Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB VII
BAB VII
KEPUTUSAN HUTANG
Bab ini membahas berbagai temuan penelitian yang tercermin dari
hasil-hasil pengujian terhadap seluruh hipotesis yang ada pada penelitian ini.
Pembahasan terhadap hasil pengujian hipotesis-hipotesis tersebut dikaitkan
dengan teori-teori yang mendasarinya, dihubungkan dengan studi-studi yang
telah dilakukan sebelumnya, serta dikemukakan pula rasionalitas dari
temuan-temuan tersebut.
7.1. Pengaruh Sikap terhadap Hutang pada Niat Berhutang
Hasil pengujian dalam penelitian menunjukkan bahwa sikap pemilik
usaha terhadap hutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat
berhutang.
Sikap terhadap hutang adalah evaluasi pemilik usaha untuk mendukung
(perasaan positif) atau tidak mendukung (perasaan negatif) terhadap
penggunaan hutang. Jika pemilik usaha memiliki sikap yang mendukung
penggunaan hutang, maka mereka akan mempunyai niat untuk berhutang
dalam mendanai usaha mereka. Sebaliknya jika pemilik usaha memiliki sikap
yang tidak mendukung penggunaan hutang, maka mereka tidak akan
mempunyai niat untuk berhutang
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dari sikap terhadap
hutang pada niat berhutang, yang berarti semakin tinggi sikap positif pemilik
usaha terhadap hutang, maka semakin tinggi pula niat pemilik usaha untuk
menggunakan
hutang
sebagai
sumber
pendanaan
dalam
usahanya.
Sebaliknya, jika pemilik usaha memiliki sikap negatif terhadap hutang, maka
semakin rendah niat pemilik usaha untuk menggunakan hutang sebagai
sumber pendanaan dalam usahanya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
93
pemilik usaha kain tenun melihat hutang sebagai sumber pendanaan dalam
usaha merupakan ide yang baik, menguntungkan, dan tindakan yang
bijaksana. Bahkan pemilik usaha kain tenun mengganggap bahwa hutang
dapat menguntungkan usaha mereka. Hal ini dibuktikan dengan banyak
responden memberikan skoring yang tinggi untuk indikator tersebut (lihat
Tabel 5.7).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hailu et al. (2005) dan
Koropp et al. (2014) yang menemukan bahwa sikap positif terhadap
penggunaan hutang akan meningkatkan niat untuk menggunakan pendanaan
hutang pada usaha besar. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap pemilik usaha
baik skala mikro dan besar terhadap hutang cenderung tidak berbeda dalam
mempengaruhi niat berhutang. Selain itu, hasil yang positif ini sejalan dengan
penelitian lainnya dalam bidang keuangan pada konteks keputusan yang
berbeda: keputusan pendanaan private equity (Espel et al., 2009) dan
keputusan investasi (Phan dan Zhou, 2014).
7.2. Pengaruh Norma Sosial terhadap Niat Berhutang
Hasil pengujian dalam penelitian tentang pengaruh norma sosial
terhadap niat berhutang menunjukkan bahwa norma sosial pemilik usaha
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat berhutang. Norma
sosial dalam penelitian ini merupakan pengaruh dari lingkungan sosial yang
dipersepsikan oleh individu, yang akan mendukung atau tidak mendukung
terhadap keputusan hutang. Jika pengaruh norma sosial positif berarti
lingkungan sosial mendukung pemilik usaha untuk menggunakan hutang,
maka pemilik usaha akan mempunyai niat untuk menggunakan hutang
sebagai sumber pendanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma sosial berpengaruh positif,
yang berarti semakin tinggi pengaruh lingkungan sosial terhadap pemilik
usaha untuk berhutang, maka semakin tinggi niat pemilik usaha untuk
94
berhutang. Sebaliknya, semakin rendah pengaruh lingkungan sosial terhadap
pemilik usaha untuk menggunakan hutang, maka semakin rendah niat
pemilik usaha untuk berhutang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
keluarga, teman non pengusaha, dan teman sesama pengusaha kain tenun
mendukung/mempengaruhi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan
usaha.
Pengaruh terbesar berasal dari teman sesama pengusaha (lihat Tabel
5.8). Hal ini berarti bagi pemilik usaha kain tenun, bila teman pengusaha
lainnya menggunakan hutang dalam usahanya, maka ada kecenderungan
untuk mengikuti menggunakan hutang juga sebagai sumber pendanaan,
Kondisi tersebut dapat terjadi karena karakteristik usaha kain tenun, dimana
lokasi pengusaha tenun antara satu dengan lainnya berdekatan dalam satu
sentra produksi (satu kecamatan). Selain itu, para pengusaha tersebut
memiliki ikatan hubungan kekerabatan, yang dalam masyarakat Sumba
Timur disebut satu marga (kabihu). Kecenderungan mengikuti perilaku dari
pengusaha lainnya menunjukkan bahwa terdapat herding behavior dalam
keputusan hutang usaha kain tenun di Sumba Timur. Hal ini mendukung
temuan Baddeley et al. (2012) bahwa perilaku herding cenderung terjadi
pada keputusan-keputusan keuangan yang bersifat individual.
Hasil penelitian ini mendukung temuan Hailu et al. (2005) dan Koropp
et al. (2014) yang membuktikan bahwa norma sosial mempengaruhi niat
dalam menggunakan sumber pendanaan baik hutang maupun ekuitas
eksternal. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Espel et al. (2009) dalam
konteks pendanaan yang berbeda (private equity).
7.3. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Niat
Berhutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan pemilik usaha tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
95
niat untuk berhutang. Meskipun temuan ini bertentangan dengan konsep
dalam Theory of Planned Behavior, namun hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan Koropp et al. (2014) pada skala usaha yang lebih besar.
Pengaruh
yang
tidak
signifikan
dari
kontrol
perilaku
yang
dipersepsikan dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Pertama,
kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam penelitian ini merupakan persepsi
pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses hutang
seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan, ketepatan waktu
pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur, ternyata bukan merupakan kendala
utama yang dihadapi oleh pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur. Kedua,
karena kuatnya pengaruh variabel sikap dan norma sosial terhadap variabel
niat berhutang. Jika sikap dan norma sosial berpengaruh kuat, maka kontrol
perilaku yang dipersepsikan sering kurang prediktif (Armitage dan Conner,
2001).
Ketiga, ada kemungkinan bahwa variabel kontrol perilaku yang
dipersepsikan tidak mempengaruhi niat perilaku secara langsung (Umeh and
Patel, 2004), tapi hanya memoderasi variabel sikap dan norma sosial dalam
mempengaruhi niat perilaku.
7.4. Pengaruh Niat Berhutang Terhadap Keputusan Hutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa niat pemilik usaha untuk
berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
hutang.
Niat berhutang merupakan suatu keinginan atau motivasi pemilik usaha
untuk menggunakan hutang. Pemilik usaha yang mempunyai niat yang tinggi
untuk berhutang, akan mengambil keputusan menggunakan hutang sebagai
sumber pendanaan dalam usahanya. Hasil penelitian menunjukkan niat
berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputuisan
hutang. Ini berarti pemilik usaha kain tenun cenderung memiliki keinginan
atau motivasi yang kuat dalam keputusan untuk menggunakan hutang sebagai
96
salah satu sumber pendanaan dalam usahanya. Hal tersebut dapat
dikarenakan kondisi yang dihadapi usaha kain tenun yaitu keterbatasan
modal, terutama modal kerja untuk kelangsungan usaha mereka. Hal ini
konsisten dengan tingginya nilai skoring yang diberikan pemilik usaha untuk
indikator berupaya menggunakan hutang (Lihat Tabel 5.10).
Temuan penelitian ini memberikan bukti empirik pada pernyataan
Ajzen (2005) dalam Theory of Planned Behavior bahwa prediktor utama dari
perilaku adalah niat untuk melakukan perilaku tersebut serta mendukung
temuan dari penelitian-penelitian TPB terdahulu dalam berbagai konteks
(Lin, 2007; Koukouvinos, 2012; Koropp et al., 2014).
7.5. Pengaruh
Kontrol
Perilaku
yang
Dipersepsikan
terhadap
Keputusan Hutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan pemilik usaha berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan hutang. Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan
persepsi pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses
permodalan seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan,
ketepatan waktu pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur. Dengan memiliki
persepsi yang tinggi dalam mengatasi hambatan-hambatan, diharapkan akan
meningkatkan keputusan hutang pemilik usaha.
Hasil penelitian menunjukkan pemilik usaha kain tenun memiliki
persepsi yang tinggi bahwa mereka dapat mengatasi hambatan-hambatan
seperti tingkat bunga, ketepatan waktu pelunasan, dan aksesibilitas ke
kreditur. Dengan mengatasi faktor-faktor tersebut, pemilik usaha akan
menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Faktor aksesibilitas
menjadi faktor utama yang lebih banyak dipertimbangkan oleh pemilik usaha
(lihat Tabel 5.9). Hasil ini juga menjelaskan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan dapat langsung mempengaruhi keputusan hutang, tanpa
97
melalui mediasi variabel niat berhutang. Artinya bila pemilik usaha dapat
mengatasi hambatan-hambatan seperti yang dijelaskan di atas, mereka akan
langsung mengambil keputusan untuk berhutang, meskipun sebelumnya
mereka tidak memiliki niat.
Pengaruh langsung kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap
keputusan hutang juga menunjukkan bahwa pengusaha kain tenun cenderung
melakukan keputusan hutang secara spontan tanpa perencanaan keuangan
terlebih dahulu. Selain itu, kondisi ini dapat terjadi pada usaha mikro karena
usaha mikro sering diperhadapkan pada keterbatasan informasi yang dimiliki
tentang sumber-sumber dana (Ang dan Lawson, 2010). Hal ini konsisten
dengan pernyataan Ajzen (2005) bahwa pengaruh langsung kontrol perilaku
yang dipersepsikan terhadap suatu perilaku dapat terjadi bila individu
memiliki sedikit informasi tentang perilaku tersebut.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan studi Koropp et al. (2014)
yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak signifikan
mempengaruhi keputusan untuk pilihan pendanaan baik hutang maupun
modal sendiri. Perbedaan hasil penelitian dengan temuan Koropp et al.
(2014) dalam kaitan dengan pendanaan hutang dapat disebabkan oleh
perbedaan jenis hutang yang digunakan responden. Penelitian mereka lebih
melihat pada jenis hutang untuk investasi yang sifatnya jangka panjang,
persyaratan jaminan lebih besar, dan tingkat bunga yang lebih tinggi, dengan
sumber utama dari bank. Sedangkan penelitian ini fokus pada hutang jangka
pendek untuk kelangsungan operasional usaha tenun (modal kerja). Hal ini
dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu 72,9 persen pemilik usaha kain
tenun (Lihat Tabel 5.4) menggunakan hutang yang berasal dari LSM dan
pemerintah yang memberikan tingkat bunga yang rendah dan jaminan berupa
proposal usaha. Pemilik usaha kain tenun rata-rata menggunakan proporsi
hutang yang cukup besar dalam usaha yaitu sebesar 60,7 persen (Tabel 5.6),
berbeda dengan perusahaan family firms yang menjadi responden penelitian
98
Koropp et al. (2014) dengan rata-rata proporsi hutang hanya sebesar 23,39
persen.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Xiao et al. (2011)
yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan kredit. Hasil ini juga memperkuat
konsep Theory of Planned Behavior bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan dapat mempengaruhi suatu perilaku selain faktor niat.
Jika digambarkan model keputusan hutang pada usaha kain tenun
berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
Sikap
terhadap
Hutang
+
+
Niat
Berhutang
+
Norma Sosial
Keputusan
Hutang
+
Kontrol perilaku
yang dipersepsikan
Gambar 7.1.
Model Keputusan Hutang Usaha Kain Tenun
Sumba Timur
99
100
KEPUTUSAN HUTANG
Bab ini membahas berbagai temuan penelitian yang tercermin dari
hasil-hasil pengujian terhadap seluruh hipotesis yang ada pada penelitian ini.
Pembahasan terhadap hasil pengujian hipotesis-hipotesis tersebut dikaitkan
dengan teori-teori yang mendasarinya, dihubungkan dengan studi-studi yang
telah dilakukan sebelumnya, serta dikemukakan pula rasionalitas dari
temuan-temuan tersebut.
7.1. Pengaruh Sikap terhadap Hutang pada Niat Berhutang
Hasil pengujian dalam penelitian menunjukkan bahwa sikap pemilik
usaha terhadap hutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat
berhutang.
Sikap terhadap hutang adalah evaluasi pemilik usaha untuk mendukung
(perasaan positif) atau tidak mendukung (perasaan negatif) terhadap
penggunaan hutang. Jika pemilik usaha memiliki sikap yang mendukung
penggunaan hutang, maka mereka akan mempunyai niat untuk berhutang
dalam mendanai usaha mereka. Sebaliknya jika pemilik usaha memiliki sikap
yang tidak mendukung penggunaan hutang, maka mereka tidak akan
mempunyai niat untuk berhutang
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dari sikap terhadap
hutang pada niat berhutang, yang berarti semakin tinggi sikap positif pemilik
usaha terhadap hutang, maka semakin tinggi pula niat pemilik usaha untuk
menggunakan
hutang
sebagai
sumber
pendanaan
dalam
usahanya.
Sebaliknya, jika pemilik usaha memiliki sikap negatif terhadap hutang, maka
semakin rendah niat pemilik usaha untuk menggunakan hutang sebagai
sumber pendanaan dalam usahanya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
93
pemilik usaha kain tenun melihat hutang sebagai sumber pendanaan dalam
usaha merupakan ide yang baik, menguntungkan, dan tindakan yang
bijaksana. Bahkan pemilik usaha kain tenun mengganggap bahwa hutang
dapat menguntungkan usaha mereka. Hal ini dibuktikan dengan banyak
responden memberikan skoring yang tinggi untuk indikator tersebut (lihat
Tabel 5.7).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hailu et al. (2005) dan
Koropp et al. (2014) yang menemukan bahwa sikap positif terhadap
penggunaan hutang akan meningkatkan niat untuk menggunakan pendanaan
hutang pada usaha besar. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap pemilik usaha
baik skala mikro dan besar terhadap hutang cenderung tidak berbeda dalam
mempengaruhi niat berhutang. Selain itu, hasil yang positif ini sejalan dengan
penelitian lainnya dalam bidang keuangan pada konteks keputusan yang
berbeda: keputusan pendanaan private equity (Espel et al., 2009) dan
keputusan investasi (Phan dan Zhou, 2014).
7.2. Pengaruh Norma Sosial terhadap Niat Berhutang
Hasil pengujian dalam penelitian tentang pengaruh norma sosial
terhadap niat berhutang menunjukkan bahwa norma sosial pemilik usaha
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat berhutang. Norma
sosial dalam penelitian ini merupakan pengaruh dari lingkungan sosial yang
dipersepsikan oleh individu, yang akan mendukung atau tidak mendukung
terhadap keputusan hutang. Jika pengaruh norma sosial positif berarti
lingkungan sosial mendukung pemilik usaha untuk menggunakan hutang,
maka pemilik usaha akan mempunyai niat untuk menggunakan hutang
sebagai sumber pendanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma sosial berpengaruh positif,
yang berarti semakin tinggi pengaruh lingkungan sosial terhadap pemilik
usaha untuk berhutang, maka semakin tinggi niat pemilik usaha untuk
94
berhutang. Sebaliknya, semakin rendah pengaruh lingkungan sosial terhadap
pemilik usaha untuk menggunakan hutang, maka semakin rendah niat
pemilik usaha untuk berhutang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
keluarga, teman non pengusaha, dan teman sesama pengusaha kain tenun
mendukung/mempengaruhi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan
usaha.
Pengaruh terbesar berasal dari teman sesama pengusaha (lihat Tabel
5.8). Hal ini berarti bagi pemilik usaha kain tenun, bila teman pengusaha
lainnya menggunakan hutang dalam usahanya, maka ada kecenderungan
untuk mengikuti menggunakan hutang juga sebagai sumber pendanaan,
Kondisi tersebut dapat terjadi karena karakteristik usaha kain tenun, dimana
lokasi pengusaha tenun antara satu dengan lainnya berdekatan dalam satu
sentra produksi (satu kecamatan). Selain itu, para pengusaha tersebut
memiliki ikatan hubungan kekerabatan, yang dalam masyarakat Sumba
Timur disebut satu marga (kabihu). Kecenderungan mengikuti perilaku dari
pengusaha lainnya menunjukkan bahwa terdapat herding behavior dalam
keputusan hutang usaha kain tenun di Sumba Timur. Hal ini mendukung
temuan Baddeley et al. (2012) bahwa perilaku herding cenderung terjadi
pada keputusan-keputusan keuangan yang bersifat individual.
Hasil penelitian ini mendukung temuan Hailu et al. (2005) dan Koropp
et al. (2014) yang membuktikan bahwa norma sosial mempengaruhi niat
dalam menggunakan sumber pendanaan baik hutang maupun ekuitas
eksternal. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Espel et al. (2009) dalam
konteks pendanaan yang berbeda (private equity).
7.3. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Niat
Berhutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan pemilik usaha tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
95
niat untuk berhutang. Meskipun temuan ini bertentangan dengan konsep
dalam Theory of Planned Behavior, namun hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan Koropp et al. (2014) pada skala usaha yang lebih besar.
Pengaruh
yang
tidak
signifikan
dari
kontrol
perilaku
yang
dipersepsikan dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Pertama,
kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam penelitian ini merupakan persepsi
pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses hutang
seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan, ketepatan waktu
pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur, ternyata bukan merupakan kendala
utama yang dihadapi oleh pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur. Kedua,
karena kuatnya pengaruh variabel sikap dan norma sosial terhadap variabel
niat berhutang. Jika sikap dan norma sosial berpengaruh kuat, maka kontrol
perilaku yang dipersepsikan sering kurang prediktif (Armitage dan Conner,
2001).
Ketiga, ada kemungkinan bahwa variabel kontrol perilaku yang
dipersepsikan tidak mempengaruhi niat perilaku secara langsung (Umeh and
Patel, 2004), tapi hanya memoderasi variabel sikap dan norma sosial dalam
mempengaruhi niat perilaku.
7.4. Pengaruh Niat Berhutang Terhadap Keputusan Hutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa niat pemilik usaha untuk
berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
hutang.
Niat berhutang merupakan suatu keinginan atau motivasi pemilik usaha
untuk menggunakan hutang. Pemilik usaha yang mempunyai niat yang tinggi
untuk berhutang, akan mengambil keputusan menggunakan hutang sebagai
sumber pendanaan dalam usahanya. Hasil penelitian menunjukkan niat
berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputuisan
hutang. Ini berarti pemilik usaha kain tenun cenderung memiliki keinginan
atau motivasi yang kuat dalam keputusan untuk menggunakan hutang sebagai
96
salah satu sumber pendanaan dalam usahanya. Hal tersebut dapat
dikarenakan kondisi yang dihadapi usaha kain tenun yaitu keterbatasan
modal, terutama modal kerja untuk kelangsungan usaha mereka. Hal ini
konsisten dengan tingginya nilai skoring yang diberikan pemilik usaha untuk
indikator berupaya menggunakan hutang (Lihat Tabel 5.10).
Temuan penelitian ini memberikan bukti empirik pada pernyataan
Ajzen (2005) dalam Theory of Planned Behavior bahwa prediktor utama dari
perilaku adalah niat untuk melakukan perilaku tersebut serta mendukung
temuan dari penelitian-penelitian TPB terdahulu dalam berbagai konteks
(Lin, 2007; Koukouvinos, 2012; Koropp et al., 2014).
7.5. Pengaruh
Kontrol
Perilaku
yang
Dipersepsikan
terhadap
Keputusan Hutang
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan pemilik usaha berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan hutang. Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan
persepsi pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses
permodalan seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan,
ketepatan waktu pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur. Dengan memiliki
persepsi yang tinggi dalam mengatasi hambatan-hambatan, diharapkan akan
meningkatkan keputusan hutang pemilik usaha.
Hasil penelitian menunjukkan pemilik usaha kain tenun memiliki
persepsi yang tinggi bahwa mereka dapat mengatasi hambatan-hambatan
seperti tingkat bunga, ketepatan waktu pelunasan, dan aksesibilitas ke
kreditur. Dengan mengatasi faktor-faktor tersebut, pemilik usaha akan
menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Faktor aksesibilitas
menjadi faktor utama yang lebih banyak dipertimbangkan oleh pemilik usaha
(lihat Tabel 5.9). Hasil ini juga menjelaskan bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan dapat langsung mempengaruhi keputusan hutang, tanpa
97
melalui mediasi variabel niat berhutang. Artinya bila pemilik usaha dapat
mengatasi hambatan-hambatan seperti yang dijelaskan di atas, mereka akan
langsung mengambil keputusan untuk berhutang, meskipun sebelumnya
mereka tidak memiliki niat.
Pengaruh langsung kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap
keputusan hutang juga menunjukkan bahwa pengusaha kain tenun cenderung
melakukan keputusan hutang secara spontan tanpa perencanaan keuangan
terlebih dahulu. Selain itu, kondisi ini dapat terjadi pada usaha mikro karena
usaha mikro sering diperhadapkan pada keterbatasan informasi yang dimiliki
tentang sumber-sumber dana (Ang dan Lawson, 2010). Hal ini konsisten
dengan pernyataan Ajzen (2005) bahwa pengaruh langsung kontrol perilaku
yang dipersepsikan terhadap suatu perilaku dapat terjadi bila individu
memiliki sedikit informasi tentang perilaku tersebut.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan studi Koropp et al. (2014)
yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak signifikan
mempengaruhi keputusan untuk pilihan pendanaan baik hutang maupun
modal sendiri. Perbedaan hasil penelitian dengan temuan Koropp et al.
(2014) dalam kaitan dengan pendanaan hutang dapat disebabkan oleh
perbedaan jenis hutang yang digunakan responden. Penelitian mereka lebih
melihat pada jenis hutang untuk investasi yang sifatnya jangka panjang,
persyaratan jaminan lebih besar, dan tingkat bunga yang lebih tinggi, dengan
sumber utama dari bank. Sedangkan penelitian ini fokus pada hutang jangka
pendek untuk kelangsungan operasional usaha tenun (modal kerja). Hal ini
dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu 72,9 persen pemilik usaha kain
tenun (Lihat Tabel 5.4) menggunakan hutang yang berasal dari LSM dan
pemerintah yang memberikan tingkat bunga yang rendah dan jaminan berupa
proposal usaha. Pemilik usaha kain tenun rata-rata menggunakan proporsi
hutang yang cukup besar dalam usaha yaitu sebesar 60,7 persen (Tabel 5.6),
berbeda dengan perusahaan family firms yang menjadi responden penelitian
98
Koropp et al. (2014) dengan rata-rata proporsi hutang hanya sebesar 23,39
persen.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Xiao et al. (2011)
yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan kredit. Hasil ini juga memperkuat
konsep Theory of Planned Behavior bahwa kontrol perilaku yang
dipersepsikan dapat mempengaruhi suatu perilaku selain faktor niat.
Jika digambarkan model keputusan hutang pada usaha kain tenun
berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
Sikap
terhadap
Hutang
+
+
Niat
Berhutang
+
Norma Sosial
Keputusan
Hutang
+
Kontrol perilaku
yang dipersepsikan
Gambar 7.1.
Model Keputusan Hutang Usaha Kain Tenun
Sumba Timur
99
100