Peran MNC dalam pembangunan ekonomi Indo

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik Pembangunan
“Peran MNC Dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia”

Nama : Belliana Noviary
Npm : 133112350750006

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Hubungan Internasional
Universitas Nasional
Jakarta

1

I.

Latar Belakang

Multinational Corporations atau MNC adalah perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih
negara. MNC menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan internasional saat ini terkait
dengan adanya globalisassi perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia. Dalam hal
perkembangan perekonomian domestik suatu negara, MNC memiliki pengaruh yang

signifikan sebab keberadaan MNC pada suatu negara menjadi salah satu penyumbang pajak
tertinggi bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi perkembangan ekonominya. MNC
adalah bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai sebuah konsekuensi logis
dari adanya globalisasi itu sendiri. MNC merupakan wujud dari perdagangan modern dimana
profit merupakan orientasi utama dari keberadaan setiap MNC disuatu negara.
Sebagai salah satu negara berkembang ,Indonesia telah melakukan usaha pembangunan
nasionalnya,namun adanya kebutuhan dana untuk melaksanakan pembangunan tersebut dapat
terjadi adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju,baik di kawasan
regional atau global.Indonesia terus berupaya untuk terus menyediakan dana pembangunan
tersebut.Langkah yang diambil antara lain dimana pemerintah mengundang sumber dana dari
luar negeri ,salah satunya penanaman modal asing .Disini saya akan menyoroti masalah
keterlibatan MNC dalam pembangunan di Indonesia,dimana saya akan memfokuskan pada
MNC di bidang Migas.
Pertamina yang menjadi kunci utama pengelolaan Migas pada waktu itu. Kewenangan yang
begitu besar yang diberikan ke tangan Presiden Direktur Pertamina untuk mengelola dan
mengontrol semua sektor yang berhubungan dengan minyak menjadi pemicu begitu
banyaknya pelanggaran yang menguntungkan para petinggi militer pada waktu itu dan
sekaligus

menimbulkan


kerugian

yang

begitu

besar

bagi

perekonomian

negara

akibat penyalahgunaan anggaran dan meningkatnya hutang luar negeri.
Singkat cerita, masalah yang dihadapi Pertamina dan berbagai sektor yang
dijadikan penggerak ekonomi oleh Orba membawa Indonesia ke dalam krisis hebat di tahun 1
998. “Gagalnya Pembangunan” , jika diuraikan secara singkat, krisis menjelang runtuhnya
Orba banyak banyak disebabkan oleh kesalahan strategi ekonomi yang cenderung pragmatis

dan mengakibatkan rapuhnya landasan ekonomi yang dibangun. Perekonomian Indonesia
dibangun dengan struktur ekonomi yang begitu buruk.Pembangunan ekonomi masih
didominasi oleh industri ekstraktif dan bukan justru bergerak dalam pengembangan sektor
sumber daya manusia dan teknologi.Krisis yang begitu parah kemudian menjadi pemicu yang
2

memprovokasi Indonesia untuk mau tidak mau menerima bantuan dari lembaga donor. Dalam
tulisan ini, pembahasan mengenai lembaga donor difokuskan pada IMF. Hutang Indonesia
yang begitu banyak kepada IMF mengahasilkan Letter of Intent antara Indonesia dan IMF di
tahun1998 yang pada intinya berisi desakan untuk meliberalisasi berbagai
sektor ekonomi di Indonesia,termasuk untuk sektor Migas dalam hal ini.Jauh sebelum
kesepakatan ini muncul, IMF dan beberapa lembaga donor lainya memang telah menjadi
provokator yang secara berlebihan mendorong Indonesia dan beberapa negara
berkembang lainya untuk melakukan liberalisasi dan swastanisasi. Untuk konteks Indonesia,
liberalisasi yang dilakukan cenderung prematur sehingga merusak tatanan ekonomi yang
telah dibangun sebelumnya. Untuk sektor migas, liberalisasi yang dilakukan menghasilkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 yang poin utamanya adalah pembentukan BP Migas,
menggantikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971. Ini kemudian menjadi babak baru
pengelolaan migas di Indonesia yang bergeser dari pola etatisme ke model yang lebih liberal.


3

II.

Pokok Masalah

-

Mengapa perusahaan multinasional asing ( MNC ) dalam pengelolahan minyak dan

-

gas sangat gencar untuk mengelolah SDA migas yang ada di Indonesia ?
Sejauh mana peran MNC dalam pembangunan Ekonomi di Indonesia ?

III.

Kerangka Teori
4


Dalam pembahasan makalah ini menggunakan teori Liberal dimana setiap individu diberi
kebebasan untuk memiliki sekaligus mengelola sumber daya ekonomi yang ada untuk
kepentingan masing-masing,bahkan sumber daya ekonomi strategis pun bisa dimiliki oleh
individu.contohnya dari kebebasan tersebut adalah penguasaan minyak bumi oleh MNC.
Bagi penganut liberalisme klasik, dan liberalisme baru sampai batas-batas tertentu,haram
hukumnya ketika negara masuk ke dalam persaingan pasar. Ada dua hal yang menjustifikasi
ini.Pertama adalah keniscayaan tentang pasar yang mampu meregulasi dirinya sendiri, di
mana terdapat tangan tak terlihat ( invisible hand) yang membuat pasar menjadi tempat
sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pasar digerakkan oleh individu di
dalamnya.Kedua adalah karena negara memiliki kekuasaan politik. Menurut Budiardjo
(2008),kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengikuti
keinginan pemegang kekuasaan. Sementara itu, kekuasaan politik adalah kekuasaan yang
terlegitimasisecara politik, artinya segala instrumen yang digunakan oleh negara agar
masyarakatnya patuh diperbolehkan. Namun penggunaan ini hanya bisa sampai batasbatas tertentu. Batasanini tercipta lewat kontrak sosial, yaitu perjanjian antara masyarakat dan
negara yang biasanyatertulis di dalam konstitusi sebuah negara. Dan tentu, para pelaku pasar
tidak menyukaiketika negara terlalu masuk ke sektor ekonomi.Karena, dengan asumsi
utilitarian, negara akan menciptakan regulasi yang menguntungkan untuk dirinya sendiri.
Regulasi ini sifatnyakoersif bagi setiap pelaku pasar. Keseimbangan pasar terganggu karena
hal ini, sebab ketikaseharusnya negara, yang juga adalah pelaku pasar, kalah dalam
persaingan, negara justrutidak keluar dari pasar atau masuk ke sektor ekonomi lain, tetapi hal

yang paling rasionaladalah negara akan menyelamatkan dirinya dengan regulasi yang
mengikat. Regulasi inilahyang membuat pasar jadi tidak efisien. Persaingan pasar adalah
persaingan
efisiensi.Pelaku pasar yang tidak efisien harus angkat kaki dari pasar. Negara yang kalah dala
m pasar tapitetap bertahan karena regulasi yang diciptakannya sendiri akan bertindak tidak
efisien. Hal ini justru merugikan pelaku pasar yang berhasil efisien.hal ini
akan memotivasi mereka untuk bertindak tidak secara utilitarian lagi, karena peraturan terpe
nting dalam pasar dilanggar.Pada akhirnya, efisiensi tidak lagi menjadi tujuan mereka.
Dampak yang terjadi digambarkansecara mengerikan: tertutupnya lapangan pekerjaan dan
berkurangnya pasokan komoditasmaterial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

5

Teori kedua adalah Strukturalisme ini memiliki turunan teoriyaitu Teori Sistem Dunia
yang menekankan bahwa dunia ini terbagi menjadi tigalapisan, yaitu lapisan pertama adalah
Core atau inti yaitu negara-negara yangmaju yang memiliki modal dan kekuatan produksi.
Lalu lapisan kedua semi periphery yaitu negara-negara yang berada di tengah-tengah antara
lapisanpertama dan ketiga.Lalu lapisan ketiga atau periphery yakni negara yang berkembang
yang memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah tetapi tidak memiliki keuatan
produksi.


6

IV.

Analisa

Masuknya perusahan asing di Indonesia yang berhasil dilakukan oleh orang berkebangsaan
belanda yang bernama Aeliko Jana Zijliker pada tahun 1885 yang melakukan proses
pengeboran di Telaga Tunggal ,lalu pengeboran tersebut membuahkan hasil dan menarik para
peminat untuk melakukan eksplorasi wilayah lainnya seperti jambi,aceh,palembang,dan
surabaya lalu keberhasilan dari usahanya tersebut menciptakan usaha untuk produksi di
sektor perminyakan,pengelolahan,dan penyulingan minyak bumi dan pemasarannya,lalu
penemuan-penemuan tersebut menjadikan faktor pendorong bagi pengusaha-pengusaha untuk
membentuk suatu perusahaan minyak di Indonesia termasuk Aeliko beserta kawan-kawanya
yang membentuk suatu perusahaan yang di beri nama Royal Dutch Petroleum,lalu tidak lama
kemudian di susul oleh Marcus Samuel yang juga menemukan minyak di Indonesia di daerah
Kalimantan timur dan menamakan perusahaannya Shell Transport and Tranding
Company.Pada awal abad ke-20 kedua perusahaan tersebut bersatu dengan nama The Royal
Dutch Shell Goup atau yang dikenal sebagai “Shell” dan pada saat itu pengawasan Industri

minyak berada dibawah pengawasan perusahaan Shell.Lalu masuklah perusahaan asal
Amerika Serikat pada tahun 1925 lalu disusul oleh banyak perusahaan asing lainnya.
Pada masa kemerdekaan Indonesia dengan di tandai oleh proklamasi,dan disitulah dorongan
semangat kemerdekaan di bidang pengelolaan sumber daya untuk tujuan kesejahteraan rakyat
yang mana didukung oleh UUD 1945 pasal 33 yang berbunyi “bahwa bumi,air dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”.Dari amanat UUD tersebut lahir lah perusahaan Migas Negara
yaitu Pertamina pada tahun 1971 dimana pertamina memiliki kedaulatan penuh atas
pengelolahan migas di Indonesia dan lalu di atur dalam UU no.8 tahun1971 tentang
pertamina dan setelah itu pertamina mengalami peningkatan yang sangat bagus dan menjadi
pengekspor besar di dunia.singkatnya didalam UU tersebut mengatur bahwa perusahaan
asing yang ada di Indonesia hanya sebagai kontaktor dalam bentuk perjanjian PSC ( Product
Sharing Contract ) yang menjadi dasar kontrak pengelolahan minyak seterusnya.lalu
pengelolahan migas sempat tersendat oleh krisi ekonomi Indonesia dimana pada saat itu
Presiden Suharto meminta bantuan kepada IMF ( International Monetery Fund ) dan IMF
memberikan hutang kepada Indonesia dengan persyaratan Reformasi Energi,yaitu dengan
7

cara mereformasikan harga,lembaga pengelolahan energi dengan membuka investasi sebesarbesarnya bagi swasta ( Asing ) dan mereduksi peran monopolistik pertamina.
Lalu pada 2001 perusahaan tunggal migas negara Indonesia ( Pertamina ) sudah berakhir

yang dimana Pertamina bukan lagi pemain tunggal dalam sektor migas di Indonesia yang
dikarenakan UU.no.22 tahun 2001 tentang migas.UU ini menjadi pemicu awal meliberalisasi
di sektor migas untuk membuat pasar lebih kompetitif . pemicu lahirnya UU tersebut juga
dikarena permintaan kebutuhan masyarakat makin bertambah sehingga Pertamina sulit
memenuhi permintaan yang dikarenakan keterbatasan alat-alat pengelolahan minyak.
Pada masa Orba, mekanisme pengelolaan migas diatur dalam Undang-Undang Nomor8
Tahun 1971 Tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara. Pada pasal1,
dijelaskan bahwa:
(1) Dengan tidak mengurangi tugas dan wewenang departemen-departemen dalambidangnya
masing-masing, maka tata-usaha, pengawasan pekerjaan
dan pelaksanaan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta pengawasan hasil pe
rtambangannya dipusatkan pada departemen yang lapangan tugasnya meliputi pertambangan
minyak dan gas bumi.(2) Pengawasan termaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi pengawasan
produksi, pengawasan keselamatan kerja dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam pertambangan
minyak dan gas bumi yang menyangkut kepentingan umum. 3) Cara pengawasan dan
pengaturan keselamatan kerja yang ditujukan untukkeamanan, keselamatan kerja dan
effisiensi pekerjaan dari pada pelaksanaan usaha pertambangan minyak dan gas bumi, diatur
dengan Peraturan Pemerintah.Dari pasal di atas, jelas bahwa kontrol sepenuhnya terletak
pada departemen yangselanjutnya disebut Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara
(Pertamina) pada pasal yangkedua. Banyaknya pelanggaran dalam tubuh Pertamina yang

menyebabkan kerugian negara dan desakan IMF untuk meliberalisasi sektor migas kemudian
melahirkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
menggantikan undang-undang migasyang telah dijelaskan
sebelumnya.Perbedaan mendasar di antara kedua undang-undang ini adalah perbedaan pola p
elaksanaan pengelolaan migas. Jika dalam UU No. 8 Tahun 1971 negara melalui Pertamina
menjadi kontrol pusat pengelolaan Migas, dalam UU No. 22 Tahun 2001 migas dikuasai oleh
negara namun, pelaksanaan dan pengelolaannya diserahkan kepada Badan
Pelaksanasebagaimana yang tertulis pada pasal 4:(1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber
daya alam strategis tak terbarukan yangterkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan
8

Indonesia merupakan kekayaannasional yang dikuasai oleh negara.(2) Penguasaan oleh
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakanoleh Pemerintah sebagai
pemegang Kuasa Pertambangan.
(3) Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 23.Ini yang kemudian mendasari didirikannya
BP Migas oleh pemerintah yang tugasnyadiatur pada pasal 44, yaitu:Pengawasan terhadap
pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dilaksanakan oleh Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksudd alam Pasal 4 ayat (3).(2) Fungsi Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam

ayat(1)melakukan pengawasan terhadap Kegiatan Usaha Hulu agar pengambilan sumber day
a alam Minyak dan Gas Bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan
yangmaksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Banyak kontradiksi yang kemudian timbul dari keberadaan BP Migas sebagailembaga
dengan wewenang penuh di sektor migas. Keberadaan BP Migas dan UU No. 22Tahun 2001
dianggap semakin menguntungkan pihak asing yang berinvestasi di Indonesiakhususnya di
sektor migas.Beberapa permasalahan lainnya seperti pengelolaan pertambangan diserahkan
kepada pihak asing, harga migas nasional yang harus disesuaikan dengan harga internasional,
dan batas maksimal 25% kewajiban DMO.
belum terealisasi pasar perminyakan yang kompetitif di dalam negeri, belum banyaknya piha
k swasta yang membangun perusahaan minyaknya di dalamnegeri dikarenakan PERTAMINA
masih mempertahankan status monopolinya.Lalu untuk menjadikan pasar yang kompetitif
dan kebutuhan akan Bahan BakarMinyak (BBM) terpenuhi makan diterapkannya UU No.22
Tahun 2001 TentangMigas. dan dengan diberlakukannya UU ini menjadikan perusahaan
swasta mudah untuk pengolahan dan pemasaran minyak di Indonesia lalu PERTAMINA
tidaklah lagi menjadi regulator, karena negara telah membentuk Badan Pelaksana Migas dan
Badan Pengatur Migas dan status PERTAMINAsebagai monopoli perusahaan minyak dalam
negeri di cabut. Dan sampai pada tahun 2005 silam, tercatat sebesar 105 perusahaan telah
mendapat izin untuk beroperasi, mengelola, dan memasarkan produk BahanBakar Minyak
(BBM) di Indonesia seperti Shell, Chevron-Texaco, Petronas,British Petroleum,Petro China
dll.Permasalahan yang di hadapi saat ini adalah pengelolaan sumber daya alamyaitu dalam
hal ini adalah Migas, pengelolaannya masih bersandar pada perusahaan asing yang
menyebabkan semakin kuatnya peranan perusahaan asing dalam penguasaan dan eksploitasi
Migas Indonesia.
9

“Sebagian besar sumber-sumber energi Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing. Untuk
minyak, misalnya, Indonesian Resource Studies (IRESS) menemukan bahwaPertamina hanya
memproduksi minyak sebesar 15 persen dan 85 persen diproduksi olehasing. Sementara data
Kementerian ESDM pada tahun 2009 menyebutkan, pertamina hanya memproduksi 13,8%.
Sisanya dikuasai oleh swasta asing seperti Chevron (41%),Total E&P Indonesie (10%),
Chonoco-Philips (3,6%) dan CNOOC (4,6%). Sementara hampir 90% produksi gas Indonesia
hanya dikangkangi oleh 6 perusahaan asing, yakniChevron, Total, ConocoPhilips, British
Petroleum, dan ExxonMobil. Sementara untuk batubara penguasaan asing diperkirakan
mencapai 70%.”
Hal ini kemudian yang memicu desakan agar dilakukannya Judicial Reveiew atau uji materi
terhadap UU No. 22 tahun 2001. Dari beberapa kali uji materi yang
dilakukan, salah satu putusan yang kemudian dianggap cukupfenomenal dari Mahkamah
Konstitusi adalah amar putusan MK Nomor 36/PUU-X/2012.Gugatan ini diajukan oleh
organisasi-organisasi Islam dan beberapa orang lainnya. Keputusan yang dianggap paling luar
biasa dalam putusan MK ini adalah dibubarkannya BP Migas kemudian kewenangan dari
lembaga ini diambil alih oleh SKK Migas.Keberadaan SKK Migas diatur dalam Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia Nomor 09 Tahun 2013
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Satuan KerjaKhusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak Dan Gas Bumi.Jika diperhatikan dan dibandingkan secara langsung, tidak terdapat
perbedaan tugasyang mencolok antara BP Migas dan SKK Migas. Ini yang kemudian
memicu lahirnyaargumen bahwa dua lembaga ini tidaklah berbeda dan hanya sekedar
“ganti baju”. Argumenini kemudian terbukti dari kasus penyelewengan dalam bentuk tindak
pidana korupsi di tubuh SKK Migas yang menjerat Rudi Rubiandini. Melihat tidak adanya
perubahan yang berarti dalam pengelolaan Migas, baik saat dipegang sepenuhnya oleh
pemerintah, maupun saat diliberalkan.disini dapat dilihat bahwaIndonesia memang
merupakan suatu wilayah yang telah di jadikan sasaran bagiperusahaan-perusahaan
swasta asing atau Multinational Corporation (MNC) yangkonteksnya disini adalah migas.
baik itu sebelum kemerdekaan maupun setelahkemerdekaan. Dalam sudut pandang
menggunakan teori sistem dunia dan teori ketergantungan yangmerupakan turunan teori dari
strukturalisme. Pada teori sistem dunia yang dipelopori oleh Immanuel Wallerstein, dunia
terbagi menjadi tiga tingkatan yaitucore, semi periphery,dan periphery.Melihat permasalahan
ini, perusahaan asingyang menginvestasikan perusahaannya di Indonesia berasal dari negara-

10

negarayang berasal dari tingkatancore/inti, yaitu negara yang maju yang memiliki alat-alat
produksi dan Indonesia disini dilihat sebagai negara yang berada pada

tingkatan periphery yaitu negara yang berkembang yang memiliki sumber dayaalam dan
manusia yang melimpah tetapi tidak memiliki kekuatan produksi. Dantentunya, negara
kecore/inti membutuhkan seorang pekerja untuk keuntunganSedangkan negara periphery
memiliki sumber daya alam yangmelimpah tetapi tidak bisa mengelolanya di karenakan
minimnya alat produksitetapi memiliki tenaga/jasa manusia untuk dapat di
pekerjakan. Kemudian,karena negara core yang disini adalah perusahaan asing yang
membutuhkansumber daya alam migas dan karena perusahaan asing ini memiliki
alatproduksi maka Indonesialah yang di targetkan, Indonesia memiliki sumber dayaalam
migas tetapi minim dalam pengelolaannya yang menyebabkan naiknyapermintaan/kebutuhan
masyarakat untuk mengkonsumsi BBM tetapi tidak bisamemenuhi kebutuhan masyarakatnya
di karenakan minimnya pengelolaan BBMoleh PERTAMINA, maka akan menjadi tidak stabil
kondisi dalam negerinya.Setelah di berlakukannya UUNo. 22 Tahun 2001 tersebut,
perusahaan asing mulai masuk dan berlomba-lombauntuk mengelola dan mencari keuntungan
dari pengelolaan minyak diIndonesia. Dan posisi Indonesia disini hanya memberikan jasa
kepadaperusahaan asing untuk memperkerjakan masyarakatnya di perusahaan asingtersebut
dan juga karena perusahaan asing membutuhkan tenaga untukmengelola perusahaannya agar
tetap berjalan.Dan kebutuhan masyarakatIndonesia terpenuhi dengan adanya perusahaan
asing yang memberikanlapangan pekerjaan dan juga memproduksi BBM untuk kebutuhan
sehari-harimasyarakatnya. Dan perlu di ingat, bahwa tidak selamanya Indonesia berada
diposisi yang aman, karena berdasarkan data yang di terima dalam makalah initerdapat
problematik yang di hadapi Indonesia sendiri dengan meliberalisasikansektor migasnya, yaitu
perusahaan migas dalam negeri PERTAMINA hanya menguasai 13,8% dari keseluruhan
migas di Indonesia yang kemudian sisanya dikelola semua oleh asing.
Merangkum semua bahasan peran MNC dalam pembangunan Indonesia sungguh sangat
besar pada awal pembahan kita lihat bahwa munculnya MNC di Indonesia sendiri karena kita
berhutang pada IMF pada saat krisis moneter di era orde baru,dimana IMF mengajukan syarat
untuk meliberalisasikan SDA yang ada di Indonesia.Keterlibatan MNC dalam pembangunan
ekonomi juga dilihat dimana pada saat itu Indonesia tidak mempunyai alat untuk pengeboran
minyak yang lengkap sehingga mau tidak mau kita bergantung pada MNC sebagai kontraktor
11

di sektor Migas.Tetapi berbalik lagi untuk melihat kenyataan pada saat ini dimana semua
berbanding terbalik atas pembagian keuntungan yang di peroleh dari hasil Migas ini yang
seharusnya Indonesia mendapatkan jatah 85% dari 100 % keuntungan dan MNC hanya
mendapatkan 15% dari 100% keuntungan karena perannya hanya sebagai kontraktor.hal ini
lah yang harus kita seriusi dalam menanganinya karena ini menyangkut pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik

V.

Kesimpulan

liberalisasi yang ada telah melanggar cita-cita awal dari para pendiri negaraIndonesia.
Individualisme secara genologis bukanlah hakikat dari bangsa Indonesia. Itu jelasdipaparkan
12

oleh pendiri bangsa kita, seperti Hatta dan Soepomo. Oleh karena itu, pengelolaanMigas
tidak boleh diserahkan pada prinsip-prinsip pasar. Sebab, seperti teori yang
telahdikemukakan, unsur yang paling penting di dalam pasar adalah individualisme hal itu
merupakan syarat utama untuk menjamin pasar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,
sebagaimana angan-angan Adam Smith. Lewat hal itu, modal akan mengalir tanpa-henti,
kemudian masuk ke sektor-sektor ekonomi untuk memenuhi permintaan.
Persoalan ekonomi sekaligus menjadi persoalan bersama teradapat di negara-negara
.Perusahaan asing yang gencar mengelola MIGAS di Indonesia adalah mencari keuntungan
untuk negaranya dan karena negara dari MNC memiliki alat-alat produksi tetapi mempunyai
minim jasa maka dari hal itu MNC masuk ke indonesia sebagai negara periphery yang
memiliki migas melimpah dan jasa yang banyak agar MNC mendapatkan keuntungan.
Pengelolaan Migas diberikan kepada swasta,namun bertanggung-jawab kepada pemerintah
dan dikontrol pemerintah, atau
perusahaan bebentuk badan hukum yang dibuat pemerintah. Dengan begitu, negara tetap me
megangdaulatnya sebagai lembaga tertinggi yang memiliki kekuasaan politik.
Merangkum semua bahasan peran MNC dalam pembangunan Ekonomi Indonesia sungguh
sangat besar pada awal pembahan kita lihat bahwa munculnya MNC di Indonesia sendiri
karena kita berhutang pada IMF pada saat krisis moneter di era orde baru,dimana IMF
mengajukan syarat untuk meliberalisasikan SDA yang ada di Indonesia.Keterlibatan MNC
dalam pembangunan ekonomi juga dilihat dimana pada saat itu Indonesia tidak mempunyai
alat untuk pengeboran minyak yang lengkap sehingga mau tidak mau kita bergantung pada
MNC sebagai kontraktor di sektor Migas.Tetapi berbalik lagi untuk melihat kenyataan pada
saat ini dimana semua berbanding terbalik atas pembagian keuntungan yang di peroleh dari
hasil Migas ini yang seharusnya Indonesia mendapatkan jatah 85% dari 100 % keuntungan
dan MNC hanya mendapatkan 15% dari 100% keuntungan karena perannya hanya sebagai
kontraktor.hal ini lah yang harus kita seriusi dalam menanganinya karena ini menyangkut
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik

VI.

Saran

13

Pembangian hasil Keuntungan yang pertama kali disepakati dengan keuntungan Indonesia
sebanyak 85% dari 100% dan Asing hanya 15% dari 100% harus di pertanyakan kembali
dimana kita melihat justru sekarang menjadi kebalikan.peran pemerintah harus lebih ekstra di
perhatikan pada sektor pembangunan ekonomi Indonesia di bidang migas karena jikalau
Indonesia dapat mengatur dan mengelolanya dengan baik,maka hasil pembangunan ekonomi
Indonesia akan lebih meningkat.
Lalu dengan demikian,juga perlu diperbaikan lagi pemahaman mengenai pasal 33 UUD
1945, beserta cita-cita yang diselipkan para pendiri negara sebagai cita-cita untuk membebask
an masyarakat Indonesia dari keterpurukan. Keberadaan SKK Migas jelas membuat
pemerintah harus rukuk kepada perusahaan swasta (MNC), baik nasional mau pun asing.
Padahal pemerintah harus berdiri lebih tinggi, sehingga kedaulatan rakyat dapat terjamin.

Daftar Pustaka

14

http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/ugm/14/05/22/n5z90r-kenal-lebih-dekatindustri-migas-indonesia
https://www.academia.edu/7101819/INVESTASI_PERUSAHAAN_ASING_MULTINATIONA
L_CORPORATION_DI_INDONESIA_PADA_SEKTOR_MIGAS_PRAKTIK_IMPERIALISME
Buku : Ekonomi Politik dan Pembangunan Teori,Kritik,dan Solusi bagi Indonesia dan
Negara Sedang Berkembang. Karangan : Prof.Dr.Didin S. Damanhuri

15