Konflik Agraria di Perkotaan dalam Perspektif HAM

BAB II
PROFIL LOKASI PENELITIAN

2.1. Gambaran Umum Kelurahan Sari Rejo
2.1.1 Letak Geografis
Kelurahan Sari Rejo merupakan Kelurahan yang terdapat di wilayah
administratif Kecamatan Medan Polonia. Luas wilayah Kelurahan Sari Rejo
adalah 2,46 Km2 atau 27,58% dari total keseluruhan luas wilayah
Kecamatan Medan Polonia. Kelurahan Sari Rejo terdiri dari 9 lingkungan
yaitu : lingkungan I sampai lingkungan IX. Kelurahan Sari Rejo mempunyai
jumlah penduduk mencapai 26.083 jiwa. Kelurahan Sari Rejo mempunyai
batas-batas dengan daerah lain sebagai berikut:
Gambar 1 Peta Kelurahan Sari Rejo

(Sumber: Kantor Kelurahan Sari Rejo)

36
Universitas Sumatera Utara

Sebelah Utara: berbatasan dengan kelurahan Suka Damai yaitu kecamatan
Medan Polonia.

Sebelah Selatan: berbatasan dengan Pangkalan Mansyur yaitu kecamatan
Medan Johor.
Sebelah Timur: berbatasan dengan kelurahan Suka Damai yaitu kecamatan
Medan Polonia.
Sebelah Barat: berbatasan dengan kelurahan Binjai yaitu kecamatan Medan
Selayang.

2.1.2. Keadaan Alam
Secara umum kondisi iklim di wilayah penelitian dikategorikan pada
iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara
23,2° C - 24,3° C dan suhu maksimum berkisar antara 30,8° C – 33,2° C
serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya 23,3° C - 24,1° C dan
suhu maksimum berkisar antara 31,0° C – 33,1° C. Berdasarkan pengukuran
stasiun klimatologi Polonia, curah hujan di Kota Medan mencapai rata-rata
3.594 mm dengan hari hujan sebanyak 230 hari serta menurut Stasiun
Sampali mencapai rata-rata 2.712 mm dengan hari hujan sebanyak 224 hari.
Selanjutnya mengenai kelembapan udara di wilayah Kota Medan
rata-rata berkisar antara 84 – 85%. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar
0,48 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3
mm. Hari hujan di Kota Medan rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata


37
Universitas Sumatera Utara

curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 226,0 mm dan pada
Stasiun Polonia per bulannya 299,5 mm.

2.1.3. Sejarah Tanah Sari Rejo
Kedatangan suku bangsa Punjabi ke Sumatera Utara dimulai pada
akhir abad ke 19, untuk bekerja sebagai buruhkontrak pada perkebunan
tembakau raya milik Belanda.Suku bangsa Punjabi yang datang ke
Indonesia khususnya ke Sumatera Utara adalah para pria yang belum
menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bekerja di
perkebunan milik Belanda. 24
Di Sari Rejo, suku bangsa Punjabi dapat tinggal dan menetap. Hal ini
disebabkan, karena adanya bantuan Belanda pada tahun 1940-an. Suku
bangsa Punjabi diberi tanah atau lahan oleh Belanda untuk memelihara
sapi. Dengan

keahliannya inilah suku bangsa Punjabi dapat tinggal di


daerah tersebut. Dari kebersamaan dan kekompakan suku bangsa Punjabi
yang tinggal di Sumatera Utara membuat mereka bertambah banyak, yang
mana jumlah suku bangsa Punjabi saat ini kurang lebih 1000 kepala
keluarga. 25
Kelurahan Sari Rejo terdiri dari 9 (sembilan) lingkungan.Setiap
lingkungan terdiri dari berbagai suku, salah satunya adalah suku bangsa
Punjabi.Diantara kesembilan lingkungan ini, suku bangsa Punjabi lebih
24
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18482/4/Chapter%20II.pdf pada: 1 Mei 2015
pukul 16:20)
25
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18482/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 1 Mei
2015 pukul: 12.04)

38
Universitas Sumatera Utara

dominan berada di lingkungan 4, 5 dan 6. Hal ini disebabkan, pada zaman
dahulu para nenek moyang mereka sudah tinggal diwilayah tersebut.

Belanda yang saat itu bertindak sebagai pemerintah kolonial
memberi tanah kepada suku bangsa Punjabi khususnya yang memelihara
sapi. Dengan persyaratan yaitu suku bangsa Punjabi yang memelihara sapi
harus memberi susu sapi ke orang Belanda dan ke rumah sakit Elisabet.
Rumah sakit Elisabet merupakan rumah sakit yang pertama didirikan oleh
Belanda di Kota Meda. Tanah yang diberikan Belanda itu juga dekat dengan
lokasi rumah sakit tersebut yakni Sari Rejo Belanda memberi tanah kepada
suku bangsa Punjabi khususnya yang memelihara sapi. Dengan persyaratan
yaitu suku bangsa Punjabi yang memelihara sapi harus memberi susu sapi
ke orang Belanda dan ke rumah sakit Elisabet.
Dahulu Sari Rejo merupakan lahan kosong dan masih ditumbuhi
tanaman-tanaman liar. Oleh karena itu, Belanda memberikan lahan kosong
ini untuk ditempati suku bangsa Punjabi dan juga memelihara sapi. Dari
kemampuan berternak sapi inilah yang membuat kalangan suku bangsa
Punjabi dapat tinggal di daerah dekat dengan perkotaan seperti Sari Rejo.
Hal ini dikarenakan pada masa penjajahan Belanda, suku bangsa Punjabi
yang berternak sapi dengan mudah mengantarkan susu sapi tersebut kepada
orang Belanda yang umumnya tinggal di dekat daerah perkotaan.
Beternak sapi perah merupakan sistem mata pencaharian yang
pertama ditekuni oleh suku bangsa Punjabi, setelah mereka tidak bekerja

lagi sebagai buruh di perkebunan milik belanda. Pekerjaan ini ditekuni

39
Universitas Sumatera Utara

mereka sebagaimana kebiasaan di daerah asalnya dan untuk memenuhi
kebutuhan hidup akan susu dan minyak sapi. Peternak sapi perah ini
menjual susu sapi tersebut ke rumah sakit negeri, swasta, pabrik, sesama
suku bangsa Punjabi dan suku bangsa lain juga yang membutuhkan dan
minyak sapi tersebut berguna untuk campuran dalam makanan yang dibuat
dalam Gurdwaradan untuk minyak membakar jenazah suku bangsa Punjabi
yang meninggal dunia.
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang
migrasi besar ke Kota Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan suku
bangsa, sampai saat sekarang ini usia Kota Medan telah tercapai 419tahun.
Tionghoadan

Jawasebagai

kuli


kontrak

perkebunan.Setelah

tahun

1880perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan suku bangsaTionghoa,
karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering
melakukan kerusuhan.Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan
suku bangsaJawa sebagai kuli perkebunan.Suku bangsaTionghoa bekas
buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor
perdagangan.
Gelombang kedua ialah kedatangan suku bangsa Minangkabau,
Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Kota Medan bukan untuk bekerja
sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan
ulama.Begitu juga yang terjadi di wilayah Sari Rejo, peternak sapi tidak lagi
mendominasi, tanah garapan mereka sudah banyak berpindah tangan kepada
pendatang dengan berbagai profesi baru yang ada. Hal ini disebabkan tidak


40
Universitas Sumatera Utara

memungkinkannya lagi adanya peternakan di Sari Rejo yang saat itu
mengalami kemajuan yang ditandai dengan intensitas kepadatan penduduk
yang semakin meningkat. 26
Saat ini kelurahan Sari Rejo merupakan hasil dari pemekaran
Kelurahan Polonia. Pada awalnya masih termasuk dalam wilayah
Kecamatan Medan Baru yang kemudian dimekarkan sesuai dengan S.K.
Gubsu No. 821:4/1991 pada tanggal 31 Oktober 1991. Kecamatan Medan
Baru kemudian dimekarkan menjadi Kecamatan Medan Polonia dan
Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan.

2.1.4. Jumlah dan Susunan Penduduk
2.1.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Gambaran Jumlah Penduduk Kelurahan Sari Rejo
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jumlah Rumah Jumlah Penduduk
Tangga


Rata-rata

Laki-laki

Perempuan

Anggota

13.122

12.961

Rumah
Tangga

1

5.824

26.083


4,48

( Sumber: Data BPS 2013)

26

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan, diakses pada: 1 Mei 2015 pukul 12:13)

41
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kelurahan Sari Rejo
didominasi oleh masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13.122
jiwa yang terbagi dalam 5.824 rumah tangga.

2.1.4.2 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan


Jumlah

1

Pegawai Negeri Sipil

414

2

Karyawan Swasta

9.934

3

TNI

375


4

Petani

55

5

Pedagang

2.250

6

Pensiunan

356

7

Lainnya

1.001

(Sumber: Data BPS 2013)
Dari tabel di atas dapat dilihat bagaimana jenis pekerjaan karyawan
swasta mendominasi jenis pekerjaan yang di lakukan masyarakat kelurahan
Sari Rejo sebanyak 9.934 jiwa disusul berikutnya pedagang dengan 2.250
jiwa, jenis pekerjaan lainnya sebesar 1.001 jiwa, PNS sebesar 414, TNI
sebesar 375, pensiunan sebesar 356 dan petani sebesar 55 jiwa.

42
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 4. Pembagian Penduduk Berdasarkan Agama
No

Agama

Jumlah

1

Islam

20.379

2

Kristen dan Katolik

3.782

3

Hindu

235

(Sumber: Data BPS 2013)

2.2. Asal Mula Pangkalan Udara Soewondo
2.2.1. Sejarah Lanud Soewondo
Kekalahan bala tentara Jepang terhadap kedahsyatan pasukan Sekutu
di seluruh Republik pada tahun 1945 telah membuat kocar-kacir unit-unit
pasukannya. Begitu juga dengan unit tentara udaranya di Polonia Medan
yang juga tak luput dari bombardir pesawat-pesawat sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh Letnan Khasmir untuk membentuk Bala Tentara Udara
Republik di Polonia. Bala Tentara Udara ini bertugas untuk merampas
senjata-senjata dan suku cadang pesawat milik Jepang yang tersimpan di
gudang-gudang Polonia untuk dimanfaatkan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) udara. Selanjutnya Khasmir membentuk TKR Udara Berastagi.
Sementara di bekas lapangan udara milik Jepang di desa Padang Cermin
Kabupaten Langkat 40 km dari Medan telah pula terbentuk TKR Udara

43
Universitas Sumatera Utara

Padang Cermin dibawah pimpinan Kapten Abdul Karim Saleh, yang
kemudian lapangan terbang ini sempat menjadi pusat (Angkatan Udara
Republik Indonesia) AURI di Sumatera Timur pada tahun 1946 diawal
terbentuknya AURI.
Seperti semua Pangkalan Udara lain pada saat setelah Belanda
takluk kepada pemerintah Republik Indonesia belum sepenuhnya mereka
serahkan kepada Tentara Republik, demikian juga dengan Pangkalan Udara
Polonia Medan. Baru pada tanggal 18 April 1950 “Militaire Luuchtvaart”
Kerajaan Belanda dengan diwakili tiga perwiranya, dua diantaranya adalah
Kapten Benjamin dan Kapten Sthud menyerahkan kepada pemerintah RI
yang diwakili oleh Kapten Udara Mulyono sebagai Komandan Lanud
Medan yang pertama. Penyerahan dilaksanakan dengan upacara militer yang
dihadiri oleh seluruh anggota AURI yang ada di Sumatera Utara dan Aceh
bertempat di depan Markas Lanud Medan.
Setelah serah terima Lanud Medan dari Kerajaan Belanda ke AURI
maka dimulailah pengoperasian Lanud Medan yaitu dengan datangnya
deploy pesawat-pesawat AURI seperti Mustang, Harvard dan lain-lain.
Komandan

Lanud

Medan

Kapten

Udara

Mulyono

sendiri

ikut

menerbangkan pesawat-pesawat Mustang yang standby du Lanud Medan.
Tidak berapa lama kemudian pada tahun 1951 untuk melengkapi
struktur

organisasi

Pangkalan

Udara

Medan,

sekaligus

antisipasi

kemungkinan ancaman terhadap Pangkalan maka dibentuklah Batalyon

44
Universitas Sumatera Utara

PGT pertama di Medan yaitu Batalyon Tempur C PGT Medan, dan yang
menjabat sebagai Komandan Batalyon adalah LU I Yatiman.
Masa pemberontakan PRRI di Sumatera khususnya di kota Medan
pada tahun 1957 juga tidak terlepas dari perjalanan sejarah keberadaan
Lanud Medan, hal itu terbukti dengan dijadikannya Lanud Medan sebagai
sasaran tembakan senjata lengkung pemberontak. Tidak kurang tiga lubang
bekas jatuhnya peluru hampir melubangi landasan dan satunya jatuh di
sebelah kanan pegawai sipil persenjataan atau lebih kurang sepuluh meter
dari gudang senjata namun peluru tidak meledak. Untungnya lagi saat
sebelum terjadinya serangan, para penerbang telah terlebih dahulu
menerbangkan pesawat-pesawatnya meninggalkan Medan.
Serangan yang dilakukan pemberontak hanya dengan penembakan
senjata lengkung tanpa ada upaya dari mereka untuk mencoba masuk ke
areal Lanud, hal ini dikarenakan sebelumnya pemberontak sudah
mengetahui bahwa areal Lanud dijaga oleh Pasukan Pertahanan Pangkalan
yang sangat militan dan akan sulit menembusnya. “Silakan pemberontak
masuk pangkalan...!!! akan saya habisi mereka.” Demikian teriakan yang
dilontarkan oleh Letnan Harizt perwira Belanda yang tidak mau kembali ke
tanah airnya dan lebih memilih bergabung dengan AURI sebagai Pasukan
Pertahanan Pangkalan, sekarang jejaknya diteruskan oleh putrinya Hendrica
menjadi penerbang TNI AU. Teriakan itu dilakukan sambil menenteng 12,7
ditangannya (dituturkan kembali oleh Bapak Rajha Gobhal mantan pegawai
Miltaere Luchtvaart-Angkatan Udara Belanda)

45
Universitas Sumatera Utara

Sehari setelah terjadinya serangan pemberontak ke Lanud Medan
keesokan paginya dilaksanakan serangan balasan oleh AURI dengan
membombardir tempat pengunduran pasukan pemberontak di jalan Binjai
Stasion pemancar RRI dengan tiga pesawat Mustang yang salah satu
penerbangnya adalah Letnan Udara II Soewondo. Pasukan pemberontak
dibawah pimpinan Letkol Nainggolan akhirnya lari menuju daerah Tapanuli
bergabung dengan pemberontak lainnya di Sumatera Barat dibawah
pimpinan Ahmad Husein. Siangnya, Soewondo pada periode kedua terbang
melakukan pengejaran. Namun naas karena terbang terlalu rendah
pesawatnya tertembak oleh anak buah Nainggolan di desa Tangga Batu
Tapanuli, Soewondo gugur. Untuk mengenang jasa Almarhum Letnan
Udara II Soewondo namanya diabadikan menjadi nama komplek perumahan
TNI Angkatan Udara Soewondo yang ada di Polonia Medan.
Setelah likuidasi organisasi, Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan
dijadikan Pangkalan Operasi dibawah jajaran Komando Operasi TNI
Angkatan Udara I yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Lanud Medan
telah dijadikan sebagai Pangkalan tempat pelaksanaan latihan bersama
dengan negara-negara tetangga sekawasan dan pada era ini juga Pangkalan
TNI Angkatan Udara Medan diresmikan oleh Menhankam Pangab yang saat
itu dijabat oleh Jenderal TNI M. Yusuf sebagai tempat dislokasi satuan
tempur udara pesawat “A-4 Skyhawk”.
Kemudian kedatangan pesawat-pesawat tempur baru menyusun
kekuatan baru dijajaran Koopsau I. Sejak ditempatkannya pesawat Hawk di

46
Universitas Sumatera Utara

Skadron udara 12 Lanud Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadio
Pontianak, Lanud Soewondo tidak lagi dijadikan Pangkalan Udara tempat
pelaksanaan Latihan Bersama.

2.2.2. Sejarah Perkembangan Bandar Udara Polonia

Nama Polonia berasal dari nama negara asal para pembangunnya,
Polandia (Polonia merupakan nama "Polandia" dalam Bahasa Latin).
Sebelum menjadi bandar udara, kawasan tersebut merupakan lahan
perkebunan milik orang Polandia bernama Michalski. Tahun 1872 dia
mendapat konsesi dari Pemerintah Belanda untuk membuka perkebunan
tembakau di Pesisir Timur Sumatera tepatnya daerah Medan. Kemudian dia
menamakan daerah itu dengan nama Polonia, yang saat itu belum merdeka.

Tahun 1879 karena suatu hal, konsesi atas tanah perkebunan itu
berpindah tangan kepada Deli Maatschappij (Deli MIJ) atau NV Deli
Maskapai. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda van
der Hoop akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke
wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang. Maka Deli MIJ yang
memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk
diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Medan. Pada tahun 1924,

47
Universitas Sumatera Utara

setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara itu tidak terdengar,
maka rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. 27

Mengingat waktu itu sangat pendek, persiapan untuk lapangan
terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat kecil yang diawaki van der
Hoop yang menumpangi pesawat Fokker, bersama VN Poelman dan van der
Broeke mendarat di lapangan pacuan kuda yakni Deli Renvereeniging,
disambut Sultan Deli, Sulaiman Syariful Alamsyah.

Setelah pesawat pertama mendarat di Medan, maka Asisten Residen
Sumatera Timur Mr. CS Van Kempen mendesak pemerintah Hindia
Belanda di Batavia, agar mempercepat dropping dana untuk menyelesaikan
pembangunan lapangan terbang Polonia. Pada 1928 lapangan terbang
Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat
udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, pada landasan yang masih
darurat, berupa tanah yang dikeraskan. Mulai tahun 1930, perusahaan
penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka
jaringan penerbangan ke Medan secara berkala

Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya
melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu (runway) sepanjang
600 meter. Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen
Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen
Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan
27

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan, diakses pada: 18 Apri 2015 pukul 12:13)

48
Universitas Sumatera Utara

bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan
mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1985,
pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa
Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT. Angkasa Pura II
(Persero).

Bandara Polonia Medan mempunyai luas sebesar 144 hektar.
Panjang landasan pacu saat ini adalah 2.900 meter, sementara yang dapat
digunakan sepanjang 2.625 meter (sehingga terdapat displaced threshold
sebesar 275 meter). Hal ini terjadi karena banyaknya benda yang
menghalang di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga
memiliki 4 taxiway dan apron seluas 81.455 meter. Polonia dirancang untuk
dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang. Dari tahun ke tahun
arus penumpang Polonia cenderung mengalami peningkatan antara 15
hingga 20 persen. Pada tahun 2003, arus penumpang mencapai sebesar
2.736.332 orang, naik dari 2.090.519 orang pada tahun sebelumnya. Jumlah
pergerakan pesawat adalah 36.359 pada tahun 2003, naik dari 29.894 pada
tahun 2002. Tercatat ada 13.713 penerbangan domestik dan 4.387
penerbangan internasional dari Polonia pada 1998. Pada 2004 jumlahnya
telah mencapai 35.100 penerbangan domestik dan 8.266 penerbangan
internasional.

Dari segi jumlah penerbangan, pada 1998 terdapat 56 penerbangan
dalam sehari, namun pada tahun 2005 telah meningkat antara 125 hingga

49
Universitas Sumatera Utara

melebihi 150 penerbangan perhari, dengan penumpang lebih kurang 3,8 juta
orang pertahun, baik domestik dan internasional.

Terdapat dua terminal penumpang di Bandara Polonia Medan, satu
terminal keberangkatan dan satu untuk kedatangan, dan jika ditotal luasnya
mencapai 13.811 meter². Keduanya juga masing-masing dibagi untuk
penerbangan domestik dan internasional. Terminal domestik Polonia
mempunyai luas 7.941 meter² dan saat ini (laporan Januari 2006)
menampung 1.810 orang yang datang bersamaan, sehingga setiap
penumpang mempunyai luas 4m², kurang dari standar sebesar 14m² yang
ditetapkan pemerintah. Mulai 1 Oktober 2006, menyusul peristiwa
penyimpangan muatan barang di Bandara Soekarno-Hatta pada September
2006, dioperasikan pula sebuah terminal kargo satu pintu yang diharapkan
dapat menertibkan pergerakan kargo dan mencegah terjadinya manipulasi
muatan barang.

Bandara Kualanamu menjadi penggati bandara Polonia Medan
setelah tahun 1994 sejumlah pejabat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara
yang saat itu dipimpin Raja Inal Siregar mengeluarkan wacana pemindahan
bandara Polonia mengingat pertumbuhan kota Medan menjadi kota yang
cukup padat saat itu. Setahun kemudian, pemerintah pusat memberikan
dukungan lewat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 41 Tahun
1995.

50
Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lalu menentukan daerah
pinggiran sebagai pengganti lokasi Bandara Polonia yang saat ini bernama
Bandara Kualanamu Medan. Awalnya, pada 1994, sejumlah pejabat
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengeluarkan wacana pembangunan
bandara baru untuk menggantikan Polonia yang berada di tengah kota
Medan yang saat itu mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat.
Setahun kemudian, pemerintah pusat memberikan dukungan lewat
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 41 Tahun 1995.Sedianya,
pembangunan bandara akan dilakukan pada 1997. Pembangunan harus
tertunda lama lantaran badai krisis ekonomi menerpa Indonesia.Di awal
2000, ide pembangunan bandara di Kuala Namu yang mengendap cukup
lama, kembali diangkat dalam rencana pembangunan nasional. Pengerjaan
kontruksi perdana baru dilakukan pada 2006 oleh Wakil Presiden Jusuf
Kalla.Pengerjaan konstruksi yang lambat karena berbagai hal, membuat
target pengoperasian Kuala Namu dimundurkan beberapa kali.Hingga
akhirnya pemerintah menyatakan bandara yang diproyeksi menjadi hub
Internasional di Asia Tenggara itu siap dioperasikan pada Kamis, 25 Juli
2013 dini hari.

51
Universitas Sumatera Utara

2.3. Forum Masyarakat Sari Rejo (FORMAS)
Masalah pertanahan ini masih disadari sebagai faktor yang sangat
rentan.Hal itu disebabkan tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia.Karena itubanyak yang berkepentingan dengan tanah.Tanah bisa
dijadikan tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat berbagai lokasi kegiatan
ekonomi, sosial, dan budaya manusia.Adanya keinginan untuk memiliki
atau mendapatkan tanah, maka bisa menyebabkan munculnya konflik.
Konflik yang berkelanjutan antara masyarakat Kelurahan Sari Rejo
dan Tentara Nasional Indonesia- Angkatan Udara (TNI-AU) sampai saat ini
belum menemui titik temu. Kondisi ini diperparah dengan tidak seriusnya
pemerintah dalam upaya penyelesaian konflik yang sampai saat ini masih
berlangsung.
Masyarakat menganggap tanah yang dihuni sejak tahun 1948 seluas
260 Ha tidak termasuk dalam area yang tertuang dalam seritifikat hak pakai
nomer 1 tanggal 13 Juni 1997 dan sertifikat hak pakai nomer 4 tanggal 25
juni 1997 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan
Repubilk Indonesia.
Dengan adanya kasus tersebut, tuntutan terhadap legalitas tanah
yang mereka duduki sekarang ini dirasa perlu.Masyarakat menilai legalitas
diperlukan guna memberikan kepastian hukum dalam pengembangan
perekonomian masyarakat.Dengan adanya legalisasi hak atas tanah tersebut,
warga

masyarakat

dapat

menjadi

kekuatan

untuk

meningkatkan

perekonomian di Kelurahan Sari Rejo, karena hak legalisasi tanah tersebut

52
Universitas Sumatera Utara

dapat dijadikan sebagai agunan di bank dan dapat menambah uang
pemasukan bagi negara.

Masyarakat merasa terancam dengan status tanah sengketa di tanah
yang mereka duduki. Proses sengketa yang berjalan lama dan belum
menunjukkan jalan keluar atas penyelesaian konflik mengakibatkan
masyarakat sulit untuk melakukan pembangunan. Proses ini dianggap
masyarakat berpotensi pada matinya roda ekonomi masyarakat yang berada
di area sengketa.

Masyarakat

yang

merasa

terdesak

oleh

TNI-AU

mulai

mengasosiasikan dirinya menjadi satu kesatuan. Mereka merasa tanah yang
mereka tempati merupakan hak mereka.Konflik vertikal ini yang
selanjutnya menumbuhkan kesadaran perlunya sebuah organisasi yang dapat
menjadi wadah perjuangan masyarakat Sari Rejo dalam memperjuangkan
haknya.

Berdasarkan akta pendirian Formas tanggal 24 Februari 2011 No.30
dihadapan notaris Muhammad Dodi Budiantoro yang berkantor di Jalan
Jenderal Ahmad Yani No 70 lantai dua, masyarakat kelurahan Sari Rejo
memiliki organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan pembelaan
hak-hak masyarakat Sari Rejo.

Konsep gerakan yang lebih terlihat insidental akibat adanya tekanan
mendorong masyarakat menciptakan asosiasi dalam tubuhnya yang

53
Universitas Sumatera Utara

bertujuan sebagai sarana penampung aspirasi dan konsolidasi gerak menuju
perubahan. Dalam hal ini gerakan sosial masyarakat Sari Rejo dalam sebuah
institusi FORMAS memiliki satu fokus utama dalam penuntutan hak
kepemilikan atas tanah oleh negara atau dalam hal ini TNI-AU.
Guna

memperkuat

konsolidasi

antar

anggota.

FORMAS

mengembangkan asosiasi-asosiasi berbasis kebudayaan, agama dan dan
kemasyarakatan guna memperkuat suprastruktur organisasi. Konsolidasikonsolidasi ini dianggap sebagai penopang dan sistem adaptasi organisasi
terhadap semua isu yang ada di tataran anggota..

54
Universitas Sumatera Utara