspek “着
zhe,了 le,过 guò ” ) Temmy dalam penelitiannya menemukan 82% pelajar

orang Indonesia yang mempelajari bahasa Mandarin salah menyusun kalimat
mengenai aspek.
Contoh kalimat:
Mereka sedang melihat-lihat pemandangan.
Pelajar Indonesia yang mempelajari bahasa Mandarin menerjemahkan kalimat
diatas sebagai berikut:


hanzi

他们



看看

风景

piyin

tāmen

zhe

kàn kàn

fēngjǐng


posisi

subjek

aspek

predikat

objek

(X)

Kalimat diatas salah seharusnya yaitu:
hanzi
piyin
posisi

他们
tāmen
subjek


看看
kàn kàn
predikat


zhe
aspek

风景
fēngjǐng
objek

(√)

Berdasarkan contoh diatas terlihat kesalahan posisi yang menujukkan
aspek dalam kalimat bahasa Mandarin. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
bahasa ‘ibu’ yang biasanya dipahami dan digunakan berbeda dengan bahasa asing
yang dipelajari sehingga menyulitkan dalam memahami


posisi aspek dalam

kalimat bahasa Mandarin. Penulis sebagai pembelajar bahasa asing mengalami
kesulitan mempelajari bahasa asing, dikarenakan tata bahasa dalam bahasa
pertama yang lebih dahulu dipahami mempengaruhi dalam memahami tatabahasa
kedua. Sehingga terdapat kesalahan dan kendala dalam memahami dan
menggunakan tata bahasa kedua atau bahasa asing yang dipelajari.
Berdasarkan penelitian tersebut terlihat pentingnya pemahaman mengenai
aspek bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia untuk dibahas khususnya bagi
pembelajar kedua bahasa asing dalam menggunakan unsur yang menggungkapkan
aspek dalam kalimat menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar. Dalam tulisan
ini akan membandingkan penggunanaan aspek dalam kalimat bahasa Mandarin
dengan bahasa Indonesia dan dibatasi berdasarkan posisi dan jenisnya sehingga
dapat diketahui perbedaan dan persamaan penggunaan aspek dalam kalimat
bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia. Penulis menggunakan dua buku utama
sebagai objek penelitian yaitu, buku bahasa Mandarin‘ 外

人使用汉语语

法 ’wàiguó rén shíyòng hànyǔ yǔfǎ ( ‘A Practical Chinese Grammer for


Foregners’ ) dan buku bahasa Indonesia ‘Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia’
kedua buku tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena kedua buku tersebut
digunakan oleh pembelajar bahasa Mandarin dan pembelajar bahasa Indonesia.
Kedua buku tersebut juga memuat kalimat-kalimat yang mengunakan aspek dan
kalimat yang menggunakan aspek dalam kedua buku tersebut lebih lengkap
dibandingkan buku lainnya dan data kalimat aspeknya cukup banyak sehingga
dianggap mampu mewakili dalam menjelaskan perbandingan aspek bahasa
Mandarin dengan bahasa Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan
dengan kajian metode dekriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan
mendeskripsikan perbedaan dan persamaan aspek dilihat dari kalimat bahasa
Mandarin dan kalimat bahasa Indonesia. Penulis memperbandingkan dua bahasa
yang berbeda dengan analisis kontrastif. Analisis kontrastif digunakan karena
penelitian membandingan dua bahasa asing yang berbeda rumpun, artinya tidak
ada kesamaan asal bahasa, budaya dan letak wilayah yang berdekatan yang
mempengaruhi terbentuknya kedua bahasa asing. Perbedaan latar belakang bahasa
tersebut menjelaskan bahwa analisis kontrastif lebih mengutamakan perbedaan
bahasa dibandingkan persamaannya bahasa, yaitu bahasa Mandarin dengan
bahasa Indonesia. Analisis kontrastif yang digunakan adalah analisis kontrastif

oleh teori analisis kontrastif Tarigan. Tarigan (1992: 4) menjelaskan bahwa,
“analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan
yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaanperbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui
Anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau
memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa

yang akan dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam
belajar B2.”
Dengan mengetahui persamaan dan perbedaan aspek dalam kalimat
diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat terhadap pembelajar
kedua bahasa tersebut. Diharapkan dengan mengetahui aspek bahasa Mandarin
dan bahasa Indonesia dapat membantu dalam menggunakan dan menerjemahan
kalimat aspek yang baik dan benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman arti
atau susunan kata yang mengungkapkan aspek dalam kalimat. Pembentukan
waktu dalam sebuah situasi kejadian atau peristiwa merupakan hal yang umum
ditemukan dalam kalimat tulisan maupun percakapan sehari-hari. Hal inilah yang
mendasari pentingnya melakukan penelitian bahasa khususnya mengenai
penggunaan aspek dalam kalimat. Oleh karena itu, judul yang dipilih dalam
penelitian ini adalah “Penggunaan Kalimat Aspek Bahasa Mandarin dengan

Bahasa Indonesia (Analisis Kontrastif)”.

1.2

Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak permasalahan yang timbul, maka diperlukan

pembatasan masalah untuk menghindari berbagai kesalahan persepsi yang
berkaitan dengan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi hanya
berdasarkan jenis dan posisi aspek bahasa Mandarin dan aspek bahasa Indonesia
dalam dua buah buku yaitu, buku bahasa Mandarin ‘ 外

人使用汉语语法 ’

wàiguó rén shíyòng hànyǔ yǔfǎ ( ‘A Practical Chinese Grammer for Foregners’ )
dan buku bahasa Indonesia ‘Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia’.

1.3

Rumusan Masalah

Bagian rumusan masalah berisi uraian tentang masalah-masalah yang hendak
dipecahkan melalui penelitian. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan maka
masalah yang akan penulis bahas adalah :
1.

Apa perbedaan aspek berdasarkan jenis dan posisi dalam kalimat
bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia ?

2.

Apa persamaan aspek berdasarkan jenis dan posisi dalam kalimat
bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia ?

1.4

Tujuan Penelitian

1.4.1

Tujuan Khusus
1.

Mendeskripsikan perbedaaan aspek berdasarkan jenis dan posisi
dalam bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia.

2.

Mendeskripsikan persamaan aspek berdasarkan jenis dan posisi
dalam bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia.

1.4.2

Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah agar pembelajar bahasa

mengetahui mengenai adanya aspek bahasa khususnya aspek bahasa Mandarin
dan aspek bahasa Indonesia. Pembelajar bahasa mampu memahami dan
menggunakan aspek dalam kalimat bahasa Mandarin dan kalimat bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
1.5

Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat seperti dibawah ini :

1.5.1

Manfaat Teoritis
Dapat memberikan pengetahuan, pemahaman mengungkapkan aspek

dalam kalimat. Dapat mengurangi kesulitan dalam mempelajari kedua bahasa
asing tersebut, khususnya penggunaan aspek dalam kalimat.
1.5.2

Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai rujukan atau referensi

bagi peneliti lain untuk mengembangkan penulisan mengenai tata bahasa secara
umum dan penelitian kontrastif dari berbagai bahasa secara khusus secara lebih
mendalam di masa mendatang khususnya, mengenai aspek bahasa.