Implementasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pada saat ini, kita telah berada di era globalisasi yang menuntut kita untuk

terus mengikuti segala perkembangan yang ada baik dari kemajuan bidang
teknologi maupun bidang lainnya. Begitu pula halnya dengan organisasi, baik itu
organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta yang dituntut dapat lebih maju
ditengah persaingan bebas baik dari segi sumber daya manusia maupun teknologi
yang akan berdampak pada kemajuan dan keberhasilan organisasi tersebut.
Kesuksesan suatu organisasi didukung oleh keberhasilan manajemen di dalam
organisasi tersebut begitu pula halnya dengan kesusksesan manajemen juga
didukung dari ketersediaan sumber informasi yang merupakan faktor sentral
dalam aktivitas suatu organisasi. Keberhasilan suatu informasi dalam mendukung
kegiatan organisasi tergantung pada tiga faktor utama yaitu keserasian data dan
mutu, pengorganisasia data, dan tata cara penggunaannya (Cook, 1977:37).
Perkembangan teknologi yang semakin pesat sudah mulai memasuki
berbagai bidang, dari tingkat individual, kelompok, semua jenis organisasi, pada

tingkat negara, dan bahkan dalam hubungan lintas antar organisasi dan antar
negara. Hal ini juga berlaku pada sistem pengelolaan dan pendayagunaan dari
informasi yang telah didapat secara cepat dan akurat. Teknologi yang dapat
dimanfaatkan dengan baik dapat secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi

kemudahan

dan

ketepatan

dalam

melaksanakan

tugas.

Kemudahan, ketepatan serta kecepatan dalam penggelolaan informasi inilah yang


Universitas Sumatera Utara

juga mendorong organisasi untuk menerapkan Sistem Informasi Manajemen
(SIM).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah bidang yang mulai
berkembang sejak tahun 1960an. Walau tidak terdapat konsensus tunggal, secara
umum SIM didefinisikan sebagai sistem yang menyediakan informasi yang
digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan
sebuah organisasi. SIM menggambarkan suatu unit atau badan yang khusus
bertugas untuk mengumpulkan berita dan memprosesnya menjadi informasi untuk
keperluan manajerial organisasi dengan memakai prinsip sistem. Dikatakan
memakai prinsip sistem karena berita yang tersebar dalam berbagai bentuknya
dikumpulkan, disimpan serta diolah dan diproses oleh satu badan yang kemudian
dirumuskan menjadi suatu informasi.
Di Indonesia, dalam suatu organisasi milik pemerintahan permasalahan
yang masih sering terjadi yaitu mengenai sumber daya manusianya seperti masih
banyaknya pegawai yang tidak disiplin dan menyalahgunakan kewenangannya.
Tidak hanya itu pengelolaan data informasi tentang pegawai yang kurang up to
date terkadang membuat data yang ada tidak valid dan hasil yang didapatkan
berbeda-beda. Inilah yang masih menjadi penghalang untuk mendapatkan

informasi yang cepat dan akurat. Berbagai permasalahan mengenai pegawai
inilah yang menuntut pemerintah untuk mengembangkan segala apapun yang
mendukung proses terwujudnya reformasi manajemen kepegawaian. Kemajuan
teknologi saat ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mereformasi
manajemen kepegawaian dalam meningkatkan pengelolaan informasi pegawai

Universitas Sumatera Utara

salah satunya dengan cara membuat atau membangun Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (SIMPEG).
SIMPEG adalah sebuah Sistem Informasi yang dirancang sebagai solusi
untuk menangani berbagai hal dalam pengurusan kepegawaian mulai dari
penyimpanan dan pemusatan data secara terkomputerisasi hingga menangani
berbagai macam laporan yang berhubungan dengan kepegawaian sehingga
memudahkan untuk meningkatkan kebutuhan Administrasi kepegawaian. Sistem
Informasi ini sebagai jawaban terhadap Manajemen Kepegawaian untuk
memantapkan administrasi Kepegawaian sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan informasi data pegawai yang cepat, tepat, akuntabel, dan up to date.
Pada umumnya hampir semua Badan Kepegawaian Daerah yang ada di
Indonesia telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian begitu

pula dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi. Dengan menerapkan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian tersebut berarti Badan Kepegawaian Daerah
Kota Jambi telah melaksanakan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun
2000 yang bertujuan untuk mewujudkan penyempurnaan manajemen di bidang
kepegawaian, penyusunan pedoman pelaksanaan manajemen kepegawaian,
peningkatan penyelenggaraan administrasi kepegawaian, pengawasan dan
pengendalian kepegawaian, serta pembangunan sistem informasi manajemen
kepegawaian.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul skripsi ” Implementasi Sistem Informasi Manajemen
kepegawaian (SIMPEG) Pada Badan Kepegwaian Daerah Kota Jambi”

Universitas Sumatera Utara

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi SIMPEG

(Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian) pada Badan Kepegawaian Daerah
Kota Jambi?”

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab semua permasalahan

yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut diatas. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi SIMPEG (sistem informasi manajemen
kepegawaian) Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan untuk lebih
mengoptimalkan SIMPEG (sistem informasi manajemen kepegawaian)
Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam
menjalankan SIMPEG (sistem informasi manajemen kepegawaian) Pada
Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi.

Universitas Sumatera Utara


1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Secara Subyektif
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berfikir, pengetahuan, wawasan, dan mengembangkan
kemampuan menulis berdasarkan kajian teori yang diperoleh dari Ilmu
Administrasi Negara.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan
bagi pemerintah khususnya Badan Kepegawaian Daerah Kota Jambi.
3. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kemampuan berpikir
secara ilmiah dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.


1.5.

Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (Singarimbun, 1995:37) teori merupakan asumsi,

konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori
disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjuukkan perspektif yang digunakan
dalam memandang feenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Untuk
memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini , maka dibutuhkan
teori-teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut

Universitas Sumatera Utara

mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut juga
dengan kerangka teori. Kerangka teori diharapkan memberikan pemahaman yang
jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
1.5.1. Kebijakan Publik
Menurut Chander dan Plano (Tangkilisan, 2003) kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk

memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik
merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh
pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chander dan Plano dapat
diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi
persoalan publik.
Menurut James E. Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana
implikasi dari kebijakan tersebut adalah :
1. Kebijakan publik selalu memiliki tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu.
5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada
peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Kebijakan publik menurut Thomas Dye (dalam Subarsono,2005:2) adalah
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy
is whatever governments choose to do or not to do). Defenisi menurut Dye
mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintahan
bukan organisasi swasta.(2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus
dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Dari beberapa pengertian tersubut, maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik yakni merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan
pemerintah untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi dimasyarakat dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh
negara untuk merealisasikan tujuan negara.

1.5.2. Implementasi Kebijakan

Patton dan Sawichi (Tangkilisan, 2003:29) menyebutkan bahwa
implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk
merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk
mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah

Universitas Sumatera Utara

diseleksi. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti
“to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan
sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).
Jones (Tangkilisan, 2003:18) implementasi merupakan suatu proses yang
dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa
yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam
tujuan kebijakan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan
publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung
yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disini

adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan
dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan
kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undangundang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan
tersebut (Winarno, 2002:102).
Tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan
apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan
memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas
dan dapat diukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu
penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui
aktivitas atau kegiatan dan program pemerintah (Tangkilisan, 2003:9).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood hal-hal yang
berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam
mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam keputusankeputusan yang bersifat khusus (Tangkilisan, 2003:17).
Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky (1984), implementasi
diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana
tindakan

dalam

mencapai

tujuan

tersebut,

atau

kemampuan

untuk

menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara
untuk mencapainya (Tangkilisan, 2003:17).
Keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor
menurut Rippley dan Franklin (dalam Tangkilisan, 2003:21) yaitu :
1. Prespektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari
kepatuhan atas mereka.
2. Keberhasilan impIementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya
persoalan.
3. Implementasi yang herhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan
semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya
mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika
suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut
sebagai kebijakan yang berhasil. Peters (dalam Tangkilisan, 2003:22)mengatakan
bahwa:
“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu
informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan
adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun

Universitas Sumatera Utara

kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana
implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau
tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan internal
ataupun eksternal kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi
kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup
dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini
terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi
dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan
diferensiasi tugas dan wewenang”.
Menurut Edward III dalam Subarsono (2005:89) implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yakni :
1. Komunikasi
Pemerintah

sebagai

mengimplementasi

pihak

yang

kebijakan/program

berperan
telah

langsung

dalam

mentransmisikan

(mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan
yang telah dibuat kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi. Perintah yang diterima harus jelas, apabila tujuan
dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama
sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi
dari kelompok sasaran.
2. Sumberdaya
Sumberdaya dapat berwujud, Sumber Daya Manusia yang sangat
diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM
itu untuk menjalankan sebuah kebijakan. Sumberdaya manusia tersebut
membutuhkan informasi yang berkenaan dengan berupa petunjuk dalam
melaksanakan

kebijakan

dan

data

untuk

menyesuaikan

antara

implementasi dengan kebijakan pemerintah. Kemudian, selain sumberdaya

Universitas Sumatera Utara

manusia, diperlukan juga sumberdaya financial, yang dapat berupa
kewenangan atau otoritas yaitu hak untuk mengeluarkan jaminan,
mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah
program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa,
pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga, atau bisa juga
disebut dengan adanya fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator
sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi
kebijakan atau program
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh
implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi
kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi

yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yang standard (SOP) yang menjadi pedoman bagi
setiap implementator dalam bertindak.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.1 Model Implementasi Edward III

Sumber : Subarsono, 2005

1.5.3

Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)

1.5.3.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Menurut Gordon B. Davis (1974:3) dalam bukunya yang berjudul
Management Information System: Conceptual Foundations, Structure, and
Development,mengemukakan belum ada persetujuan mengenai istilah sistem
informasimanajemen: “There is no agreement of the term Management
Information system”. Hal ini senada dengan George M. Scott (2004:100) yang
menyatakanmakna dari istilah sistem informasi manajemen ini ternyata masih
longgar. DiIndonesia sendiri Sistem Informasi Manajemen mulai diadaptasi
sekitar tahun1970an.
Sementara

Gordon

B.

Davis

(1998:7)

mengungkapkan

bahwa

SistemInformasi Manajemen merupakan istilah yang umum dikenal orang
sebagaisebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (terintegrasi) untuk
menyajikaninformasi

yang mendukung fungsi operasi, manajemen, dan

pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan W. Kumorotomo dan S.A Margono (2004:7) menyatakan
bahwa pada umumnya apabila orang membicarakan tentang sistem informasi
manajemen yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan untuk
melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh suatu organisasi.
Pemanfaatan data disini dapat berarti penunjang tugas-tugas rutin, evaluasi
terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan oleh organisasi
tersebut.
Selanjutnya Wing Wahyu Winarno (2006:2) menyimpulkan bahwa
pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sekumpulan komponen
yang saling bekerja sama, yang digunakan untuk mencari data, mengolah data dan
menyajikan informasi untuk para pembuat keputusan agar dapat membuat
keputusan dengan baik. Komponen sistem informasi yang paling utama adalah
teknologi komunikasi, teknologi komputasi, dan teknologi informasi. Teknologi
komunikasi digunakan untuk mengirimkan data dari satu tempat atau alat ke
tempat atau alat yang lain. Teknologi komputasi adalah berbagai perangkat yang
digunakan untuk mengolah data. Sedangkan teknologi informasi adalah berbagai
metode untuk menyajikan berbagai bentuk informasi ke berbagai pihak yang
memerlukannya.
Secara sederhana, SIM adalah pengelolaan informasi untuk meningkatkan
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan bersama. Dimana SIM saat ini
menggunakan komputer untuk mempercepat pengolahan dan persebaran
informasi atau biasa disebut Computer Based Management Information System
(CBIS). Suatu SIM yang berbasis komputer terdiri dari: manusia, perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), data, dan prosedur-prosedur organisasi

Universitas Sumatera Utara

yang saling berinteraksi untuk menyediakan data dan informasi yang tepat pada
waktunya kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar organisasi yang
berkompeten (Parker dalam W. Kumorotomo dan S.A. Margono, 2004:16).
Kriteria bagi suatu SIM yang efektif adalah bahwa sistem tersebut dapat
memberikan data yang cermat, tepat waktu, dan yang penting artinya bagi
perencanaan, analisis, dan pengendalian manajemen untuk mengoptimalkan
pertumbuhan organisasi.

1.5.3.2 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
Sistem

informasi

manajemen kepegawaian

dirancang

untuk

mendukung efisiensi dan efektifitas kinerja kepegawaian pemerintah daerah
dengan mengacu kepada Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian. SIMPEG merupakan sistem informasi yang
dibangun

untuk

memenuhi

kebutuhan

pengelolaan

kepegawaian

di

Pemerintah Daerah yang efektif dan efisien. SIMPEG dapat menghasilkan
suatu platform data dan informasi yang memungkinkan dihasilkannya output
laporan yang berguna untuk kepentingan manajerial. Dengan demikian,
pengambil keputusan dapat mengolah informasi tersebut menjadi bahan untuk
pengambilan keputusan yang valid dan akurat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2000
tentangSistem Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda
menyebutkanbahwa:“Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah suatu
totalitas yang terpadu yang terdiri atas perangkat pengolahan meliputi
pengumpulan, prosedur, tenaga pengolah, dan perangkat lunak, perangkat

Universitas Sumatera Utara

penyimpanan meliputi pusat data dan bank data serta perangkat komunikasi yang
saling berkaitan, bergantung, dan saling menentukan dalam rangka penyediaan
informasi di bidang kepegawaian” (Keputusan Mendagri No. 17 Tahun 2000
tentang Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda).
Tujuan SIMPEG di lingkup pemerintahan:
1. Untuk

mendukung

Sistem

Manajemen

PNS

yang

rasional

dan

pengembangan SDM di aparatur Pemerintah.
2. Mewujudkan data kepegawaian yang mutakhir dan terintegrasi.
3. Menyediakan Informasi PNS yang akurat untuk keperluan perencanaan,
pengembangan, kesejahteraan, dan pengendalian PNS.
4. Membantu kelancaran pekerjaan di bidang kepegawaian, terutama
pembuatan laporan.
Manfaat SIMPEG antara lain:
1. Memberikan

informasi

yang

cepat,

tepat

dan

akurat

mengenai

kepegawaian.
2. Membantu menganalisis personal yang pantas untuk duduk pada
suatu posisi tertentu di organisasi.
3. Pengelolaan data yang lebih mudah.
4. Memberikan sistem kesejahteraan yang optimal sesuai prestasi yang
dicapai .
Keuntungan SIMPEG Online (Berbasis Intranet/ Internet):
1. Dapat memelihara satu data besar secara bersama-sama
2. Kesalahan / data yang kurang valid dapat dimonitor dan dikoreksi bersama
3. Dapat melakukan pertukaran data dan file

Universitas Sumatera Utara

4. Berbagi sumber daya misalnya pemakaian satu printer untuk beberapa
komputer yang terhubung dalam jaringan computer
5. Mempermudah komunikasi dalam suatu lingkungan kerja, misalnya
dengan adanya program E-mail atau Chatting
Sedangkan Shawn P. Mc. Carthy (Senior Analyst and Program Manager
at

IDC

Government

Insights)

dalam

Government

Computer

News

menyatakanbahwa teknologi informasi di manajemen pemerintahan seharusnya:
1. Dikelola oleh ahli informasi yang memiliki keahlian teknik untuk
memecahkan

masalah

sistem

informasi.

Hal

ini

agar

dapat

mempercayakan pada keahliannya dan menyetting sisi politik dan
kerugian teknologi.
2. Memberi penghargaan manajer yang mempunyai keahlian IT mendasar.
Sebagian besar manajer supervisi tidak memiliki keahlian IT sehingga
berpotensi melewatkan sesuatu yang berharga.
3. Hindari membuang waktu dan uang.
4. Hindari ketergantungan. Tidak ada solusi yang sempurna. Beberapa
teknologi yang lain mungkin bisa lebih baik, tetapi satu-satunya solusi
adalah kerjasama tim.
5. Faktanya petunjuk-petunjuk politik, tuntutan publik yang tinggi, dan
prioritas dana merupakan bagian dari pemerintahan. Maka sistem individu
dan jaringan pemerintahan seharusnya didesain agar dapat sangat
fleksibel, dengan tujuan yang dapat diperbarui (Shawn P. Mc. Carthy,
Oktober 2007).

Universitas Sumatera Utara

Di dalam Keputusan Mendagri No. 17 Tahun 2000 tentang Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda dijelaskan bahwa
elemen yang ada di dalam SIMPEG meliputi:
1. Formulir Isian Pegawai
Formulir Isian Pegawai adalah formulir yang berisikan kumpulan data
pegawai di Pemerintah Daerah.
2. Pembangunan Database
Yaitu serangkaian kegiatan pembentukan database yang meliputi
pengumpulan data, pengolahan data, dan pengamanan serta perawatan
sistem.
3. Pembangunan Sistem
Yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi pengadaan dan peningkatan
kemampuan perangkat komputer, perangkat lunak serta jaringan
komunikasi. Pembangunan dan pengembangan sistem meliputi perangkat
keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, pengembangan dan
peremajaan database dan jaringan komputer (Keputusan Mendagri No. 17
Tahun 2000 tentang Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri
dan Pemda).

Universitas Sumatera Utara

1.6.

Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan
menghindari

terjadinya

interpretasi

ganda

dari

variabel

yang

diteliti.

(Singarimbun, 1995:37).Oleh karena itu, untuk mendapatkan batsan yang jelas
dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan
defenisi konsep dari penelitian ini adalah:
1. Kebijakan Publik adalah pemanfaatan srategis terhadap sumberdayasumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah.
2. Implementasi adalah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu / pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan.
3. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) merupakan
suatuaplikasi perangkat lunak (software) yang dipergunakan untuk
mengelola data-datakepegawaian di lingkungan Pemerintah Daerah yang
terintegrasi dan menyeluruh
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang yang mendasari
munculnya masalah dalam penelitian, rumusan masalah,

Universitas Sumatera Utara

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,
definisi konsep serta sistematika penulisan.

BAB II

METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat bentuk pnelitian, lokasi penelitian,
informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memaparkan tentang gambaran atau karakteristik
lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta
struktur organisasi.

BAB IV

PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam
bab ini akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari
lapangan atau lokasi penelitian selama proses penelitian.

BAB V

ANALISIS DATA
Bab ini memuat hasil analisis data-data yang diperoleh saat
penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi terhadap
masalah yang diteliti.

BAB VI

PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian
yang dilakuka

Universitas Sumatera Utara