Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan

(1)

PREVALENSI DAN DISTRIBUSI MANIFESTASI ORAL

AKIBAT PENGGUNAAN OBAT-OBATAN

ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUP

H. ADAM MALIK DAN RSU DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

ANNISA YUNITA 070600073

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010

Annisa Yunita

Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan.

xi+ 54 halaman

Pada umumnya banyak obat yang diresepkan memiliki kemampuan untuk menyebabkan reaksi yang merugikan pada mukosa oral dan jaringan sekitarnya. Obat antihipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi mempunyai efek samping berupa manifestasi di rongga mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manifestasi oral apa saja yang terdapat pada rongga mulut pasien serta mengetahui prevalensi setiap manifestasi oral yang terjadi pada pasien pengguna obat antihipertensi.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang pasien (35 orang laki-laki dan 65 orang perempuan) dari RSUP H. Adam Malik dan RSU. DR. Pirngadi Medan. Diperiksa secara klinis dan hasilnya dicatat di rekam medik.

Prevalensi manifestasi oral yang dijumpai pada pengguna obat antihipertensi yaitu 60%, dimana pada 35% pasien dijumpai lebih dari satu jenis manifestasi. Lebih sering dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Xerostomia merupakan


(3)

manifestasi yang paling banyak dijumpai (43%) kemudian gingival enlargement (20%), ulser (10%), reaksi likenoid (9%), sementara manifestasi oral berupa eritema multiforme dan angioedema tidak ditemukan. Obat antihipertensi golongan ARBs adalah obat yang paling sering digunakan (53%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antihipertensi berpengaruh pada rongga mulut berupa manifestasi oral. Perawatan atau penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sistemik juga dapat menimbulkan manifestasi oral. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara tenaga kesehatan yang ada dengan dokter gigi untuk memberikan edukasi dan perawatan terhadap manifestasi yang terjadi akibat penggunaan obat antihipertensi.

Daftar Rujukan : 34 (1993-2010)


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 8 Desember 2010

Pembimbing Tanda tangan

Drg. Syuaibah Lubis NIP. 19461120 197306


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 8 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Syuaibah Lubis, drg.

ANGGOTA : 1. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si. 2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Salawat beserta salam juga penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas suri teladan yang baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan segenap ketulusan hati kepada keluarga tercinta, Ayahanda R. Epidaryanto dan Ibunda Adriaty Handayani, serta adik penulis Dian dan Ririn atas segala perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, dan doa.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Syuaibah Lubis, drg. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Ibu Wilda Hafni Lubis, drg. M.Si selaku Ketua Departemen dan juga sebagai dosen pembimbing akademik selama menjalani pendidikan di FKG USU dan seluruh staf pengajar dan


(7)

pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, mendidik, dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua bidang penelitian RSUP H. Adam Malik dan RSU. DR. Pirngadi Medan yang telah memberi izin serta banyak membantu dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk pembuatan skripsi ini. Tak lupa pula terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh pasien RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi yang telah bersedia menjadi responden dan bersedia berkerjasama dengan baik dalam penelitian ini.

Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Hanny dan Doni dan teman-teman stambuk 2007 lainnya atas bantuan, semangat dan kebersamaan di FKG USU. Kepada Devi, Aci, Iti, Wa dan Rena atas dukungan dan persahabatan selama ini.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 8 Desember 2010 Penulis,

(Annisa Yunita) NIM : 070600073


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hipertensi... 5

2.2 Klasifikasi Obat antihipertensi ... 7

2.2.1 Diuretik ... 7

2.2.2 Penghambat Adrenoreseptor Beta (β-blocker)... 9

2.2.3 Calcium Channel Blockers... 10

2.2.4 ACE-Inhibitor... 10

2.2.5 Antagonis Reseptor Angiotensin II... 11

2.3 Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi... 13

2.3.1 Xerostomia... 12

2.3.2 Ulser... 13

2.3.3 Reaksi Likenoid... 13

2.3.4 Gingival Enlargement... 15

2.3.5 Eritema Multiforme... 16

2.3.6 Angioedema... 17

2.3.7 Sindroma Mulut Terbakar ... 18


(9)

KERANGKA TEORI... 20

KERANGKA KONSEP... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 23

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 24

3.5.1 Variabel bebas... 24

3.5.2 Variabel terikat... 24

3.5.3 Variabel tidak terkendali... 25

3.5.4 Variabel terkendali ... 25

3.6 Definisi Operasional... 25

3.7 Sarana Penelitian ... 27

3.7.1 Alat dan Bahan... 27

3.7.2 Formulir Pencatatan... 27

3.8 Cara Pengumpulan Data... 27

3.8.1 Data Demografi... 27

3.8.2 Data Klinik... 27

3.9 Pengolahan Data... 28

3.10 Analisis Data... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN... ... 29

BAB 5 PEMBAHASAN... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ulser... 13

2. Reaksi Likenoid... 14

3. Gingival Enlargement... 15

4. Eritema Multiforme ... 17

5. Angioedema ... 18

6. Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin... 30

7. Distribusi Pasien Berdasarkan Lama Waktu Pemakaian Obat... 31

8. Prevalensi Manifestasi Oral Pada Pasien... 32

9. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Golongan Obat Antihipertensi yang digunakan... 33

10. Distribusi Jumlah Manifestasi-Manifestasi Oral Pada Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 34


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Manifestasi Oral Pada Pasien Berdasarkan

Jumlah Manifestasi Oral... 35 2. Prevalensi Manifestasi Oral Berdasarkan Lama Waktu

Pemakaian Obat... 37 3. Prevalensi Manifestasi Oral Berdasarkan Jenis Golongan Obat

Antihipertensi yang Digunakan... 39 4. Distribusi Penggunaan Obat Berdasarkan Jumlah Jenis Obat yang

Diberikan... 39 5. Distribusi Manifestasi Oral berdasarkan Jumlah Jenis Obat yang


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010

Annisa Yunita

Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan.

xi+ 54 halaman

Pada umumnya banyak obat yang diresepkan memiliki kemampuan untuk menyebabkan reaksi yang merugikan pada mukosa oral dan jaringan sekitarnya. Obat antihipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi mempunyai efek samping berupa manifestasi di rongga mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manifestasi oral apa saja yang terdapat pada rongga mulut pasien serta mengetahui prevalensi setiap manifestasi oral yang terjadi pada pasien pengguna obat antihipertensi.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang pasien (35 orang laki-laki dan 65 orang perempuan) dari RSUP H. Adam Malik dan RSU. DR. Pirngadi Medan. Diperiksa secara klinis dan hasilnya dicatat di rekam medik.

Prevalensi manifestasi oral yang dijumpai pada pengguna obat antihipertensi yaitu 60%, dimana pada 35% pasien dijumpai lebih dari satu jenis manifestasi. Lebih sering dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Xerostomia merupakan


(13)

manifestasi yang paling banyak dijumpai (43%) kemudian gingival enlargement (20%), ulser (10%), reaksi likenoid (9%), sementara manifestasi oral berupa eritema multiforme dan angioedema tidak ditemukan. Obat antihipertensi golongan ARBs adalah obat yang paling sering digunakan (53%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antihipertensi berpengaruh pada rongga mulut berupa manifestasi oral. Perawatan atau penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sistemik juga dapat menimbulkan manifestasi oral. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara tenaga kesehatan yang ada dengan dokter gigi untuk memberikan edukasi dan perawatan terhadap manifestasi yang terjadi akibat penggunaan obat antihipertensi.

Daftar Rujukan : 34 (1993-2010)


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya banyak obat yang diresepkan memiliki kemampuan untuk menyebabkan reaksi yang merugikan pada mukosa oral dan jaringan sekitarnya.1 Manifestasi oral akibat pemakaian obat seringkali tidak spesifik dan bervariasi. Obat-obatan yang dapat memicunya antara lain obat anti konvulsi (epilepsi), obat imunosupresan, antihipertensi, dan kontrasepsi oral.1

Antihipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit kardiovaskular di dunia.2 Pada tahun 1990, data populasi menyatakan bahwa prevalensi hipertensi telah berkurang, namun data lainnya menyatakan yang sebaliknya. Pada tahun 1999-2002, terdapat 28,6% dari penduduk Amerika memiliki hipertensi.2 Di Saudi Arabia, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berkisar 4,75%-25,6%.3 Berdasarkan laporan NHANES tahun 1999-2000 insidensi hipertensi orang dewasa mencapai 29%-31% atau 58-65 juta orang di Amerika.4

Di Indonesia pada tahun 2007, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%. Pada tahun yang sama, hasil Riskesdas memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di


(15)

Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi yaitu sebesar 31,7% per 1000 penduduk. 5

. Dari data NHANES pada orang dewasa hipertensi di Amerika tahun 1999-2000 mengungkapkan, 70% sadar bahwa mereka menderita hipertensi. Kesadaran tersebut membawa 59% dari mereka untuk melakukan terapi. Tetapi hanya 34% dari mereka yang melakukan terapi memiliki tekanan darah yang terkontrol.

Penggunaan obat antihipertensi dapat memberikan beberapa efek samping pada rongga mulut seperti xerostomia, lesi-lesi ulseratif, lesi-lesi vesikobulosa , eritema multiforme, reaksi likenoid, burning mouth syndrome, gingivitis.6 Selain itu telah dilakukan penelitian terhadap 531 pasien yang mengkonsumsi obat kardiovaskular di Saudi Arabia. Tanda-tanda manifestasi oral ditemukan pada 75 (14,1%) pasien yaitu xerostomia (14,1%), lesi (3,6%) dan dysgeusia (1,9%).7

Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi pada penderita hipertensi. Penelitian akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan.


(16)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah prevalensi setiap manifestasi oral yang terjadi pada pengguna obat antihipertensi

2. Berapakah prevalensi dan distribusi manifestasi oral berdasarkan jenis obat dan lama pemakain obat

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui manifestasi oral apa saja yang terdapat pada rongga mulut pasien pengguna obat antihipertensi.

2. Untuk mengetahui prevalensi setiap manifestasi oral yang terjadi pada pasien pengguna obat antihipertensi.

3. Untuk mengetahui prevalensi dan distribusi manifestasi oral berdasarkan jenis obat yang digunakan dan lama pemakaian obat.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui frekuensi dan distribusi manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi, maka diharapkan:

1. Dokter gigi dapat memberikan penanggulangan ataupun edukasi yang sebaik-baiknya kepada pasien dalam hal menanggulangi manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi.

2. Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut kaitan antara penggunaan obat antihipertensi dengan timbulnya kelainan pada mukosa mulut.

3. Agar dokter umum dapat mengetahui manifestasi-manifestasi oral yang terjadi akibat penggunaan obat-obat antihipertensi sehingga dokter umum dapat fleksibel untuk mengganti jenis obat.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah secara terus menerus baik tekanan sistolik, tekanan diastolik, maupun keduanya. Hipertensi adalah salah satu risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner dan yang paling penting sebagai faktor risiko terjadinya penyakit serebrovaskular.8

Menurut WHO seseorang didiagnosa menderita hipertensi apabila tekanan sistolik pada saat istirahat melebihi 160 mmHg atau dimana tekanan diastolik melebihi 95 mmHg.9 Sementara itu menurut American Heart Association seseorang didiagnosa menderita hipertensi apabila tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg. Tekanan darah yang normal adalah 120 mmHg (sistolik) dan 80 mm Hg (diastolik). 9,10

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:11 1. Hipertensi primer11

Hipertensi primer atau hipertensi essensial, atau idiopatik adalah peningkatan persistensi tekanan arteri karena ketidakteraturan mekanisme kontrol tubuh yang normal.11 Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.11 Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah


(19)

terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain.11 Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress, emosi, obesitas dan lain-lain. Hipertensi jenis ini tanpa kelainan dasar patologi yang jelas.11

Perawatan hipertensi jenis ini dapat dikontrol dengan kombinasi dari beberapa obat antihipertensi dan merubah gaya hidup (seperti makanan, olahraga, dan kontrol berat badan). Perawatan pada hipertensi primer adalah perawatan seumur hidup. Meskipun orang tersebut dapat mengurangi jumlah dari obat yang dikonsumsi, mereka biasanya harus melanjutkan mengkonsumsi obat seumur hidup.12

2. Hipertensi sekunder11

Hipertensi sekunder berkaitan dengan berbagai penyakit seperti kelainan ginjal, kelainan sistem saraf pusat, penyakit endokrin dan penyakit vaskular. Meliputi 5-10% kasus hipertensi.11

Perawatan hipertensi jenis ini cukup dengan mengobati penyakit-penyakit yang menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat. Tidak ada perawatan selanjutnya yang dibutuhkan.13

Pasien dengan hipertensi, harus mendapatkan perawatan baik itu dengan merubah gaya hidup ataupun dengan mengkonsumsi obat antihipertensi dalam jangka waktu yang panjang karena jika tidak mendapat perawatan dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan stroke. 12,14

Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan oleh penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.12


(20)

2.2 Klasifikasi Obat Antihipertensi

Obat-obat antihipertensi yang biasa digunakan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, antara lain:9,11,15,16

2.2.1 Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.9,11Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium diruang interstisial dan didalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium.11

2.2.1.1 Golongan Tiazid

Terdapat beberapa obat yang termasuk golongan tiazid antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretik lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida (indapamid dan klortalidon). Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl− meningkat.11,15

Yang termasuk kedalam golongan Tiazid adalah:

1. Hidroklorotiazid (HCT), merupakan prototype golongan tiazid dan dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi dengan berbagai hipertensi lain.11


(21)

2. Indapamid, memiliki kelebihan karena masih efektif pada pasien gangguan fungsi ginjal, bersifat netral pada metabolisme lemak dan efektif meregresi hipertrofi ventrikel.11

Sampai sekarang tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Berbagai penelitian besar membuktikan bahwa diuretik terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular.11

2.2.1.2 Diuretik Kuat ( Loop Diuretics, Ceiling Diuretics)

Diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat kotransport Na+, K+, Cl− dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Termasuk dalam golongan diuretik kuat antara lain furosemid, bumetanid, dan asam etakrinat.9,11

2.2.1.3 Diuretik Hemat Kalium

Amilorid, triamteren, dan spironolakton merupakan diuretik lemah. Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia.11

Efek samping yang sering dijumpai akibat penggunaan obat golongan diuretik ini seperti demam, sakit tenggorokan, rasa lelah, keram otot, dan pusing. Beberapa individu juga mengeluhkan adanya ruam pada kulit, dan detak jantung yang abnormal. Efek samping obat golongan diuretik terhadap rongga mulut sendiri yaitu dapat menyebabkan xerostomia, reaksi likenoid, hilangnya pengecapan (dysgeusia), angioedema dan eritema multiforme.17−19


(22)

2.2.2 Penghambat Adrenoreseptor Beta (β-blocker)

β-blocker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya

sesudah infark miokard akut). β-blocker lebih efektif pada pasien muda dan kurang efektif pada pasien usia lanjut.9,11,15

Beberapa jenis β-blocker9,11 1. Kardioselektif

Yang termasuk jenis kardioselektif seperti acetabutol, atenolol, betaxolol, bisoprolol, metaprolol biasa, dan metaprolol lepas hambat.

2. Nonselektif

-Yang termasuk jenis non selektif yaitu nadolol, cartelol, labetalol, penbutolol, timolol, propanolol, dan pindo lol.

Obat golongan β-blocker dapat menyebabkan efek samping berupa hipotensi

ortostatik, retensi cairan pada tubuh, bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Oleh karena itu obat golongan ini dikontraindikasikan pada keadaan bradikardia. Efek sentral berupa depresi dan halusinasi dapat terjadi pada pemakaian obat jenis labetalol dan karvedilol. 11

Efek samping obat golongan β-blocker terhadap rongga mulut yaitu


(23)

2.2.3 Calcium Channel Blockers (Antagonis Kalsium)

Calcium Channel Blockers menghambat influks kalsium pada otot polos pembuluh darah dan miokard. Calcium channel blockers dibagi kedalam dua golongan:11,15

1. Hidropiridin

Nifedipine, nikardipin, isradipine, felodipine dan amlodipine termasuk dalam golongan ini. Bekerja dengan cara menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan

fungsi jantung yang berarti dan relatif aman dalam kombinasi dengan β-blocker.11 2. Non-Hidropiridin

Verapamil dan diltiazem termasuk dalam golongan ini.15

Efek samping akibat penggunaan obat golongan antagonis kalsium adalah hipotensi, iskemia miokard, sakit kepala, muka merah yang terjadi karena vasodilatasi arteri meningeal, edema perifer dan gagal ginjal kongestif. 11 Sementara efek sampingnya pada rongga mulut yaitu terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), xerostomia ,dysgeusia, ulser, angioedema, dan reaksi likenoid.9,19

2.2.4 Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme (ACE- Inhibitor)

Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama ditemukan dan banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung.11

Secara umum ACE-inhibitor dibedakan atas dua kelompok:11 1. Yang bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril9,11


(24)

2. Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazapril, dan fosinopril.11

ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat. Bahkan beberapa diantaranya dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril dan enalaprilat. Obat ini efektif pada sekitar 70% pasien. Kombinasi dengan diuretik memberikan efek sinergetik (sekitar 85% pasien tekanan darahnya terkendali dengan kombinasi ini), sedangkan efek hipokalemia dapat dicegah.11

Efek samping pada tubuh yang dapat akibat penggunaan obat golongan ini adalah hipotensi, batuk kering, dan hiperkalemia. Hipotensi dapat terjadi pada awal pemberian ACE-inhibitor, terutama pada hipertensi dengan aktivitas rennin yang tinggi. Batuk kering merupakan efek samping yang paling sering terjadi dengan insidens 5-20%, lebih sering pada wanita dan lebih sering terjadi pada malam hari. Sedangkan hiperkalemia terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada

pasien yang juga mendapat diuretic hemat kalium, atau β-blocker. 11

Sedangkan efek sampingnya pada rongga mulut berupa angioedema, ulser, hilangnya pengecapan, xerostomia, dan reaksi likenoid.18,19

2.2.5 Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin receptor blocker,

ARBs)

Golongan ini merupakan alternatif bagi pasien yang tidak toleran terhadap ACE-inhibitor. Walaupun ARBs menimbulkan efek yang mirip dengan pemberian ACE-inhibitor, tetapi karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin, maka obat


(25)

ini dilaporkan tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema seperti yang sering terjadi dengan ACE-inhibitor. 11

Yang termasuk golongan ARBs, contohnya candesartan, losartan, valsartan, irbesartan, dan telmisartan.9,11

Hipotensi dan Hiperkalemia ada dilaporka sebagai efek samping akibat pemakaian obat golongan ini. Sementara itu, manifestasinya di rongga mulut berupa xerostomia dan angioedema. 11

2.3 Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

2.3.1 Xerostomia

Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang paling banyak dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh mulutnya kering.20

Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari berbagai kondisi medis.21 Banyak faktor yang dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, kemoterapi, Sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, dehidrasi, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia .20,21

Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat menyebabkan efek samping berupa xerostomia.22


(26)

Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.20

2.3.2 Ulser

Ulser pada mukosa mulut, terasa sakit, tanpa ada tanda-tanda sistemik dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.22,23 Tidak ada teori yang seragam tentang adanya immunopatogenesis dari ulser . Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui.22,24

Gambar 1. Ulser25

2.3.3 Reaksi Likenoid

Pemakaian obat-obatan dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi likenoid. Secara klinis, sering terdapat sedikit sekali tanda-tanda untuk membedakan reaksi likenoid yang ditimbulkan akibat obat-obatan dengan liken planus. Etiologi likenoid


(27)

diyakini berasal dari respon immune abnormal yang diperantarai sel-T dalam sel-sel epitel basal yang dikenali sebagai benda-benda asing karena adanya antigenitas permukaan selnya. Penyebab rusaknya sel basal yang diperantarai immun ini tidak diketahui. Karena itu, tidak diketahui apakah reaksi likenoid mewakili suatu proses penyakit tunggal atau berkaitan dengan penyakit yang memiliki penampilan klinis yang sama.17

Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula seperti liken planus, lesi dapat terlihat ulseratif dengan adanya rasa peka terhadap rasa sakit serta lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal dan gingival cekat, namun daerah lain dapat dikenai.6 Reaksi likenoid dapat bersifat unilateral.26


(28)

2.3.4 Gingival Enlargement ( Pembesaran Gingiva)

Salah satu efek samping obat-obatan pada jaringan periodonsium yang paling sering adalah pembesaran gingiva atau juga dikenal dengan hiperplasia gingiva.27

Beberapa penyebab dari hiperplasia gingiva tidak diketahui, namun yang paling banyak diketahui bahwa hal ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan termasuk obat antihipertensi. Pembesaran ukuran dari gingiva diperparah dengan buruknya oral hygiene seseorang.

Patogenesis terjadinya pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini sebagai akibat dari terjadinya peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast gingiva, pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim kolagenase yang inaktif dan pertambahan matriks non-kolagen, sebagai contoh glikosaminoglikans dan proteoglikans, dalam jumlah yang lebih banyak dari matriks kolagen. 28


(29)

2.3.5 Eritema Multiform (EM)

Merupakan penyakit kulit dan membrana mukosa dengan tanda-tanda klinis yang luas, gangguan inflamasi akut, sering berulang dan merupakan reaksi hipersensitifitas yang berdampak pada jaringan mukokutaneus yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi kulit, maka dinamakan multiforme.8,22 Pada mulut terlihat peradangan yang luas, dengan pembentukan vesikel kecil serta erosi yang luas dengan dasar yang berwarna merah. Dapat terjadi pada bibir dan terbentuk ulser yang luas.23

Berdasarkan banyaknya mukosa yang terlibat EM terbagi atas 2 tipe yaitu tipe minor dan tipe mayor.22

1. Eritema multiform minor

Terjadi hanya pada satu daerah saja. Dapat mengenai mulut saja, kulit atau mukosa lainnya.

2. Eritema multiform mayor

Tipe ini juga dikenal dengan istilah Steven-Johnson syndrome. Dimana hampir seluruh mukosa mulut terlibat dan juga dapat mengenai mata, laring, esophagus, kulit, dan genital.

Eritema multiform yang dipicu oleh obat-obat antihipertensi terjadi sebagai reaksi hipersensitifitas imunitas dari tubuh ditandai dengan hadirnya sel-sel efektor sitotoksik dan CD8+ limfosit T pada epitel yang menyebabkan apoptosis dari keratinosit sehingga sel menjadi nekrosis.22


(30)

Gambar 4. Eritema Multiforme29

2.3.6 Angioedema

Angioedema adalah pembengkakan pada lapisan dermis, jaringan subkutaneus atau submukosa yang mempengaruhi setiap bagian tubuh terutama kelopak mata, bibir, lidah, dan bahkan jaringan dari dasar mulut yang dapat menyebabkan terbentuknya edema laryngeal.22 Terdapat perbedaan warna antara jaringan yang terlibat dengan jaringan sekitarnya atau seperti eritematus.30 Karena sering terjadi pada leher dan kepala, maka pasien sering terlihat dengan wajah, bibir, dan kelopak mata yang bengkak. 22

Angioedema sebagai manifestasi dari pemakaian obat-obatan digolongkan sebagai angioedema yang bukan disebabkan karena reaksi alergi karena tidak ada keterlibatan IgE dan histamine dalam hal ini. Melainkan terjadi karena meningkatnya kadar dari bradikinin atau berubahnya fungsi dari C1 inhibitor.22


(31)

Gambar 5. Angioedema30

2.3.7 Sindroma Mulut Terbakar (SMT)

SMT didefenisikan sebagai gejala dan karakteristik rasa sakit dan rasa terbakar pada salah satu atau beberapa struktur rongga mulut dengan atau tanpa adanya perubahan klinis di rongga mulut. Beberapa penyakit pada mukosa oral yang mempunyai gejala seperti rasa sakit atau rasa terbakar adalah virus herpes simplex, liken planus, stomatitis, kandidiasis, dan xerostomia.31,32

Gangguan ini ditandai dengan adanya rasa terbakar atau rasa gatal pada ujung dan lateral lidah, bibir, dan palatum anterior, dan terkadang dikaitkan dengan perubahan pengecapan dan mulut kering. Manifestasi SMT biasanya bilateral namun pada beberapa kasus ada yang unilateral. Sindroma ini pada umumnya terjadi pada wanita dimana prevalensi yang tinggi terjadi pada wanita yang sudah menopause.31

Klasifikasi dari SMT berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 3 tipe sebagai berikut :31,32


(32)

1. SMT tipe 1 : Rasa terbakar tidak terjadi pada waktu bangun pagi hari tetapi akan terasa bila hari telah siang.

2. SMT tipe 2 : Rasa terbakar dirasakan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan menetap sampai penderita tidur lagi.

3. SMT tipe 3 : Rasa terbakar hilang timbul dan menyerang tempat-tempat yang tidak umum, seperti dasar mulut dan tenggorokan.

2.3.8 Dysgeusia (Gangguan Pengecapan)

Dysgeusia adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan dalam hal pengecapan dan terkadang disertai gangguan dalam hal penciuman. Dysgeusia juga dihubungkan dengan ageusia, yaitu hilanganya kemampuan dalam pengecapan, dan hypogeusia, yaitu menurunnya kemampuan dalam pengecapan. Dysgeusia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Sebagai contoh flu, infeksi sinus, sakit tenggorokan dapat menyebabkan dysgeusia. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dysgeusia seperti rokok, xerostomia, defisiensi vitamin dan mineral, depresi, radiasi di daerah leher dan kepala, obat-obatan seperti ACE-inhibitor, antibiotik, dan obat-obat kemoterapi. Dysgeusia juga dihubungkan dengan sindroma mulut terbakar atau glossitis dan kondisi oral lainnya. 33

Perawatan dari dysgeusia adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya. Jika dysgeusia terjadi karena kerusakan saraf yang permanen maka dysgeusia tidak bisa diobati.33


(33)

KERANGKA TEORI

Hipertensi

Klasifikasi Obat Antihipertensi

Diuretik β-blocker Antagonis

Kalsium ACE-Inhibitor ARBs

Manifestasi oral:

-xerostomia - reaksi likenoid - dysgeusia -angioedema - eritema Manifestasi oral : -xerostomia - reaksi likenoid - dysgeusia -angioedema Manifestasi oral : -pembesaran gingiva xerostomia -dysgeusia, -ulser

Manifestasi oral :

-xerostomia -ulser -hilangnya pengecapan, -angioedema -reaksi likenoid sindroma mulut Manifestasi oral : - xerostomia - angioedema


(34)

KERANGKA KONSEP

Pasien Hipertensi dengan perawatan obat

antihipertensi

- Jenis obat antihipertensi

Manisfetasi oral:

1. Xerostomia

2. Ulser

3. Reaksi Likenoid


(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional dilakukan untuk mendapatkan gambaran penyebaran manifestasi oral akibat penggunaan obat-obat antihipertensi pada pasien pengunjung RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi di Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi di Medan. Alasan dilakukan di kedua rumah sakit tersebut dikarenakan banyaknya pasien hipertensi yang datang berobat ke kedua rumah sakit tersebut dan kemudahan dalam pemilihan sampel.

Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi (Oktober- November 2010).

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah para pasien hipertensi yang berada di RSUP. H.Adam Malik Medan dan RSU.dr. Pirngadi Medan pada bulan Oktober 2010.

Sampel penelitian adalah para pasien hipertensi yang mendapatkan perawatan dengan obat-obat antihipertensi yang berada di RSUP H. Adam Malik dan RSU. DR.


(36)

sampling. Dimana pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri tertentu dari populasi yang berhubungan dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan persentase prevalensi manifestasi oral pada pasien yang mengkonsumsi obat kardiovaskular di Saudi Arabia yang dilakukan oleh KM Habbab, DR Moles, dan SR Porter (2010) yaitu 14,1%, diperoleh sampel dengan menggunakan rumus:

2 2

/ . .pq d Za

n=

Dimana : Za = confidence level 95% (1,96)

P = persentase prevalensi lesi-lesi mukosa oral q =1-p

d = presisi relative 10%

n = 1,9622. 0,141(1-0,141)/0,12 = 46,6

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 46,6 atau 50 orang. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil oleh peneliti adalah 100 orang. Jadi dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 50 orang dari masing-masing RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi kelompok sampel :

- pasien hipertensi yang mendapat perawatan dengan obat-obat antihipertensi


(37)

- pasien yang berusia 30 tahun keatas

- pasien yang bersedia diperiksa rongga mulutnya - pasien yang dapat membuka mulut dengan baik - pasien dengan hipertensi primer

Kriteria Ekslusi kelompok sampel :

- Pasien hipertensi yang mendapat perawatan bukan dengan obat-obatan antihipertensi

- Pasien dengan penyakit sistemik

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Pasien hipertensi dengan perawatan obat antihipertensi - Jenis obat antihipertensi

- Lama pemakaian obat

3.5.2 Variabel terikat : Manifestasi oral berupa : - Xerostomia

- Ulser

- Reaksi likenoid - Gingival Enlargement - Eritema Multiforme - Angioedema


(38)

3.5.3 Variabel tidak terkendali - Jenis kelamin

- Obat-obatan lain yang digunakan - Oral hygiene

3.5.4 Variabel terkendali

- penyakit sistemik yang diderita pasien - Usia (30 tahun keatas)

3.6 Definisi Operasional

a. Pasien hipertensi dengan perawatan obat antihipertensi adalah pasien yang memiliki tekanan darah yang tinggi atau diatas dari tekanan darah yang normal (dimana tekanan darah yang normal adalah 120 mmHg (sistolik) dan 80 mmHg (diastolik)) yang mendapat perawatan dengan menggunakan obat-obat antihipertensi yang dapat diketahui dari data rekam medik pasien.10

b. Xerostomia adalah penurunan sekresi saliva atau tidak ada sama sekali di dalam mulut. Dapat diketahui melalui keluhan yang dirasakan oleh pasien ataupun melalui pemeriksaan saliva dengan menyentuhkan kaca mulut di mukosa mulut pasien. Diperhatikan apakah kaca mulut lengket atau tidak pada mukosa mulut.21

c. Ulser adalah tukak dengan pinggiran yang berbentuk teratur maupun tidak teratur yang ditutupi oleh lapisan fibrin yang berwarna kuning kelabu. Lesi mengenai


(39)

lapisan basal dan bagian tepinya sedikit lebih tinggi dari dasar ulser dan dikelilingi oleh jaringan eritematus.24

d. Reaksi likenoid adalah termasuk kedalam lesi putih di rongga mulut dapat terjadi unilateral maupun bilateral.

- pada tipe atrofik ditandai dengan lesi merah dengan adanya garis-garis putih pada tepi lesi.

- pada tipe erosif ditandai dengan epitel permukaan yang sama sekali hilang sehingga terlihat adanya ulserasi.

-pada tipe retikuler mempunyai banyak garis-garis atau papula-papula putih halus yang tersusun dalam suatu jaringan mirip jala yang disebut Striae Wickham’s

-pada tipe plak ditandai dengan lesi berupa plak atau bercak putih padat mempunyai permukaan yang licin dan asimetris.24,26

e. Gingival Enlargement adalah keadaan dimana besar atau ukuran gingiva bertambah dari yang normal.31 Terlihat berupa pembesaran berbentuk manik-manik pada tepi gingiva, papilla interdental ataupun pada gingiva cekat pada sisi vestibular dan oral.

f. Eritema multiforme adalah penyakit kulit dan membrana mukosa dengan tanda-tanda pada mulut terlihat peradangan yang luas, dengan pembentukan vesikel kecil serta erosi yang luas dengan dasar yang berwarna merah.24

g. Angioedema adalah pembengkakan pada lapisan dermis, jaringan subkutaneus atau submukosa yang dapat terjadi pada kelopak mata, bibir, lidah,


(40)

ataupun jaringan dari dasar mulut. Daerah yang terlibat dapat atau tidak disertai perbedaan warna dari jaringan sekitarnya atau seperti eritematus. 24

3.7 Sarana Penelitian

3.7.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dalam rongga mulut adalah kaca mulut, kapas, sarung tangan, masker, lampu senter, serta kamera untuk dokumentasi penelitian. Sebagai bahan untuk desinfeksi adalah 3 buah wadah yang masing-masing berisi air, povidon iodine dan terakhir dimasukkan kedalam wadah yang berisi alkohol, kemudian alat dikeringkan dengan handuk. Selanjutnya dipergunakan untuk pemeriksaan subjek yang lain.

3.7.2. Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan terdiri dari blanko rekam medik yang mencakup data demografi (nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, suku) dan data klinik subjektif dan objektif (pemeriksaan ekstra oral dan intra oral).

3.8 Cara Pengumpulan Data

3.8.1 Data Demografi

Data demografi diperoleh melalui data sekunder berupa data rekam medik pasien yang terdapat di rumah sakit.

3.8.2 Data klinik

Data klinik dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut terhadap subjek sebagai berikut :


(41)

- Subjek didudukkan dengan keadaan rileks. Posisi pemeriksa berdiri didepan subjek.

- Pemeriksaan klinis dilakukan peneliti dengan menggunakaan kaca mulut dan penerangan lampu senter.

- Catat manifestasi-manifestasi oral yang terlihat pada subjek, terutama lesi-lesi yang menjadi lesi-lesi target. Kriteria diagnosa lesi-lesi sesuai dengan kriteria pada defenisi operasional.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan.

3.10 Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasikan dan analisa data dilakukan dengan cara perhitungan persentase setiap lesi-lesi mukosa mulut yang terlihat pada subjek.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 100 orang terdiri dari 35 orang laki-laki (35%) dan 65 orang perempuan (65%). Dimana subjek penelitian yang berasal dari RSUP H. Adam Malik terdiri dari 15 orang laki-laki dan 35 orang perempuan dan yang berasal dari RSU. Dr. Pirngadi terdiri dari 20 orang laki-laki dan 30 orang perempuan.

Gambar 6 menunjukkan distribusi pasien berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Untuk kelompok umur 30-39 tahun sebesar 2% pada laki-laki, kelompok umur 40-49 tahun sebesar 4% pada laki-laki dan 6% pada perempuan, kelompok umur 50-59 tahun sebesar 6% pada laki-laki dan 26% pada perempuan, kelompok umur 60-69 tahun sebesar 13% pada laki-laki dan 19% pada perempuan, kelompok umur 70-79 tahun sebesar 10% pada laki-laki dan 12% pada perempuan, kelompok umur 80-89 tahun sebesar 2% pada perempuan.


(43)

Gambar 6. DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN

JENIS KELAMIN

Gambar 7 menunjukkan lama waktu pemakaian obat antihipertensi dari 100 orang subjek penelitian. Lama pemakaian obat antihipertensi < 1 tahun sebesar 41%, 1-5 tahun sebesar 27%, 6-10 tahun sebesar 13%, dan >10 tahun sebesar 19%.

0 5 10 15 20 25 30

30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89

Jumlah

Umur

DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN KELOMPOK

UMUR DAN JENIS KELAMIN

Laki-laki


(44)

Gambar 7. DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN LAMA WAKTU PEMAKAIAN OBAT

Gambar 8 menunjukkan prevalensi manifestasi-manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi pada 100 orang subjek penelitian. Dimana manifestasi oral yang paling banyak ditemukan berupa xerostomia sebesar 43%, gingival enlargement sebesar 20%, ulser sebesar 10%, reaksi likenoid sebesar 9%, eritema multiforme dan angioedema tidak ditemukan, dan tidak ditemukan adanya manifestasi sebesar 40%.

0 10 20 30 40 50

< 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun

JUMLAH

LAMA PEMAKAIAN

DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN LAMA

WAKTU PEMAKAIAN OBAT


(45)

GAMBAR 8. PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PADA PASIEN

Gambar 9 menunjukkan distribusi pasien berdasarkan jenis golongan obat antihipertensi yang digunakan pada 100 orang subjek penelitian. Dimana pasien yang

menggunakan obat antihipertensi golongan diuretik sebesar 22%, golongan β-blocker sebesar 4%, golongan ACE-inhibitor sebesar 48%, golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) sebesar 53%, dan golongan antagonis kalsium sebesar 45%.

0 10 20 30 40 50

JUMLAH

JENIS MANIFESTASI

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PADA

PASIEN


(46)

GAMBAR 9. DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN JENIS GOLONGAN

OBAT ANTIHIPERTENSI YANG DIGUNAKAN

Dari 100 orang yang diperiksa sebesar 60% ditemukan adanya manifestasi oral, 36% memiliki manifestasi lebih dari satu. Pasien yang memiliki 1 manifestasi sebesar 18% pada laki-laki dan 16% pada perempuan, 2 manifestasi sebesar 19% pada laki-laki dan 16% pada perempuan, 3 manifestasi sebesar 1% pada laki-laki dan

0 10 20 30 40 50 60

Diuretik β-blocker Ace-inhibitor ARBs Antagonis

kalsium

JUMLAH

JENIS GOLONGAN OBAT

DISTRIBUSI PASIEN BERDASARKAN JENIS

GOLONGAN OBAT ANTIHIPERTENSI YANG


(47)

tidak dijumpai adanya manifestasi sebesar 10% pada laki-laki dan 30% pada perempuan. (Gambar 10)

GAMBAR 10. DISTRIBUSI JUMLAH MANIFESTASI-MANIFESTASI ORAL

PADA PASIEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

0 5 10 15 20 25 30

Tidak ada manifestasi

1 manifestasi 2 manifestasi 3 manifestasi

JUMLAH

JUMLAH MANIFESTASI

DISTRIBUSI JUMLAH MANIFESTASI-MANIFESTASI

ORAL PADA PASIEN BERDASARKAN JENIS

KELAMIN

Laki-laki


(48)

Tabel 1 . DISTRIBUSI MANIFESTASI ORAL PADA PASIEN BERDASARKAN JUMLAH MANIFESTASI ORAL

1 manifestasi 2 manifestasi 3 manifestasi

X GE U RL X, GE X, RL X, U X, GE, RL

24% 6% 1% 3% 17% 8% 9% 1%

Keterangan :

X = Xerostomia

GE : Gingival Enlargement

U = Ulser

RL = Reaksi Likenoid

Tabel 1 menunujukkan distribusi manifestasi oral pada pasien berdasarkan jumlah manifestasi dari 100 orang pasien. Dimana pasien yang hanya memiliki satu jenis manifestasi berupa xerostomia sebesar 24%, gingival enlargement sebesar 6%, ulser sebesar 1% dan reaksi likenoid sebesar 3%. Pasien yang memiliki dua jenis manifestasi berupa xerostomia dan gingival enlargement sebesar 17%, xerostomia dan reaksi likenoid sebesar 8%, xerostomia dan ulser sebesar 9%. Pasien yang memiliki tiga jenis manifestasi berupa xerostomia,gingival enlargement, dan reaksi likenoid sebesar 1%.


(49)

Tabel 2 menunjukkan prevalensi manifestasi oral pada 100 orang pasien ditinjau berdasarkan lama waktu pemakaian obat. Dimana prevalensi manifestasi berupa xerostomia pada lama waktu pemakaian obat <1 tahun sebesar 7%, 1-5 tahun sebesar 12%, 6-10 tahun sebesar 7%, dan >10 tahun sebesar 17% . Manifestasi berupa pembesaran gingiva pada lama waktu pemakaian obat <1 tahun sebesar 7%, 1-5 tahun sebesar 10%, 6-10 tahun sebesar 0%, dan >10 tahun sebesar 3%. Manifestasi berupa ulser pada lama waktu pemakaian obat <1 tahun sebesar 2%, 1-5 tahun sebesar 3%, 6- 10 tahun sebesar 1 %, dan >10 tahun sebesar 4%. Manifestasi berupa reaksi likenoid pada lama waktu pemakaian obat <1 tahun sebesar 2%, 1-5 tahun sebesar 2% , 6-10 tahun sebesar 4% dan >10 tahun sebesar 1%. Prevalensi tidak ditemukannya manifestasi oral pada waktu lama pemakaian obat <1 tahun sebesar 27%, 1-5 tahun sebesar 7%, 6-10 tahun sebesar 6%. Sementara manifestasi berupa eritema multiforme dan angioedema tidak dijumpai.


(50)

Tabel 2. PREVALENSI MANIFESTASI ORAL BERDASARKAN LAMA WAKTU PEMAKAIAN OBAT

Lama waktu pemakaian

<1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun

Xerostomia 7% 12% 7% 17%

Gingiva Enlargement

7% 10% 0% 3%

Ulser 2% 3% 1% 4%

Reaksi Likenoid 2% 2% 4% 1%

Eritema Multiforme

0% 0% 0% 0%

Angioedema 0% 0% 0% 0%

Tidak ada manifestasi

27% 7% 6% 0%

Tabel 3 menunjukkan prevalensi manifestasi-manifestasi oral yang ditemukan pada 100 orang subjek berdasarkan jenis golongan obat antihipertensi yang digunakan. Dimana manifestasi berupa xerostomia terjadi pada pasien pengguna obat

antihipertensi golongan diuretik sebesar 11%, β-blocker sebesar 2%, ace-inhibitor sebesar 25%, ARBs sebesar 28%, antagonis kalsium sebesar 26%. Manifestasi berupa pembesaran gingiva terjadi pada pasien pengguna obat antihipertensi golongan β -blocker sebesar 2%, ACE-inhibitor sebesar 10%, ARBs sebesar 10%, antagonis kalsium sebesar 14%, sementara pada pasien pengguna obat golongan diuretik tidak


(51)

dijumpai adanya manifestasi berupa pembesaran gingiva. Manifestasi berupa ulser dijumpai pada pasien pengguna obat antihipertensi golongan diuretik sebesar 1%, ACE-inhibitor sebesar 7%, ARBs sebesar 6%, antagonis kalsium sebesar 6%,

sementara pada golongan β-blocker tidak dijumpai adanya manifestasi. Manifestasi berupa reaksi likenoid dijumpai pada pasien pengguna obat antihipertensi golongan

diuretik sebesar 2%, β-blocker sebesar 2%, ace-inhibitor sebesar 4%, ARBs sebesar 5% dan antagonis kalsium sebesar 5%. Terdapat pasien dimana tidak ditemukan adanya manifestasi pada penggunaan obat antihipertensi golongan diuretik sebesar

12%, β-blocker sebesar 2%, ACE-inhibitor sebesar 18%, ARBs sebesar 20%, dan

antagonis kalsium sebesar 12%. Sementara manifestasi berupa eritema multiforme dan angioedema tidak ditemukan pada semua pemakaian golongan obat antihipertensi.


(52)

Tabel 3. PREVALENSI MANIFESTASI ORAL BERDASARKAN JENIS GOLONGAN OBAT ANTIHIPERTENSI YANG DIGUNAKAN

Jenis Obat Antihipertensi Diuretik β-blocker

ACE-Inhibitor

ARBs Antagonis Kalsium

Xerostomia 11% 2% 25% 28% 26%

Gingival Enlargement

0% 2% 10% 10% 14%

Ulser 1% 0% 7 % 6% 6%

Reaksi Likenoid

2% 2% 4% 5% 5%

Eritema Multiforme

0% 0% 0% 0% 0%

Angioedema 0% 0% 0% 0% 0%

Tidak ada manifestasi

12% 2% 18% 20% 12%

Tabel 4. DISTRIBUSI PENGGUNAAN OBAT BERDASARKAN JUMLAH JENIS OBAT YANG DIBERIKAN

Jenis Obat Antihipertensi Diuretik β-blocker

ACE-Inhibitor

ARBs Antagonis Kalsium 1 jenis 4 (9,09%) 0% 18 (40,9%) 19 (43,1%) 3(6,8%) 2 jenis 11(10,8%) 2(1,98%) 26(25,7%) 28(27,7%) 34(33,6%) 3 jenis 9(33,3%) 2(7,4%) 4(14,8%) 6(22,2%) 6(22,2%)


(53)

Dari 100 orang responden diperoleh data bahwa penggunaan diuretik sebagai single terapi adalah sebesar 4(9,09%), β-blocker 0%, ACE-Inhibitor sebesar 18(40,9%), ARBs sebesar 19(43,1%) dan Antagonis kalsium sebesar 3(6,8%).

Penggunaan dua jenis obat antihipertensi dijumpai pada pasien sebesar 11(10,8%)

pada diuretik, 2(1,98%) pada β-blocker, 26(25,7%) pada ACE-Inhibitor, 28(27,7%) pada ARBs dan 34(33,6%) pada antagonis kalsium. Sedangkan penggunaan kombinasi obat antihipertensi sebanyak tiga jenis dijumpai pada pasien pengguna

diuretik sebesar 9(33,3)%, β-blocker sebesar 2(7,4%), ACE-Inhibitor sebesar

4(14,8%) dan pada ARBs dan antagonis kalsium sebesar 6(22,2%) (Tabel 4).

Tabel 5. DISTRIBUSI MANIFESTASI ORAL BERDASARKAN JUMLAH JENIS OBAT YANG DIBERIKAN

Manifestasi Oral Xerostomia Gingival

Enlargement

Ulser Reaksi

Likenoid

1 jenis obat 10% 5% 2% 1%

2 jenis obat 26% 11% 6% 7%

3 jenis obat 7% 4% 2% 1%

Dari 100 orang penelitian didapatkan bahwa pada penggunaan satu jenis obat didapat xerostomia sebesar 10%, gingival enlargement 5%, ulser 2%, dan reaksi likenoid 1%. Pada penggunaan dua jenis obat didapat xerostomia sebesar 26%,


(54)

jenis obat didapat xerostomia sebesar 7%, gingival enlargement 4%, ulser 2% dan reaksi likenoid 1%. (Tabel 5).


(55)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, subjek penelitian berjumlah 100 orang yang berasal dari dua rumah sakit yaitu 50 orang berasal dari RSUP H. Adam Malik dan 50 orang lagi berasal dari RSU. dr. Pirngadi Medan. Responden dari penelitian ini terdiri dari 35 orang laki-laki dan 65 orang perempuan. Persentase responden dalam penelitian ini dijumpai lebih tinggi pada responden perempuan, yaitu sebesar 65%, sedangkan pada responden laki-laki dijumpai sebesar 35%. Tingginya persentase pada perempuan disebabkan karena perempuan lebih memperhatikan kesehatan dirinya dibandingkan dengan pria. Perempuan lebih sering pergi berobat ke dokter baik itu dalam usaha kuratif maupun preventif, sedangkan pada laki-laki tidak. Laki-laki hanya pergi berobat apabila ada masalah serius saja terjadi pada dirinya.

Persentase hipertensi berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah pada kelompok umur 50-59 dan 60-69 yaitu sebesar 32%. Hipertensi lebih banyak diderita pada kelompok umur tersebut, hal ini disebabkan faktor usia dan faktor degeneratif. Resiko terjadinya hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Laki-laki sampai umur 55 tahun berisiko terjadinya hipertensi, sedangkan perempuan setelah umur 55 tahun atau setelah menopause kehilangan hormon yang berfungsi untuk membantu dalam menjaga kestabilan tekanan darah; karena itu tingkat kematian pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dari laki-laki yang berumur 55 tahun.35 Selain itu rentannya terjadi stress pada kelompok umur tersebut dapat menjadi suatu hal


(56)

faktor genetik sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi primer pada pasien hipertensi. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, dan lain-lain.

Berdasarkan lama waktu penggunaan obat antihipertensi, penggunaan obat kurang dari satu tahun memiliki persentase tertinggi yaitu 41 (41%). Seperti yang telah diuraikan pada bab 1 bahwa menurut hasil Riskesdas, prevalensi beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi yaitu sebesar 31,7% per 1000 penduduk.5 Kesadaran masyarakat terhadap penyakit hipertensi juga meningkat, hal ini dapat ditandai dengan masyarakat yang hanya pergi ke dokter untuk sekedar memeriksakan tekanan darahnya saja, dan kemudian meminta diberikan perawatan oleh dokter terhadap tekanan darahnya yang tinggi tersebut untuk selanjutnya dokter akan meresepkan obat-obat anthipertensi. Maka dari itu sebesar 41% responden dalam penelitian ini adalah responden yang mendapat perawatan kurang dari satu tahun. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan Bader A. Almustafa dimana hanya 14,9% responden yang menggunakan obat selama kurang dari setahun.3 Sementara untuk lama penggunaan obat antihipertensi dengan persentase terendah adalah pada responden yang menggunakan obat selama 6 - 10 tahun sebesar 13 orang (13%). Persentase ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Bader A.Almustafa dimana 37,7% responden yang menggunakan obat antihipertensi selama 6-10 tahun.3 Hal ini disebabkan karena


(57)

responden yang menggunakan obat selama 6-10 tahun kebanyakan lansia. Mereka diperbolehkan untuk mendapatkan obat dalam jangka waktu sebulan, sehingga frekuensi mereka untuk datang berobat tidak sebanyak yang bukan lansia.

Dari 100 orang responden yang diperiksa, terdapat 60% yang memiliki manifestasi oral yang ditemukan pada saat pemeriksaan. Manifestasi oral yang memiliki persentase tertinggi adalah xerostomia yaitu sebesar 43%. Obat antihipertensi ini bekerja pada saraf autonom, dimana aksi dari obat tersebut berjalan melalui saraf parasimpatik yang kemudian mempunyai pola perpindahan neurohumoral sama seperti saraf simpatik akibatnya mengintervensi kerja dari kelenjar saliva untuk mengalirkan saliva sehingga saliva menjadi berkurang. Efek sinergis dari pemakaian kombinasi dua atau tiga macam obat antihipertensi dapat meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya xerostomia.

Xerostomia yang terjadi juga dipengaruhi oleh lamanya waktu pemakaian obat dengan persentase tertinggi dijumpai pada responden yang telah menggunakan obat selama lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 17%. Dalam penelitian ini responden yang menggunakan obat selama lebih dari 10 tahun rata-rata adalah pasien yang telah berusia diatas 60 tahun. Jadi tingginya persentase xerostomia dapat juga disebabkan karena faktor usia dan banyaknya kombinasi obat yang digunakan oleh responden sehingga terjadi efek sinergis dari obat. Penggunaan obat golongan ACE-Inhibitor dalam waktu kurang dari setahun sudah menunjukkan adanya tanda-tanda xerostomia melalui keluhan sindroma mulut terbakar walaupun hal ini tidak sama untuk semua


(58)

orang. Sementara golongan ARBs, xerostomia dapat terjadi paling cepat setelah pemakaian obat selama tiga minggu.31

Dari penelitian ini, manifestasi berupa xerostomia didapat pada pemakaian semua golongan obat antihipertensi namun yang memiliki persentase tertinggi adalah akibat penggunaan obat ARBs ( Angiotensin Receptor Blockers ) yaitu sebesar 28%. Hampir semua golongan dan jenis obat antihipertensi memiliki efek samping berupa xerostomia. Mangrella juga menemukan xerostomia sebagai manifestasi sebesar 13% akibat pemakaian obat antihipertensi golongan ACE-inhibitor, hasil ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian ini yang menemukan manifestasi berupa xerostomia akibat pemakaian obat anthipertensi golongan ACE-inhibitor adalah sebesar 25%.

Manifestasi oral yang memiliki persentase tertinggi setelah xerostomia adalah gingival enlargement (pembesaran gingiva) yaitu sebesar 20%. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Shimizu, dkk (2002). Manifestasi berupa gingival enlargement dengan persentase tertinggi terdapat pada pemakaian obat dalam kurun waktu 1- 5 tahun. Menurut Marshall dan Bartold 38% gingival enlargement dapat terjadi setelah tiga bulan pengobatan dengan nifedipine bila dibandingkan dengan pengobatan dengan diltiazem dan verapamil yang hanya 21% dan 19%.36 Lamanya penggunaan obat mempengaruhi peningkatan jumlah fibroblas yang mengandung mukopolisakarida sulfat yang dapat ditunjukkan secara histokemikal yaitu terdapat sejumlah kelenjar sekretori pada sitoplasma yang menandakan adanya peningkatan produksi asam polisakarida,


(59)

sehingga sejalan dengan meningkatnya jumlah fibroblas maka terjadi hiperplasia gingiva.22

Manifestasi berupa gingival enlargement dengan persentase tertinggi didapat pada pemakaian obat golongan antagonis kalsium sebesar 14%. Keseluruhan responden dengan gingival enlargement adalah responden yang menggunakan obat golongan antagonis kalsium. Menurut Ivan Darby (2006) antagonis kalsium menyebabkan gingival enlargement sebesar 10%, hal ini lebih rendah bila dibandingkan hasil yang didapat dari penelitian ini. Namun menurut sebuah literatur insidens terjadinya gingival enlargement berkisar 15-20% akibat pemakaian nifedipine.14 Nifedipine adalah salah satu diantara obat-obatan yang paling sering mempunyai efek samping terjadinya gingival enlargement. Ada dilaporkan bahwa nifedipine menyebabkan terhalangnya apoptosis sehingga menyebabkan hiperplasia epitel. Terdapat fakta yang menyebutkan bahwa nifedipine menghambat baik perlekatan ataupun kematian fibroblas oleh makrofag yang distimulasi oleh lipopolisakarida sehingga menyebabkan pembesaran gingiva.17 Tidak ada hubungan yang jelas antara dosis obat dengan keparahan pembesaran gingiva. Efek sinergis penggunaan dua atau lebih obat ada dilaporkan sebagai penyebabnya. Pembesaran jaringan khususnya terjadi setelah 1- 3 bulan penggunaan terapi obat yang dimulai pada jaringan gingiva superfisial diantara gigi (interdental papil). Bagian anterior lebih sering terlibat dari pada bagian posterior, tetapi keterlibatan keseluruhan gingiva juga dapat terjadi.6


(60)

Prevalensi manifestasi berupa ulser menempati urutan ketiga yaitu sebesar 10%. Ulser yang disebabkan oleh obat-obatan kebanyakan terjadi pada kelompok umur tua. Terjadinya ulser biasanya disebabkan adanya keterlibatan hematologik seperti agranulositosis dan neutropenia akibat penggunaan obat.1 Persentase tertinggi manifestasi berupa ulser terdapat pada pemakaian obat selama lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 4%. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lama akan mempengaruhi sistem imunitas tubuh. Penggunaan obat dalam waktu dua bulan sudah dapat menyebabkan jumlah sel darah menjadi abnormal.19

Manifestasi berupa ulser juga dalam penelitian ini didapat pada semua

pemakaian jenis obat antihipertensi kecuali pada golongan β-blocker, dimana persentase tertinggi (7%) dijumpai pada pemakaian obat golongan ACE-inhibitor. ACE-inhibitor dilaporkan sebagai salah satu jenis obat antihipertensi yang memiliki efek samping di rongga mulut berupa ulser.19 Seedat menemukan bahwa ulser yang terjadi akibat pemakaian ACE-inhibitor terjadi setelah tiga bulan pemakaian, dan hilang apabila pengobatan dihentikan, lalu muncul kembali dua atau tiga bulan kemudian setelah obat diberikan kembali.19

Prevalensi manifestasi berupa reaksi likenoid menempati urutan keempat yaitu sebesar 9%. Reaksi likenoid persentase tertinggi dijumpai pada pemakaian obat selama 6-10 tahun yaitu sebesar 4%. Suatu laporan kasus Hawk, reaksi likenoid

terjadi pada seorang pasien yang mengkonsumsi obat golongan β-blocker dan diuretik


(61)

Reaksi likenoid dengan persentase tertinggi dijumpai pada pemakaian obat anthipertensi golongan ARBs dan antagonis kalsium yaitu sebesar 5%. Reaksi likenoid ditandai sebagai respon tubuh terhadap obat-obatan yang sedang dikonsumsi

oleh responden. Secara umum obat golongan β-blocker adalah obat yang menjadi penyebab utama timbulnya reaksi likenoid, namun pada penelitian ini reaksi likenoid

akibat pemakaian obat golongan β-blocker tidak dijumpai. Walaupun begitu

antagonis kalsium adalah jenis obat yang berpotensi untuk menimbulkan manifestasi

berupa reaksi likenoid setelah obat golongan β-blocker.36 Mekanisme patogenik yang pasti bagaimana obat-obatan dapat menyebabkan reaksi likenoid tidak diketahui dengan pasti namun, pada liken planus terdapat keterlibatan mekanisme imunologik yang sedikit berbeda. Pada pemeriksaan histopatologi pada reaksi likenoid dapat terlihat adanya infiltrasi limfosit yang lebih difus dan terdiri dari eosinofil dan basofil. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterlibatan mekanisme imunulogis tubuh terhadap terjadinya reaksi likenoid.1

Reaksi berupa eritema multiforme dan angioedema tidak ditemukan dalam penelitian ini. Eritema multiforme merupakan reaksi hipersensitifitas. Angioedema terjadi bukan disebabkan karena reaksi alergi karena tidak ada keterlibatan IgE dan histamine dalam hal ini. Melainkan terjadi karena meningkatnya kadar dari bradikinin atau berubahnya fungsi dari C1 inhibitor.22

Jenis obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada 100 orang responden dalam penelitian ini adalah obat golongan Angiotensin Reseptor Blocker


(62)

jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah dan juga tidak menimbulkan efek samping berupa batuk kering yang sangat sering dikeluhkan oleh pasien yang menggunakan obat golongan ACE-inhibitor. Dan juga tidak seperti obat golongan diuretik yang memiliki efek samping terbanyak bila dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya. Efek samping yang sering dijumpai akibat penggunaan obat diuretik ini seperti demam, sakit tenggorokan, rasa lelah, keram otot, dan pusing. Beberapa individu juga mengeluhkan adanya ruam pada kulit, hilang pengecapan, dan detak jantung yang abnormal.35 Lain halnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Bader A. Almustafa, dkk (2006) dimana obat antihipertensi yang paling banyak

digunakan adalah golongan β-blocker sebesar 62,2%.3

Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa responden yang memiliki manifestasi oral lebih dari satu jenis dimulutnya sebesar 36%. Tiga puluh lima persen (35%) adalah responden yang memiliki 2 manifestasi oral, dan 20% paling banyak pada laki-laki. Dua jenis manifestasi yang sering ditemukan tersebut adalah xerostomia dan gingival enlargement (17%), dan rata-rata pada responden yang menggunakan kombinasi obat antihipertensi. Seringnya ditemukan kedua jenis manifestasi oral tersebut dikarenakan adanya kombinasi penggunaan dua atau tiga macam obat. Setiap jenis obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang berbeda-beda dalam menimbulkan manifestasi oral. Selain itu terjadinya gingival enlargement karena penggunaan obat-obatan sering berhubungan dengan oral higiene yang buruk dan penumpukan plak.1 Obat antihipertensi pada umumnya memiliki efek samping berupa xerostomia mengingat obat tersebut akan mempengaruhi saraf parasimpatik,


(63)

disamping faktor usia. Tingginya persentase pada laki-laki disebabkan karena oral higiene pada laki-laki umumnya tidak sebaik pada wanita, ditambah lagi yang kebiasaan merokok oleh laki-laki.

Dari hasil penelitian ini terdapat 56 % responden yang menggunakan obat antihipertensi lebih dari satu jenis atau dengan kata lain penggunaan obat antihipertensi dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain dengan tujuan agar tekanan darah dapat diturunkan apabila tekanan darah tidak dapat diturunkan dengan hanya menggunakan satu jenis obat antihipertensi saja.11 Pada penelitian ini ARBs memiliki persentase tertinggi sebagai obat yang digunakan single terapi atau tanpa kombinasi dengan antihipertensi lain yaitu sebesar 43,1%. Persentase ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Bader A. Almustafa yaitu sebesar 2%. Dalam penggunaan 2 jenis antihipertensi, antagonis kalsium memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 33,6%. Persentase ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Bader A.Almustafa yaitu sebesar 5,7%. Kemudian dalam penggunaan 3 jenis antihipertensi, diuretik memiliki persentase tertinggi sebesar 33,3 %. Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Bader A.Almustafa yaitu sebesar 100%. Diuretik sering dikombinasikan dengan antihipertensi lain dikarenakan dapat meningkatkan efektivitas antihipertensi lain dengan mekanisme kerja yang berbeda sehingga dosisnya dapat dikurangi dan diuretik dapat mencegah retensi cairan oleh antihipertensi lain sehingga efek obat-obat tersebut dapat bertahan.11


(64)

Dari penelitian ini didapat bahwa penggunaan kombinasi dua jenis obat antihipertensi menyebabkan manifestasi oral dengan persentase tertinggi yaitu xerostomia, gingival enlargement, ulser dan reaksi likenoid sebesar 26%, 11%, 6%, dan 7%. Penggunaan kombinasi obat dapat meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya manifestasi dibandingkan hanya dengan menggunakan satu jenis obat saja.

Pada penelitian ini penulis tidak mencari hubungan antara penggunaan obat antihipertensi dengan timbulnya manifestasi oral melainkan hanya mendiagnosa lesi yang terjadi pada pemeriksaan klinis saja. Untuk itu perlu kiranya dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari hubungan antara penggunaan obat antihipertensi dengan manifestasi-manifestasi yang ada dan untuk mengevaluasinya secara klinikopatologis.


(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antihipertensi berpengaruh pada rongga mulut berupa manifestasi oral. Manifestasi oral yang ditemui adalah xerostomia, gingival enlargement, ulser, dan reaksi likenoid. Perawatan atau penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sistemik juga dapat menimbulkan manifestasi oral. Minimnya pengetahuan pasien mengenai kesehatan rongga mulut dan efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat, memberi potensi yang besar untuk memperparah manifestasi yang ada.

Penelitian ini hanya menguraikan prevalensi dan distribusi manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi, oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan evaluasi lebih mendalam terhadap hubungan antara faktor-faktor risiko dengan manifestasi oral yang terjadi. Selain itu agar pemberian obat antihipertensi harus diperhatikan karena dapat menyebabkan efek samping pada rongga mulut. Pemberian obat tidak hanya difokuskan kepada penyakit sistemiknya saja tetapi juga harus diperhatikan efek sampingnya terhadap jaringan tubuh yang lain. Pasien diberikan edukasi bahwa obat antihipertensi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan manifestasi oral, pasien juga diberikan edukasi agar selalu menjaga oral higiene dan melaksanakan kontrol plak secara teratur. Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada agar merujuk pasien ke dokter gigi apabila ditemukan adanya penyakit di rongga mulut dan kepada dokter gigi agar dapat memberikan perawatan


(66)

yang sebaik-baiknya. Dengan ini baik tenaga kesehatan maupun dokter gigi telah melakukan usaha dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C., Bagan J.V. Adverse Drug Reaction in Orofacial Region. Journal of Dental Research 2004;15:221-39.

2. Hajjar I, Kotchen JM, Kotchen TA.Hypertension : trends in prevalence, incidence, and control. Annu Rev Public Health.2006;27:465-90.(abstrak)

3. Almustafa BA.Use of anti-hypertensive medications : an Educational need in Saudi Primary Health Car.Middle East Journal of Family Medicine 2006 ;4(5)

4. Lidya HA.<

prevalensi...> (22 Agustus 2010).

5. Madina.Menkes: Prevalensi hipertensi di Indonesia 17-21% <www.madina-sk.com/index.php?option=com_content&task=view&id

520=&Itemid=3> (22 Agustus 2010).

6. Kalmar J. Oral manifestations of drug reactions. 2009. 2010)

7. Habbab KM, Moles DR, SR Porter.Potential oral manifestations of cardiovascular drugs.2010 (abstrak)


(68)

8. Lynch MA. Disease of the cardiovascular system, in: Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS, eds Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 9th ed, Philadelphia. JB Lippincott Co; 463

9. Y.Jin Kim., Barrie.E.Kenney.Management of Hypertension in Clinical Dentistry. <www.dent.ucla.edu/pic/members/hypertension/index.html> (22 Agustus 2010).

10. Desjardins Dough.Normal Human Blodd Pressure Range.2009.<

11. Gan Sulistia Gunawan.Farmakologi dan terapi.Edisi 5.Jakarta:Gaya Baru,2007:341-60

12. Bakris G.L.High blood pressure. The merk manuals online medical library.2007

13. Anonymous. Antihypertensive Drugs.2010. <www.faqs.org/health/topics/ 71/Antihypertensive-drugs.html> (22 Agustus 2010).

14. Sonis, S.T., Robert C.F., Leslie F. Principles and practice of oral medicine. 2 nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 1995:42

15 . Spencer Charles, MBSS,MRCP., Lip Gregory, MD,

FRCPE.Hypertension.The Pharmaceutical Journal 1999;263:351-4

16. Bristol James A,eds.Cardiovascular drugs.1986.Michigan:A wiley-interscience publication


(69)

17. Abdollahi M, Radfar MA. A Review of drug- induced oral reaction. J Contemp Dent Pract.2003;(4) 1:10-31

18. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. 6th ed. Missouri : Mosby, 2002 ; 69

19. Torpet LA, Kragelund C, Reibel J, Nauntofte B. Oral adverse drug reactions to cardiovascular drugs. CRBOM 2004;15 : 28-46

20. Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditnijau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulangannya. USU digital library.2002

21. Bartels C.L., D.Pharm.Helping patients with dry mouth.

22. Scully.Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment.London : Wright, 2004:96-339

23. Gayford J.J.Penyakit mulut (clinical oral medicine). 2nd ed.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1993 :1-8

24. Lamey Philip-John, Lewis M.A.O.A clinical guide to oral medicine. 2nd ed. London : British Dental Association, 1997 :8-10

25. Scully, Felix.Oral medicine-Update for the dental practitioner aphthous and other common ulcers.British Dental Journal 2005;199 :259-64

26. Sugerman P. Oral lichen planus.<www.emedicine.medscape.com/article/ /1078327-overview> (24 Agustus 2010).

27. Darby I. Drugs and gingival bleeding. Aust Prescr 2006 ;29 : 154-5


(70)

29. Anonymous. Erythema multiforme. <www.eaom.net/app/prvt/VediFile.d/ File-231/erythema_multiforme.pdf> (24 Agustus 2010).

30. Anonymous. Angioedema can hit you hard.<

.com/> (25 Agustus 2010)

31. Salort C, Maria P.M, Francisco J. Drug-induced burning mouth syndrome : a new etiological diagnosis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008 ; 13(3) : E167-70

32. Aparecida P, AndressaV.B.N, Francisco Guedes Pereira de Alencar Junior, Maria S.Burning mouth syndrome : a discussion about possible etiological factors and treatment modalities. Braz J Oral Sci. 2009 ; 8(2) : 62-6

33. Leopold D. Disorders of taste and smell.

/article/861242-overview> ( 11 Desember 2010)

34. Academy Report. Drug associated gingiva enlargement. J Periodontol 2004; 75 :1424-1431

35. Sulaiman SAS, Alomar MJ, Strauch CC. Variability in antihypertensive drug therapy and compliance: Results from a random survey in the United Arab Emirates. American Journal of Pharmacology and Toxicology 2009;4 :38-47 36. Upadhayai JB, Nangia AK, Mukhija RD, Misra M, Mohan L, Singh KK.

Cutaneus rections due to antihypertensive drugs. Indian Journal of Dermatology 2006;51:189-191


(71)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak/Ibu,

Perkenalkan nama saya Annisa Yunita, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi dan

Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi DI RSUP H. ADAM MALIK DAN RSU DR. PIRNGADI MEDAN”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan

pada jaringan lunak mulut akibat penggunaan obat antihipertensi ( obat penurun tekanan darah ) yang Bapak/Ibu gunakan. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dari keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan setelah menggunakan obat darah tinggi ataupun kelainan-kelainan pada mulut yang nantinya ditemukan pada saat pemeriksaan, kelainan-kelainan tersebut dapat berupa air ludah yang berkurang, pembengkakan gusi, ataupun luka pada mulut. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa obat-obatan yang Bapak/Ibu gunakan selain dapat memberikan efek samping pada tubuh juga dapat memberikan efek samping pada mulut.

Dalam hal ini, saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan). Setelah itu, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang Bapak/Ibu rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah dengan cara Bapak/Ibu duduk dikursi, kemudian diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk membuka mulut sementara itu saya akan melihat keadaan mulut dengan menggunakan kaca mulut selama dua menit. Apabila dijumpai adanya kelainan, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut dengan menggunakan kamera.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang


(72)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,


(73)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang namanya tersebut dibawah ini : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan * Alamat:

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, / / 2010

Peneliti Peserta Penelitian

(Annisa Yunita) ________________


(74)

KUESIONER

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : laki-laki /perempuan

1. Apakah saudara memiliki riwayat/ penderita hipertensi?

Ya  Tidak 

Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikut :

2. Sudah berapa lama saudara memiliki riwayat hipertensi?

<1 tahun 2 – 10 tahun 10-20tahun >20 tahun

3. Sudah berapa lama saudara mengkonsumsi obat antihipertensi? <1 tahun 2-10 tahun >10 tahun

5. Obat antihipertensi yang anda gunakan sekarang ini? *berilah tanda check-list

• Diuretik : Aldactone Lasix Furosemid Aldazide Classic Co-diovan

• Ace-inhibitor :  Captopril Captensin Accupril  Lotensin Nopril  Metopril  Noperten Acepress Cardace CasiprilDexacap

• β-blocker : B-beta Betablok Bisovell Bisoprolol Biscor Farmadral Tenblok Lopresor Loprolol


(75)

• Calcium Channel Blocker :  Herbesser  Cardivask A-B Vask Amcor Cordalat Cordizem Ficor Exforge Nifedipine Theravask

• Antagonis Angiotensin II :  Acetensa Angioten Aprovel  Co-Diovan Diovan Fritens Kaftensar  Losartan Micardis plus Teveten


(1)

29. Anonymous. Erythema multiforme. <www.eaom.net/app/prvt/VediFile.d/ File-231/erythema_multiforme.pdf> (24 Agustus 2010).

30. Anonymous. Angioedema can hit you hard.<

.com/> (25 Agustus 2010)

31. Salort C, Maria P.M, Francisco J. Drug-induced burning mouth syndrome : a new etiological diagnosis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008 ; 13(3) : E167-70

32. Aparecida P, AndressaV.B.N, Francisco Guedes Pereira de Alencar Junior, Maria S.Burning mouth syndrome : a discussion about possible etiological factors and treatment modalities. Braz J Oral Sci. 2009 ; 8(2) : 62-6

33. Leopold D. Disorders of taste and smell.

/article/861242-overview> ( 11 Desember 2010)

34. Academy Report. Drug associated gingiva enlargement. J Periodontol 2004; 75 :1424-1431

35. Sulaiman SAS, Alomar MJ, Strauch CC. Variability in antihypertensive drug therapy and compliance: Results from a random survey in the United Arab Emirates. American Journal of Pharmacology and Toxicology 2009;4 :38-47 36. Upadhayai JB, Nangia AK, Mukhija RD, Misra M, Mohan L, Singh KK.

Cutaneus rections due to antihypertensive drugs. Indian Journal of Dermatology 2006;51:189-191


(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu,

Perkenalkan nama saya Annisa Yunita, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat-Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi DI RSUP H. ADAM MALIK DAN RSU DR. PIRNGADI MEDAN”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut akibat penggunaan obat antihipertensi ( obat penurun tekanan darah ) yang Bapak/Ibu gunakan. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dari keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan setelah menggunakan obat darah tinggi ataupun kelainan-kelainan pada mulut yang nantinya ditemukan pada saat pemeriksaan, kelainan-kelainan tersebut dapat berupa air ludah yang berkurang, pembengkakan gusi, ataupun luka pada mulut. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa obat-obatan yang Bapak/Ibu gunakan selain dapat memberikan efek samping pada tubuh juga dapat memberikan efek samping pada mulut.

Dalam hal ini, saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan). Setelah itu, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang Bapak/Ibu rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah dengan cara Bapak/Ibu duduk dikursi, kemudian diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk membuka mulut sementara itu saya akan melihat keadaan mulut dengan menggunakan kaca mulut selama dua menit. Apabila dijumpai adanya kelainan, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut dengan menggunakan kamera.


(3)

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang namanya tersebut dibawah ini : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan * Alamat:

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, / / 2010

Peneliti Peserta Penelitian

(Annisa Yunita) ________________


(5)

KUESIONER

Nama : Umur :

Jenis Kelamin : laki-laki /perempuan

1. Apakah saudara memiliki riwayat/ penderita hipertensi?

Ya  Tidak 

Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikut :

2. Sudah berapa lama saudara memiliki riwayat hipertensi?

<1 tahun 2 – 10 tahun 10-20tahun >20 tahun

3. Sudah berapa lama saudara mengkonsumsi obat antihipertensi? <1 tahun 2-10 tahun >10 tahun

5. Obat antihipertensi yang anda gunakan sekarang ini? *berilah tanda check-list

• Diuretik : Aldactone Lasix Furosemid Aldazide Classic Co-diovan

• Ace-inhibitor :  Captopril Captensin Accupril  Lotensin Nopril  Metopril  Noperten Acepress Cardace CasiprilDexacap

• β-blocker : B-beta Betablok Bisovell Bisoprolol Biscor Farmadral Tenblok Lopresor Loprolol


(6)

• Calcium Channel Blocker :  Herbesser  Cardivask A-B Vask Amcor Cordalat Cordizem Ficor Exforge Nifedipine Theravask

• Antagonis Angiotensin II :  Acetensa Angioten Aprovel  Co-Diovan Diovan Fritens Kaftensar  Losartan Micardis plus Teveten