JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULT

KELELAHAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja
Dosen Pengampu: Heri Koesyanto, S.KM, M.Kes

Disusun oleh:

Elisa Happy Amalia (6411411196)
Tanti Fironika Sari

(6411411204)

Sundari Sukoco

(6411411210)

Koco Totok Sugiarto (6411411218)
Fitri Lestari

(6411411222)

Yunita Triyana Sari


(6411411224)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

A. Definisi Kelelahan
Kelelahan Adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur
secara sentral oleh otak. Pada susunan Saraf terdapat sistim aktivasi (bersifat simpatis) dan
inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbedabeda pada setiap individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010).
Kelelahan Adalah kondisi akut, yang dimulai dari rasa letih yang kemudian mengarah
pada kelelahan mental ataupun fisik dan dapat menghalangi seorang untuk dapat
melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari sekedar
perasaan letih dan mengantuk, perasaan lelah ini terjadi ketika seseorang telah sampai kepada
batas kondisi fisik atau mental yang dimilikinya (Australian Safety and Compentation
Counsil, 2006).

Menurut Suma’mur (2009) kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Definisi kelelahan yang dikemukakan oleh banyak ahli sangat beragam, namun dapat
disimpulkan bahwa kelelahan merupakan kondisi fisiolgis tubuh yang menunjukan
penurunan daya kerja yang akhirnya dapat memengaruhi produktifitas.
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan sebelum stres yang memperlemah
fungsi dan performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya menggangu fungsi
kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkatnya
sensasi ketegangan (Cut, 2004).
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja
(Nurmianto, 2003). Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (Static Muscular Loading)
jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain
Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan
yang bersifat berulang (repetitive).

B. Sistem Pengerak Kelelahan
(Suma’mur, 2009), menyatakan bahwa keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi

fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem
antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) Gambar 2.1.
Sistem penghambat bekerja terhadap talamus (thalamus) yang mampu menurunkan
kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecendrungan untuk tidur. Adapun sistem
penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formatio reticularis) yang dapat merangsang
pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan
bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.

Gambar 2.1 Sistem Penghambat dan Penggerak Aktifitas

Berdasarkan konsep tersebut, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung
pada hasil kerja antara kedua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem penghambat berada
pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak, seseorang berada pada kondisi lelah.
Sebaliknya, manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang
berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja Gambar 2.2
(Suma’mur, 2009).

Gambar 2.2. A theoretical model to illustrate the neurophysiological mechanism

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan

Menurut Suma’mur (1996), ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal
1. Faktor internal
Secara umum faktor internal yang berasal dari dalam individu, terdiri dari 2 faktor yaitu:
faktor somatis (fisik) seperti: kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin, usia. Dan faktor
psikis, seperti: pengetahuan, sikap/gaya hidup/pengelolaan stress.
2. Faktor eksternal
Sedangkan yang termasuk faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal dari luar
yaitu: faktor fisik, seperti: kebisingan, suhu, pencahayaan. Faktor kimia, seperti: zat
beracun. Faktor biologis, seperti: bakteri jamur. Faktor ergonomik, serta faktor
lingkungan kerja, seperti: kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/
uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.
Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2010) mengemukakan bahwa faktor penyebab
terjadinya kelelahan di industri sangat berfariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan
kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the
stress). Faktor-faktor penyebab kelelahan meliputi:
o Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
o Lingkungan : iklim, penerangan bising
o Problem fisik : Tanggung jawab, kekhawatiran
o Monotoni

o Kenyerian dan kondisi kesehatan
o Circardiant rhytem
D. Klasifikasi Kelelahan
Menurut Muchinsky (1987) dalam Putri (2008), ada empat tipe kelelahan yakni:
1. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan tenaga
fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan perubahan
biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut pada otot.
Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang melindungi
individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan
atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien.
2. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang monoton.
Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan,
individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, pikiran dan

perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik dengan individu
lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan mendesain ulang
pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan tertantang untuk
menyelesaikan pekerjaan.
3. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan umumnya
ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di tempat kerja,

perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan pelayanan konseling bagi
karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan karyawan dapat teratasi dan
performansi kerja karyawan meningkat.
4. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian pada
tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan
tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif. Penurunan ini
diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan pesawat terbang,
sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar dari kelelahan ini
dengan pemberian waktu istirahat yang cukup
Soetomo (1981) dalam Adiningsari (2009) mengklasifikasikan kelelahan berdasarkan faktor
penyebabnya, diantaranya:
1. Kelelahan Fisik (physical/muscular fatigue)
Kelelahan fisik disebabkan oleh kelemahan pada otot. Suplai darah yang mencukupi dan
aliran darah ke otot sangat penting, dikarenakan menentukan kemampuan metabolisme
dan memungkinkan kontraksi otot tetap berjalan. Kontraksi otot yang kuat
mengakibatkan tekanan pada otot dan dapat menghentikan aliran darah. Sehingga
kontraksi maksimal hanya dapat berlangsung beberapa detik. Gangguan pada aliran
darah dapat menyebabkan kelelahan otot yang berakibat otot tidak dapat berkontraksi,
meskipun rangsangan syaraf motorik masih berjalan.
2. Kelelahan Psikologi

Kelelahan psikologi berkaitan dengan depresi, gugup, dan kondisi psikologi lainya.
Kelelahan jenis ini diperburuk dengan adanya stress.
3. Kelelahan Mental (Mental Fatigue)
Kelelahan mental disebabkan karena faktor psikis. Pekerja memiliki persoalan kejiwaan
yang belum terselesaikan dan menyebabkan stress psikis.
4. Kelelahan Keterampilan (Skill Fatigue)
Kelelahan ini terjadi karena adanya tugas-tugas yang memerlukan ketelitian dan
penyelesaian permasalahan cukup sulit.

Silaban (1998), dalam Putri (2009) menerangkan mengenai jenis-jenis kelelahan bahwa
klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi 3 yaitu, proses dalam otot, waktu terjadi kelelahan, dan
penyebabnya yaitu sebagai berik
1. Berdasarkan waktu kejadian
a. Kelelahan akut
Kelelahan akut terjadi pada aktifitas tubuh terutama yang banyak menggunakan otot.
Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus
menerus dan berlebihan. Kelalahan dengan jenis ini dapat hilang dengan beristirahat
cukup dan menghilangkan gangguan-gangguannya.
b. Kelelahan kronis
Kelelahan kronis sebenarnya adalah kelelahan akut yang bertumpuk-tumpuk. Hal ini

disebabkan oleh adanya tugas terus-menerus tanpa penggaturan jarak tugas yang
baik dan teratur. Menurut Grandjean dalam bukunya yang berjudul Fitting The Task
to The Human kelelahan kronis berlangsung setiap hari dan berkepanjangan, dan
bahkan telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan. Kelelahan yang diperoleh
dari tugas-tugas terdahulu belum hilang dan disusul lagi dengan tugas berikutnya.
Kondisi ini terjadi secara berulang-ulang. Dengan beristirahat biasa belum bisa
menghilangkan kelelahan jenis kronis ini. Pekerja yang mengalami kelelahan kronis
ini sudah merasa lelah sebelum memulai pekerjaan, ketika bangun tidur perasaan
lelah masih ada. Jika kondisi ini dibiarkan maka dapat membahayakan tugas yang
sedang dilakukanya atau dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan
kecelakaan.
2. Berdasarkan proses dalam otot
a. Kelelahan otot
Kelahan otot yaitu menurunya kinerja setelah mengalami stress tertentu yang
ditandai dengan menurunya kekuatan dan kelambatan gerak.
b. Kelelahan umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya keinginan untuk bekerja yang
disebabkan oleh persyarafan ataupun psikis. Kelelahan umum ialah suatu perasaan
yang menyebar dan disertai dengan penurunan kesiagaan dan kelambatan pada
setiap aktivitas. Kelelahan umum pada dasarnya adalah gejala penyakit dan erat

hubungannya dengan faktor psikologis seperti penurunan motivasi, dan kejenuhan
yang mengakibatkan menurunya kapsitas kerja seseorang. Kelelahan umum
dicirikan dengan menurunya perasaan ingin bekerja. Kelelahan umum disebut juga
kelelahan fisik dan juga kelelahan syaraf.
3. Berdasarkan penyebabnya
a. Faktor fisik dan psikologi di tempat kerja.

b. Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan
faktor psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stress emosional yang
berkepanjangan.
c. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik); kelelahan patologis (kelelahan yang
ada hubunganya dengan penyakit); dan kelelahan psikologis yang diatandai dengan
menurunya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubunganya dengan faktor psikososial.
E. Gejala Kelelahan
Suma’mur (2009), mengemukakan bahwa gejala atau perasaan atau tanda yang ada
hubunganya dengan kelelahan adalah:
Tabel Gejala Kelelahan Subjektf pada Pekerja
Gejala Kelelahan Kerja
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Perasaan berat dikepala
Menjadi lelah diseluruh badan
Kaki meras berat
Menguap
Merasa kacau pikiran
Mengantuk

Merasa berat pada mata
Kaku dan canggung dalam gerakan
Tidak seimbang dalam berdiri
Mau berbaring
Merasa susah berfikir
Lelah bicara
Gugup
Tidak dapat berkonsentrasi
Tidak dapat memfokuskan perhatian
terhadap sesuatu

21.
22.
23.
24.

Cendrung untuk lupa
Kurang kepercayaan diri
Cemas terhadap sesuatu
Tidak dapat mengontrol

25.

sikap
Tidak dapat tekun dalam

26.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

melakukan pekerjaan
Sakit kepala
Kekakuan dibahu
Merasa nyeri dipunggung
Merasa pernafasan tertekan
Merasa haus
Suara serak
Pusing
Spasme kelopak mata
Tremor pada anggota badan
Merasa kurang sehat.

Gejala perasaan atau tanda 1-10 menunjukan melemahnya kegiatan, 11-20
menunjukan melemahnya motivasi, dan 20-30 menunjukan kelelahan fisik sebagai akibat
dari keadaan umum yang melelahkan (Suma’mur, 2009).
Kelelahan merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu
keadaan yang dialami oleh seseorang yang ditandai dengan berbagai gejala seperti, lemah,
lesu, jenuh, menurunya perhatian konsentrasi berkurang, dan sebaginya (Grandjean, 1985
dalam Adiningsari, 2009).

1. Gejala kelelahan otot: antara stimulus dengan kontraksi awal jaraknya sangat lama.
Kontaksi dan relaksasi melamban.
2. Gejala Kelelahan umum: perasaan subjektif lelah, mengantuk, pusing tidak suka
bekerja, pikiran loyo/lamban, berkurangnya kewaspadaan, persepsi lamban,
ketidakinginan untuk bekerja, performa menurun baik pekerjaan fisik maupun mental.
3. Kelelahan kronis menunjukan gejala: sakit kepala, menggigil, kehilangan waktu tidur,
irregular heart rate, tiba-tiba berkeringat, kehilangan nafsu makan, permasalahan
pencernaan.
F. Pengukuran Kelelahan
Terdapat sejumlah metode pengukuran terhadap kelelahan, umumnya terbagi kedalam
5 kelompok yang berbeda, yaitu:
1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang
digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun
demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor
sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan
produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan
terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal faktor
(Tarwaka, 2004).
2. Pengujian Psikomotorik
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi
adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala
lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan
waktu reaksi merupakan petunjuk perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
Sanders dan Cormick (1987) yang dikutip oleh Tarwaka (2004) mengatakan bahwa
waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat suatu
stimulasi terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200
milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya
perangsangan; umur subjek; dan perbedaan-perbedaan individu lainnya. Setyawati
(1996) yang dikutip oleh Tarwaka (2004) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi,
ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut
disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli
cahaya. Alat ukur waktu reaksi telah dikembangkan di Indonesia biasanya
menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli.

3. Mengukur frekuensi subjektif kelipan mata (Flicker Fusion Eyes)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan
berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak
antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga
menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka, 2004).
4. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjektive feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan
subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan.
5. Pengujian Mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Baurdon Wiersma
test, merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan,
ketelitian dan konsentrasi. Hasil test akan menunjukkan bahwa semakin lelah
seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan semakin rendah
atau sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma tes lebih tepat untuk mengukur
kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.
G. Dampak Kelelahan
Perubahan fisiologis akibat kelelahan merupakan kerja Mekanisme prinsip tubuh
mencakup sistem sirkulasi, sistem pencemaan, sistem otot, sistem saraf dan system
pemafasan. Kerja fisik yang terus menerus mempengaruhi mekanisme tersebut baik
sebagian maupun secara keseluruhan (Setyawati, 1994). Gejala kelelahan kerja menurut
Gilmer (1966) dan Cameron (1973) yaitu menurun kesiagaan dan perhatian, penurunan
dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan
lingkungan, (depresi, kurang tenaga, kehilangan inisiatif), dan gejala umum (sakit kepala,
vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan
pencemaan, kecemasan, pembahan tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur).
Kelelahan Kerja dapat menyebabkan prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis
motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak, Semangat kerja yang menurun
(Bartley dan Chute, 1982).
H. Penanggulangan Kelelahan Kerja
Penanggulangan terjadinya kelelahan menurut Silaban (1998) dalam Putri (2008)
antara lain:
1. Seleksi tenaga kerja yang tepat mencakup fisik dan kesehatan secara umum.
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman terutama disebabkan oleh
3.

faktor fisik, kimia, dan psikologi serta penerapan ergonomik.
Penggunaan warna yang lembut, dekorasi, dan musik di tempat kerja.

4.

Organisasi proses produksi yang tepat atau pelaksanaan kerja bertahap mulai dari

5.
6.
7.

aktifitas ringan.
Rotasi pekerjaan secara periodik, libur kerja, serta rekreasi.
Memberi waktu istirahat yang cukup.
Latihan fisik. Latihan fisik secara fisiologis membantu kelancaran fungsi organ tubuh

8.
9.

agar dapat melakukan pekerjaan lebih kuat, cekatan dan efisien.
Peningkatan upah dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Penyediaan sarana dan fasilitas tempat istirahat yang nyaman, ruang makan, dan

kantin.
10. Pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak
faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan, hal yang paling penting adalah
mengupayakan secepat mungkin untuk menangani kelelahan yang muncul agar tidak
menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cepat, maka kita harus
mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut akan diuraikan
faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan
(Tarwaka, 2010).

Gambar 2.4 Penyebab kelelahan, Cara mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan

Monica, (2010) Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin
lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah
didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat
dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi tidur malam hari
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan
memakai prinsip ekonomi gerakan.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi
pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap
jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari rekreasi, dan lainlain.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau/ wangi-wangian dan lain-lain.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja.\

DAFTAR PUSTAKA


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37499/4/Chapter%20II.pdf
(15/04/2014)



http://www.academia.edu/3387190/FAKTORFAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DENGAN_KELELAHAN?
[email protected]&email_was_taken=true (15/04/2014)