Pengaruh Perputaran Piutang Perputaran M

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN MODAL KERJA, DAN RASIO
UTANG TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rizal Achmad Maulana
Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang, perputaran modal
kerja dan rasio utang terhadap likuiditas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 yaitu sebanyak 39
perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14. Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara simultan perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh
terhadap likuiditas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini

dikarenakan ketiga variabel tersebut memiliki peran penting dalam menjaga tingkat likuiditas
perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perputaran piutang dan perputaran modal
kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap likuiditas, hal tersebut dikarenakan tingkat volume
penjualan yang menurun dan tingginya utang lancar yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
menyebabkan perputaran piutang dan perputaran modal kerja menjadi rendah. Sedangkan rasio
utang secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas, hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan
utang yang dimiliki oleh perusahaan dikarenakan adanya upaya pengembangan skala usaha.
Kata Kunci : Perputaran Piutang, Perputaran Modal Kerja, Rasio Utang, Likuiditas.
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of receivable turnover, working capital
turnover and debt ratio on liquidity in the mining company listed on the Indonesia Stock Exchange
either partially or simultaneously. This research is a quantitative research. The population in this
research are all mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period of the
year 2011, 2012, 2013 and 2014 as many as 39 companies. The sampling technique in this research
using purposive sampling technique, so that the sample obtained in this research as many as 14. The
method of data analysis in this research using multiple linear regression analysis. Results of this
research showed that simultaneous of receivables turnover, working capital turnover and debt ratios
affect the liquidity of the mining company listed on the Indonesia Stock Exchange, this is because
these three variables has an important role in maintaining the level of liquidity of the company. The
results also showed that the turnover of receivables and working capital turnover is partially no

effect on liquidity, it is because the level of sales volumes decreased and the high-current debt
owned by the company causing the turnover of receivables and working capital turnover is low.
While the debt ratio in partial effect on liquidity, it is due to the increase in debt held by the
company due to the scale of business development efforts.
Keywords : Receivables Turnover, Working Capital Turnover, Debt Ratio, Liquidity.
PENDAHULUAN

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Pertumbuhan perekonomian yang maju seperti saat ini mendorong timbulnya persaingan
usaha di bidang apapun termasuk halnya di bidang usaha yang sejenis seperti pertambangan. Setiap
perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan volume penjualan. Salah satu contohnya adalah
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk (PTBA) yang merupakan perusahaan pertambangan batubara,
mentargetkan pertumbuhan volume penjualan sebesar 24 juta ton atau sekitar 33% dari tahun
sebelumnya. Sedangkan volume penjualan tahun lalu adalah sebesar 17,96 juta ton (Yovanda,
2015).
Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor unggulan di Indonesia. Dalam upaya
perusahaan pertambangan mengembangkan skala usaha, perusahaan memerlukan kebutuhan dana

yang cukup besar. Kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan bisa dilakukan melalui
pasar modal dan melakukan pinjaman kepada kreditor yang akan menimbulkan utang. Namun jika
utang yang dimiliki oleh perusahaan dalam kondisi yang berlebihan maka akan menyebabkan
perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dikarenakan utang, maka perusahaan harus bijak dalam memutuskan kebijakan pendanaan dari
utang. Perusahaan juga harus mempertimbangkan ketersediaan aktiva yang digunakan untuk
membayar utang, sehingga tingkat likuiditas perusahaan tetap terjaga.
Likuiditas merupakan permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Perusahaan yang memiliki
tingkat likuiditas yang baik adalah perusahaan yang memiliki kekuatan membayar sehingga dapat
memenuhi kewajiban finansialnya, pengertian dari kekuatan membayar tersebut adalah perusahaan
menyediakan aktiva lancar yang cukup untuk membayar kewajiban lancarnya. Perusahaan yang
memiliki masalah likuiditas akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan kewajiban –
kewajiban lancarnya. Hambatan ini dikarenakan aktiva lancar yang disediakan oleh perusahaan
tidak mencukupi untuk membayar kewajiban – kewajiban lancarnya. Selain itu perusahaan juga
harus memiliki kebijakan yang baik dalam mengelola aktiva dan kewajibannya, sehingga
permasalahan likuiditas tidak terjadi pada perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap tingkat likuiditas perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014 ?
2. Apakah perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap tingkat likuiditas perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014 ?
KAJIAN PUSTAKA
Likuiditas
Likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu (Fahmi, 2013: 174). Masalah likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2013: 25). Likuiditas (liquidity) mengacu pada
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Subramanyam dan Wild,
2010: 241). Dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang – utang jangka pendeknya menggunakan aktiva lancarnya.
Dilihat dari sudut pandang pemegang saham, kurangnya likuiditas dapat meramalkan
hilangnya kendali pemilik atau kerugian investasi modal, sedangkan dari sudut pandang kreditor,
kurangnya likuiditas menyebabkan tertundanya pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau
bahkan tidak akan tertagih sama sekali. Selain pemegang saham dan kreditor, pelanggan dan
pemasok juga merasakan dampak dari masalah likuiditas perusahaan dan berakibat pada tidak


The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
terpenuhinya kontrak kerjasama yang terjalin (Subramanyam dan Wild, 2010: 241). Mengetahui
tingkat likuiditas suatu perusahaan sangatlah penting. Jika suatu perusahaan mengalami masalah
dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan memasuki masa kesulitan keuangan dan
jika tidak diatasi akan berujung pada kebangkrutan usaha (Fahmi, 2013: 157-158).

Perputaran Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat
adanya penjualan barang dagangan secara kredit (Munawir, 2010: 15). Penjualan kredit dapat
dilakukan secara keseluruhan volume penjualan atau hanya sebagian penjualan kredit dan sebagian
lagi dibayarkan secara tunai (Sunyoto, 2013: 92).
Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut (receivable turnover). Perputaran piutang (receivable turnover)
merupakan rasio yang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya yang diukur oleh
lamanya waktu piutang dagang ditagih selama tahun tersebut (Keown et al, 2011: 78). Semakin
tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanam dalam piutang semakin rendah dan ini
merupakan kondisi yang baik bagi perusahaan (Kasmir, 2014: 176). Selain itu makin tinggi

turnover-nya makin cepat perputarannya yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam
piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover-nya,
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil dalam piutang (Riyanto, 2013: 91).
Perputaran Modal Kerja
Modal kerja merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
likuiditas perusahaan yang banyak digunakan, modal kerja (working capital) adalah selisih aset
lancar setelah dikurangi kewajiban lancar (Subramanyam dan Wild, 2010: 241). Modal kerja
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka
waktu pendek (Kasmir, 2010: 210).
Efektivitas modal kerja diukur menggunakan rasio Perputaran Modal Kerja (working capital
turnover). Perputaran modal kerja merupakan rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal
kerja perusahaan selama periode tertentu, artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu
periode (Kasmir, 2010: 114). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan
penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh untuk setiap rupiah modal
kerja (Munawir, 2010: 80). Perputaran modal kerja rendah dapat diartikan perusahaan sedang
kelebihan modal kerja dikarenakan rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas
terlalu besar (Kasmir, 2014:182).
Rasio Utang
Utang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di
mana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor

(Munawir, 2010: 18). Penggunaan utang perusahaan tergantung pada keberhasilan pendapatan dan
ketersediaan aktiva yang bisa digunakan sebagai jaminan utang dan berapa seberapa besar resiko
yang diasumsikan oleh manajemen perusahaan (Keown et al, 2011: 83). Manajemen perusahaan
perlu dengan bijak melakukan kebijakan pendanaan melalui utang. Menurut Fahmi (2013: 127)
penggunaan utang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk
dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang
tinggi.
Tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan bisa diukur menggunakan rasio utang. Rasio
Utang menunjukkan berapa banyak utang yang digunakan untuk membiayai aset – aset perusahaan
(Keown et al, 2011: 83). Rasio utang (debt ratio) digunakan untuk mengukur perbandingan antara

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
total utang dengan total aktiva (Kasmir, 2014: 156). Apabila rasio tinggi artinya pendanaan melalui
utang juga semakin banyak, sehingga semakin sulit perusahaan untuk memperoleh tambahan dana
dari pinjaman karena dikhawatirkan tidak mampu untuk membayarnya (Kasmir, 2014:156).
Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah karena makin rendah makin besar perlindungan
terhadap kerugian kreditor, lain halnya jika dilihat dari sisi pemegang saham, mereka cenderung

menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar laba (Brigham dan Houston, 2010:
143).

Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Muharsyah (2013) tentang Pengaruh Tingkat
Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan pada Perusahaan
Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa
perputaran piutang memiliki pengaruh signifikan terhadap likuiditas. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Astuti dan Maelona (2014) yang berjudul pengaruh modal kerja dan perputaran piutang
terhadap likuiditas pada PT. Mayora Indah Tbk periode tahun 2001-2012, menunjukkan bahwa
perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.
Sugiono dan Christiawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Faktor yang
Mempengaruhi Likuiditas Pada Industri Ritel yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun
2007-2012 menunjukkan hasil bahwa perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Supriyadi dan Fazriani (2011) menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan pada PT. Antam, Tbk dan PT. Timah,
Tbk.
Penelitian yang dilakukan oleh Ezwita (2014) yang berjudul Pengaruh Perputaran Piutang,
Perputaran Persediaan, ROA dan Rasio Utang terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar
Dan Kimia Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013, hanya rasio utang saja yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap likuiditas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso,
Wibowo dan Besar (2012) tentang Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Likuiditas
Rumah Tangga di Indonesia, yang menguji variabel internal seperti pendapatan, aset rumah tangga,
dan rasio utang terhadap aset, menunjukkan hasil bahwa variabel – variabel tersebut berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas rumah tangga. Hal ini dikarenakan rumah tangga sangat menjaga aset
likuid mereka untuk motif transaksi dan berjaga-jaga.
HIPOTESIS PENELITIAN
H1 : Perputaran piutang berpengaruh signfikan secara parsial terhadap likuiditas.
H2 : Perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap likuiditas.
H3 : Rasio utang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap likuiditas.
H4 : Perputaran piutang, perputaran modal kerja, dan rasio utang berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap likuiditas.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 sebanyak 39 perusahaan.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh sampel
sebanyak 14 perusahaan pertambangan dengan data yang terkumpul selama periode tahun 2011,
2012, 2013 dan 2014 adalah sebanyak 56 data.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Jenis data dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sedangkan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode
yang digunakan untuk menelusuri data historis yaitu berupa catatan, surat, laporan dan sebagainya
(Bungin, 2005: 144). Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengunduh data laporan
keuangan Perusahaan Pertambangan di internet yaitu melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id, selama empat tahun berturut-turut yaitu periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan teknik statistik dengan
bantuan program IBM SPSS Statistics versi 22. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan Regresi Linier Berganda. Menurut Latan dan Temalagi (2013: 84) analisis regresi
linier berganda merupakan teknik analisis regresi yang dapat digunakan untuk menguji pengaruh
beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Adapun rumus regresi linier
berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Keterangan :

Y
= Likuiditas (CR)
α
= Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
X1
= Perputaran Piutang (RTO)
X2
= Perputaran Modal Kerja (WCTO)
X3
= Rasio Utang (DR)
ε
= Error/galat/variabel pengganggu
Data yang diolah harus memenuhi prasyarat analisis data terlebih dahulu. Prasyarat analisis
data adalah sesuatu yang dikenakan pada sekelompok data hasil penelitian untuk mengetahui layak
atau tidak layak data tersebut dianalisis menggunakan teknik statistik (Misbahudin dan Hasan,
2013: 277). Untuk menguji kelayakan data maka perlu digunakan uji asumsi klasik yaitu meliputi
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk melihat nilai minimum,
maximum, mean dan standart deviation. Adapun hasil dari uji statistik deskriptif adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Y
56
0.29
10.64
2.2293
1.67484
X1
56
1.13
39.70
7.3204
6.44701
X2
56
0.06
4.93
1.6888
0.99261
X3
56
7.00
300.00
50.1964
38.57574
Valid N (listwise)
56
Sumber : Data diolah.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2012: 160). Uji statistik yang
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test. Pada uji ini jika diperoleh nilai signifikansi > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal (Latan dan Temalagi, 2013: 57). Adapun hasil dari uji statistik
Kolmogorov-Smirnov test adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
56
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.000
Sumber : Data diolah.
Hasil uji pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2-Tailed) sebesar
0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dideteksi ada tidaknya data outlier. Menurut Ghozali
(2012: 41) data outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda
jauh dari observasi – observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Data outlier ini
harus dihapus dari pengamatan. Batasan kurva normal adalah memiliki nilai Z-score dengan
rentang -2.5 sampai dengan 2.5. Batasan nilai tersebut cenderung menghasilkan normalitas yang
lebih baik (Sufren dan Natanael, 2013: 51).
Hasil uji outlier menunjukkan terdapat tiga data yang dianggap outlier. Setelah data
tersebut dihapus dan tidak diikutsertakan dalam analisis lebih lanjut, maka data yang
sebelumnya berjumlah 56 data berkurang menjadi 53 data. Setelah data dihapus maka langkah
selanjutnya adalah melakukan transformasi data. Transformasi data dalam penelitian ini
menggunakan transformasi data akar kuadrat. Setelah transformasi dilakukan, maka dilakukan
pengujian kembali terhadap data penelitian. Adapun hasil dari uji normalitas adalah sebagai
berikut :
Tabel 3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
53
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.200
Sumber : data diolah
Hasil uji pada tabel 3 di atas menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.200 > 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data sudah terdistribusi normal dan telah memenuhi uji
asumsi klasik normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. . Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen (Ghozali, 2012: 105). Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Tolerance
VIF
Variabel

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
SQRT_X1
0.718
1.392
SQRT_X2
0.715
1.398
SQRT_X3
0.780
1.283
Sumber : data diolah.
Berdasarkan tabel 4 di atas, ketiga variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai
tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah kesalahan (error) pada data memiliki
varians yang sama atau tidak. Model regresi linier yang baik adalah tidak mengalami
heteroskedastisitas (Sufren dan Natanael, 2013: 110). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan uji statistik glejser. Jika nilai signifikansi dari semua variabel > 0.05 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Latan dan Temalagi, 2013: 66). Adapun
hasil uji statistik glejser adalah sebagai berikut :

Tabel 5
Hasil Uji Statistik Glejser
Model
Sig.
SQRT_X1
0.287
SQRT_X2
0.264
SQRT_X3
0.063
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 5 di atas, semua variabel independen memiliki nilai signifikansi > 0.05
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggunya pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (periode
sebelumnya), (Ghozali, 2012: 110). Adapun hasil uji autokorelasi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Keterangan
dU
DW
4-dU
Nilai statistik
1.636
2.271
2.364
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 6 di atas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2.271. Dengan taraf
signifikan 0.05 dan jumlah data sebesar 53 data maka didapat nilai dU pada tabel DurbinWatson 1.636. Dengan ketentuan dU < DW < 4-dU, maka nilai yang didapat adalah 1.636 <
2.271 < 2.364, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
Regresi Linier Berganda

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Setelah melakukan uji asumsi klasik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data layak untuk
dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Adapun hasil dari pengolahan regresi linier
berganda adalah sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
t
Sig.
1 (Constant)
2.785
0.211 13.187
0.000
SQRT_X1
0.029
0.047
0.606
0.547
SQRT_X2
-0.113
0.106 -1.064
0.293
SQRT_X3
-0.197
0.026 -7.473
0.000
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 7 di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Y’ = 2.785 + 0.029X1 – 0.113X2 – 0.197X3 + 0.211
HASIL UJI HIPOTESIS
1. Uji signifikansi t
Hasil uji signifikansi t dapat dilihat pada tabel 7 dan adapun penjelasan dari tabel tersebut
adalah sebagai berikut :

a. Uji Hipotesis 1
Nilai signifikansi untuk perputaran piutang (X1) sebesar 0.547 > 0.05 maka H0
diterima dan H1 ditolak, sehingga perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap likuiditas.
b. Uji Hipotesis 2
Nilai signifikansi untuk perputaran modal kerja (X2) sebesar 0.293 > 0.05 maka H0
diterima dan H2 ditolak, sehingga perputaran modal kerja tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap likuiditas.
c. Uji Hipotesis 3
Nilai signifikansi untuk rasio utang (X3) sebesar 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak dan
H3 diterima, sehingga rasio utang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
likuiditas.
2. Uji signifikansi F
Adapun hasil pengujian signifikansi F dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 8
Hasil Uji Signifikansi F
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
4.742
3
1.581
27.268
0.000
Residual
2.841
49
0.058
Total
7.583
52
Sumber : data diolah.

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar
0.000 < 0.05 maka H0 ditolak dan H4 diterima. Sehingga perputaran piutang, perputaran modal
kerja dan rasio utang berpengaruh signifikan secara simultan terhadap likuiditas.
3. Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase
sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen (Priyatno,
2009: 56). Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Adjusted R
Std. Error of the DurbinModel
R
R Square
Square
Estimate
Watson
1
0.791
0.625
0.602
0.24078
2.271
Sumber : data diolah.
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai dari Adjusted R Square adalah sebesar
0.602, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara serentak kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebesar 60.2%. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 39.8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain selain variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka dapat dijabarkan lebih lanjut
sebagai berikut :
1. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang secara parsial
tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
signifikansi t dengan hasil nilai signifikansi sebesar 0.547 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa jika perputaran piutang rendah atau tinggi tidak mempengaruhi tingkat likuiditas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Astuti (2013)
pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011, bahwa
perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian yang lain yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Ezwita (2014) yang meneliti pengaruh perputaran piutang,
perputaran persediaan, ROA dan rasio utang terhadap likuiditas pada perusahaan industri dasar
dan kimia yang listing di BEI periode tahun 2010-2013 juga menunjukkan bahwa variabel
perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas.
Berdasarkan data dari sampel perusahaan pertambangan yang diambil dalam penelitian ini
cenderung menunjukkan nilai perputaran piutang yang cenderung menurun pada mayoritas
perusahaan pertambangan selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Tingkat
perputaran piutang yang cenderung turun dikarenakan volume penjualan yang menurun. Hal
tersebut dikarenakan menurunnya permintaan pasar dunia terhadap barang hasil tambang dan
menurunnya harga komoditas barang tambang (Handoko, 2015). Selain itu, volume penjualan
yang menurun juga akibat dari penghentian ekspor barang mentah hasil tambang yang
dilakukan oleh pemerintah (www.esdm.go.id).
Menurut Keown et al (2011: 79) likuiditas merupakan kemampuan untuk membayar utang
jangka pendek dan kemampuan untuk mengubah piutang ke dalam bentuk kas dan hal tersebut
merupakan ukuran yang penting bagi manajer dan investor. Penjualan yang menurun
menyebabkan aktiva lancar tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Di sisi lain
cenderung ada peningkatan utang lancar yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan yang

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
ditunjukkan dengan rasio lancar yang cenderung menurun pada perusahaan pertambangan
selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Dengan demikian utang lancar yang
cenderung tinggi menyebabkan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas
perusahaan.
2. Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja secara
parsial tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
signifikansi t dengan hasil nilai signifikansi sebesar 0.293 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tinggi atau rendahnya perputaran modal kerja tidak mempengaruhi tingkat likuiditas
perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Julita (2010), bahwa
perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan pertambangan
batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ratna
(2013) tentang pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI menunjukkan hasil yang sama yakni perputaran modal kerja
tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.
Berdasarkan data sampel perusahaan pertambangan selama periode tahun 2011, 2012, 2013
dan 2014 menunjukkan bahwa perputaran modal kerja pada mayoritas perusahaan
pertambangan cenderung menurun selama periode pengamatan. Perputaran modal kerja yang
rendah dapat diartikan bahwa perusahaan sedang kelebihan modal kerja dikarenakan rendahnya
perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas terlalu besar (Kasmir, 2014: 182). Rendahnya
permintaan pasar dunia terhadap hasil tambang menyebabkan volume penjualan menurun dan
mengakibatkan persediaan yang dimiliki juga besar.
Peningkatan utang lancar pada perusahaan pertambangan selama periode pengamatan tidak
diiringi dengan peningkatan modal kerja secara signifikan. Menurut Kasmir (2010: 217) berapa
modal kerja yang dibutuhkan tidak sekedar pada jumlah rupiahnya tetapi juga pada
perimbangan masing – masing pos yang ada pada aktiva lancar. Penjualan yang menurun
menyebabkan persediaan berada dalam jumlah yang besar. Menurut Keown et al (2011: 79)
likuiditas perusahaan merupakan kemampuan membayar utang jangka pendek dan kemampuan
mengubah piutang dan persediaan ke dalam bentuk kas. Tingkat utang yang dimiliki oleh
perusahaan tidak diimbangi dengan adanya perimbangan pada pos yang ada dalam aktiva
lancar, karena penjualan yang menurun menyebabkan persediaan tidak bisa bisa segera
dikonversi menjadi kas. Dengan demikian menyebabkan perputaran modal kerja tidak
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan selama periode 2011, 2012, 2013
dan 2014.
3. Pengaruh Rasio Utang terhadap Likuiditas.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa rasio utang secara parsial
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
signifikansi t dengan hasil nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, dengan arah yang negatif.
Hal ini memiliki arti yaitu jika rasio utang tinggi maka akan menyebabkan tingkat likuiditas
menurun. Rasio utang yang tinggi disebabkan perusahaan lebih memilih untuk melakukan
pendanaan melalui utang. Manajemen perusahaan perlu dengan bijak melakukan kebijakan
pendanaan melalui utang. Karena penggunaan utang terlalu tinggi akan membahayakan
perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage yaitu perusahaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi (Fahmi, 2013: 127). Jika perusahaan bermaksud
menambah utang, maka perusahaan perlu menambah ekuitasnya, sehingga apabila perusahaan
dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki (Kasmir, 2010: 123).

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ezwita (2014),
bahwa rasio utang berpengaruh secara signifikan dengan arah yang negatif terhadap likuiditas
pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan
penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso, Wibowo dan Besar (2012) menunjukkan bahwa
rasio utang berpengaruh terhadap likuiditas rumah tangga di Indonesia. Hal ini dikarenakan
rumah tangga sangat menjaga aset likuid mereka untuk motif transaksi dan berjaga-jaga.
Berdasarkan data sampel perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa tingkat rasio
utang cenderung mengalami peningkatan selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Hal
tersebut menunjukkan bahwa total utang perusahaan juga mengalami peningkatan. Adanya
peningkatan utang pada perusahaan pertambangan digunakan untuk mengembangkan skala
usaha pertambangan di Indonesia, terutama untuk perusahaan pertambangan yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan setengah jadi (Handoko, 2015). Berdasarkan Undang-Undang
nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah akan
menghentikan semua ekspor bahan mentah mineral untuk selanjutnya dilakukan pemurnian di
dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dari produk tambang. Pengolahan dan
pemurnian bahan hasil tambang dilaksanakan paling lambat lima tahun sejak Undang-Undang
nomor 4 tahun 2009 diterbitkan atau mulai berlaku tanggal 12 Januari 2014. Jadi setiap
perusahaan pertambangan wajib membangun instalasi pemurnian bahan tambang atau smelter
(www.esdm.go.id). Instalasi pemurnian bahan tambang tersebut menggunakan batu bara
sebagai bahan bakunya sehingga diharapkan meningkatkan konsumsi batu bara dan akan
meningkatkan pendapatan perusahaan (Deny, 2013).
Adanya kebijakan tersebut akan meningkatkan nilai jual dari bahan hasil tambang,
sehingga diharapkan akan meningkatkan pendapatan dari perusahaan pertambangan. Potensi
tersebut akan menarik minat dari kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan –
perusahaan pertambangan guna pengembangan skala usahanya. Hal tersebut akan
meningkatkan utang perusahaan dan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Di sisi lain
kreditor merasa dana yang diberikan akan mampu dioptimalkan oleh perusahaan sehingga akan
memberikan keuntungan bagi kreditor berupa pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman yang tepat waktu. Dengan demikian rasio utang bisa berpengaruh terhadap tingkat
likuiditas dikarenakan tinggi atau rendahnya tingkat likuiditas pada perusahaan pertambangan
dipengaruhi oleh tingkat utang yang dimiliki serta kemampuan perusahaan dalam menyediakan
aset yang cukup guna membayar utang yang dimilikinya.

4. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Modal Kerja dan Rasio Utang secara Simultan
terhadap Likuiditas
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang, perputaran
modal kerja dan rasio utang secara simultan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifikansi F dengan hasil nilai signifikansi sebesar 0.000 <
0.05. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama mempengaruhi tingkat likuiditas
perusahaan, hal ini dikarenakan perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang
memiliki peranan dalam menjaga tingkat likuiditas perusahaan pertambangan.
Perputaran piutang merupakan kemampuan perusahaan dalam menagih piutang dan
mengkonversinya menjadi kas sehingga bisa digunakan untuk kegiatan operasi dan membayar
utang perusahaan. Perputaran modal kerja menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan, misalnya untuk aktivitas
operasi dan membayar utang yang dimilikinya. Sedangkan rasio utang menunjukkan komposisi
utang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan demikian ketiga variabel tersebut menunjukkan

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk aktivitas operasi perusahaan
sehingga perusahaan terhindar dari risiko kebangkrutan dan mampu menghasilkan keuntungan
yang maksimal bagi perusahaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio
utang terhadap likuiditas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas.
Perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan
disebabkan karena tingkat perputaran piutang yang rendah pada perusahaan pertambangan
selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
2. Perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas.
Perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan pertambangan
dikarenakan rendahnya perputaran modal kerja dalam perusahaan pertambangan selama periode
tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
3. Rasio utang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap likuiditas.
Rasio utang berpengaruh terhadap tingkat likuiditas dikarenakan adanya peningkatan utang
pada perusahaan pertambangan selama periode tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
4. Perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap likuiditas.
Perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap likuiditas perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dikarenakan ketiga
variabel tersebut memiliki peranan penting dalam menjaga likuiditas
perusahaan.
KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya
sebagai berikut :
1. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat tahun yaitu periode tahun
2011, 2012, 2013 dan 2014.
2. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan pertambangan
dengan jumlah sampel 14 perusahaan dari total perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebanyak 39 perusahaan.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perputaran piutang,
perputaran modal kerja dan rasio utang.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti dan Maelona. 2014. Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas
(Studi Kasus Pada Pt Mayora Indah Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2001 -2012), (online), (http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=232066, diunduh 19 Maret
2015)
Astuti,
Eka.
2013.
Pengaruh
Perputaran
Piutang
dan
Perputaran
Kas
terhadap Likuiditas. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis (online), Vol 1 No 1,
(http://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/JSAB/article/view/16, diunduh 09 April 2015).
Brigham dan Houston. 2010. Dasar –dasar Manajemen Keuangan – Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Deny, Septian. 2013. Wajib Bangun Smelter, Konsumsi Batu Bara Nasional Terdorong Naik,
(online), (http://bisnis.liputan6.com/read/680993/wajib-bangun-smelter-konsumsi-batu-baranasional-terdorong-naik, diunduh 09 Juli 2015).
Ezwita. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets Dan Rasio
Utang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2013, (online), (http://jurnal.umrah.ac.id/?p=2511, diunduh 01
Maret 2015).
Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Semarang :
Badan Penerbit UNDIP.
Handoko,
A.
2015.
Utang
Sektor
Tambang
Meningkat,
(online),
(http://print.kompas.com/baca/2015/02/20/UTANG-lUAR-NEGERIUtang-Sektor-TambangMeningkat, diunduh 03 Juli 2015)
Julita. 2010. Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Kas terhadap Likuiditas pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dosen Universitas
Sumatera
Utara,
(online),
vol
9,
no
2,
(http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/kumpulandosen/article/view/294/pdf_14, diunduh 08 April
2015).
Kementrian ESDM. 2013. Mulai 12 Januari 2014, Ekspor Bahan Mentah Mineral, Dilarang,
(online),
(http://www.esdm.go.id/berita/mineral/43-mineral/6614-mulai-12-januari-2014ekspor-bahan-mentah-mineral-dilarang-.html, diunduh 09 Juli 2015).
Keown, A.J et al. 2011. Manajemen Keuangan: Prinsip Dan Penerapan Jilid 1 Edisi 10. Jakarta :
PT. Indeks.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
______. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Latan dan Temalagi. 2013. Analisa Multivariate- Teknik dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Misbahudin dan Hasan. 2013. Analisis data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara.
Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Muharsyah. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap
Likuiditas Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, (online). (http://eprints.mdp.ac.id/710/, diunduh 25 Februari 2015).
Priyatno, Duwi. 2009. SPSS untuk analisis Korelasi, Regresi dan Multivariat. Yogyakarta: Gava
Media.
Ratna. 2013. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bei Tahun 2012. Jurnal Mahasiswa edisi Agustus, (online),
(http://www.stierajawali.ac.id/artikel_jurnal/pengaruhperputaranmodalkerjaterhadaplikuiditaspadaperusahaanmanufakturyangterdaftardibeitahun2012, diunduh 20 Juni 2015).
Riyanto, Bambang. 2013. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Santoso, Wibowo dan Besar. 2012. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Likuiditas
Rumah Tangga: Studi Empiris dengan Data Survei Neraca Rumah Tangga. Financial Stability
Review, No. 18, Maret 2012 (online). (http://www.bi.go.id/en/publikasi/perbankan-danstabilitas/kajian/Documents/, diunduh 17 Mei 2015)
Subramanyam dan Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sufren dan Natanael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Jakarta : Elex Media
Computindo.
Sugiono dan Christiawan. 2013. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Pada Industri Ritel
yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012. Jurnal Business and Accounting

The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi)
Program Studi Pendidikan Akuntansi – FPIPS
IKIP PGRI MADIUN
Madiun, 31 Agustus 2015
Review (online), Vol 1, No 2 (http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/akuntansibisnis/article/viewFile/1050/945, diunduh 23 Februari 2015).
Sunyoto. 2013. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis. Yogyakarta: CAPS.
Supriyadi dan Fazriani. 2011. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas (studi
kasus pada PT. Timah, Tbk dan PT. Antam, Tbk). Jurnal Ilmiah Ranggagading (online), Vol
11, No 1. (http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jir/article/view/229, diunduh 09 April
2015).
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 103 ayat 1.
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 170.
Yovanda, Yanuar. 2015. PTBA Incar Volume Penjualan Tumbuh 33%, (online),
(http://ekbis.sindonews.com/read/983020/32/ptba-incar-volume-penjualan-tumbuh-331427697399, diunduh 09 April 2015).