T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Interpersonal Orangtua dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak: Studi pada Keluarga dari Anak Tuna Daksa yang Bersekolah di SLB Anugeraharanganyar, Surakarta T1

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Komunikasi

2.1.1

Pengertian Komunikasi
Komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Communication yang

berarti sama, maksudnya adalah suatu komunikasi dapat terjadi apabila dalam
prosesnya terdapat kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Dalam komunikasi terjadi pertukaran arti dan
makna tertentu. Maka komunikasi dapat disimpulkan sebagai sebuah proses
pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu.
a. Pengirim Pesan/Komunikator
Pengirim pesan atau seorang komunikatoradalah mereka yang ingin
menyampaikan ide gagasan kepada orang lain atau mencari sebuah informasi, atau
dalam mengungkapkan pikiran atau emosi.
Hadiono Afdjani dalam Ilmu Komunikasi Proses dan Strategi menjelaskan

tentang elemen-elemen yang terjadi pada proses komunikasi, dan memaparkan
bahwa dalam unsur komunikator sendiri dibagi dalam dua tipe utama, yaitu:
1. Komunikator dengan Citra Diri Sendiri
Dalam hal ini komuikator lebih mengutamakan kepantingan dirinya
semdiri. Kesuksesan dalam komunikasi ini dilihat dari kesuksesan komunikator
dalam mencapai target sasaran secara kuantitatif.
2. Komunikator dengan Citra Khalayak
Dalam komunikator dengan khalayak seorang komunikator yang mencoba
memahami kebutuhan dari audience.
Komunikator tipe ini terbagi dalam:
1)

Paternalisme (Paternalism), dimana dalam tipe ini hubungan antara
komunikator dengan audience seperti hubungan antara ayah dengan anak
dimana komunikator menganggap bahwa fungsi mereka adalah untuk
mendidik dan memberikan informasi kepada audience.

7

2)


Spesialisasi (Specialization), dimana kebutuhan dan kepentingan diri
komunikator di ketahui oleh khalayak, karena pada tipe ini komunikator
juga sebagai bagian dari khalayak.

3)

Profesialisasi (Profesionalization), komunikator beranggapan bahwa
dirinya sangat berkompeten dalam memutuskan isi dari suatu media dan
mengetahui tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh khalayak.
Seperti: seorang editor, dosen, dan lain sebagainya.

4)

Ritualisme (Ritualism), mereka menjadikan komunikasi sebagai alat
untuk membangun atau memperkuat kebersamaan antara khalayak.
Seperti: informasi pelaksanaan kerja bakti lingkungan, ceramah
keagamaan.

2.1.2 Pesan

Komunikasi yang efektif adalah apabila pesan diberikan oleh komunikator
dapat dipahami serta mampu untuk mendorong tindakan baru atau pemikiran
baru dari penerima pesan. Pesan dapat berupa verbal (pesan yang berupa katakata) atau Non Verbal (pesan yang dapat berupa isyarat, gerakan tubuh, ekspresi
wajah, kontak mata, artefak, pakaian, vokal, sentuhan waktu, dll)1.

2.1.3 Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dapat berupa tatap muka atau melalui media tertentu.

2.1.4 Penerima Pesan/Komunikan/Receiver
Tugas dari seorang penerima pesan adalah menerima, menafsirkan,
menggunakan, memahami, dan memberi tanggapan terhadap pesan yang
diberikan oleh pengirim/komunikator.

1

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasisuatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya p.353

8

2.1.5 Umpan Balik (Feedback)

Melalui umpan balik ini sang pengirim pesan drrapat mengetahui apakah
tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak.
Afdjani juga memberikan beberapa jenis-jenis Feedback:
1) Feedback Positif – Feedback Negatif
Feedback positif adalah isyarat yang ditunjukan oleh komunikan yang
menandakan bahwa dirinya mengerti tentang pesan apa yang
diberikan oleh seorang komunikator. Sedangkan Feedback Negatif
adalah keadaan tidak setuju atau tidak menyukai pesan yang diberikan
oleh komunikator kepada komunikan.

2) Feedback Netral – Feedback Zero
Kedua Feedback ini sangat sulit untuk dinilai atau bahkan dimengerti
apakah komunikan paham dengan pesan yang diberikan oleh
komunikator atau tidak. Karena pada Feedback Netral sikap yang
ditunjukkan komunikan tidak jelas, seperti diam. Diam tidak
menunjukkan bahwa seorang komunikan mengerti atau bahkan tidak
mengerti tentang pesan yang disampaikan komunikator. Tidak
berbeda jauh dengan Feedback Netral, Feedback Zero juga sulit untuk
diartikan oleh seorang komunikator. Semisal, seorang komunikan
tiba-tiba saja tertawa padahal pesan yang disampaikan komunikator

tidak ada unsur lelucon.

3) Feedback Internal – Feedback Eksternal
Feedback ini dilihat menunjukkan sumber dari isyarat yang menjadi
Feedback. Apabila isyarat tersebut berasal dari diri komunikator
seperti ketika sedang menyampaikan pesan kemudian teringat akan
sesuatu dan meralat pesan tersebut maka Feedback yang dimunculkan
berasal dari internal sedangkan jika Feedback tersebut berasal dari diri
komunikan seperti memberikan ekspresi wajah atau gerak-gerik
tertentu maka Feedback tersebut adalah Feedback eksternal.

9

4) Feedback Verbal – Feedback Non Verbal
Feedback ini menunjukan pada bentuk reaksi yang ditunjukan oleh
komunikan. Apabila ketika komunikator sedang menyampaikan pesan
kemudian seorang komunikan memotong pembicaraan tersebut
(interupsi), atau juga melalui tulisan di kertas yang ditujukan kepada
komunikator untuk mengatakan sesuatu, maka Feedback tersebut
termaksud kedalam Feedback verbal. Sedangkan Feedback Non

Verbal adalah segala sesuatu yang ditunjukan bukan melalui tulisan
atau perkataan akan tetapi lebih menunjuk kepada gerak-gerik,
ekspresi wajah, cara duduk, cara menatap, senyum, isyarat tangan dan
sebagainya.

5) Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung
Beberapa ahli merasa tidak setuju pada feeback ini. Yang
membedakan Feedback ini adalah ketika sedang

melakukan

komunikasi interpersonal maka Feedback yang akan didapat adalah
secara langsung, sedangkan ketika sedang melakukan komunikasi di
media massa maka Feedback yang akan diterima adalah tidak
langsung.

2.1.6 Gangguan
Sesuatu yang dikatakan gangguan pada komunikasi adalah ketika pesan
yang disampaikan oleh komunikator tidak sama atau berbeda dengan apa yang
diterima oleh komunikan. Beberapa macam gangguan yang ada pada komunikasi:

1) Gangguan Lingkungan
Gangguan yang berasal dari luar baik dari komunikator atau
komunikan

yang

dapat

mengganggu

proses

pengiriman

dan

penerimaan pesan.

10


2) Gangguan Fisik
Gangguan ini juga dapat disebut sebagai gangguan fisiologis.
Gangguan ini merupakan gangguan atau hambatan yang terdapat pada
diri komunikator atau komunikan sehingga dapat menyebabkan
gangguan pada proses pengiriman atau penerimaan pesan.

3) Gangguan Psikologis
Gangguan

psikologis

komunikator

ataupun

merupakan

gangguan

pada


komunikan,

diri

mental pada diri
sehingga

dapat

mempengaruhi terjadinya proses komunikasi yang efektif.

Sebelum melakukan proses komunikasi sebaiknya seorang komunikator
mengetahui bagaimana pribadi yang ingin diajak berkomunikasi agar komunikan
mempunyai persepsi, pola pikir dan perasaan yang sama dengan komunikator.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi biasanya menyertakan komunikasi
dengan proses sebab – akibat atau secara aksi – reaksi. Salah satu unsur yang
sangat melekat pada proses komunikasi adalah ketika komunikan memberikan
Feedback


(umpan

balik)

kepada

komunikator.

Maka,

seseorang

yang

menyampaikan pesan baik secara verbal maupun non verbal, sedangkan seorang
penerima bereaksi dengan memberikan jawaban kepada pengirim pesan dan yang
nantinya juga dapat di respon kembali oleh komunikator dan begitu seterusnya.
Komunikasi terjadi tidak dengan sendiri tanpa aspek-aspek didalamnya
yang mempengaruhi. Dalam berkomunikasi melibatkan beberapa faktor, antara
lain: Aspek bersifar fisik, dimana yang termaksud adalah iklim, suhu,cuaca,

bentuk ruangan, jumlah peserta komunikasi; Aspek psikologis, seperti: sikap,
kecenderungan, prasangka dan emosi peserta komunikasi; Aspek sosial, seperti:
norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya dan yang terakhir adalah
Aspek waktu, yakni kapannya komunikasi tersebut berlangsung.
Komunikasi juga dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal.
Dimana dalam komunikasi verbal lebih banyak digunakan kata-kata daripada
isyarat. Maka dari itu sepandai-pandainya seseorang dalam menggunakan bahasa

11

isyarat tetap saja pesan yang akan disampaikan tidak dapat terlalu dimengerti
dengan jelas jika dibandingkan dengan menggunakan kata-kata. Berbeda dengan
komunikasi non verbal, komunikasi ini justru menggunakan semua gerakan,
isyarat, ekspresi wajah, dan apapun yang dapat digunakan orang-orang agar dapat
berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata2.
Dalam buku “ILMU KOMUNIKASI Teori dan Praktek” Wilbur Scramm
menyatakan bahwa suatu proses komunikasi akan berhasil apabila pesan yang di
terima dari komunikator sesuai dengan pengalaman dan pengertian komunikan.
Menurutnya bidang pengalaman merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
proses komunikasi karena apabila pengalaman komunikator sama dengan
pengalaman dari pihak komunikan maka komunikasi yang berlangsung akan
sangat lancar.

2.2

Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal atau yang juga disebut sebagai Komunikasi

Antar Pribadi ini dilakukan oleh dua atau tiga orang yang mana komunikasi
sangat penting untuk mengidentifikasi diri sendiri dan dalam mengekspresikan
siapa diri kita, hal itu juga merupakan cara utama dalam membangun,
memperbaiki, mempertahankan dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Hubungan sendiri dapat menjadi makna apabila kita tau bagaimana cara
mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan ide agar mudah dimengerti oleh orang
lain (Kurniawati, 2014: 2).
Ciri utama dari komunikasi ini berupa keintiman. Keintiman merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat menjalin keakraban dengan orang lain dan
ditandai dengan adanya rasa percaya, saling terbuka, saling mendukung satu sama
lain. Suciati (2015) mencoba untuk memaparkan beberapa makna dari sebuah
keintiman, diantaranya adalah:

2

https://books.google.co.id/books?id=V5rm2REypmgC&pg=PA36&dq=komunikasi+verbal&hl=id
&sa=X&ved=oahUKEwjJwqjVjfzRAhVMwI8KHb5vDKo4FBDoAQg6MAg#vonepage&q=komunikasi
%20verbal&f=false diakses pada 30 Mei 2017

12

1.

Ericson, keintiman sebagai perasaan saling percaya, terbuka, dan saling
berbagi dalam suatu hubungan.

2.

Olforsky, kemampuan keintiman meliputi kemampuan untuk membentuk
dan mempertahankan keakraban.

3.

Levinger, sebagai proses dari dua orang yang saling memberikan perhatian
dalam pertukaran perasaan, pikiran maupun tindakan.

4.

Fieldman, proses dimana seseorang mengkomunikasikan perasaan dan
informasi penting mengenai dirinya kepada orang lain melalui sikap
keterbukaan.

5.

Newman, kemampuan untuk memberikan dukungan, terbuka dan memiliki
hubungan yang dekat dengan orang lain tanpa takut kehilangan identitas
diri.
Dalam buku yang ditulis oleh Wood dengan judul Komunikasi

Interpersoanl interaksi Kseseharian, William menegaskan bahwa ada tiga
kebutuhan dasar dalam komunikasi interpersonal. Kebutuhan pertama adalah
afeksi, yaitu kebutuhan dan keinginan untuk memberikan juga mendapatkan kasih
sayang. Kebutuhan kedua adalah inklusif, dimana adanya keinginan untuk
menjadii salah satu bagian dari kelompok sosial tertentu. Kebutuhan yang terakhir
adalah kontrol, dimana kebutuhan untuk memengaruhi orang atau peristiwa
dalam kehidupan. Maslow kemudian mengembangkan gagasan milik William
yaitu:
1.

Kebutuhan Fisiologi
Kebutuhan Fisiologi mereupakan kebutuhan paling dasar dari kehidupan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan yang
termaksud kedalam kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan dan juga kebutuhan biologis yang lainnya.

2.

Kebutuhan Rasa Aman
Dengan melakukan komunikasi kita juga membutuhkan rasa aman dari orang
lain. Apabila hanya kebutuhan fisiologi yang terpenuhi namun kebutuhan
akan rasa aman tidak didapatnya maka dipastikan seseorang tersebut akan

13

selalu merasakan kecemasan yang menyebabkan tingkah laku mereka yang
berbeda3.
3.

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
Level ketiga yang dikatakan Maslow adalah kebutuhan rasa memiliki dan
kasih sayang. Dimana kita juga membutuhkan oranglain untuk saling
bersosialisasi. Manusia akan

mencari, sahabat, pasangan, keturunan dan

kebutuhan untuk dekat dengan keluarga4.
4.

Kebutuhan untuk Mendapatkan Harga Diri
Komunikasi adalah cara utama manusia untuk bisa menggambarkan siapa diri
kita dan apa yang ingin kita lakukan.

5.

Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkatan paling tinggi yang dijelaskan oleh
Maslow. Pada bagian ini Maslow mendefinisikan sebagai pengembangan diri
manusia dengan menggunakan bakat, potensi dan kemampuan yang ada di
dalam diri manusia. Komunikasi merupakan salah satu cara dalam
mengaktualisasikan diri, selain itu cara lain untuk mengaktualisasikan diri
adalah dengan cara terus mencoba hal-hal baru.

3

https://www.google.co.id/amp/dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/hierarkikebutuhan-maslow/amp diakses pada 30 Mei 2017
4
Ibid.

14

2.2.1 Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam melakukan komunikasi antarpribadi atau interpersonal ini juga
tidak dapat terlepas dari komunikasi verbal dan non verbal.
1.

Komunikasi Verbal
Hardjana dalam Kurniawati (2014:27) menyebutkna bahwa komunikasi
secara verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata atau tulisan,
dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, emosi, gagasan atau
untuk menyampaikan serta menjelaskan informasi.

2.

Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah semua aspek komunikasi yang bukan
berupa kata-kata atau tulisan (Wood 2010:124). Bukan hanya gerakan dan
bahasa tubuh saja yang termaksud kedalam komunikasi non verbal,
seperti:
a. Kinesik, adalah posisi dan gerakan tubuh termasuk wajah. Komunikasi
dengan gerakan tubuh telah dikenal lebih lama daripada bahasa verbal.
b. Haptiks, berkaitan dengan indra peraba atau sentuhan.
c. Paralanguage, lebih mengacu pada vokal. Suara kita juga dapat
membuat orang lain mempersepsikan diri kita.

15

2.3

Strategi Komunikasi
Strategi sendiri berasal dari bahasa Yunani Klasik yaitu “stratos” yang

berarti tentara dan “agein” yang berarti memimpin. Jadi strategi dapat diartikan
sebagai suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Strategi
pada hakikatnya adalah sebuah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan tertentu, sama seperti strategi komunikasi
dimana panduan perencanaan dengan manajemen komunikasi terjadi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2006: 32). R. Wayne Pace,
Brent D. Peterson dan M. Dallas (dalam Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek)
menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan sentral dari kegiatan komunikasi, yaitu:
1. To secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti
dan menerima pesan yang diberikan oleh komunikator.
2. To establish acceptance, apabila komunikan mengerti pesan tersebut
maka penerimanya harus dibina.
3. To motivate action, untuk memotivasi penerimanya.
Afdjani (2014:196-199) memaparkan 10 tahapan umum dalam melakukan
Strategi Komunikasi, diantaranya adalah:
1.

Menganalisis Masalah
Mempelajari masalah-masalah yang akan diteliti.

2.

Analisis Situasi
Analisa situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah
yang berhubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi.

3.

Analisis Khalayak
Dalam memecahkan masalah tertentu pada wilayah tertentu harus
memperhatikan karakteristik kelompok sasaran. Data-data tentang kondisi
awal kelompok sasaran merupakan modal awal dalam menentukan tujuan
komunikasi.

4.

Tujuan Komunikasi
Demi efektivitas, maka tujuan komunikasi harus dirumuskan dengan jelas.
Program harus memiliki tujuan komunikasi yang dapat dicapai, dimana
hasilnya dapat diukur dan diamati.

16

5.

Strategi Komunikasi
Dalam mencapai tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling
melengkapi dan saling menguatkan, maka dari itu program harus memikirkan
strategi komunikasi yang akan digunakan agar tujuan dapat tercapai.

6.

Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media
Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksana program akan dengan mudah
melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media.

7.

Produksi dan Uji Coba Media
Ini adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan, mulai dari
mengembangkan pesan-pesan utama, naskah, visualisasi, penataan letak.

8.

Penggunaan Media
Apabila menginginkan tujuannya tercapai maka program harus dapat
menjamin bahwa media yang telah dikembangkan akan digunakan sebagai
peruntukannya.

9.

Monitoring
Agar dapat tercapainya tujuan komunikasi maka, program harus melakukan
pemantauan atas kegiatan komunikasi yang dilakukan sambil megamati
perubahan-perbahannya.

10. Evaluasi dan analisis Masalah
Evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program
dalam mencapai tujuannya.
Ketika melakukan komunikasi interpersonal seorang komunikator harus
dapat memahami situasi dan kondisi dari khalayak, maka dari itu Charles Berger
(1995) dalam Respita (2011:18) merumuskan langkah-langkah dalam melakukan
sebuah strategi, yaitu:
a.

Mengenal Khalayak
Ketika seorang komunikator akan melakukan sebuah proses komunikasi
yang efektif, maka langkah pertama yang dilakukan komunikator adalah
harus mengenal dan memahami karakter dari khalayak, agar pesan yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh khalayak.

17

b.

Menyusun Pesan
Komunikator menentukan tema dan materi yang akan disampaikan kepada
seorang komunikan.

c.

Menetapkan Metode
Terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu dengan metode
pengulangan

atau

bisa

juga

dengan

metode

informatif/persuatif/edukatif/koersif.
d.

Seleksi Penggunaan Media
Masing-masing media yang akan digunakan mempunyai kemampuan dan
kelemahannya sendiri-sendiri, maka dari itu komunikator harus dapat
memilih menggunakan media apa dalam penyampaian pesan agar pesar
yang dimaksud dapat tersampaikan dan diterima dengan jelas oleh
komunikan.
Ashabul dalam skripsi yang ditulis oleh Aulia (2017:25) memaparkan 5

Komunikasi Interpersonal yang dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak:
a. Pendekatan secara individual, orang tua melakukan pendekatan secara
langsung kepada anak agar anak bisa mendapatkan rasa aman dan nyaman
serta percaya kepada orang tua sehingga anak dapat terbuka kepada orang tua.
b. Memberikan teladan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memberikan

nasihat,

dalam

memberikan

nasihat

orang

tua

harus

memperhatikan kondisi dan situasi yang tepat.
d. Memberikan contoh figur orang-orang difabel yang dapat sukses, agar anak
dapat termotivasi untuk menjadi lebih baik dan merasa bahwa dirinya
berguna.
e. Memberikan teguran/hukuman.

18

Menurut Cutlip dan Center (Afdjani 2014:199) komunikasi yang efektif
harus memperhatikan 4 tahapan yang harus dilakukan:
1. Fact Finding
Mencari dan mengumpulkan data/fakta sebelum melakukan tindakan, seperti:
apa yang dibutuhkan, siapa yang menjadi sasaran, bagaimana situasi dan
kondisi yang akan dituju.
2. Planning
Menyusun

perencanaan

tentang

apa

yang

akan

dilakukan

dalam

menghadapi/menyelesaikan sebuah permasalahan, seperti: materi, waktu,
sarana.
3. Communicating
Ketika sudah data-data sudah lengkap dengan susunan perencanaan barulah
komunikator menyampaikan pesan berdasarkan perencanaan yang sudah
disusun.
4. Evaluation
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan berdampak
kepada penerima pesan. Evaluasi ini dilihat berdasarkan analisa sehingga
dapat dijadikan dasar untuk kegiatan selanjutnya.

19

2.4 Percaya Diri
Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi
berbagai kebutuhan sendiri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam
membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap
manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada
di dalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi
produktif dan berguna bagi orang lain.
Lauster dalam buku yang berjudul “Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri”
dan ditulis oleh Thursan mengatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan
diri yang positif adalah mereka yang mampu melakukan beberapa hal dibawah ini,
yaitu5:
a. Keyakinan kemampuan diri, adalah sikap positif seseorang tentang dirinya
sendiri sehingga ia mampu melakukan aktivitasnya dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan kemampuannya.
b. Optimis, merupakan sikap positif seseorang dimana dia selalu berpandangan
baik dalam menghadapi masalah atau tantangan yang berkaitan dengan dirinya
dan kemampuannya.
c. Objektif, mereka yang dapat memandang permasalahan atau sesuatu sesuai
dengan kenyataannya dan bukan menurut pendapat dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab, merupakan sebuah bentuk dari kesediaan seseorang dalam
menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis, adalah menganalisis sesuatu kasus atau masalah, dengan
menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan juga sesuai dengan
kenyataan yang ada.

5

Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta : Purwa Suara, 2002), h.23

20

Menurut Angelis (2003:4) fakor munculnya rasa percaya diri adalah:
a.

Kemampuan pribadi, rasa percaya diri akn muncul apabila seseorang
mengerjakan sesuatu yang memang menurut mereka mampu untuk dilakukan.

b.

Keberhasilan seseorang, ketika seseorang mendapatkan apa yang diharapkan
dan dicita-citakan selama ini.

c.

Keinginan, belajar dari kesalahan yang diperbuat.

d.

Tekat yang kuat, memiliki tekat yang kuat untuk dapat mencapai tujuan.
Sarwono dalam Teori-Teori Psikologi berpendapat bahwa terdapat

beberapa faktor dalam pembentukan rasa percaya diri seseorang:
1.

Faktor Internal

a. Konsep Diri,
Konsep diri merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seseorang.
Dengan pemahaman konsep diri yang benar maka individu dapat lebih
mengenal belajar dan menerima dirinya. (Kurniawati 2014:11). “Pandangan
individu mengenai siapa dirinya, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan oleh orang lain tentang diri individu itu” (Mulyana, 2000). Konsep
diri yang positif ditandai dengan:
- Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
- Merasa setara dengan orang lain
- Menerima pujian tanpa rasa malu
- Menyadari bahwa setian individu memiliki perasaan maupun perilaku
yang tidak semuanya disetujui oleh masyarakat
- Mampu memperbaiki dirinya
Konsep diri juga merupakan faktor yang sangat menentukan komunikasi
interpersonal, yaitu:
- Disiplin terhadap diri sendiri
- Membuka diri
- Percaya diri

21

b. Harga Diri,
Harga diri merupakan sejauh mana individu dapat menilai dirinya sebagai
seseorang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
c.

Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik seseorang juga dapat berpengaruh pada rasa
kepercayaan diri seseorang.

d. Pengalaman Hidup
Rasa percaya diri juga bisa didapat dari pengalaman hidup seseorang.

2.

Faktor Eksternal

a.

Pendidikan
Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat dirinya
menjadi percaya diri dan mandiri. Melalui sekolah individu juga diajarkan
untuk dapat mandiri.

b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian seseorang
c.

Lingkungan
Dukungan baik yang diterima seseorang baik dari lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat juga dapat memberikan rasa aman, nyaman
sehingga seseorang bisa mendapatkan rasa percaya diri yang tinggi.

22

2.5 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian kali ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang komunikasi interpersonal
orang tua terhadap anak tuna daksa untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Pratiwi, Dwi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Komunikasi
Interpersonal Orang Tua dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Tuna
Daksa” memaparkan bahwa sikap dan usaha orang tua sebagai suatu bentuk reaksi
untuk menolong dan membantu anak penyandang disabilitas dan dapat
mempengatuhi kualitas watak dan kepribadian anak tersebut. Namun terkadang
orang tua enggan mengakui bahwa anaknya mengalami cacat, dan keadaan
tersebut yang justru menimbulkan perasaan untuk menyalahkan diri sendiri atau
bahkan

menyalahkan

anak

tersebut.

Yang

menjadi

faktor

komunikasi

interpersonal adalah keyakinan subjek tentang kemampuan yang dimiliki
anaknya, juga perlakuan subjek ketika anaknya mulai melakukan kesalahan serta
mengajarkan sikap keterbukaan pada anak.
Wirdatul’aini (2011) memaparkan bahwa adanya disabilitas dalam diri
seseorang membuat eksistensinya seseorang terganggu, hal tersebut disebabkan
oleh faktor personal yang mana memang sulit untuk bergaul dan bersosialisasi dan
juga disebabkan oleh faktor penerimaan lingkungan yang berperan penting dalam
hubungan eksistensi remaja dengan disabilitas fisik. Hal itu dirangkumnya pada
buku yang ditulis oleh Suharmini, 2007. Kebayakan remaja dengan keterbatasan
fisik dipandang tidak berdaya sehingga tidak dibiasakan untuk melakukan segala
aktivitas dengan sendirinya sehingga tidak membuat mereka belajar agar mandiri
dengan keterbatasannya tersebut (dalam Marinah, 2006).
Jurnal dari Rahmat Aulia dan Ade Irma yang berjudul Strategi Komunikasi
Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Penyandang Disabilitas (Interpersonal Comunication Strategy Used by Parents in
Enhancing Self-Confidence of Disabled Children) pada tahun 2017. Dimana
terdapat 3 straegi yang dapat digunakan oleh orang tua yaitu mengenal khalayak,
menyusun pesan dan yang terakhir adalah menetapkan metode. Namun
kekurangan pada penelitian ini adalah peneliti tidak menggambarkan bagaimana

23

komunikasi verbal serta komunikasi non verbal yang dilakukan oleh orang tua
kepada anak mereka.

24

2.6

Kerangka Berpikir

KELUARGA
ORANG TUA

ANAK TUNA DAKSA

STRATEGI KOMUNIKASI INTERPESONAL

PERCAYA DIRI

SOSIALISASI
DENGAN TEMAN SEBAYA

Penjelasan:
Keluarga merupakan kelompok primer yang mana segala pendidikan
pertama dan pembentukan kepribadian dan meanak bertumbuh. Setiap keluarga
selalu mendambakan kehadiran seorang anak dalam keluarga kecil mereka. Akan
tetapi tidak semua anak dilahirkan dengan keadaan yang normal. Mereka yang
termaksud dalam kelompok anak disabilitas adalah mereka yang mengalami
gangguan atau ketidak sempurnaan pada diri mereka, baik secara fisik dan atau
mental. Disini orangtua membutuhkan strategi komunikasi interpersonal untuk
meningkatkan rasa percaya diri dari masing-masing pribadi anak sehingga anak
mempunyai rasa percaya dirinya sendiri sehingga dapat bersosialisasi dengan
masyarakat disekitarnya.

25

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24