Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Merek (Brand)

2.1.1 Pengertian Merek (Brand)

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Association yang menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiator. Kedua definisi tersebut menjelaskan secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau simbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek. (Tjiptono, 2005 : 2).

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan dari produsen kepada konsumen dengan menjamin konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen dari sebuah produk. (Keller dalam Tjiptono, 2005 : 19)


(2)

2.1.2 Manfaat Merek (Brand)

Merek dapat bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen, maupun public, alasan merek merupakan hal yang penting bagi konsumen adalah dikarenakan: Merek memberikan pilihan, merek memudahkan keputusan, merek memberi jaminan kualitas, merek memberikan pencegahan resiko, merek memberikan alat untuk mengekspresikan diri.

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005 : 20) manfaat merek bagi perusahaan, yaitu :

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, teruatama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelangggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yng membedakan produk dari para pesaing.

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk di benak konsumen.


(3)

6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005 : 21), manfaat merek bagi konsumen, yaitu sebagai identifikasi sumber produk; penetapan tanggung jawab pada manufaktur atau distributor tertentu; pengurangan resiko; penekan biaya pencarian (search costs) internal dan eksternal; janji atau ikatan kusus dengan produsen; alat simbolis yang memproyeksikan citra diri; dan signal kualitas.

2.1.3 Defenisi Ekuitas Merek (Brand Equity)

Ekuitas merek (Brand Equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau kepada pelanggan perusahaan. Brand equity adalah kekuatan merek atau kesaktian merek yang memberikan nilai kepada konsumen. (Tjiptono, 2011 : 96).

Menurut Kotler (2009 : 263), ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa yang dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah atau


(4)

mengurangi nilaiyang diberikan oleh sebuah produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Dengan demikian ekuitas merek merupakan nilai tambah yang diberikan nama merek atas suatu produk sehingga akhirnya konsumen akan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding produk-produk lainnya.

Keller (dalam Tjiptono 2011 : 96) mengidentifikasi tiga aliran dalam studi brand equity, yaitu :

1. Ancangan berbasis Psikologi

Penelitian yang melakukan studi dampak branding berdasarkan perspektif psikologi koognitif kerapkali mengadopsi associative network memory models untuk menyusun teori dan hipotesis.

Aaker (dalam Tjiptono, 2011 : 96) mengkabarkan asset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi sebagai berikut :

a . Brand awareness, Kemampuan konsumen ubtuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari katagori produk tertentu.

b. Perceived quality merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan.

c. Brand associations, yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek.


(5)

Merupakan dimensi inti dari ekuitas merek. Pelanggan yang loyal akan menjadi hambatan masuk bagi para pesaing, memungkinkan ditetapkannya harga, tersedianya waktu untuk menanggapi inovasi dari pesaing, dan bias menjadi benteng pelindung dari kemungkinan kompetisi harga.

e. Aset-aset merek lainnya, seperti hak paten, rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain.

2. Ancangan berbasis Ekonomika

Focus utamanya adalah pada penerapan kredibilitas (ditentukan oleh interaksi dinamis antara perusahaan dan pelanggan) sebagai determinan utama consumer-based brand equity.

3. Ancangan berbasis Biologi dan Sosiologi

Aliran riset merek lain adalah studi berbasis perspektif biologis, sosiologi, dan antropologi. McCracken, misalnya berfokus pada kultural merek dan produk. Berdasarkan ancangan antropologis atau cultural, Mc. Cracken mendefinisikan merek sebagai “a bundle or container of meaning” merek memiliki nilai karena merek menambah nilai melalui penambahan makna pada produk.


(6)

2.1.4 Brand Awareness

Menurut Situmorang (2011 : 198), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat suatu merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu.

Peranan brand awareness dalam brand equity tergantung pada tingkatan pencapaian kesadaran di benak konsumen. Tingkatan yang paling rendah adalah brand recognition (pengenalan merek). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek). (Situmorang, 2011 : 198).

Menurut Aaker (1997 : 93-97), Nilai brand awareness terdiri dari : 1. Jangkar yang jadi cantelan asosiasi-asosiasi lain.

Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Biasanya sia-sia untuk berusaha mengkomunikasikan atribut-atribut merek sebelum sebuah merek mantap dengan atribut-atribut yang diasosiasikan. Sebuah merek bagaikan map dokumen dalam pikiran yang bisa diisi dengan nama yang berkaitan dengan berbagai fakta dan perasaan. Bila arsip ini tidak bisa sewaktu-waktu diakses dalam memori, fakta dan perasaan tersebut mengalami salah arsip, dan tidak bisa sewaktu-waktu diakses ketika dibutuhkan.

2. Keakraban atau rasa suka.

Pengakuan memberi merek suatu kesan akrab. Terutama untuk produk dengan keterlibatan rendah seperti sabun, permen karet, tisu, atau pena, familiaritas kadangkala bisa mengendalikan pembelian. Tanpa perlu untuk mengadakan evaluasi atribut, keakraban saja mungkin saja sudah cukup.


(7)

3. Substansi atau komitmen.

Kesadaran merek bisa jadi suatu sinyal dari kehadiran, komitmen, dan substansi. Ketiganya itu merupakan atribut-atribut yang bisa sangat penting bahkan untuk para pembeli industrial atas item-item bernilai besar dan pembeli barang-barang tahan lama. Logikanya, jika sebuah merek dikenali, pasti ada sebabnya, seperti : perusahaan telah mengiklankan secara luas, perusahaan telah menggeluti bisnis tersebut dalam jangka waktu yang lama, perusahaan mempunyai jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil.

4. Mempertimbangkan merek-merek

Langkah pertama dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Pembeli mungkin tidak akan diperlihatkan pada banyak merek selama proses tersebut, kecuali adanya kejadian secara kebetulan. Karena itu pengingatan merek bisa menjadi penting untuk masuk kedalam kelompok ini. Perusahaan-perusahaan yang pertama terlintas dalam pikiran konsumen akan mendapatkan keuntungan.

2.1.5 Brand Association

Menurut Situmorang (2011 : 200), brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.


(8)

Menurut Aaker (1997 : 162-166), Nilai brand assosiation terdiri dari :

1. Membantu proses penyusunan informasi

Asosiasi-asosiasi bisa membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan, dan bisa jadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya.

2. Perbedaan

Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha yang membedakan. Dalam sebagian kelas produk seperti anggur, parfum, dan pakaian, sejumlah merek tidak bisa dibedakan oleh sebagian besar pelanggan. Asosiasi-asosiasi merek bisa memeinkan suatu peran yang amat penting dalam memisahkan suatu merek dari merek lainnya.

3. Alasan untuk membeli

Banyak asosiasi merek membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.

4. Meciptakan sikap/perasaan positif

Beberapa asosiasi mampu merangsang perasaan psoitif yang pada gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. Asosiasi-asosiasi dan perasaan-perasaan yang mernyertainya kemudian menjadi terkait dengan merek.


(9)

5. Landasan untuk perluasan

Suatu asosiasi bisa menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian antara merek dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.

2.1.6 Perceived Quality

Menurut Situmorang (2011 : 201), perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseleruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan.

Menurut Situmorang (2011 : 201), Dimensi-dimensi dalam perceived quality, yaitu :

1. Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

2. Pelayanan, mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut.

3. Ketahanan, mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan, konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk, bagian-bagian tambahan dari produk.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi, pandangan mengenai spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.


(10)

Menurut Aaker (1997 : 126-129), Nilai perceived quality terdiri dari : 1. Alasan untuk membeli

Dalam banyak konteks, kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli, mempengaruhi merek-merek mana yang mesti dipertimbangkan, dan pada gilirannya akan memengaruhi merek apa yang bakal dipilih.

2. Differensiasi/posisi

Suatu karaktersitik penting dari merek adalah posisinya didalam dimensi kesan kualitas. Apakah merek itu merupakan super optimum, optimum, bernilai atau ekonomis? Lebih jauh berkenaan dengan kesan kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau hanya sekedar kompetitif terhadap merek-merek lain.

3. Harga Optimum

Keuntungan kesan kualitas memberikan pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum. Harga optimum bisa meningkatkan laba, dan atau memberikan sumber daya untuk re-investasi pada merek tersebut. harga optimum tidak hanya memberikan sumber daya, melainkan juga menguatkan kesan kualitas.

4. Kepentingan Berbagai Pos Saluran

Kesan kualitas juga punya arti penting bagi para pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran lainnya. Pencitraan sebuah pos saluran dipengaruhi produk atau layanan yang masuk dalam jalur ditribusinya. Sehingga menyimpan “kualitas produk” bisa menjadi faktor penting.


(11)

5. Perluasan merek

Kesan kualitas bisa dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk ke kategori produk baru.

2.1.7 Brand Loyalty

Loyalitas merek adalah seberapa kuat preferensi seorang konsumen terhadap sebuah merek bila dibandingkan dengan merek lainnya. Loyalitas merek seringkali diukur dari seberapa banyak pembelian ulang (repeat purchase) dilakukan atau dari sensitivitas merek.

Menurut Aaker (1997 : 58), tingkatan loyalitas terdiri dari :

1. Tingkatan loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal sama sekali tidak tertarik pada merek tersebut. Merek apapun dianggap memadai.

2. Tingkat kedua adalah para pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan.

3. Tingkat ketiga juga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan yaitu biaya dalam waktu, uang, atau resiko kinerja berkenaan dengan tindakan beralih merek.


(12)

2.1.8 Pengukuran Brand Equity

Pengukuran brand equity sangat tergantung pada konseptualisasinya. Feldwick, dalam Tjiptono (2005 : 47) mengelompokkan berbagai makna brand equity ke dalam tiga kategori berikut :

1. Brand value

Yaitu nilai total sebuah merek sebagai aset terpisah. Kebutuhan akan penilaian merek dalam konteks ini biasanya dipicu oleh dua sistem utama:

a. Penentuan harga saat sebuah merek dijual.

b. Penentuan nilai merek sebagai aset intangible dalam laporan neraca perusahaan.

2. Brand strength

Yaitu ukuran menyangkut seberapa kuat konsumen “terikat” dengan merek tertentu. Ukuran ini sekaligus merefleksikan permintaan relatif konsumen terhadap sebuah merek. Fokus utamanya lebih pada kemampuan merek kuat untuk membebankan harga lebih mahal (harga premium) dan mewujudkan sensitivitas lebih rendah terhadap kenaikan harga dibandingkan pesaing.

3. Brand Image

Yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu dan bagaimana konsumen memandang merek dengan sangat positif.


(13)

Menurut Feldwick, dalam Tjiptono (2005 : 49), brand value lebih mencerminkan situasi transaksi bisnis aktual atau dugaan / rekaan, sementara brand strength berfokus pada konsumen. Dalam praktik, brand strength dan brand image kerapkali disebut pula costumer brand equity. Srivastava dan Shocker, (dalam Tjiptono, 2005 : 49) berpendapat bahwa konsep brand equity mencakup dua konstruk multi-dimensional yang saling terkait: brand strength dan brand value. Dalam hal ini, brand value merupakan ukuran finansial yang tergantung pada kekuatan saat ini dan prospek merek di masa datang, serta kesesuaian merek (sinerji atau joint effidiency) dengan portofolio produk dan tujuan perusahaan.

2.2Prilaku Konsumen

2.2.1 Pengertian Prilaku Konsumen

Perilaku pembelian tidak pernah sederhana tetapi memahaminya merupakan tugas yang sangat penting bagi manajemen pemasaran. Perilaku pembelian konsumen mengacu pada perilaku pembelian akhir-perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi (Kotler dan Amstrong, 2008 : 158).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) oleh perusahaan, tetapi harus benar-benar


(14)

diperhitungkan untuk mengkaji pengaruh-pengaruhnya terhadap perilaku pembelian (Kotler dan Amstrong, 2008 : 159).

1. Faktor Kebudayaan

Faktor-faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas dalam perilaku konsumen. Kebudayaan sendiri memiliki pengertian seperangkat nilai, persepsi, keinginan, dan perilaku dasar yang dipelajari seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga-lembaga kemasyarakatan penting lainnya. Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Perilaku manusia akan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia bertempat tinggal dan pengaruh tersebut akan terus ada dan terus berubah mengikuti perkembangan zaman.

2. Faktor Sosial

Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen diantaranya : kelompok acuan, keluarga, peran dan status dalam masyarakat.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku individu tersebut. Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok acuan tersebut.

b. Keluarga

Keluarga sendiri biasanya menjadi sumber orientasi dalam perilaku. Anak akan cenderung berperilaku sama dengan orang tua saat mereka melihat


(15)

c. Peran dan status dalam masyarakat

Peranan adalah kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan mengacu pada orang-orang disekelilingnya. Sedang status adalah pengakuan umum masyarakat sesuai dengan peran yang dijalankan. Setiap individu dan status yang disandangnya akan mempengaruhi perilakunya.

3. Faktor Pribadi

Keputusan individu dalam melakukan pembelian bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya :

a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Individu dalam membeli barang atau jasa biasanya disesuaikan dengan perubahan usia mereka. Pola konsumsi yang terbentuk juga berbeda antara individu-individu yang usianya berbeda.

b. Pekerjaan

Pekerjaan individu tentunya ikut mempengaruhi perilaku pembelian individu. Penghasilan yang mereka peroleh dari pekerjaannya itulah yang menjadi determinan penting dalam perilaku pembelian mereka. c. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola kehidupan seseorang sebagaimana tercermin dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup akan sangat mempengaruhi pola tindakan dan perilaku individu.


(16)

d. Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya.

4. Faktor Psikologi a. Motivasi

Motivasi adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok.

b. Persepsi

Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian maka akan dipengaruhi juga oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu produk.

c. Sikap

Selain persepsi akan muncul pula sikap seseorang dalam menilai suatu obyek yang akan diminati dan untuk dimiliki. Sikap sebagai evaluasi


(17)

yang menyeluruh dan memungkinkn seseorang untuk merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak terhadap obyek yang dinilai.

2.2.3 Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2013 : 14), ada empat tahap untuk sampai pada keputusan pembelian, yaitu :

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembelian menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang (rasa lapar, haus, seks) naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan; atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli mobil baru.

2. Pencarian informasi

Tahap dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada didekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber-sumber ini meliputi Sumber-sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan), Sumber-sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs web, kemasan, tampilan), sumber publik (media


(18)

massa, organisasi pemeringkat konsumen, pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk). Pengaruh relatif sumber-sumber informasi ini bervariasi sesuai produk dan pembelinya.

3. Evaluasi Alternatif

Tahap dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam setiap pembelian. Sebagai gantinya, beberapa proses evaluasi yang digunakan.

Konsumen sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pemikiran yang logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit melakukan evaluasi atau bahkan tidak mengevaluasi, sebagai gantinya mereka membeli berdasarkan dorongan dan bergantung pada intuisi. kadang-kadang kansumen membuat keputusan sendiri, kadang-kadang mereka meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau wiraniaga.

4. Keputusan Pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang yang mempunyai arti penting bagi anda berrpikir bahwa anda seharusnya membeli


(19)

mobil yang paling murah, maka peluang anda untuk membeli mobil mahal berkurang.

Faktor kedua adalah faktor situasional yang diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Contoh, seorang teman mungkin memberitahu anda bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang anda sukai. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.

5. Perilaku Pascapembelian

Pekerjaan pemasar tidak hanya berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Dan yang menetukan kepuasan atau ketidakpuasan pembeli terletak pada hubungan antara ekspetasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspetasi, konsumen kecewa; jika produk memenuhi ekspetasi, konsumen puas; jika produk melebihi ekspetasi, konsumen sangat puas.


(20)

2.3Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama (Tahun) Judul Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Sinaga (2011) Analisis Brand Equity Kalkulator Karce Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan koefisien

determinan (R2)

diketahui bahwa

variabel brand equity

yang terdiri dari

variabel kesadaran

merek, variabel

asosiasi merek,

variabel persepsi

kualitas, dan variabel

loyalitas merek

mempengaruhi

keputusan pembelian

dengan hubungan

antara variabel yang erat dan model dinilai baik karena standar deviasinya yang cukup kecil.

Variabel loyalitas

merek merupakan

variabel yang dominan mempengaruhi

keputusan pembelian Kalkulator Karce pada mahasiswa

Manajemen Ekstensi

Fakultas Ekonomi

USU, dari variabel

kesadaran merek,

variabel asosiasi

merek, dan variabel persepsi kualitas.


(21)

(Lanjutan) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama (Tahun) Judul Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Subianti (2013) Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Semarang Atas Keputusan Pembelian Ponsel Sony Ericsson

Analisis Regresi Berganda

Variabel Ekuitas Merek (X) yang terdiri dari Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas,

Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek dengan variabel

Keputusan Pembelian (Y) Ponsel Sony Ericsson

dinyatakan positif dan signifikan. Irwanti (2013) Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Proses Keputusan Pembelian Pada Konsumen Pond’s Di Kota Surabaya Analisis Regresi Berganda Variabel Brand Equity (X) yang terdiri dari Brand Awa reness,

Perceived Quality, Brand Associations dan Brand Loyalty dengan variabel Keputusan Pembelian (Y) POND’S di Kota Surabaya dinyatakan positif dan sinifikan.


(22)

(Lanjutan) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama (Tahun) Judul Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Lukman (2014) Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk Teh Botol Sosro Kemasan Kotak Analisis Jalur hubungan antara ekuitas merek dengan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen serta hubungan keputusan pembelian dengan kepuasan konsumen signifikan. dampak positif terlihat dari tingkat signifikansi yang terjadi pada model dimana pada model sebelumnya hubungan antara keputusan pembelian dengan kepuasan konsumen tidak signifikan, akan tetapi setelah dilakukan modifikasi maka hubungan antara keputusan pembelian dan kepuasan konsumen menjadi signifikan.


(23)

2.4Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Keputusan pembelian dapat terjadi karena dipengaruhi oleh brand equity. Keputusan pembelian konsumen adalah keputusan pembeli tentang merek yang paling disukai. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang kuat. (Kotler dan Amstrong, 2008 : 181).

Brand awareness berpengaruh terhadap keputusan pembelian dikarenakan calon pembeli mengenal, mengingat dan sadar merek tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Brand association berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena kesan yang muncul dari konsumen terhadap produk adalah harga yang terjangkau dan bermanfaat dan juga dapat bersaing dengan merek-merek lain. Perceived quality berpengaruh terhadap keputusan pembelian dikarenakan persepsi konsumen terhadap keseleruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan konsumen. Dan brand loyalty berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena kuatnya preferensi seorang konsumen terhadap sebuah merek bila dibandingkan dengan merek lainnya. Brand loyalty ditunjukkan dengan kesediana konsumen untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah kerangka konseptual dalam penelitian ini :


(24)

Sumber : Aaker (dalam Tjiptono, 2011 : 96 ), Setiadi (2013 : 17)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2012 : 93) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut :

Brand Awareness (X1)

Brand Loyalty (X4)

Brand Association (X2)

Perceived Quality (X3)

Keputusan Pembelian (Y)


(25)

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Association terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Perceived Quality terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Loyalty terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyalty secara bersama-sama terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.


(1)

2.3Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama (Tahun)

Judul Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian Sinaga

(2011)

Analisis Brand Equity Kalkulator Karce Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan koefisien determinan (R2) diketahui bahwa variabel brand equity yang terdiri dari variabel kesadaran merek, variabel asosiasi merek, variabel persepsi kualitas, dan variabel loyalitas merek mempengaruhi

keputusan pembelian dengan hubungan antara variabel yang erat dan model dinilai baik karena standar deviasinya yang cukup kecil.

Variabel loyalitas merek merupakan variabel yang dominan mempengaruhi

keputusan pembelian Kalkulator Karce pada mahasiswa

Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi USU, dari variabel kesadaran merek, variabel asosiasi merek, dan variabel persepsi kualitas.


(2)

(Lanjutan) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama (Tahun) Judul Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Subianti (2013) Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Semarang Atas Keputusan Pembelian Ponsel Sony Ericsson

Analisis Regresi Berganda

Variabel Ekuitas Merek (X) yang terdiri dari Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas,

Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek dengan variabel

Keputusan Pembelian (Y) Ponsel Sony Ericsson

dinyatakan positif dan signifikan. Irwanti (2013) Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Proses Keputusan Pembelian Pada Konsumen

Pond’s Di

Kota Surabaya Analisis Regresi Berganda Variabel Brand Equity (X) yang terdiri dari Brand Awa reness,

Perceived Quality, Brand Associations dan Brand Loyalty dengan variabel Keputusan Pembelian (Y)

POND’S di Kota

Surabaya dinyatakan positif dan sinifikan.


(3)

(Lanjutan)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama (Tahun)

Judul Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian Lukman

(2014)

Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk Teh Botol Sosro Kemasan Kotak

Analisis Jalur

hubungan antara ekuitas merek dengan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen serta hubungan keputusan pembelian dengan kepuasan konsumen

signifikan. dampak positif terlihat dari tingkat signifikansi yang terjadi pada model dimana pada model sebelumnya hubungan antara keputusan pembelian dengan kepuasan konsumen tidak signifikan, akan tetapi setelah

dilakukan modifikasi maka hubungan antara keputusan pembelian dan kepuasan konsumen menjadi signifikan.


(4)

2.4Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Keputusan pembelian dapat terjadi karena dipengaruhi oleh brand equity. Keputusan pembelian konsumen adalah keputusan pembeli tentang merek yang paling disukai. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang kuat. (Kotler dan Amstrong, 2008 : 181).

Brand awareness berpengaruh terhadap keputusan pembelian dikarenakan calon pembeli mengenal, mengingat dan sadar merek tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Brand association berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena kesan yang muncul dari konsumen terhadap produk adalah harga yang terjangkau dan bermanfaat dan juga dapat bersaing dengan merek-merek lain. Perceived quality berpengaruh terhadap keputusan pembelian dikarenakan persepsi konsumen terhadap keseleruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan konsumen. Dan brand loyalty berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena kuatnya preferensi seorang konsumen terhadap sebuah merek bila dibandingkan dengan merek lainnya. Brand loyalty ditunjukkan dengan kesediana konsumen untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah kerangka konseptual dalam penelitian ini :


(5)

Sumber : Aaker (dalam Tjiptono, 2011 : 96 ), Setiadi (2013 : 17)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2012 : 93) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut :

Brand Awareness (X1)

Brand Loyalty (X4)

Brand Association (X2)

Perceived Quality (X3)

Keputusan Pembelian (Y)


(6)

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Association terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Perceived Quality terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Loyalty terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.

5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyalty secara bersama-sama terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

2 45 115

ANALISIS ATRIBUT ATRIBUT BRAND EQUITY PRODUK MINYAK PELUMAS MOTOR ENDURO 4T (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Jember)

0 12 12

ANALISIS ATRIBUT ATRIBUT BRAND EQUITY PRODUK MINYAK PELUMAS MOTOR ENDURO 4T (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Jember)

0 33 12

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA PADA BENGKEL MOTOR “AHASS TEKNIK KITA” KABUPATEN SEMARANG

0 3 137

ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PELUMAS SEPEDA MOTOR ENDURO 4T. (STUDI PADA PELUMAS SEPEDA MOTOR ENDURO 4T PERTAMINA JAWA BAGIAN TENGAH).

0 3 24

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

0 0 11

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

0 0 2

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

0 0 9

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

0 0 2

Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Oli Pelumas Motor Pertamina Enduro 4T Pada Pelanggan Bengkel Ahass 01158 Johor Services Medan

0 0 15