DAYA DUKUNG PERAIRAN DENGAN PARAMETER FO

DAYA DUKUNG PERAIRAN DENGAN PARAMETER
FOSFOR UNTUK MENUNJANG KEGIATAN
AKUAKULTUR DI DANAU BULILIN KABUPATEN
MINAHASA TENGGARA

RENCANA KERJA PENELITIAN
Bidang Akuakultur

Oleh :
FRANDY OMBONG
13051102013

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama

:


Frandy Ombong

NIM

:

13051102013

Judul Skripsi

:

Daya Dukung Perairan dengan Parameter Fosfor untuk

Menunjang kegiatan Akuakultur di Danau Bulilin, Kabupaten Minahasa Tenggara.
Tanggal ujian

:
lulus ujian Skripsi, dan Skripsi tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan disetujui oleh

Komisi pembimbing.

Menyetujui:
Komisi Pembimbing,
Ketua

Anggota

Ir. Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc
NIP. 196608191993031001

Ir. Lukas L.J.J. Mondoringin, M.Si
NIP. 195205221981031003

Wakil Dekan Bidang Akademik

Prof. Ir. Farnis B. Boneka, M.Sc
NIP. 195712291985031004

Mengetahui:

Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan

Prof. Dr. Ir. Desy M.H. Mantiri, DES., DEA
NIP. 196612011991032007

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, kasih dan karunia-Nya Rencana Kerja Penelitian ini dapat diselesaikan.
Topik dari Rencana Kerja Penelitian ini adalah “Daya Dukung Perairan Danau
Bulilin, Kab. Minahasa Tenggara, untuk Akuakultur, dengan Parameter Fosfor [P]”
yang disusun sebagai pedoman dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir.
Indra R.N. Salindeho, M.App.Sc, sebagai dosen pembimbing I dan Ir. Lukas L.J.J.
Mondoringin, M.Si, sebagai dosen pembimbing II, yang banyak memberikan
masukan, saran dan bimbingan yang membantu penulis dalam penyusunan Rencana
Kerja Penelitian ini.
Dalam penyusunan Rencana Kerja Penelitian ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan masukan untuk dapat menyempurnakan
Rencana Kerja Penelitian ini.
Manado, September 2016
Penulis

1

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
1.

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian...............................................................2

1.3. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................3

2.

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4

2.1. Kondisi Ekologis Danau Bulilin............................................4
2.2. Kegiatan Budidaya di Danau Bulilin.....................................4
2.3. Fosfor................................................................................5

3.

METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................8

3.1. Teknik Pengambilan Sampel................................................8
3.2. Analisi Laboratorium........................................................10
3.3. Penentuan Kapsitas Produksi Maksimal Menurut Daya
Dukung Lingkungan

Danau.............................................10


3.4. Analisis Data....................................................................11

4.

RENCANA KERANGKA LAPORAN HASIL PENELITIAN...........................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13

2

3

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman


1.

Jadwal Rencana Kerja Penelitian...................................................................................3

2.

Data Kualitas Air Danau Bulilin Tahun 2015................................................................4

4

DAFTAR GAMBAR

No

Teks

Halaman

1.


Daur Fosfor Dalam Suatu Ekosistem Air.......................................................................7

2.

Peta Danau Bulilin.........................................................................................................9

5

1.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kementerian Perikanan dan Kelautan RI pada tahun 2015 mencanangkan

kebijakan program peningkatan sumber daya perikanan dengan sasaran pokok
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan produksi perikanan terbesar (Balai

Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKI-PMKHP),
2015). Implementasi dari program tersebut adalah bantuan modal, sarana dan
prasarana dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah pada daerah-daerah yang
memiliki potensi dan prospek pengembangan sumber daya perikanan. Kabupaten
Minahasa Tenggara merupakan salah satu daerah pengembangan usaha perikanan di
Sulawesi Utara yang cukup potensial untuk perikanan pantai dan laut maupun
perikanan darat.

Khusus untuk perikanan darat, komoditas yang dikembangkan

adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), dan ikan mujair
(Oreochromis mosambicus) (BKI-PMKHP, 2010). Pengembangan usaha perikanan
darat difokuskan pada usaha akuakultur di danau-danau yang ada di Kabupaten
Minahasa Tenggara, dan yang paling signifikan adalah usaha akuakultur pada
keramba jaring apung (KJA) dan keramba jaring tancap (KJT) di Danau Bulilin, yang
merupakan danau terbesar di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Perkembangan unit karamba jaring apung/karamba jaring tancap (KJA/KJT)
pada areal akuakultur di Danau Bulilin merupakan hasil implementasi dari program
pemerintah tersebut di atas. Dampak positif yang diharapkan adalah peningkatan
produksi akuakultur yang maksimal dari para pembudidaya ikan di Danau Bulilin,

sehingga mampu meningkatkan produksi perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara
dan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan. Akan tetapi pengembangan
jumlah KJA/KJT harus dikendalikan karena dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan perairan danau itu sendiri. Keberhasilan usaha akuakultur pada

1

KJA/KJT dipengaruhi oleh kondisi perairan danau. Sebaliknya, kualitas air danau itu
sendiri sangat dipengaruhi oleh aktivitas akuakultur yang berlangsung di danau
tersebut (Erlania dkk, 2010).
Demi menjamin produksi yang optimal dan berkelanjutan dari aktivitas
akuakultur di danau Bulilin, kontrol terhadap berbagai aspek akuakultur wajib
dilkakukan. Prinsip-prinsip teknologi dalam budidaya ikan dengan sistem KJA/KJT
seperti tata letak KJA/KJT, daya dukung lingkungan, kepadatan ikan dan cara
pemberian pakan, harus dikontrol dan dilaksanakan dengan disiplin (Nastiti dkk.
2001). Manajemen pakan merupakan hal yang paling penting, karena kultur intensif
sangat bergantung pada pakan buatan berupa pellet (Suryaningrum, 2012). Dari total
pakan yang diberikan, hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan oleh ikan untuk
pertumbuhan, karena sebagian tidak ditangkap oleh ikan, dan jatuh ke dasar perairan.
Pakan yang berhasil ditangkap dan masuk ke lambung, sebagian diasimilasi dan

sebagian tidak digunakan dan dibuang sebagai feces ke perairan. Nutrien pakan yang
telah diasimilasi dalam tubuh, sebagian benar-benar dimanfaatkan untuk pertumbuhan
dan bagian lainnya diekskresi lewat urine (Ekasari, 2009).
Informasi menyangkut Danau Bulilin baik dari aspek geografis, ekologi,
pemanfaatan danau dan aktivitas akuakultur, belum tersedia pada saat ini. Sementara
aktivitas pemanfaatan danau Bulilin khususnya untuk akuakultur semakin
berkembang pesat.

Perkembangan ini akan berlangsung terus, dan jika tidak

dikendalikan secara bijaksana, dapat memberikan dampak negatif seperti yang sudah
diuraikan di atas. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penelitian menyangkut
daya dukung perairan Danau Bulililn untuk kegiatan akuakultur, agar dapat diketahui
berapa kapasitas produksi akuakultur yang optimal danau Bulilin tiap tahun, dengan
tanpa merusak lingkungan.

Informasi ini akan menuntun pembudidaya untuk

mempraktekkan teknologi akuakultur yang berkelanjutan.

2

1.2.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung Danau Bulilin

terhadap aktivitas budidaya ikan di keramba jaring apung/keramba jaring tancap
sehingga dapat mengestimasi kapasitas produksi optimal untuk menunjang aktivitas
akuakultur yang berkelanjutan.
1.3.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Danau Bulilin, Kabupaten Minahasa Tenggara.
Lamanya penelitian direncanakan selama 4 bulan mulai dari bulan September 2016
sampai bulan Desember 2016.
N
Kegiatan
o

Bulan
Okt. 2016
Nov. 2016
Des. 2016
I II I
I II I
I II I
I
I
I
V
I I V
I I V
I I V

Sep. 2016
I II I
I
I

I

Penyelesaian
Rencana Kerja
1
Penelitian dan
Konsultasi
Seminar
2
Proposal
Penyediaan
Alat dan
3
Bahan
Penelitian
Pengambilan
4
5

Data
Analisi Data
Penyelesaian

6

Laporan Hasil

7

Penelitian
Seminar Hasil

3

Penelitian
8 Ujian Skripsi
Table 1. Jadwal Rencana Kerja Penelitian

4

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Kondisi Ekologis Danau Bulilin
Danau Bulilin merupakan danau terbesar yang terletak di Kabupaten Minahasa
Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kira-kira 24,46 Ha, panjang kira-kira
4,24 km dan terletak pada posisi antara 1002’20.90” – 1002’49.29” LU dan
124040’18.50” – 124040’40.06” BT (Google Maps, 2016). Bagian Utara merupakan
daerah hutan nipah dari Desa Betelen I, bagian Timur merupakan pemukiman Desa
Betelen dan Desa Tombatu I, bagian Selatan merupakan pemukiman Desa Kali Oki,
sedangkan dibagian Barat merupakan kawasan Hutan. Menurut para pembudidaya
ikan yang ada di Danau Bulilin kedalaman danau berkisar 2-7 m. Sumber air danau
berasal dari mata air yang berada disekitar danau dan mempunyai 1 sungai sebagai
outt-let yang terletak di bagian utara danau.
Menurut Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPMKHP) Tahun 2015 data kualitas air Danau Bulilin dapat dilihat
pada Table 2:
No

Parameter

Kandungan

1

pH

7,9

2

Kecerahan

20 cm

3

DO

7,9 mg/L

4

Suhu

290C

Table 2. Data Kualitas Air Danau Bulilin Tahun 2015
Sumber : BKIPMKHP (2015)
2.2.

Kegiatan Budidaya di Danau Bulilin
Kegiatan budidaya ini dilakukan di keramba jaring apung/keramba jaring
tancap (KJA/KJT).

Jenis-jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mujair

(Oreochromis mosambicus), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas

5

(Cyprinus carpio). Saat ini jumlah pembudidaya ikan di Danau Bulilin sekitar 30
orang, yang rata-rata setiap pembudidaya mempunyai 10 keramba jaring
apung/keramba jaring tancap (KJA/KJT). Beberapa pembudidaya merupakan
pembudidaya dengan skala besar, yang memiliki 20-40 KJA/KJT. Ukuran setiap
kantong jaring bervariasi mulai dari 4 m x 4 m x 4 m, dan 5 m x 5 m x 4 m.
Untuk ketersediaan benih ada yang membeli dari BBAT Tatelu dan BBI Tateli,
tetapi ada juga yang menangkapnya sendiri di danau kemudian dibesarkan di
KJA/KJT. Benih ditebar dengan kepadatan 1000-3000 ekor untuk ukuran benih 5-8
cm. Masa panen antara 3-6 bulan tergantung dari kualitas benih dan cara pemberian
pakan. Ikan yang dipanen berukuran 250-300 gr/ekor, dan ikan nila dijual dengan
harga Rp. 30.000/kg, dan untuk ikan mas dijual dengan harga Rp. 55.000/kg.
Dari sejumlah pembudidaya yang ada di Danau Bulilin 90% diantaranya
menggunakan keramba jaring tancap dan 10% sisanya menggunakan keramba jaring
apung. Kegiatan budidaya di Danau Bulilin mempunyai keunikan dari kegiatan
budidaya di tempat lain, keunikan ini terlihat pada masa-masa panen, dimana apabila
ada pembudidaya yang belum panen, maka dia menjadi pembeli kepada pembudidaya
lain yang melakukan pemanenan lalu dijual dipasar.
2.3.

Fosfor
Fosfor merupakan unsur penting dalam suatu ekosistem perairan.

Fosfor

merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk dapat berkembang.
Keberadaan fosfor di perairan sangat penting dalam pembentukan protein dan
metabolisme bagi organisme. Fosfor juga berperan dalam transfer energi di dalam sel
(Barus, 2004 dalam Silalahi, 2009).
Dalam ekosistem perairan fosfor sangat berperan penting dalam proses
terjadinya eutrofikasi. Konsentrasi fosfor yang masuk ke dalam perairan tidak boleh
melebihi batas daya tampung beban pencemar danau. Jika konsentrasi fosfor melebihi

6

batas daya tampung beban pencemar maka akan memicu terjadi blooming. Pada saat
terjadi blooming sedimentasi berjalan lebih cepat dan terjadi kompetisis antara
tumbuhan air dan ikan dalam mendapatkan oksigen terlarut pada malam hari yang
dapat membunuh ikan secara massal (Fachriza dkk, 2015).
Faktor pembatas sebagai penentu terjadinya eutrofikasi di suatu perairan
adalah unsur fosfor dan nitrogen. Unsur fosfor dan nitrogen yang terkandung dalam
tumbuhan air masing-masing adalah 0,09% dan 0,7% dari berat basah. (PERMEN,
2009). Widyastuti dkk (2009) menemukakan bahwa unsur fosfor dan nitrogen adalah
dua unsur yang bertanggaung jawab atas terjadinya blooming fitoplankton di suatu
perairan, dan penyebab utamanya lebih sering terjadi oleh karena banyaknya unsur
fosfor yang terkandung di suatu perairan. Beban maksimum kandungan fosfor dan
sisa metabolit yang dapat ditoleransi perairan sehingga tidak mengubah tingkat
eutrofikasi perairan adalah 0,367 kg P2O5 (fosfat) /ha/hari dimana untuk 1 kg fosfat
mengandung 0,437 kg fosfor (Madju, 2010).
Fosfor merupakan nutrien pembatas dalam proses eutrofikasi yang artinya
bahwa air dapat mempunyai konsentrasi nitrat yang tinggi tanpa mengalami
percepatan proses eutrofikasi asalkan air tersebut memiliki kandungan fosfat yang
sangat rendah (Manahan, 1991 dalam Arifin, 2003). Dengan demikian maka unsur
yang paling menentukan terjadinya percepatan eutrofikasi adalah fosfor. Menurut
Sastrawijaya (1991) dalam Arifin, (2003) daur fosfor dalam suatu ekosistem air dapat
dilihat pada Gambar 1.

7

Fosfor anorganik
Penguraian

terlarut

Fosfor organik terlarut
Pengeluaran kotoran dan
Gambar 1. Daur Fosfor Dalam Suatu Ekosistem Air
penguraian

Aborsi dan asimilasi
Senyawa fosfor organik
dalam tubuh/bangkai

Sumber : Sastrawijaya (1991) dalam Arifin, (2003)
Dalam budidaya di kurungan jaring apung/kurungan jaring tancap, buangan
dari sisa pakan dan kotoran ikan akan menghasilkan fosfor yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat merubah kerakteristik biotik maupun abiotik lingkungan
perairan (Beveridge, 1987). Dengan menghitung banyaknya unsur fosfor dan nitrogen
yang masuk ke dalam perairan dan berapa banyak unsur tersebut diserap oleh ikan
maupun terakumulasi ke lingkungan perairan, maka daya dukung lingkungan untuk
pengembangan budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung/keramba jaring
tancap dapat diperkirakan (Arifin, 2003). Dengan demikian perkembangan usaha
budidaya di keramba jaring apung/keramba jaring tancap perlu memperhitungkan
daya dukung perairan.
Menurut Beveridge (1987), daya dukung lingkungan adalah tingkat produksi
maksimal suatu perairan yang dapat dihasilkan oleh perairan itu sendiri yang
didukung oleh lingkungan secara berkelanjutan. Daya dukung suatu lingkungan selalu
berfluktuasi dari musim ke musim dan dapat menurun akibat dari pencemaran
kegiatan budidaya ikan, seperti tingginya pemberian pakan yang mengakibatkan
buangan-buangan terdekomposisi dalam perairan.

8

3.

METODE PENELITIAN

3.1.

Teknik Pengambilan Sampel
Untuk mengetahui parameter kualitas air, termasuk konsentrasi fosfor [P]
perairan danau Bulilin, maka diambil sampel air pada titik-titik yang mewakili
keseluruhan badan air perairan Danau Bulilin. Pengambilan sampel air dilakukan
pada 6 titik lokasi sekitar perairan Desa Betelen-1, Desa Betelen, Desa Tombatu I,
dan Desa Kali Oki (Gambar 2). Pada tiap lokasi pengambilan sampel dilakukan pada
dua kedalaman yaitu pada kedalaman 0 m (di permukaan) dan pada kedalaman 5 m,
atau mendekati dasar jika kedalaman lebih kecil dari 5 m. Titik pengambilan sampel
mempertimbangkan lokasi yang mewakili areal akuakultur, areal tanpa kegiatan
akuakultur dan titik pengambilan sampel yang dekat dengan outlet danau.
Untuk mencapai titik pengambilan sampel yang telah ditentukan, digunakan
perahu dan dayung. Pengambilan air sampel pada kedalaman 5 m dilakukan dengan
menggunakan botol Lamouth, sedangkan sampel air yang ada dipermukaan dapat
langsung diambil dari atas perahu. Pengambilan air sampel dilakukan tiga kali untuk
mengisi botol sampel. Pertama-tama untuk menjamin kemurnian air dalam botol
(tidak terkontaminasi), maka botol perlu dibilas dengan air sampel sehingga
pengambilan pertama dilakukan untuk pembilasan botol. Pengambilan sampel air
kedua digunakan untuk mengisi botol sampel yang telah diberi label, tetapi sebelum
pengisian sampel air dalam botol sampel terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu.
Sedangkan pengambilan sampel air pada ulangan ketiga, air sampel dimanfaatkan
untuk membantu proses penutupan tutup botol sampel agar dalam botol sampel tidak
terdapat gelembung udarah. Kegiatan selanjutnya yaitu dilakukan pengukuran
kecerahan dengan menggunakan alat pengukur cahaya piring sachi (sachi disc).
Setelah kegiatan pengambilan sampel air dan pengukuran kecerahan selesai,
botol sampel yang berisi air dimasukan kedalam kotak pendingin (cool box) yang
9

berisi es dengan suhu 40C. Botol yang berisi air sampel tersebut segera dibawa ke
Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAN) Manado untuk dianalisis kadar
fosfat (ortofosfat).
Selain data kadar fosfat dibutuhkan data kualitas air lainnya, seperti DO, pH,
kecerahan dan suhu. Untuk pengambilan data pendukung menggunakan alat Horiba
dan DO meter.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan para
pembudidaya untuk mendapatkan data seperti jumlah produksi ikan dan nilai ubah
pakan (FCR). Data sekunder diperoleh dari lembaga pemerintah seperti Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Untuk tingkat pergantian air di Danau Bulilin dilakukan pengukuran pada
inlet-dan out-let danau. Untuk mengetahui jumlah air yang keluar melalui out-let
dilakukan dengan mengukur kecepatan arus menggunakan bola pingpong, tali,
stopwatch, pemberat. Untuk peta Danau Bulilin yang diambil dari Google Maps
(2016) dan lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Danau Bulilin
(Sumber : Google Maps 2016)

10

3.2.

Analisi Laboratorium
Pengukuran kadar fosfor (ortofosfat) dalam sampel air akan dianalisis di Balai
Riset dan Standarisasi Industri Manado.

3.3.

Penentuan Kapsitas Produksi Maksimal Menurut Daya Dukung Lingkungan
Danau
Untuk menentukan daya dukung lingkungan, terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Langkah 1 : Mengetahui informasi kondisi danau :
a. Luas danau, A(ha) (dengan mengukur lewat Google Maps)
b. Rata-rata kedalaman danau, ZZ (m) (wawancaara dengan para pembudidaya, dan
mengukur sendiri di lapangan)
c. Tingkat pergantian air danau pertahun, ρ (volume/tahun) (ditentukan dari hasil
pengukuran volume air yang keluar melaui out-let)
Langkah 2 : Tentukan konsentrasi [P]i tetap pada awal pengujian.
Langkah 3 : Tentukan maksimum [P] yang dapat diterima, [P]fish
Langkah 4 : Tentukan ∆[P],
∆[P] = [P]f – [P]i
Langkah 5 : Tentukan Lfish,
∆P = Lfish (1 – Rfish )/ zZρ
Lfish = ∆P zZρ /(1 – Rfish )
(Lfish : Jumlah P yang diberikan oleh kegiatan budidaya intensif)
Rfish = x + [(1-x)R]
Dimana : R = Bagian total-p yang terlarut. Menurut Beveridge (1987) R untuk danau
alami adalah, R = (1 + 0.747ρ0.507)-1
X = Bagian netto dari total-P yang secara permanen hiilang ke sedimen sebagai
endapan padat (0.50).

Langkah 6 : Tentukan total P loading yang dapat diterima pertahun.
11

PLoad = Lfish x A
Langkah 7 : Tentukan Jumlah Produksi yang dapat diterima oleh lingkungan dalam setahun yang
dihitung dari PLoad dibagikan dengan jumlah P yang hilang ke lingkungan untuk setiap
produksi satu ton ikan.
Untuk data produksi ikan yang ada di Danau Bulilin didapat dengan
wawancara para pembudidaya dan memberikan kuesioner untuk diisi oleh
pembudidaya.
3.4.

Analisis Data
Data kadar fosfor yang diperoleh disajikan dalam bentuk histogram, yang
selanjutnya akan dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air yang ditetapkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 dan data hasil penetuan daya dukung lingkungan akan dianalisis secara
deskriptif agar diketahui sejauh mana kapasitas produksi optimal dari Danau Bulilin.

12

4.

RENCANA KERANGKA LAPORAN HASIL PENELITIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

1.

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

1.2.

Tujuan Penelitian

1.3.

Waktu dan Tempat

2. Tinjauan Pustaka
2.1.

Kondisi Ekologis Danau Bulilin

2.2.

Kegiatan Budidaya di Danau Bulilin

2.3.

Fosfor

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Teknik Pengambilan Sambil

3.2.

Analisis Laboratorium

3.3.

Penentuan Kapsitas Produksi Maksimal Menurut Daya Dukung Lingkungan
Danau

3.4.

Analisis Data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

13

DAFTAR PUSTAKA

Arifin H. 2003. Daya Dukung Perairan Danau Tondano dengan Paremeter Fosfor [P] untuk
Menunjang Kegiatan Budidaya Ikan. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi. 48 hal.
Badan Karantina Ikan, Pengandalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 2010. Laporan
Pemantauan Hama dan Penyakit Ikan. 65 hal
Badan Karantina Ikan, Pengandalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 2015. Laporan
Pemantauan Hama dan Penyakit Ikan. 25 hal
Beveridge M.C.M. 1987. Cage Aquaculture. Fishing News Books Ltd, England. 352 pgs.
Ekasari. 2009. Teknologi Biotlok: Teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya sistem intensif.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2): 117-126.
Erlania., Rusmaedi., A.B. Prasetio., J. Haryadi. 2010. Dampak manajemen pakan dari
kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di keramba jarring apung
terhadap kualitas perairan danau Maninjau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.
Fachriza F., E. Yusni., dan Nurmatias. 2015. Analisis kandungan Fosfor terhadap daya dukung
perairan Danau Lut Tawar untuk budidaya sistem keramba jaring apung.
Google

Maps.

2016.

Diunggah

10

Agustus

2016,

dari

www.google.co.id/maps/@1.0416329.124.6763.566.210m/data-!3m1!1e3?hl-id
Madju S. 2010. Daya dukung waduk PLTA Koko Panjang Kampar Provinsi Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 15(1) : 25-38.
Nastiti A.S., Krismono dan E.S. Kartamihardja. 2001. Dampak budidaya ikan dalam jaring
apungterhadappeningkatan unsur N dan P di perairan waduk Saguling, Cirata dan
Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 7(2):22-30.

14

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.28 Tahun 2009. Tentang Daya Tampung
Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk.
Silalahi J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi
Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Sumatera Utara, Medan. 100 hal.
Suryaningrum F, M. 2012. Aplikasi teknologi boiflok pada pemeliharaan benih ikan nila.
Program Pascasarjana. Universitas Terbuka. 123 hal.
Widyastuti E., A.S. Piranti., D.R.U.S. Rahayu. 2009. Monitoring status daya dukung perairan
waduk Wadaslintang bagi budidaya keramba jaring apung. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. 16(3): 133-140.

15