Prevalensi Manifestasi Oral pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Terkait Penggunaan Obat-obatan di RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner
2.1.1 Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung baik akut
maupun kronis yang disebabkan oleh proses atherosclerosis sehingga mengakibatkan
suplai darah pada myocardium berkurang.9
Definisi lain juga menyebutkan bahwa PJK adalah penyakit pada myocardium
yang disebabkan karena adanya penurunan atau ketidakseimbangan suplai darah
sehingga bisa menimbulkan nyeri dan juga dapat menyebabkan kematian pada
jaringan myocardium itu sendiri.10
2.1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyakit jantung koroner didasari oleh proses atherosclerosis yang bersifat
progresif.2,9-11 Lesi atherosclerosis ini terjadi pada lapisan paling dalam dari dinding
arteri, yaitu lapisan intima. Lesi meliputi fatty streak, fibrous plaque, dan advance
(complicated) plaque.2
Teori terjadinya atherosclerosis yang paling banyak diterima adalah response
to injury hypothesis. Endotel mempunyai peran sebagai barrier yang bersifat
permeabel dan thromboresistant sehingga aliran darah koroner berjalan dengan
lancar. Namun apabila fungsi endotel ini terganggu, maka fungsi barrier dan sifat

thromboresistant juga akan terganggu sehingga memudahkan masuknya lipoprotein
(LDL teroksidasi) ke dinding arteri maupun makrofag. Selanjutnya kerusakan pada
endotel pembuluh darah yang terbentuk akan berinteraksi dengan platelet, monosit
dan jaringan ikat terutama kolagen, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penempelan platelet dan agregasi trombosit.2,12
Faktor predisposisi terjadinya PJK terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah
dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah mencakup usia, jenis

Universitas Sumatera Utara

kelamin, genetik dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah hipertensi,
dislipidemia, merokok, diabetes mellitus, obesitas dan sindrom metabolik, stress, diet
lemak yang tinggi kalori dan inaktifitas fisik.2,9,11,12
2.1.3 Manifestasi Klinis
Penyakit jantung koroner dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinis pada pasien PJK, perlu dilakukan
pemeriksaan yang seksama.2,10-12
Manifestasi klinis PJK meliputi:
1. Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia)
Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada baik pada

saat istirahat maupun pada saat melakukan aktifitas. Penderita menunjukkan adanya
iskemia pada saat dilakukan uji beban latihan. Penderita tidak mengeluh adanya nyeri
dada. Hasil pemeriksaan fisik, foto dada dan lainnya berada dalam batas-batas
normal.2
Mekanisme silent myocardial ischemia disebabkan oleh ambang nyeri yang
meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes), meningkatnya produksi
endomorfin, dan derajat stenosis yang ringan.2
2. Angina Pektoris
Angina pektoris ini disebabkan karena hipoksemia pada otot jantung yang
diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara pengonsumsian oksigen dan suplai
oksigen pada otot-otot jantung. Angina pektoris terbagi menjadi beberapa sub divisi,
yaitu:2,10
a. Angina Pektoris Stabil (Stable Angina)
Penderita angina pektoris stabil ini mengalami nyeri dada yang timbul pada
saat melakukan aktifitas, dan bersifat kronis. Nyeri dada terutama di daerah
retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas. Rasa nyeri yang
sering mejalar ke lengan kiri atas atau bawah bagian medial, ke leher, daerah rahang
atas hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ke lengan kanan.2,10,12

Universitas Sumatera Utara


Nyeri biasanya berlangsung singkat, sekitar 1-5 menit dan rasa nyeri hilang
bila penderita istirahat. Selama aktifitas fisik, nyeri dada dapat dipicu oleh stres atau
emosi, anemia, udara dingin, dan tirotoksikosis.2,10,12
b. Angina Pektoris Tidak Stabil (Unstable Angina)
Unstable angina juga sering disebut sebagai pre-infarction. Pada unstable
angina ini, kualitas, lokasi, dan penjalaran nyeri dada sama dengan penderita angina
stabil. Hanya saja, pada unstable angina nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi
timbul lebih sering, lama terjadinya nyeri semakin panjang, serta pencetus timbulnya
keluhan juga berubah. Sering timbul pada saat istirahat.2,11,12
c. Variant Angina (Prinzmental’s Angina)
Variant Angina pertama kali dikemukakan pada tahun 1959 dan digambarkan
sebagai akibat iskemia miokard yang hampir selalu terjadi saat istirahat dan hampir
tidak pernah dipresipitasi oleh stres maupun emosi.2,10
Mekanisme iskemia pada Prinzmental’s angina terbukti disebabkan karena
spasme arteri koroner. Kejadiannya tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis
ataupun normal. Proses spasme biasanya bersifat lokal, hanya melibatkan satu arteri
koroner dan sering terjadi pada daerah arteri koroner yang mengalami stenosis.2.12
Penderita dengan prinzmental’s angina biasanya terjadi pada penderita yang

lebih muda dibandingkan stable angina dan unstable angina. Serangan nyeri
biasanya terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi dengan rasa nyeri sangat
hebat. Pemeriksaan jantung biasanya tidak menunjukkan kelainan.2
3. Infark Miokard
Penderita infark miokard sering didahului oleh keluhan dada terasa tidak enak
(chest discomfort). Intensitas nyeri dada biasanya bervariasi, sering kali terasa sangat
berat sehingga banyak penderita tidak dapat menahan rasa nyeri tersebut. Nyeri dada
berlangsung lebih dari 30 menit bahkan bisa sampai berjam-jam. Kualitas nyerinya
sering dirasakan seperti tertekan, tercekik dan berat.2,10,12
Lokasi nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada terutama
dada kiri, ke bawah ke bagian medial lengan menimbulkan rasa pegal pada

Universitas Sumatera Utara

pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada daerah
epigastrium hingga merasa perut tidak enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang
sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan keringat
dingin.2
2.1.4 Diagnosis
Setiap pasien yang diduga menderita PJK perlu dianamnesis dengan teliti.

Selain itu, juga perlu dilakukan penentukan faktor risiko serta pemeriksaan fisik dan
tanda-tanda vital. Diagnosis juga didukung dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan laboratorium, EKG, uji latih jantung dan juga angiografi
koroner.2,10-12
2.1.5 Perawatan
Cara perawatan medis umum PJK dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara
non farmakologi, farmakologi, dan bedah. Perawatan PJK secara non farmakologi
biasanya dilakukan dengan melakukan edukasi kepada pasien untuk mengurangi
faktor risiko penyebab PJK. Secara farmakologi, perawatan dilakukan dengan
pemberian obat-obatan kepada pasien penderita PJK. Untuk tindakan bedah,
perawatan yang biasa dilakukan adalah Percutaneous Transluminal Coronary
Angioplasty (PTCA) dan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG).2,10-12
Obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita PJK adalah sebagai
berikut:
1. Nitrat
Nitrat memiliki efek venodilator sehingga preload miokard dan volume akhir
bilik kiri dapat menurun sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga
akan menurun.2,12
2. Antiplatelet
Antiplatelet merupakan obat utama untuk pencegahan trombosis. Antiplatelet

dianjurkan untuk diberikan sesegera mungkin karena terbukti dapat menurunkan
angka kematian.2,12

Universitas Sumatera Utara

3. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor berperan sebagai kardioproteksi pada pasien dengan PJK.
Pemberian ACE inhibitor dapat diberikan pada pasien dengan hipertensi dan gagal
jantung.2
4. Beta Adrenergic Blocker
Beta Adrenergic Blocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung
sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Selain itu, Beta Adrenergic
Blocker memiliki efek anti aritmia.2
5. Calcium Channel Blocker
Calcium Channel Blocker memiliki efek vasodilatasi. Obat ini dapat
mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat perawatan dengan nitrat atau
Beta Adrenergic Blocker. Namun tidak disarankan jika pasien memiliki penurunan
fungsi bilik kiri, atau ganguan konduksi atrioventrikel.2
6. Statin
Statin berperan sebagai penurun kolesterol, dan dapat digunakan sebagai

antiinflamasi dan antitrombotik.12

2.2 Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-obatan Penyakit Jantung
Koroner
2.2.1 Xerostomia
Xerostomia merupakan suatu sensasi subjektif kekeringan pada rongga mulut
yang diakibatkan karena berkurangnya aliran saliva ataupun karena adanya perubahan
komposisi pada saliva. Hal ini juga terkadang diikuti oleh disfungsi kelenjar
saliva.11,13-20
Faktor penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita xerostomia
adalah obat-obatan.13-15,17-20 Xerostomia yang disebabkan karena obat-obatan
berkaitan dengan kombinasi dan dosis dari obat yang dikonsumsi oleh penderita.
Obat-obatan dapat mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem saraf
otonom atau beraksi pada proses seluler untuk salivasi secara langsung. Obat-obatan
juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi salivasi dengan adanya perubahan

Universitas Sumatera Utara

pada keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah
menuju kelenjar.21

Obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia, termasuk obat-obatan PJK
juga dapat mempengaruhi aliran saliva dengan mengganggu transmisi sinyal di
persimpangan saraf parasimpatis efektor, mengganggu aksi di persimpangan neuro
adrenergik efektor, atau menyebabkan depresi koneksi dari sistem saraf otonom.21
2.2.2 Reaksi Likenoid
Obat-obatan dapat menimbulkan manifestasi oral dalam bentuk eritematous,
vesikular, dan ulseratif.15 Lesi-lesi tersebut menyerupai liken planus dan biasa disebut
reaksi likenoid. Secara klinis dan histologis, reaksi likenoid memang mirip dengan
liken planus. Penyebab reaksi likenoid ini biasanya dikaitkan dengan penggunaan
obat-obatan, kontak langsung dengan bahan restorasi dental, ataupun karena penyakit
graft-versus-host.10,11,22-26
Obat-obatan dapat menyebabkan tubuh seseorang menghasilkan respon imun
yang abnormal. Pada pasien dengan reaksi likenoid terdapat auto antibodi sitoplasma
sel-sel basal epitel. Di dalam sel-sel basal tersebut terdapat sel T yang memiliki
antigenitas pada permukaan selnya. Sel T kemudian dikenali sebagai benda-benda
asing sehingga terjadilah reaksi likenoid.24

Gambar 1. Reaksi likenoid akibat penggunaan obat-obatan2

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Gingival Enlargement
Gingival enlargement adalah suatu pembengkakan pada gingiva yang
menyebabkan gingiva menjadi terlihat tidak berkontur lagi.20 Pada keadaan ini,
gingiva menjadi lebih besar dan ukurannya bertambah dari normal pada tepi gingiva,
papilla interdental, ataupun pada gingiva cekat di bagian sisi vestibular dan sisi oral.
Pembengkakan dapat menutupi sebagian ataupun keseluruhan bagian mahkota gigi.
Permukaannya bisa halus maupun berlobus, bentuknya fibrous, dan biasanya
ditemukan tanpa adanya inflamasi. Gingival enlargement juga dikenal dengan
sebutan hiperplasia gingiva.18,19,23,27,28
Beberapa obat-obatan sering dihubungkan dengan terjadinya gingival
enlargement termasuk obat-obatan kardiovaskular seperti phenytoin dan calcium
channel blockers.18,19,28 Terjadinya gingival enlargement biasanya dikaitkan dengan
dosis dan waktu terapi obat-obatan yang dikonsumsi.23 Patogenesis terjadinya
gingival enlargement yang disebabkan oleh obat-obatan ini merupakan akibat
peningkatan sintesa atau produksi kolagen oleh fibroblast gingiva, berkurangnya
degradasi kolagen akibat produksi enzim kolagenase yang inaktif, dan pertambahan
matriks non-kolagen. Hal ini juga melibatkan pelepasan mediator inflamasi,
gangguan aktivitas enzim, dan pergantian permeabilitas ion.19,28


Gambar 2. Gingival enlargement akibat penggunaan obat-obatan5

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Burning Mouth Syndrome
Burning mouth syndrome (BMS) merupakan suatu rasa sensasi terbakar pada
mulut, dapat muncul di bagian lidah, bibir ataupun membran oral mukosa lain nya
dengan atau tanpa disertai oleh gejala-gejala klinis. Terkadang BMS juga disertai
dengan adanya rasa gatal pada gingiva dan lidah. Nama lain BMS yaitu oral
dysaesthesia, sore mouth, sore tounge, glossodynia, stomatodynia, glossopyrosis, dan
stomatopyrosis.11,17,29-32
Burning mouth syndrome biasanya muncul secara spontan tanpa ada faktorfaktor tertentu yang memicunya. Gangguan yang muncul, terjadi pada pagi hari dan
intensitas rasa terbakarnya semakin meningkat hingga menjelang malam hari. Rasa
sensasi terbakar yang muncul sering terjadi di bagian 2/3 anterior lidah, anterior
palatum keras, dan mukosa bibir bawah.11,29-31
Klasifikasi BMS berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:17
1. Tipe 1: Sensasi rasa terbakar tidak terjadi pada saat bangun tidur di pagi
hari, namun akan terasa dan semakin meningkat menjelang siang.
2. Tipe 2: Sensasi rasa terbakar terjadi mulai dari bangun tidur di pagi hari
dan menetap seharian sampai penderita tidur lagi di malam hari.

3. Tipe 3: Sensasi rasa terbakar muncul secara tidak teratur.
2.2.5 Dysgeusia (Gangguan Indera Perasa)
Perubahan sensasi rasa dapat terjadi dalam beberapa bentuk yaitu ageusia,
dysgeusia, dan hypogeusia. Dysgeusia merupakan suatu gangguan pada indera perasa
dan sering dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan. Hal ini biasanya terjadi
setelah mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang lama dengan berbagai
macam jenis obat.18,19
Mekanisme obat dapat mempengaruhi sensasi rasa bervariasi. Mekanisme
yang terlibat dalam terjadinya gangguan indera perasa akibat penggunaan obat-obatan
antara lain yaitu efek metabolit obat yang dapat berinteraksi dengan taste bud ataupun
saliva pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada taste
bud.18,33

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Teori

Penyakit Jantung Koroner

Manifestasi Klinis

Diagnosis

• Asimtomatik
• Infark Miokard
• Angina Pektoris

• Anamnesis
• Penentukan faktor risiko
• Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda

Perawatan

Non
Farmakologi

Farmakologi

Bedah

vital
• Pemeriksaan pendukug lainnya,
seperti pemeriksaan laboratorium,
EKG, uji latih jantung dan juga
angiografi koroner

Nitrat
• Reaksi
Likenoid
• Burning Mouth
Syndrome

Antiplatelet

Dysgeusia

ACE Inhibitor
• Xerostomia
• Reaksi Likenoid
• Burning Mouth
Syndrome
• Dysgeusia

Beta Adrenergic
Blocker
Xerostomia

Calcium Channel
Blocker

Statin

• Xerostomia
• Gingival
Enlargement
• Dysgeusia

Dysgeusia

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konsep

Manifestasi Oral
Pasien PJK yang mengonsumsi
obat-obatan PJK

-

Xerostomia
Reaksi Likenoid
Gingival Enlargement
Burning Mouth Syndrome
Dysgeusia

Usia pasien
Jenis kelamin
20-60 tahun

Universitas Sumatera Utara