Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB IV

(1)

51

BAB IV

GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten dari 22 (dua puluh dua) kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumba Timur memiliki luas wilayah daratan 700.050 ha yang tersebar pada satu pulau utama (Pulau Sumba) dan tiga pulau kecil yaitu Pulau Prai Salura, Pulau Mengkudu dan Pulau Nuha (belum berpenghuni). Sekitar 40% luas Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian Selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup subur, sementara daerah bagian Utara berupa dataran yang berbatu dan kurang subur (Sumba Timur dalam Angka, 2015).

Sumba Timur terdiri dari 22 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk 245.260 orang pada tahun 2014 dengan jumlah laki-laki 126.065 dan perempuan 119.195. Rata-rata kepadatan penduduk Sumba Timur 34 orang per km2 dan laju pertumbuhan penduduk 1,4 persen per tahun. Penduduk Sumba Timur sebagian besar berada pada usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. Selengkapnya indikator kependudukan Sumba Timur dapat dilihat pada tabel berikut:


(2)

52

Tabel 4.1

Indikator Kependudukan Sumba Timur

Uraian 2012 2013 2014

Jumlah Penduduk (000 jiwa) 234 ,2 237,9 237,9

Pertumbuhan penduduk 1,4 1,4 1,4

Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 33 34 34

Sex Ratio (L/P) 106 106 106

Presentase penduduk menurut kelompok umur:

0-14 tahun 15-64 tahun > 64 tahun

38,0 57,1 4,9

36,8 58,7 4,5

36,8 58,7 4,5

Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Sumba Timur 2015

Jumlah angkatan kerja di Sumba Timur Tahun 2014 mengalami penurunan dimana berbanding terbalik dengan jumlah penduduk bukan angkatan kerja yang justru mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami sedikit pergeseran menjadi 66,12 persen. Peningkatan jumlah penduduk yang bukan merupakan angkatan kerja disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang sekolah dan mengurus rumah tangga. Menurunnya jumlah angkatan kerja dan meningkatnya jumlah penduduk bukan angkatan kerja memberikan pengaruh baik dalam menekan jumlah pengangguran tahun 2014. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Statistik Ketenagakerjaan Sumba Timur

Uraian 2012 2013 2014

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71,35 67,34 66,12

Angkatan Kerja 106.067 108.527 104.375

Bekerja 102.827 104.449 102.612

Pengangguran 3.240 4.078 1.763

Bukan Angkatan Kerja 42.583 46.570 53.482

Sekolah 13.971 12.712 18.212

Mengurus Rumah Tangga 22.971 27.632 30.414

Lainnya 5.641 6.226 4.856


(3)

53

menjadi sektor andalan penduduk Sumba Timur yang bekerja, diikuti sektor tersier (perdagangan, angkutan, keuangan, dan jasa), kemudian sektor sekunder (pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas, dan konstruksi). Namun cenderung fluktuatif dalam 5 tahun terakhir (dapat dilihat pada Tabel 4.3).

Tabel 4.3

Persentase Penduduk Sumba Timur

yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan Kerja Utama Tahun 2010-2014

Lapangan Usaha Utama 2010 2011 2012 2013 2014

Primer 61,84 68,03 61,43 65,71 64,85

Sekunder 12,42 8,13 13,62 16,7 12,85

Tersier 25,74 23,84 24,95 16,76 22,30

Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Sumba Timur 2015

Dilihat dari pendidikan, Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang SD yang jauh lebih besar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sumba Timur usia SD telah mengenyam pendidikan di bangku SD. Sementara itu, APM untuk jenjang pendidikan setelah SD masih lebih kecil yang mengindikasikan bahwa tidak semua penduduk lulusan SD melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Dilihat berdasarkan jenis kelamin, APM penduduk laki-laki masih lebih besar dibandingkan perempuan yang berimbas pada jumlah penduduk buta huruf perempuan yang lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Selengkapnya data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(4)

54

Tabel 4.4

Indikator Pendidikan Sumba Timur Tahun 2014 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

Angka Partisipasi Murni (%) SD

SMP SMA PT

93,88 63,80 60,15 9,11

92,24 79,86 49,76 15,72

93,06 70,95 55,25 12,66 Dapat Baca dan Tulis (%)

Huruf Latin Huruf Arab Huruf Lainnya Buta Huruf

88,19 4,48 2,77 9,52

86,13 3,48 1,59 12,58

87,19 3,99 2,20 11,00

Sumber: Sumba Timur Dalam Angka 2015

Data Statistik Kabupaten Sumba Timur 2015 menunjukkan bahwa sekitar 20% penduduk usia 5 tahun ke atas mengenyam pendidikan di SD, 8% duduk di bangku SMP, 5% di SMA sementara hanya 2% yang melanjutkan di PT. Sebanyak 57 % tidak sekolah lagi dan 8% belum/tidak sekolah. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

.

Gambar 4.1

Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Status Pendidikan Tahun 2014 4.2. Gambaran Sektor Industri di Sumba Timur

8%

20%

8%

5% 2% 57%

Belum/Tidak Sekolah SD

SMP SMA PT


(5)

55

Bruto (PDRB) di Sumba Timur relatif masih kecil disebabkan karena sebagian besar kegiatan industri pengolahan yang ada di Sumba Timur masih berupa kegiatan industri kecil/industri rumah tangga, sementara perusahaan industri besar dan sedang masih sangat sedikit. Gambaran industri kecil/industri rumah tangga Sumba Timur Tahun 2013 dapat dilihat dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa industri yang terbanyak adalah industri tenun ikat, industri anyaman pandan/lontar, industri roti/kue, industri anyaman bambu serta industri kecil/industri rumah tangga lainnya yang bila dicermati dari nilai jualnya masih sangat rendah. Industri tenun ikat dengan 2.740 unit usaha merupakan industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu 4.926 orang.

Tabel 4.5


(6)

56

Industri Rumah Tangga Menurut Jenis Industri Tahun 2013

Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja

A. BAHAN MAKANAN 1. Kacang bawang 2. Minyak nabati 3. Roti dan Kue 4. Gula Merah 5. Garam Rakyat 6. penggilingan padi 7. macam-macam es 8. tahu/tempe 9. jamu cair 10. Pembuatan Mie 11. Tepung Beras 12. Kerupuk Udang

20 72 372 22 168 194 65 17 12 - - 8 53 129 588 33 249 381 132 49 12 - - 21 B. SANDANG DAN KULIT

1. pencelupan benang 2. tenun ikat

3. penjahitan 6 2.740 85 9 4.926 163 C. BAHAN KIMIA DAN MEUBEL

1. penggergajian kayu 2. meubel kayu 3. ukiran kayu/batu 4. meubel bambu/rotan 5. percetakan dan penjilidan 6. tambal ban

7. jasa tambal ban bakar 8. pembakaran kapur 9. batu bata

10. sablon 11. tegel 12. Batu Potong 13. Batako

14. Pembuatan Kasur 15. Pembuatan Gong 16. Kapur Alam

14 61 2 1 12 188 6 - 14 1 3 11 29 3 2 4 32 154 9 2 26 293 12 - 28 4 12 19 108 6 4 20 D. KERAJINAN UMUM

1. anyaman bambu 2. anyaman pandan/lontar

136 524

237 557 E. LOGAM

4.1. pande besi 4.2. meubel besi

6 1

20 5 Sumber: Indikator Ekonomi Sumba Timur Tahun 2014


(7)

57

Kabupaten Sumba Timur, unit usaha kain tenun Sumba Timur tersebar pada 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada. Persebaran unit usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar unit usaha terdapat di Kecamatan Kambera, disusul Pandawai, Umalulu, Pahunga Lodu, dan Rindi. Sedangkan jumlah unit usaha terkecil terdapat di Kecamatan Karera.

Tabel 4.6

Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun dan Tenaga Kerja per Kecamatan Tahun 2014

No Kecamatan Unit Usaha Tenaga Kerja

1 Kota Waingapu 80 134

2 Kambera 425 826

3 Pandawai 276 274

4 Umalulu 262 767

5 Rindi 149 153

6 Pahunga Lodu 74 79

7 Wula Waijelu 13 13

8 Paberiwai 9 9

9 Karera 4 3

10 Tabundung 8 30

11 Kanatang 89 94

12 Haharu 30 32

13 Kambata Mapambuhang 33 33

14 Kahaungu Eti 25 35

Total 1.477 2.482

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015

Namun dari keempat belas kecamatan tersebut di atas, terdapat 7 (tujuh) kecamatan yang merupakan sentra produksi kain tenun di Sumba Timur. Dimana dua kecamatan merupakan sentra produksi kain tenun songket yaitu Kecamatan Umalulu dan Rindi. Sedangkan sentra produksi kain tenun ikat berada pada kecamatan Pandawai, Pahunga Lodu, dan beberapa kecamatan lainnya. Selengkapnya jumlah unit usaha kain tenun


(8)

58

(kain tenun ikat dan songket), tenaga kerja, kapasitas produksi dan nilai produksi pada ketujuh kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun, Tenaga Kerja, Kapasitas Produksi dan Nilai Produksi Berdasarkan Lokasi Sentra Produksi Tahun 2014 No Kecamatan Unit

Usaha

Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi (lembar)

Nilai Produksi

(Rp 000) Tenun Songket

1 Umalulu 121 615 14.760 3.447.730

2 Rindi 54 54 1.744 364.169

Jumlah 175 669 16.504 3.881.899

Tenun Ikat

1 Pahunga

Lodu

55 55 495 414.975

2 Kota

Waingapu

25 27 780 95.730

3 Kambera 28 47 227 390.146

4 Pandawai 78 78 936 235.560

5 Rindi 35 35 326 257.934

6 Kanatang 12 12 176 58.718

Jumlah 235 254 2.940 1.453.063

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015

Tabel 4.7 menunjukkan usaha kain tenun songket yang terdapat kecamatan Umalulu menyerap tenaga kerja cukup banyak dengan rata-rata 5 orang tenaga kerja per unit usaha, dengan rata-rata kapasitas produksi 121 lembar tenunan untuk setiap usaha. Sehingga rata-rata setiap unit usaha menghasilkan kurang lebih 10 lembar tenunan per tahun. Banyaknya tenaga kerja pada unit usaha kain tenun di kecamatan Umalulu, diduga karena tenaga kerja yang digunakan merupakan orang-orang yang tinggal dalam rumah pengusaha atau dalam konteks masyarakat Sumba disebut ata

(hamba). Hal ini terkait erat dengan masih kuatnya budaya Bangsawan-Hamba (Maramba-Ata) di Kecamatan Umalulu. Usaha kain tenun ikat


(9)

rata-59

produksi 12 lembar tenunan per unit usaha dan setiap unit usaha menghasilkan kurang lebih 1 lembar per tahun. Hal ini dikarenakan proses produksi kain tenun ikat yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding tenun songket.

Usaha kain tenun di Sumba Timur merupakan usaha yang telah ada sejak dahulu. Usaha kain tenun pada awalnya dilakukan oleh setiap rumah tangga yang ada di Sumba Timur, karena kain tenun yang dihasilkan, digunakan untuk keperluan adat istiadat yang sangat erat dalam kehidupan masyarakat Sumba Timur. Usaha ini juga awalnya masih merupakan kegiatan sampingan yang dilakukan bersama dengan kegiatan rumah tangga lainnya dan belum dijadikan sebagai mata pencaharian utama orang Sumba Timur (Radda, 2005). Namun saat ini usaha kain tenun yang umumnya dilakukan oleh perempuan sudah mulai dimanfaatkan masyarakat Sumba Timur sebagai penopang ekonomi keluarga dan sebagai mata pencaharian utama (Gero, 2011).

Kain tenun Sumba Timur terdiri dari tiga jenis: tenunan polos tanpa motif, tenunan ikat dengan berbagai motif, dan tenunan songket yang hanya untuk membuat sarung (lawu), dalam istilah Sumba, lawu pahikungu (Beding dan Beding, 2003). Kain tenun dihasilkan dalam berbagai corak yang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Sumba Timur. Kain tenun Sumba Timur didominasi oleh jenis warna utama yang merupakan lambang spriritual yakni putih, hitam dan merah, dengan berbagai variasi biru muda, biru tua, kuning atau campuran warna-warna tersebut (Radda, 2005), sehingga dari corak dan warna kain tenun dapat diketahui produksi daerah mana dan asal keluarga atau marga. Karakteristik corak dan warna yang berbeda ini menyebabkan biaya produksi dan harga jual yang berbeda (nDima, 2007).


(10)

60

4.4. Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Kain Tenun di Sumba Timur

Meskipun usaha kain tenun baik tenun songket maupun tenun ikat menyumbang penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak dibanding usaha kecil/mikro lainnya, namun perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur terhadap pengembangan usaha kain tenun masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari program Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan tahun 2010-2015 sebagai berikut:

1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan IKM berupa pengadaan crane unit system.

2. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri yang dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk (informasi harga) dan pengembangan los pasar desa/kecamatan.

3. Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan yang dilaksanakan melalui kegiatan operasional tertib usaha di bidang perlindungan konsumen dan pengawasan pergudangan. Dari ketiga program di atas, terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur melakukan pengembangan Industri Kecil dan Menengah secara umum, tidak menyentuh langsung usaha-usaha kain tenun.


(1)

55 Peranan sektor industri dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Sumba Timur relatif masih kecil disebabkan karena sebagian besar kegiatan industri pengolahan yang ada di Sumba Timur masih berupa kegiatan industri kecil/industri rumah tangga, sementara perusahaan industri besar dan sedang masih sangat sedikit. Gambaran industri kecil/industri rumah tangga Sumba Timur Tahun 2013 dapat dilihat dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa industri yang terbanyak adalah industri tenun ikat, industri anyaman pandan/lontar, industri roti/kue, industri anyaman bambu serta industri kecil/industri rumah tangga lainnya yang bila dicermati dari nilai jualnya masih sangat rendah. Industri tenun ikat dengan 2.740 unit usaha merupakan industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu 4.926 orang.

Tabel 4.5


(2)

56

Industri Rumah Tangga Menurut Jenis Industri Tahun 2013

Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja

A. BAHAN MAKANAN 1. Kacang bawang 2. Minyak nabati 3. Roti dan Kue 4. Gula Merah 5. Garam Rakyat 6. penggilingan padi 7. macam-macam es 8. tahu/tempe 9. jamu cair 10. Pembuatan Mie 11. Tepung Beras 12. Kerupuk Udang

20 72 372 22 168 194 65 17 12 - - 8 53 129 588 33 249 381 132 49 12 - - 21 B. SANDANG DAN KULIT

1. pencelupan benang 2. tenun ikat

3. penjahitan 6 2.740 85 9 4.926 163 C. BAHAN KIMIA DAN MEUBEL

1. penggergajian kayu 2. meubel kayu 3. ukiran kayu/batu 4. meubel bambu/rotan 5. percetakan dan penjilidan 6. tambal ban

7. jasa tambal ban bakar 8. pembakaran kapur 9. batu bata

10. sablon 11. tegel 12. Batu Potong 13. Batako

14. Pembuatan Kasur 15. Pembuatan Gong 16. Kapur Alam

14 61 2 1 12 188 6 - 14 1 3 11 29 3 2 4 32 154 9 2 26 293 12 - 28 4 12 19 108 6 4 20 D. KERAJINAN UMUM

1. anyaman bambu 2. anyaman pandan/lontar

136 524

237 557 E. LOGAM

4.1. pande besi 4.2. meubel besi

6 1

20 5 Sumber: Indikator Ekonomi Sumba Timur Tahun 2014


(3)

57 Berdasarkan data pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumba Timur, unit usaha kain tenun Sumba Timur tersebar pada 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada. Persebaran unit usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar unit usaha terdapat di Kecamatan Kambera, disusul Pandawai, Umalulu, Pahunga Lodu, dan Rindi. Sedangkan jumlah unit usaha terkecil terdapat di Kecamatan Karera.

Tabel 4.6

Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun dan Tenaga Kerja per Kecamatan Tahun 2014

No Kecamatan Unit Usaha Tenaga Kerja

1 Kota Waingapu 80 134

2 Kambera 425 826

3 Pandawai 276 274

4 Umalulu 262 767

5 Rindi 149 153

6 Pahunga Lodu 74 79

7 Wula Waijelu 13 13

8 Paberiwai 9 9

9 Karera 4 3

10 Tabundung 8 30

11 Kanatang 89 94

12 Haharu 30 32

13 Kambata Mapambuhang 33 33

14 Kahaungu Eti 25 35

Total 1.477 2.482

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015

Namun dari keempat belas kecamatan tersebut di atas, terdapat 7 (tujuh) kecamatan yang merupakan sentra produksi kain tenun di Sumba Timur. Dimana dua kecamatan merupakan sentra produksi kain tenun songket yaitu Kecamatan Umalulu dan Rindi. Sedangkan sentra produksi kain tenun ikat berada pada kecamatan Pandawai, Pahunga Lodu, dan beberapa kecamatan lainnya. Selengkapnya jumlah unit usaha kain tenun


(4)

58

(kain tenun ikat dan songket), tenaga kerja, kapasitas produksi dan nilai produksi pada ketujuh kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun, Tenaga Kerja, Kapasitas Produksi dan Nilai Produksi Berdasarkan Lokasi Sentra Produksi Tahun 2014 No Kecamatan Unit

Usaha

Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi (lembar)

Nilai Produksi

(Rp 000) Tenun Songket

1 Umalulu 121 615 14.760 3.447.730

2 Rindi 54 54 1.744 364.169

Jumlah 175 669 16.504 3.881.899

Tenun Ikat

1 Pahunga

Lodu

55 55 495 414.975

2 Kota

Waingapu

25 27 780 95.730

3 Kambera 28 47 227 390.146

4 Pandawai 78 78 936 235.560

5 Rindi 35 35 326 257.934

6 Kanatang 12 12 176 58.718

Jumlah 235 254 2.940 1.453.063

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015

Tabel 4.7 menunjukkan usaha kain tenun songket yang terdapat kecamatan Umalulu menyerap tenaga kerja cukup banyak dengan rata-rata 5 orang tenaga kerja per unit usaha, dengan rata-rata kapasitas produksi 121 lembar tenunan untuk setiap usaha. Sehingga rata-rata setiap unit usaha menghasilkan kurang lebih 10 lembar tenunan per tahun. Banyaknya tenaga kerja pada unit usaha kain tenun di kecamatan Umalulu, diduga karena tenaga kerja yang digunakan merupakan orang-orang yang tinggal dalam rumah pengusaha atau dalam konteks masyarakat Sumba disebut ata (hamba). Hal ini terkait erat dengan masih kuatnya budaya Bangsawan-Hamba (Maramba-Ata) di Kecamatan Umalulu. Usaha kain tenun ikat


(5)

rata-59 rata hanya menyerap tenaga kerja satu orang, dengan rata-rata kapasitas produksi 12 lembar tenunan per unit usaha dan setiap unit usaha menghasilkan kurang lebih 1 lembar per tahun. Hal ini dikarenakan proses produksi kain tenun ikat yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding tenun songket.

Usaha kain tenun di Sumba Timur merupakan usaha yang telah ada sejak dahulu. Usaha kain tenun pada awalnya dilakukan oleh setiap rumah tangga yang ada di Sumba Timur, karena kain tenun yang dihasilkan, digunakan untuk keperluan adat istiadat yang sangat erat dalam kehidupan masyarakat Sumba Timur. Usaha ini juga awalnya masih merupakan kegiatan sampingan yang dilakukan bersama dengan kegiatan rumah tangga lainnya dan belum dijadikan sebagai mata pencaharian utama orang Sumba Timur (Radda, 2005). Namun saat ini usaha kain tenun yang umumnya dilakukan oleh perempuan sudah mulai dimanfaatkan masyarakat Sumba Timur sebagai penopang ekonomi keluarga dan sebagai mata pencaharian utama (Gero, 2011).

Kain tenun Sumba Timur terdiri dari tiga jenis: tenunan polos tanpa motif, tenunan ikat dengan berbagai motif, dan tenunan songket yang hanya untuk membuat sarung (lawu), dalam istilah Sumba, lawu pahikungu (Beding dan Beding, 2003). Kain tenun dihasilkan dalam berbagai corak yang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Sumba Timur. Kain tenun Sumba Timur didominasi oleh jenis warna utama yang merupakan lambang spriritual yakni putih, hitam dan merah, dengan berbagai variasi biru muda, biru tua, kuning atau campuran warna-warna tersebut (Radda, 2005), sehingga dari corak dan warna kain tenun dapat diketahui produksi daerah mana dan asal keluarga atau marga. Karakteristik corak dan warna yang berbeda ini menyebabkan biaya produksi dan harga jual yang berbeda (nDima, 2007).


(6)

60

4.4. Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Kain Tenun di Sumba Timur

Meskipun usaha kain tenun baik tenun songket maupun tenun ikat menyumbang penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak dibanding usaha kecil/mikro lainnya, namun perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur terhadap pengembangan usaha kain tenun masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari program Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan tahun 2010-2015 sebagai berikut:

1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan IKM berupa pengadaan crane unit system.

2. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri yang dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk (informasi harga) dan pengembangan los pasar desa/kecamatan.

3. Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan yang dilaksanakan melalui kegiatan operasional tertib usaha di bidang perlindungan konsumen dan pengawasan pergudangan. Dari ketiga program di atas, terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur melakukan pengembangan Industri Kecil dan Menengah secara umum, tidak menyentuh langsung usaha-usaha kain tenun.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Theory of Planned Behavior: Prediktor Pemilihan Profesi Sebagai Praktisi Akuntansi

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Theory of Planned Behavior: Prediktor Pemilihan Profesi Sebagai Praktisi Akuntansi T2 932010021 BAB IV

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur)

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur)

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB VII

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB VI

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB V

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB III

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB II

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB I

0 0 12