Tugas Review Kapitalis Asia Tenggara Pat
Tugas Review
Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan rapuhnya
Struktur Perusahaan )
Oleh :
Leonardo Haloho
1401505011
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
Review Buku : Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan
rapuhnya Struktur Perusahaan ) oleh: RUTH MC VEY
Dalam hal ini saya akan membahas tentang kawasan Asia Tenggara
adapun sebagian negar-negara akan di sebutkan di dalamnya tentang
perkembangan ekonomi dan sebaginya. Upaya pemerintah Indonesia
mendorong pembangunan (baca kapitalis) di pedesaan menciptakan kondisikondisi yang jauh lebih memungkinkan daripada dapat dibayangkan pada dua
puluh tahun yang lalu (atau di Filipina dewasa ini ), bahwa pasar lokal dan
perusahaan ukuran menengah akan berkembang guna melengkapi perusahaan
besar di ibu kota. Sejauh ini hanya Malaysia dan Singapura yang memiliki
infastruktur, keahlian
dan jalinan
hubungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan kapitalis yang berlanjut. Orang (pengusaha keturunan) Cina telah
menjadi pelopor dalam berbagai cabang industri pengolahan diseluruh Asia
tenggara, seperti mengolah pangan, membuat sabun, minyak goreng, korek api
dan rokok, serta biscuit. Memang benar semua kegiatan ini berukuran kecil
yang tidak menuntut dana besar dan cara mengelola seperti dituntut perusahanperusahaan besar masa kini.
Wujud Wira Usaha Asia Tenggara – Ruth McVey, Upaya pemerintah
Indonesia mendorong pembangunan kapitalis di pedesaan menciptakan
kondisi-kondisi yang jauh lebih meemungkinkan daripada dapat dibayangkan
pada dua puluh tahun yang lalu (atau di Filipina dewasa ini ), bahwa pasar
lokal dan perusahaan ukuran menengah akan berkembang guna melelngkapi
perusahaan besar di ibu kota. Sejauh ini hanya Malaysia dan Singapura yang
memiliki infastruktur, keahlian dan jalinan hubungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan kapitalis yang berlanjut. Hal ini memberikan Malaysia dan
Singapura keunggulan yang nyata dalam persaingan untuk menarik investasi
asing kendati biaya tenaga kerja lebih tinggi, sebuah pelajaran yang tidak
pernah dilupakan pembuat keputusan di Thailand dan Indonesia. Sejauh ini,
relatif
sedikit
kajian
yang
menelaah
aspek-aspek
ekonomi-politik
pembangunan kapitalisme yang sedang berlangsung di tingkat perusahaan
menengah dan kecil, tetapi ini jelas harus mendapat prioritas tinggi dalam
kajian ilmiah diperguruan tinggi. Hal yang menentukan keputusan startegis
para pembuat kebijaksanaan Asia tenggara akan semakin banyak berupa
interaksi antara kepentingan-kpentingan rumit – birokrasi, politik dan dunia
usaha, nasional dan wilayah asia tenggara, kepentingan – kepentingan itu ajkan
semakin banayak di ungkapkan melalaui hubungan jariangan patron-klise yang
hanya mencakup dua pihak. Munculnya kelompok-kelompok semacam itu dan
peranannya hanya baru-baru ini saja mulai menjadi fokus untuk bahan kajian,
meskipun minat untuk itu besar mengingat implikasinya bagi perubahaan
politik dan ekonomi.
Apakah industri akan berkembang subur atau tidak di Asia Tenggara
dapat kita pastikan bahwa kapitalisme akan terus membawa perubahan pada
wilayah ini. Kelompok-kelompok perusahaan dalam negeri dengan susunan
khusus, bidang usaha dan jalur hubungan sendiri dengan penguasa politik,
muncul dan dibentuk karena kelompok perusahaan itu terlibat dalam sistem
pasar dunia dan dari sistem pasar dunia ini perekonomian Asia Tenggara tidak
mungkin dapat, kecuali melalui revolusi, menarik diri seperti kita lihat,
keterlibatan ini telah berjalan sejak zaman (semi-) kolonialisme, jauh sebelum
kapitalisme dalam negeri yang cukup berarti mulai muncul, sehingga apa yang
kita saksikan bukanlah pemutusan hubungan dengan masa lalu tetapi ungkapan
hubungan-hubungan
yang
pemerintah
mempertahankan
untuk
sebelumnya
disembunyikan
tradisi
oleh
oleh
kebijakan
penyesuaian
sosial
”Pascatradisional”, dan oleh asumsi-asumsi para pengamat.
Marcos, Konco-konconya dan Kegagalan Pembangunan Filifina –
Gary Hawes, Marcos bukan hanya seorang politikus yang lihai, dia juga
seorang yang sangat pandai meyakinkan orang dan yang dilakukannya adalah
membujuk orang asing agar agar mau memberikan uang padanya. Marcos
berhasil meyakinkan para investor dan para bankir Internasional bahwa dia dan
para teknokratnya sedang berjuang sekuat tenaga untuk melaksanakan
kebijkasanaannya yang ditentang oleh kaum tuan tanah dan kepentingankepentingan pengusaha yang sedang mengalami kesilitan. Kesabaran dan
pengertian dan dana dalam jumlah besar dibutuhkan sebelum perjuangan itu
berhasil dimenangkan. Hubungan perlindungan politik dengan kesetiaan pada
pribadi yang telah lama menjadi ciri masyarakat Filifina pada masa
pemerintahan Marcos meningkat pesat hingga sangat luar biasa berlebihlebihan. Setelah Marcos jatuh kepincangan ini berakhir, tetapi tidak mengubah
struktur sosial dan tidak menyentuh berbagai masalah yang menimbulkan krisis
ekonomi dan Politik. Pemerintah penggantinya mewarisi landasan ekonomi
politik yang sama, tradisi sosial dan hubungan yang sama antara kekayaan dan
kekuasaan politik, para pengusaha Filipina bila ingin berhasil dibawah rezim
yang baru sudah pasti akan tetap harus pandai berpolitik dan ahli berwirausaha.
Politik dan Pertumbuhan Modal Lokal di Asia Tenggara : Industri
Mobil di Filifina dan Thailand – Richard Doner, Penjelasan segi politik bagi
perbedaan-perbedaan yang ada dalam perkemabngan modal lokal antara
Thailand dan Filipina, basis yang sempit pada pemerintahan Marcos, birokrasi
serta sistem keuangan yang dijadikan pion politik dan strategi pembangunanya
yang padat modal, memperbesar hambatan bagi sebagian besar perusahaan
lokal untuk turut serta dalam kegiatan ekonomi dan menghilangkan kendalakendala pasar bagi Delta. Sebaliknya, di Thailand, distribusi kekuasaan politik
dan ekonominya; lebih bersaing, birokrasi dan sistem keuangannya boleh
dikatakan netral dan penedekatanya pada perkembangan industri lebih
sederhana, semua ini membuka peluang dan dispilin yang lebih besar bagi
perusahaan-perusahaan lokal.
Dampak suku bangsa lebih baik disimak dalam kaitan dengan latar
belakang politik bersangkutan. Jaringan organisasi dan keuangan yang telah
berkembang dapat dijumpai dalam masyarakat Cina dikedua negara itu.
Sumbangan
mereka
pada
pertumbuhan
perusahaan-perusahaan
Thai
mencerminkan kekuatan politik perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di
Thailand, bukan kekuatan masyarakat Cina sendiri. Implikasi yang lebih luas
dari dua kasus adalah analis pada perusahaan mobil di Filipina sesuai kajian
Peter Evans mengenai rezim Marcos bahwa rezim itu dapat dikatakan sama
dengan “tradisi coundillo” (komandan) di Amerika Latin – Pemerintana tangan
besi oleh militer. Bagi Evans alternatif bagi gaya pembangunan seperti itu
adalah “Otoritisme birokrasi gatya Asi Timur “. Tidak diragukan lagi memang
bahwa sistem negara kuat di Korea Selatan dan Taiwan berhasil memperbesar
secara berati modal pribumi, tetapi mengingat asal usul yang khas dari negaranegara Industri Baru Asia, kemungkinan besar tidak banyak yang akan dapat
meniru politik pemerintahan Korea Selatan dan Taiwan.
Sistem Thailand yang digambarkan dalam kajian ini mewakili
sebuah alternatif pembangunan yang lain, suatu alternatif yang barangkali agak
lebih sesuai dengan keadaan setempat bagi negara-negara dengan struktur
pemerintahan yang belum tersusun dengan baik. Disini negara berperan
sebagai pelopor tetapi sama sekali tidak keras dan otonom. Negara mampu
mengambil prakasa dan ini dimungkinkan dalam dunia usaha lokal, sedangkan
pengaruhnya pada perekonomian lebih ditentukan oleh peranya dalam
perundingan-perundingan panjang dengan himpunan-himpunan perusahaan
sawasta, bukan karena keahlian memadu insentif dengan penggunaan
kekuasaan yang keras. Inilah yang dinamakan gaya koalisi pertumbuhan yang
berpijak pada inisiatif dari bawah. Karena itu gaya ini tidak terlalu efisien
dibandingkan dengan cara yang digunakan Korea Selatan dan Taiwan untuk
menghimpun modal lokal dan membangun infastruktur. Bahkan ada
kemungkinan bagi Thailand bahwa ketika industri di negeri itu udah semakin
berkembang, mungkin akan muncul tantangan-tantangan yang melampaui
kemampuan struktur politiknya untuk menghadapi. Tetapi sejauh ini,
hubungan-hubungan yang ada telah menyediakan lahan yang subur bagi tempat
awal perusahaan dalam negeri untuk berkembang.
Buku Kaum "Kapitalis Asia Tenggara : Patronase, Negara dan
rapuhnya Struktur Perusahaan yang di sunting oleh RUTH MC VEY ini
membahas asal usul dan peranan kelompok-kelompok perusahaan besar di Asia
Tenggara, untuk menjawab pertanyaan apakah benar perkembangan yang mulai
pesat dibidang industri disejumlah Negara Asia Tenggara hanya suatu khayalan
belaka, khayalan besar tanpa dasar – ersatz capitalism. Perkebangan kelompokkelompok perusahaan besar dalam negri di Asia Tenggara, khususnya yang
tumbuh ditahun 1970-an dan 1980-an memainkan peranan penting dalam
perubahan besar Asia tenggara menjadi kawasan kapitalisme. Buku ini baik
dan sangat perlu dibaca sebagai salah satu bahan referendi untuk memperluas
dan memperdalam wawasan untuk membantu memahami bagaimana
sebenarnya industri berkembang disejumlah negara Asia Tenggara termasuk
negeri mita tercinta Indonesia. Di dalam review ini mahasiswa diminta agar
supaya lebih memahami dan mengerti bagaimana keadaan negar-negara yang
ada di Asia Tenggara termasuk Indonesia sendiri. Agar menjadikan bahan
untuk bisa dikaji dan dpelajari lebih dalam lagi, guna menambah wawasan
yang dimiliki para Mahasiswa, terutama mahsiswa prodi Ilmu Sejarah.
Daftar Pustaka
Judul:
Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan rapuhnya Struktur
Perusahaan )
Penulis:
oleh RUTH MC VEY
Terbit:
2009,
Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan rapuhnya
Struktur Perusahaan )
Oleh :
Leonardo Haloho
1401505011
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
Review Buku : Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan
rapuhnya Struktur Perusahaan ) oleh: RUTH MC VEY
Dalam hal ini saya akan membahas tentang kawasan Asia Tenggara
adapun sebagian negar-negara akan di sebutkan di dalamnya tentang
perkembangan ekonomi dan sebaginya. Upaya pemerintah Indonesia
mendorong pembangunan (baca kapitalis) di pedesaan menciptakan kondisikondisi yang jauh lebih memungkinkan daripada dapat dibayangkan pada dua
puluh tahun yang lalu (atau di Filipina dewasa ini ), bahwa pasar lokal dan
perusahaan ukuran menengah akan berkembang guna melengkapi perusahaan
besar di ibu kota. Sejauh ini hanya Malaysia dan Singapura yang memiliki
infastruktur, keahlian
dan jalinan
hubungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan kapitalis yang berlanjut. Orang (pengusaha keturunan) Cina telah
menjadi pelopor dalam berbagai cabang industri pengolahan diseluruh Asia
tenggara, seperti mengolah pangan, membuat sabun, minyak goreng, korek api
dan rokok, serta biscuit. Memang benar semua kegiatan ini berukuran kecil
yang tidak menuntut dana besar dan cara mengelola seperti dituntut perusahanperusahaan besar masa kini.
Wujud Wira Usaha Asia Tenggara – Ruth McVey, Upaya pemerintah
Indonesia mendorong pembangunan kapitalis di pedesaan menciptakan
kondisi-kondisi yang jauh lebih meemungkinkan daripada dapat dibayangkan
pada dua puluh tahun yang lalu (atau di Filipina dewasa ini ), bahwa pasar
lokal dan perusahaan ukuran menengah akan berkembang guna melelngkapi
perusahaan besar di ibu kota. Sejauh ini hanya Malaysia dan Singapura yang
memiliki infastruktur, keahlian dan jalinan hubungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan kapitalis yang berlanjut. Hal ini memberikan Malaysia dan
Singapura keunggulan yang nyata dalam persaingan untuk menarik investasi
asing kendati biaya tenaga kerja lebih tinggi, sebuah pelajaran yang tidak
pernah dilupakan pembuat keputusan di Thailand dan Indonesia. Sejauh ini,
relatif
sedikit
kajian
yang
menelaah
aspek-aspek
ekonomi-politik
pembangunan kapitalisme yang sedang berlangsung di tingkat perusahaan
menengah dan kecil, tetapi ini jelas harus mendapat prioritas tinggi dalam
kajian ilmiah diperguruan tinggi. Hal yang menentukan keputusan startegis
para pembuat kebijaksanaan Asia tenggara akan semakin banyak berupa
interaksi antara kepentingan-kpentingan rumit – birokrasi, politik dan dunia
usaha, nasional dan wilayah asia tenggara, kepentingan – kepentingan itu ajkan
semakin banayak di ungkapkan melalaui hubungan jariangan patron-klise yang
hanya mencakup dua pihak. Munculnya kelompok-kelompok semacam itu dan
peranannya hanya baru-baru ini saja mulai menjadi fokus untuk bahan kajian,
meskipun minat untuk itu besar mengingat implikasinya bagi perubahaan
politik dan ekonomi.
Apakah industri akan berkembang subur atau tidak di Asia Tenggara
dapat kita pastikan bahwa kapitalisme akan terus membawa perubahan pada
wilayah ini. Kelompok-kelompok perusahaan dalam negeri dengan susunan
khusus, bidang usaha dan jalur hubungan sendiri dengan penguasa politik,
muncul dan dibentuk karena kelompok perusahaan itu terlibat dalam sistem
pasar dunia dan dari sistem pasar dunia ini perekonomian Asia Tenggara tidak
mungkin dapat, kecuali melalui revolusi, menarik diri seperti kita lihat,
keterlibatan ini telah berjalan sejak zaman (semi-) kolonialisme, jauh sebelum
kapitalisme dalam negeri yang cukup berarti mulai muncul, sehingga apa yang
kita saksikan bukanlah pemutusan hubungan dengan masa lalu tetapi ungkapan
hubungan-hubungan
yang
pemerintah
mempertahankan
untuk
sebelumnya
disembunyikan
tradisi
oleh
oleh
kebijakan
penyesuaian
sosial
”Pascatradisional”, dan oleh asumsi-asumsi para pengamat.
Marcos, Konco-konconya dan Kegagalan Pembangunan Filifina –
Gary Hawes, Marcos bukan hanya seorang politikus yang lihai, dia juga
seorang yang sangat pandai meyakinkan orang dan yang dilakukannya adalah
membujuk orang asing agar agar mau memberikan uang padanya. Marcos
berhasil meyakinkan para investor dan para bankir Internasional bahwa dia dan
para teknokratnya sedang berjuang sekuat tenaga untuk melaksanakan
kebijkasanaannya yang ditentang oleh kaum tuan tanah dan kepentingankepentingan pengusaha yang sedang mengalami kesilitan. Kesabaran dan
pengertian dan dana dalam jumlah besar dibutuhkan sebelum perjuangan itu
berhasil dimenangkan. Hubungan perlindungan politik dengan kesetiaan pada
pribadi yang telah lama menjadi ciri masyarakat Filifina pada masa
pemerintahan Marcos meningkat pesat hingga sangat luar biasa berlebihlebihan. Setelah Marcos jatuh kepincangan ini berakhir, tetapi tidak mengubah
struktur sosial dan tidak menyentuh berbagai masalah yang menimbulkan krisis
ekonomi dan Politik. Pemerintah penggantinya mewarisi landasan ekonomi
politik yang sama, tradisi sosial dan hubungan yang sama antara kekayaan dan
kekuasaan politik, para pengusaha Filipina bila ingin berhasil dibawah rezim
yang baru sudah pasti akan tetap harus pandai berpolitik dan ahli berwirausaha.
Politik dan Pertumbuhan Modal Lokal di Asia Tenggara : Industri
Mobil di Filifina dan Thailand – Richard Doner, Penjelasan segi politik bagi
perbedaan-perbedaan yang ada dalam perkemabngan modal lokal antara
Thailand dan Filipina, basis yang sempit pada pemerintahan Marcos, birokrasi
serta sistem keuangan yang dijadikan pion politik dan strategi pembangunanya
yang padat modal, memperbesar hambatan bagi sebagian besar perusahaan
lokal untuk turut serta dalam kegiatan ekonomi dan menghilangkan kendalakendala pasar bagi Delta. Sebaliknya, di Thailand, distribusi kekuasaan politik
dan ekonominya; lebih bersaing, birokrasi dan sistem keuangannya boleh
dikatakan netral dan penedekatanya pada perkembangan industri lebih
sederhana, semua ini membuka peluang dan dispilin yang lebih besar bagi
perusahaan-perusahaan lokal.
Dampak suku bangsa lebih baik disimak dalam kaitan dengan latar
belakang politik bersangkutan. Jaringan organisasi dan keuangan yang telah
berkembang dapat dijumpai dalam masyarakat Cina dikedua negara itu.
Sumbangan
mereka
pada
pertumbuhan
perusahaan-perusahaan
Thai
mencerminkan kekuatan politik perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di
Thailand, bukan kekuatan masyarakat Cina sendiri. Implikasi yang lebih luas
dari dua kasus adalah analis pada perusahaan mobil di Filipina sesuai kajian
Peter Evans mengenai rezim Marcos bahwa rezim itu dapat dikatakan sama
dengan “tradisi coundillo” (komandan) di Amerika Latin – Pemerintana tangan
besi oleh militer. Bagi Evans alternatif bagi gaya pembangunan seperti itu
adalah “Otoritisme birokrasi gatya Asi Timur “. Tidak diragukan lagi memang
bahwa sistem negara kuat di Korea Selatan dan Taiwan berhasil memperbesar
secara berati modal pribumi, tetapi mengingat asal usul yang khas dari negaranegara Industri Baru Asia, kemungkinan besar tidak banyak yang akan dapat
meniru politik pemerintahan Korea Selatan dan Taiwan.
Sistem Thailand yang digambarkan dalam kajian ini mewakili
sebuah alternatif pembangunan yang lain, suatu alternatif yang barangkali agak
lebih sesuai dengan keadaan setempat bagi negara-negara dengan struktur
pemerintahan yang belum tersusun dengan baik. Disini negara berperan
sebagai pelopor tetapi sama sekali tidak keras dan otonom. Negara mampu
mengambil prakasa dan ini dimungkinkan dalam dunia usaha lokal, sedangkan
pengaruhnya pada perekonomian lebih ditentukan oleh peranya dalam
perundingan-perundingan panjang dengan himpunan-himpunan perusahaan
sawasta, bukan karena keahlian memadu insentif dengan penggunaan
kekuasaan yang keras. Inilah yang dinamakan gaya koalisi pertumbuhan yang
berpijak pada inisiatif dari bawah. Karena itu gaya ini tidak terlalu efisien
dibandingkan dengan cara yang digunakan Korea Selatan dan Taiwan untuk
menghimpun modal lokal dan membangun infastruktur. Bahkan ada
kemungkinan bagi Thailand bahwa ketika industri di negeri itu udah semakin
berkembang, mungkin akan muncul tantangan-tantangan yang melampaui
kemampuan struktur politiknya untuk menghadapi. Tetapi sejauh ini,
hubungan-hubungan yang ada telah menyediakan lahan yang subur bagi tempat
awal perusahaan dalam negeri untuk berkembang.
Buku Kaum "Kapitalis Asia Tenggara : Patronase, Negara dan
rapuhnya Struktur Perusahaan yang di sunting oleh RUTH MC VEY ini
membahas asal usul dan peranan kelompok-kelompok perusahaan besar di Asia
Tenggara, untuk menjawab pertanyaan apakah benar perkembangan yang mulai
pesat dibidang industri disejumlah Negara Asia Tenggara hanya suatu khayalan
belaka, khayalan besar tanpa dasar – ersatz capitalism. Perkebangan kelompokkelompok perusahaan besar dalam negri di Asia Tenggara, khususnya yang
tumbuh ditahun 1970-an dan 1980-an memainkan peranan penting dalam
perubahan besar Asia tenggara menjadi kawasan kapitalisme. Buku ini baik
dan sangat perlu dibaca sebagai salah satu bahan referendi untuk memperluas
dan memperdalam wawasan untuk membantu memahami bagaimana
sebenarnya industri berkembang disejumlah negara Asia Tenggara termasuk
negeri mita tercinta Indonesia. Di dalam review ini mahasiswa diminta agar
supaya lebih memahami dan mengerti bagaimana keadaan negar-negara yang
ada di Asia Tenggara termasuk Indonesia sendiri. Agar menjadikan bahan
untuk bisa dikaji dan dpelajari lebih dalam lagi, guna menambah wawasan
yang dimiliki para Mahasiswa, terutama mahsiswa prodi Ilmu Sejarah.
Daftar Pustaka
Judul:
Kapitalis Asia Tenggara ( Patronase, Negara dan rapuhnya Struktur
Perusahaan )
Penulis:
oleh RUTH MC VEY
Terbit:
2009,