Gambaran Status Psikososial Remaja Dengan Maloklusi Gigi Anterior pada Siswa-Siswi SMA Harapan Medan

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah oklusi dapat ditinjau dalam dua aspek, yaitu aspek statis dan aspek
dinamis. Pada aspek statis menunjukkan bagaimana bentuk, keselarasan, dan
artikulasi dari gigi-geligi dalam lengkung gigi. Sedangkan pada aspek dinamis
menunjukkan bagaimana fungsi dari sistem stomatognasi seperti gigi-geligi, jaringan
pendukung, sendi temporomandibular, neuromuskular, dan nutrisi. Oklusi normal dan
maloklusi merupakan salah satu keadaan yang akan melibatkan aspek statis.29

2.1 Oklusi Normal
Oklusi adalah kontak maksimum antara gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah dengan lengkung gigi atas dan bawah dalam keadaan tertutup.30 Angle
mendefinisikan oklusi normal sebagai sebuah hubungan yang harmonis antara gigigeligi rahang atas dan rahang bawah. Konsep oklusi normal menurut Angle yaitu
berdasarkan hubungan anteroposterior gigi molar pertama atas dan bawah. Menurut
Angle, oklusi normal yaitu tonjol mesiobukal molar pertama atas berkontak dengan
groove diantara tonjol mesiobukal dan distobukal dari gigi molar pertama bawah.31,32
Menurut Andrews, terdapat enam kunci oklusi normal yaitu hubungan molar
pertama atas dan bawah, angulasi mahkota yang benar, inklinasi mahkota gigi yang

menjamin dari keseimbangan maloklusi, tidak terdapat gigi yang rotasi, tidak terdapat
celah diantara gigi-geligi, dan bidang oklusal yang datar dengan curve of spee tidak
melebihi 1.5 mm.29,31,32

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar1. Oklusi Normal29

2.2 Maloklusi
2.2.1

Definisi dan Etiologi Maloklusi

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi antara gigi-geligi atas
dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan
fungsional.5,6 Maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial.
Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa
faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi maloklusi menurut

Salzman dibagi atas faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal terdiri dari genetik,
diferensiasi, dan kongenital. Sedangkan faktor postnatal terdiri dari perkembangan,
fingsional, dan lingkungan.19,32
Menurut Moyer, maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:29,32
1. Faktor keturunan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta
trauma setelah dilahirkan
4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi gigi desidui
5. Kebiasaan buruk, seperti menghisap jari-jari dan ibu jari, menjulurkan
lidah, menggigit dan menghisap bibir, menggigit jari
6. Postur tubuh

Universitas Sumatera Utara

8

7. Penyakit seperti penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal
(gangguan saluran pernafasan, penyakit gusi, tumor, dan karies)

8. Malnutrisi

2.2.2 Klasifikasi Angle
Pada tahun 1889, Dr.E.H.Angle memperkenalkan klasifikasi maloklusi.
Maloklusi menurut Angle tersebut diklasifikasikan berdasarkan hubungan gigi molar
pertama permanen bawah terhadap molar pertama atas. Klasifikasi ini masih
digunakan hingga saat ini, yang terbagi menjadi:29,31,32
1. Maloklusi Klas I Angle
Memiliki hubungan molar pertama permanen yang normal, yaitu tonjol
mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan groove bukal gigi molar
pertama permanen bawah. Selain itu, dapat juga disertai dengan gigi yang berjejal,
rotasi, kehilangan gigi, dan sebagainya.
2. Maloklusi Klas II Angle
Memiliki hubungan molar bawah yang lebih ke distal dari molar atas
(distooklusi), dimana tonjol distobukal gigi molar pertama permanen atas berkontak
dengan groove bukal gigi molar pertama permanen bawah.
Maloklusi Klas II ini terbagi menjadi 2 divisi, yaitu:
a. Maloklusi Klas II divisi 1
Maloklusi Klas II divisi 1 ditandai dengan overjet yang besar dan biasanya
disertai dengan overbite yang dalam, bibir atas hipotonus, bibir bawah terletak pada

bagian palatal dari insisif atas, dan lengkung maksila yang menyempit.
b. Maloklusi Klas II divisi 2
Maloklusi Klas II divisi 2 ditandai dengan inklinasi gigi insisif sentral atas
lebih ke lingual dan insisif lateral atas lebih ke labial bertumpang tindih dengan
insisif sentral.
3. Maloklusi Klas III Angle
Memiliki hubungan molar pertama permanen atas beroklusi dengan bagian
interdental diantara gigi molar pertama dan kedua permanen bawah.

Universitas Sumatera Utara

9

Gambar 2. Klasifikasi Angle (A) Klas I (B)
Klas II divisi 1 (C) Klas II divisi 2
(D) Klas III29

Pada tahun 1915, Dewey memodifikasi klasifikasi dari Angle, yaitu dengan
membagi Klas I menjadi 5 tipe dan Klas II menjadi 3 tipe.29,32
Modifikasi Klas I, yaitu:

a. Tipe 1 yaitu maloklusi Klas I dengan gigi berjejal pada anterior rahang atas
b. Tipe 2 yaitu maloklusi Klas I dengan gigi insisif rahang atas protrusif
c. Tipe 3 yaitu dengan gigitan silang di anterior
d. Tipe 4 yaitu dengan gigitan silang di posterior
e. Tipe 5 yaitu bergesernya gigi molar permanen ke mesial karena kehilangan
dini gigi molar desidui atau premolar

Modifikasi Klas III, yaitu:
a. Tipe 1 yaitu hubungan insisif anterior edge to edge
b. Tipe 2 yaitu gigi insisif bawah berjejal dan berada dibelakang gigi insisif
atas
c. Tipe 3 yaitu gigi insisif atas berjejal dan berada di belakang gigi insisif
bawah

Universitas Sumatera Utara

10

2.2.3


Karakteristik Maloklusi Anterior

2.2.3.1 Gigi Anterior berjejal (crowding)
Gigi berjejal merupakan suatu keadaan dimana gigi berada diluar susunan gigi
yang normal. Kondisi gigi berjejal terkadang akan menjadi masalah bagi
penderitanya karena sangat sulit untuk dibersihkan dengan menyikat gigi.18,29 Gigi
berjejal biasanya terjadi dikarenakan ketidakseimbangan antara ukuran gigi dengan
panjang lengkung gigi.29
Kategori gigi berjejal berdasarkan tingkat keparahannya adalah gigi berjejal
ringan (2-3 mm), gigi berjejal sedang (4-6 mm), gigi berjejal berat (7-10 mm), gigi
berjejal sangat berat (> 10 mm).33 Penyebab dari gigi berjejal dapat disebabkan oleh
karena adanya gigi berlebih (supernumerary teeth), abnormalitas dari bentuk dan
ukuran gigi, premature loss dari gigi desidui.29

Gambar 3. Gigi berjejal33

2.2.3.2 Gigi Bercelah (diastema)
Gigi bercelah (diastema) merupakan suatu keadaan dimana terdapat ruang
diantara kedua gigi. Besarnya ruang antar gigi yang sering ditemukan yaitu antara 1-3
mm. Diastema yang terdapat pada periode gigi permanen dapat terjadi karena

beberapa penyebab, seperti ukuran gigi inisisif normal yang berada pada lengkung
gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada pada
lengkung gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada
pada lengkung gigi yang besar, posisi gigi insisif yang lebih ke labial terhadap insisif

Universitas Sumatera Utara

11

bawah dengan overjet lebih dari normal, adanya rotasi gigi insisif atas, dan frenulum
labial atas yang melekat pada jaringan lunak dan tulang pada daerah diastema.31

Gambar 4. Gigi bercelah31

2.2.3.3 Protrusi
Protrusi merupakan suatu kondisi dengan overjet yang lebih dari normal,
dimana overjet yang normal yaitu 2-4 mm.34 Dalam menentukan seberapa maju gigi
insisif atas, dapat dilakukan pemeriksaan bibir. Bila dalam kondisi istirahat atau
relaks, bibir tampak maju dengan adanya celah di antara bibir atas dan bawah sebesar
3-4 mm, serta adanya kesulitan saat mengatupkan bibir atas dan bawah, maka dapat

disimpulkan bahwa gigi insisif protrusif.35

Gambar 5. Protrusi32

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.3.4 Gigitan Dalam (deepbite)
Menurut Graber, deepbite merupakan overbite yang berlebih dengan
pengukurannya dilakukan secara vertikal antara insisal maksila dan mandibula dalam
keadaan oklusi sentrik.36 Overbite yang normal yaitu 2-4 mm.35 Jenis deepbite dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu incomplete overbite dan complete overbite.
Incomplete overbite yaitu insisal bawah yang gagal beroklusi dengan insisal atas atau
gagal beroklusi dengan mukosa palatum. Complete overbite yaitu insisal bawah
berkontak dengan bagian palatal dari insisal atas pada saat oklusi sentrik.Selain itu,
deepbite juga bisa diklasifikasikan menjadi dental deepbite dan skeletal deepbite.
Dental deepbite dapat terjadi jika gigi anterior mengalami ekstruksi dan gigi molar
mengalami intrusi. Dental deepbite sering dijumpai pada maloklusi Klas II divisi 2.
Sedangkan skeletal deepbite biasanya terjadi karena genetik. 36


Gambar 6. Dental Deepbite36

2.2.3.5 Gigitan Silang Anterior (anterior crossbite)
Gigitan silang anterior merupakan suatu kondisi dimana gigi anterior
mandibula terletak pada bagian luar dari gigi anterior maksila. Gigitan silang anterior
sering terjadi karena posisi lingual dari gigi anterior maksila berhubungan dengan
gigi anterior mandibula. Gigitan silang anterior dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu single tooth crossbite dan segmental anterior crossbite. Single tooth crossbite
yaitu satu gigi anterior mandibula bertumpang tindih dengan satu gigi anterior

Universitas Sumatera Utara

13

maksila. Segmental anterior crossbite yaitu beberapa gigi anterior mandibula
bertumpang tindih dengan beberapa gigi anterior maksila. 36

Gambar 7. Gigitan silang anterior36


2.2.3.6 Gigitan Terbuka Anterior (anterior openbite)
Gigitan terbuka anterior terjadi karena kurangnya overlap antara gigi-geligi
anterior maksila dan mandibula saat oklusi sentrik. Gigitan terbuka anterior dapat
berupa dental atau skeletal openbite yang etiologinya karena kebiasaan buruk seperti
menghisap ibu jari, menjulurkan lidah, bernafas dari mulut.36

Gambar 8. Gigitan terbuka anterior36

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.3.7 Edge to edge
Edge to edge yaitu suatu maloklusi yang ditandai dengan beroklusinya
insisivus atas dan bawah pada ujung insisalnya dan tidak overlap atau tidak
terdapatnya overbite yang sering disebut zero overbite. Edge to edge sering
disebabkan oleh interkuspasi dari gigi desidui yang kurang baik sehingga gigi desidui
menjadi aus.34

Gambar 9. Edge to edge32


2.3 Psikososial
Erik Erikson merupakan salah satu ahli psikoanalisis yang memperkenalkan
istilah psikososial pada tahun 1950 dalam bentuk teori perkembangan psikososial
manusia. Perkembangan psikososial menurut Erikson dapat dikelompokkan menjadi
delapan tahap perkembangan karakter, yaitu percaya lawan tidak percaya (trust vs
mistrust), otonomi lawan perasaan malu dan ragu (autonomy vs shame and doubt),
tahap inisiatif lawan rasa bersalah (initiative vs guilt), tahap industri lawan perasaan
rendah hati (industry vs inferiority), tahap identitas lawan kebingungan dalam peran
(identity vs role confusion), tahap intimasi lawan isolasi (intimacy vs isolation), tahap
generativitas lawan stagnasi (generativity vs stagnation), dan tahap kejujuran lawan
keputusasaan (integrity vs despair).10
Psikososial merupakan istilah yang digunakan untuk menekankan hubungan
yang erat antara aspek psikologis dari pengalaman manusia dan pengalaman sosial

Universitas Sumatera Utara

15

yang lebih luas. Dampak secara psikologis adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
berbagai tingkat fungsi yaitu kognitif (persepsi dan memori sebagai dasar untuk
pengalaman dan pembelajaran), emosi, dan perilaku. Dampak secara sosial yaitu
kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, keluarga, jaringan
komunitas, tradisi budaya, status ekonomi, dan termasuk juga sekolah atau bekerja.9
Tahap perkembangan psikososial yang berlangsung selama masa remaja
menurut Erikson yaitu tahap identitas versus kebingungan identitas. Pada masa ini,
remaja berusaha dalam menjelaskan siapakah dirinya, keunikan, serta tujuan dari
kehidupannya. Dalam usaha yang dilakukan untuk mencari identitasnya tersebut,
remaja akan melakukan eskprimen dengan berbagai peran. Di samping itu, akan
muncul suatu kepedulain terhadap pandangan orang lain mengenai identitas diri dan
pandangan tersebut akan memengaruhi pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah
cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan spiritual.16 Dalam konsep diri terdapat lima komponen, yaitu
gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri
(self role), dan identitas diri (self identity).37

2.4 Remaja
Definisi remaja secara biologis adalah suatu keadaan dimana awal tejadinya
pubertas yang ditandai dengan adanya perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut
berbeda antara perempuan dan laki-laki, perbedaannya meliputi tinggi, berat, dan
proporsi tubuh, serta terdapat juga perbedaan pada sistem reproduksi.38 Definsi
mengenai remaja dalam konteks sosio-historis merupakan suatu periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan
perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.16
Menurut Santrock, masa remaja terbagi menjadi periode awal dan periode
akhir. Periode remaja awal (early adolescence) merupakan remaja dengan kurang
lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir,
sedangkan periode remaja akhir (late adolescence) merupakan remaja dengan kurang
lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa kedua dari kehidupan. Menurut Hall, masa

Universitas Sumatera Utara

16

remaja yang usianya berkisar antara 12 hingga 23 tahun diwarnai oleh pergolakan.
Pandangan badai dan stress (storm and stress view) adalah konsep dari Hall yang
menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik
dan perubahan suasana hati.16
Menurut world health organization (WHO) masa remaja terbagi menjadi tiga
periode, yaitu awal remaja, pertengahan remaja, dan akhir remaja. Awal remaja
adalah suatu periode dari umur 10-13 tahun. Pada periode ini merupakan awal
terjadinya pubertas dan individu tidak begitu dekat dengan orangtua tetapi lebih dekat
dengan teman sesama jenis. Pertengahan remaja adalah suatu periode dari umur 1416 atau 14-17 tahun. Pada periode ini remaja sering melakukan ekseperimental
bersama temannya. Akhir remaja adalah suatu periode dari umur 17-19 atau 17-20
tahun. Pada periode ini, terjadi perubahan yang luas karena pada tahap ini remaja
akan mulai memasuki tahap dewasa muda yang merupakan waktu untuk berpikir
tentang masa depan.39

2.5 Dampak Maloklusi terhadap Status Psikososial
Menurut Hassebrauk, senyum merupakan daya tarik kedua dari wajah setelah
mata. Penampilan wajah individu dan besarnya tingkat daya tarik tersebut dapat
berpengaruh pada aspek personal dan kehidupan sosial. Penampilan wajah
mempengaruhi bagaimana individu akan dilihat dan diperlakukan dalam setiap
aktivitas sosial serta akan berdampak pada kualitas hidup.40
Maloklusi bukan hanya akan berdampak terhadap fungsi mulut dan
penampilan individu, akan tetapi juga berdampak terhadap ekonomi, sosial,
psikologi, serta rasa ketidakpuasan seseorang terhadap dirinya sendiri.21,41 Pada
tahun1980-an sejumlah besar peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
psikososial dengan penampilan wajah dan maloklusi.42 Selain itu, maloklusi juga
dapat menyebabkan dampak pada self esteem dan kualitas kehidupan seseorang,
maloklusi juga dapat menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu.1
Individu yang mengalami maloklusi akan merasakan self esteem yang rendah
dan tidak mampu dalam menyesuaikan diri karena maloklusi menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

17

penampilan gigi-geligi yang tidak baik sehingga individu akan diganggu, diejek, serta
ditertawakan oleh teman-temannya. Individu dapat membatasi aktivitas sosial karena
individu akan merasa bahwa hanya seseorang dengan penampilan menarik yang akan
menjadi daya tarik dalam aktivitas sosial. Individu akan merasa tergganggu dalam
pekerjaan karena tidak percaya diri untuk senyum, berbicara di depan umum, ataupun
berinteraksi dengan orang lain.1
Perbedaan psikososial antara individu dengan gigi yang rapi dan memiliki
senyum yang indah dengan individu yang memiliki gigi yang tidak rapi yaitu pada
individu dengan gigi yang rapi akan memberikan status positif dalam bersosialisasi,
sedangkan seseorang dengan gigi yang tidak rapi akan memberikan status negatif
dalam bersosialisasi.33 Perubahan dalam pemikiran tentang diri sendiri dan interaksi
sosial akan terjadi setelah individu melakukan perawatan ortodonti.42 Oleh karena itu,
kebutuhan perawatan ortodonti bukan hanya bermanfaat untuk menambah estetika
tetapi akan menambah kualitas hidup individu. 33
Menurut Min Ho Jung dalam penelitiannya, penampilan gigi-geligi lebih
berpengaruh signifikan terhadap harga diri perempuan dibandingkan laki-laki,
kemudian karakteristik maloklusi yang lebih berpengaruh signifikan dalam
menurunkan harga diri remaja wanita adalah gigi berjejal pada rahang atas depan dan
gigi protrusi.41 Penelitian yang dilakukan oleh Liling DT dalam melihat hubungan
status psikososial remaja dengan maloklusi anterior menggunakan PIDAQ pada
pelajar SMP di Makassar melaporkan bahwa dari 214 pelajar, status psikososial pada
pelajar dengan kondisi gigi anterior protrusi yaitu psikososial tinggi sebanyak 30
orang, psikososial sedang 12 orang, dan psikososial rendah 3 orang. Status
psikososial pada pelajar dengan kondisi gigi anterior crowded yaitu psikososial tinggi
sebanyak 31 orang, psikososial sedang 17 orang, dan psikososial rendah 19 orang.
Status psikososial dengan kondisi gigi anterior diastema yaitu psikososial tinggi
sebanyak 3 orang, psikososial sedang 14 orang, dan psikososial rendah 56 orang.
Status psikososial dengan kondisi gigi anterior edge to edge yaitu psikososial tinggi
sebanyak 30 orang, psikososial sedang 12 orang, dan psikososial rendah 4 orang.27

Universitas Sumatera Utara

18

2.6 Pengukuran Status Psikososial
2.6.1 Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire / PIDAQ
Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire / PIDAQ adalah suatu
alat ukur psikometrik untuk mengukur dampak psikososial dari estetika gigi dan
kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan mulut.21,24 Butir-butir pertanyaan
yang terdapat dalam PIDAQ telah teruji validitas dan reabilitasnya.21PIDAQ
merupakan hasil reformasi dari kuesioner yang telah ada dalam perawatan bedah
ortognatik yang dikenal dengan Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ).
Pertanyaan dalam PIDAQ terdiri dari 23 butir yang terbagi menjadi 6 butir
pertanyaan mengenai rasa percaya diri pada gigi-geligi (Dental Self-Confidence), 8
butir pertanyaan mengenai aspek sosial (Social Impact), 6 butir pertanyaan mengenai
aspek psikologi (Psychological Impact) dan 3 butir pertanyaan mengenai estetika
wajah(Aesthetic Concern).21,24
Faktor pertama dari kuesioner ini yaitu rasa percaya diri pada gigi-geligi
(dental Self-Confidence), yang menunjukkan bagaimana dampak dari estetika gigigeligi terhadap keadaan emosional seseorang. Fakor kedua yaitu dampak sosial
(Social Impact), yang menunjukkan masalah potensial dalam lingkungan sosial
seseorang yang dapat timbul karena persepsi tentang penampilan gigi-geligi yang
kurang baik dari diri sendiri maupun orang lain. Faktor ketiga yaitu dampak
psikologis (Psychological Impact), yang menunjukkan perasaan rendah diri dan tidak
bahagia pada saat individu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih
baik estetika giginya. Faktor keempat yaitu estetika wajah (Aesthetic Concern), yang
menunjukkan perasaan tidak puas dari individu dengan keadaan gigi-geliginya saat
melihat dengan cermin, foto, maupun video.7,24

Tabel 1. Kuesioner PIDAQ3,24
No.
1.
2.

Pernyataan tentang diri sendiri
Saya menyukai gigi saya
Saya suka menunjukkan gigi ketika tersenyum

Universitas Sumatera Utara

19

3.

Saya puas melihat gigi saya sewaktu bercermin

4.

Gigi saya menarik menurut orang lain

5.

Saya puas dengan penampilan gigi saya

6.

Saya memiliki posisi gigi yang baik

7.

Saya sedikit menahan diri sewaktu tersenyum agar gigi saya tidak terlalu
terlihat

8.

Saya seringkali khawatir terhadap pendapat orang tentang gigi saya dan
orang yang tidak cukup saya kenal

9.

Saya takut orang lain akan berkomentar yang tidak enak mengenai gigi saya

10.

Saya seringkali kurang bisa bersosialisasi dikarenakan keadaan gigi saya

11.

Kadang-kadang saya menutup mulut saya dengan tangan

12.

Kadang-kadang saya merasa orang lain memperhatikan gigi saya

13.

Komentar-komentar mengenai gigi saya sangat mengganggu saya meskipun
hanya untuk bercanda

14.

Kadang-kadang saya khawatir terhadap pendapat lawan jenis mengenai gigi
saya

15.

Saya merasa iri dengan bentuk dan keadaan gigi orang lain yang rapi

16.

Saya merasa rendah diri ketika melihat gigi orang lain

17.

Kadang-kadang saya merasa tidak senang dengan penampilan gigi saya

18.

Saya merasa kebanyakan orang memiliki gigi yang lebih bagus daripada saya

19.

Saya merasa rendah diri jika memikirkan penampilan gigi saya

20.

Saya berharap gigi saya terlihat lebih bagus

21.

Saya tidak suka melihat gigi saya ketika bercermin

22.

Saya tidak suka melihat gigi saya dalam foto diri saya sendiri

23.

Saya tidak suka melihat gigi saya ketika menyaksikan video diri saya sendiri

Universitas Sumatera Utara

20

2.6.2 Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ)
Orthognatic Quality of Life Questionnaire (OQLQ) merupakan suatu alat ukur
untuk melihat kualitas hidup dari individu dengan deformitas dentofasial. OQLQ
terdiri dari 22 butir pertanyaan yang mengukur dampak sosial, estetika wajah, fungsi,
dan kesadaran terhadap deformitas fasial. Terdapat 8 pertanyaan mengenai dampak
sosial. Pertanyaan tersebut terletak pada nomor 15-22. Pertanyaan mengenai esetetika
wajah terletak pada nomor 1,7,10,11,14. Pertanyaan mengenai fungsi terdapat pada
nomor 2-6, dan pertanyaan mengenai kesadaran terhadap deformitas wajah terdapat
pada nomor 8,9,12,13. Setiap pertanyaan dijawab menggunakan skala likert yang
terdiri dari 4 angka. Semakin rendah skor OQLQ, semakin baik kualitas hidupnya
dengan skor antara 0-88.41

2.6.3 Oral Health Impact Profile (OHIP-14)
OHIP-14 merupakan kuesioner yang terdiri dari 14 butir pertanyaan dan
digunakan untuk mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan oral.
OHIP-14 digunakan dalam mengukur masalah oral yang terjadi dalam 6 bulan
terakhir seperti keterbatasan fungsi, rasa sakit, gangguan psikologi, dampak sosial,
dan handicap. Setiap butir pertanyaan akan diberikan skor yang berkisar dari 0-4.
Angka 0 berarti tidak pernah, angka 1 berarti pernah, angka 2 berarti kadang-kadang,
angka 3 berarti sering, dan angka 4 berarti sangat sering.21

Universitas Sumatera Utara

21

2.7 Kerangka Teori

Oklusi

Oklusi Normal

Klasifikasi Angle

Maloklusi

Karakteristik
Maloklusi Anterior

Dampak
Psikososial

Crowding
Diastema

Status Psikososial

Protrusi

Orthognatic Quality of
Life Questionnaire
(OQLQ)

Crossbite
Anterior

Oral Health Impact
Profile (OHIP-14)

Deepbite
Openbite
Anterior
Edge to edge

Psychosocial Impact of
Dental Aesthetic
Questionnare (PIDAQ)

Remaja

Universitas Sumatera Utara

22

2.8 Kerangka Konsep

Maloklusi Gigi
Anterior: Diastema,
Crowded, protrusi,
crossbite anterior,
openbite, edge to
edge, deepbite

Status Psikososial
Remaja pada SMA
Harapan Medan

Psychosocial Impact of
Dental Aesthetic
Questionnaire (PIDAQ)

Universitas Sumatera Utara