Gambaran Karakteristik Tuberkulosis Paru pada Pasien Rawat Inap Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014
17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (2010), Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). Pada
saat ini, terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus di seluruh dunia. Dalam
studi epidemiologi International Diabetes Federation (IDF), 1 di antara 2 orang
penduduk tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Setiap 7 detik, 1
orang meninggal akibat diabetes. Tahun 2014, jumlah pasien diabetes di dunia
sekitar 387 juta dan diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penderita diabetes
meningkat sekitar 592 juta penduduk dunia (IDF, 2014).
Berdasarkan data IDF, penderita diabetes di Indonesia berjumlah 8,5 juta
penduduk dan menempati peringkat ketujuh di dunia setelah negara China, India,
Amerika, Brazil, Russia, Mexico, Jerman, Mesir, dan Jepang. Dan diperkirakan
tahun 2035, Indonesia menempati posisi keenam di dunia dengan jumlah 14,1 juta
penduduk mengalami penyakit diabetes dengan rentang usia 20-79 tahun (IDF,
2013).
Berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan WHO menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di
berbagai penjuru dunia. Dalam kurun waktu 30 tahun, terjadi peningkatan kasus
diabetes sekitar 12,9 juta penduduk Indonesia.WHO memprediksi kenaikan
jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta
pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003,
diperkirakan 133 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
mengalami diabetes dan pada tahun 2030 jumlah penduduk usia di atas 20 tahun
yang mengalami diabetes sebesar 194 juta penduduk (Perkeni, 2011).
Tuberkulosis (TB) juga merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia ini selain Diabetes Melitus. Indonesia masuk ke
dalam 22 negara high burden countries dari regional South East Asia yang
Universitas Sumatera Utara
18
memiliki risiko tinggi untuk mengalami penyakit infeksi, penyakit metabolik,
ataupun keduanya. TB adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Jumlah
penderita Tuberkulosis Paru di Indonesia 410.000-520.000 penduduk dan
menduduki peringkat kelima negara yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak
setelah India, Cina, Nigeria, dan Pakistan. Pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta
kasus tuberkulosis terjadi di seluruh dunia (126 kasus per 100.000 penduduk),
jumlah estimasi kejadian kasus tuberkulosis terjadi di Asia (56%), Afrika (29%),
Eastern Mediterranian (8%), Eropa (4%), dan Amerika (3%) (WHO, 2014). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 didapati prevalensi nasional untuk
TB adalah 400 per 100.000, DM adalah 700 per 100.000, dan DM beserta TB
adalah 150 per 100.000 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).
Hubungan diabetes dengan Tuberkulosis Paru sering menjadi topik
pembahasan di banyak forum. Dalam
studi meta analysis di Amerika
menunjukkan bahwa DM meningkatkan risiko TB dan dalam studi cohort di
Korea Selatan, India, dan Taiwan menunjukkan bahwa orang yang menderita DM
memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami Tuberkulosis Paru (Jeon &
Murray, 2008).
Konsentrasi glukosa yang sangat tinggi berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi sitokin oleh makrofag dan dapat meningkatkan kemampuan
reproduksi mikroorganisme yang masuk ke tubuh.Tetapi, kondisi hiperglikemia
yang tidak terkontrol saja belum dapat sepenuhnya menjelaskan peningkatan
kerentanan Diabetes Melitus untuk mengalami Tuberkulosis Paru (Lachmandas
et al., 2015).
Diabetes Melitus merupakan salah satu faktor risiko tersering pada pasien
Tuberkulosis Paru. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring
dengan peningkatan prevalensi pasien DM. Patofisiologi yang terjadi pada pasien
DM turut mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana pada pasien DM
terjadi defek pada fungsi sel-sel imun. Manifestasi klinis TB paru yang terjadi
tidak berbeda bermakna pada pasien DM dengan yang tidak DM, hanya saja
gejala klinik yang timbul pada pasien DM dapat lebih banyak. Prinsip pengobatan
Universitas Sumatera Utara
19
TB paru pada pasien DM serupa dengan yang tidak DM. Namun, perlu
diperhatikan adanya interaksi dan efek samping obat antara obat antituberkulosis
dan obat oral untuk DM, misalnya antara rifampisin dengan obat golongan
sulfonilurea (Cahyadi & Venty, 2011).
RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan
merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan
sekitarnya. Dari hasil survei pendahuluan, terjadi peningkatan jumlah penderita
DM dan DM dengan komplikasi setiap tahunnya. Oleh sebab itu, peneliti ingin
melihat angka kejadian Tuberkulosis Paru pada pasien DM tipe 2 di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran karakteristik pasien Tuberkulosis Paru pada pasien
rawat inap Diabetes Melitus tipe 2 inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun
2014?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran karakteristik pasien Tuberkulosis Paru pada
pasien rawat inap Diabetes Melitus tipe 2 inap di RSUP Haji Adam Malik Medan
tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapaun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui prevalensi penyakit Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP
Haji Adam Malik Medan tahun 2014.
b.
Untuk mengetahui prevalensi penyakit Tuberkulosis Paru pada pasien
Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.
c.
Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, lama rawatan, kadar
HbA1c, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan mikrobiologi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2 dengan Tuberkulosis Paru.
Universitas Sumatera Utara
20
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
a.
Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti mengenai
penyakit diabetes, Tuberkulosis Paru, dan hubungan penyakit diabetes dengan
Tuberkulosis Paru.
b.
Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan perhatian tenaga kesehatan
khususnya dokter akan kemungkinan terjadinya komplikasi Tuberkulosis Paru
pada pasien diabetes dan meningkatkan upaya pencegahan komplikasi
Tuberkulosis Paru pada pasien diabetes.
c.
Pihak Rumah Sakit
Sebagai informasi dan bukti medis prevalensi Tuberkulosis Paru pada
pasien diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Angka
prevalensi dan informasi dari penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
dalam penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (2010), Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). Pada
saat ini, terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus di seluruh dunia. Dalam
studi epidemiologi International Diabetes Federation (IDF), 1 di antara 2 orang
penduduk tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Setiap 7 detik, 1
orang meninggal akibat diabetes. Tahun 2014, jumlah pasien diabetes di dunia
sekitar 387 juta dan diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penderita diabetes
meningkat sekitar 592 juta penduduk dunia (IDF, 2014).
Berdasarkan data IDF, penderita diabetes di Indonesia berjumlah 8,5 juta
penduduk dan menempati peringkat ketujuh di dunia setelah negara China, India,
Amerika, Brazil, Russia, Mexico, Jerman, Mesir, dan Jepang. Dan diperkirakan
tahun 2035, Indonesia menempati posisi keenam di dunia dengan jumlah 14,1 juta
penduduk mengalami penyakit diabetes dengan rentang usia 20-79 tahun (IDF,
2013).
Berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan WHO menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di
berbagai penjuru dunia. Dalam kurun waktu 30 tahun, terjadi peningkatan kasus
diabetes sekitar 12,9 juta penduduk Indonesia.WHO memprediksi kenaikan
jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta
pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003,
diperkirakan 133 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
mengalami diabetes dan pada tahun 2030 jumlah penduduk usia di atas 20 tahun
yang mengalami diabetes sebesar 194 juta penduduk (Perkeni, 2011).
Tuberkulosis (TB) juga merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia ini selain Diabetes Melitus. Indonesia masuk ke
dalam 22 negara high burden countries dari regional South East Asia yang
Universitas Sumatera Utara
18
memiliki risiko tinggi untuk mengalami penyakit infeksi, penyakit metabolik,
ataupun keduanya. TB adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Jumlah
penderita Tuberkulosis Paru di Indonesia 410.000-520.000 penduduk dan
menduduki peringkat kelima negara yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak
setelah India, Cina, Nigeria, dan Pakistan. Pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta
kasus tuberkulosis terjadi di seluruh dunia (126 kasus per 100.000 penduduk),
jumlah estimasi kejadian kasus tuberkulosis terjadi di Asia (56%), Afrika (29%),
Eastern Mediterranian (8%), Eropa (4%), dan Amerika (3%) (WHO, 2014). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 didapati prevalensi nasional untuk
TB adalah 400 per 100.000, DM adalah 700 per 100.000, dan DM beserta TB
adalah 150 per 100.000 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).
Hubungan diabetes dengan Tuberkulosis Paru sering menjadi topik
pembahasan di banyak forum. Dalam
studi meta analysis di Amerika
menunjukkan bahwa DM meningkatkan risiko TB dan dalam studi cohort di
Korea Selatan, India, dan Taiwan menunjukkan bahwa orang yang menderita DM
memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami Tuberkulosis Paru (Jeon &
Murray, 2008).
Konsentrasi glukosa yang sangat tinggi berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi sitokin oleh makrofag dan dapat meningkatkan kemampuan
reproduksi mikroorganisme yang masuk ke tubuh.Tetapi, kondisi hiperglikemia
yang tidak terkontrol saja belum dapat sepenuhnya menjelaskan peningkatan
kerentanan Diabetes Melitus untuk mengalami Tuberkulosis Paru (Lachmandas
et al., 2015).
Diabetes Melitus merupakan salah satu faktor risiko tersering pada pasien
Tuberkulosis Paru. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring
dengan peningkatan prevalensi pasien DM. Patofisiologi yang terjadi pada pasien
DM turut mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana pada pasien DM
terjadi defek pada fungsi sel-sel imun. Manifestasi klinis TB paru yang terjadi
tidak berbeda bermakna pada pasien DM dengan yang tidak DM, hanya saja
gejala klinik yang timbul pada pasien DM dapat lebih banyak. Prinsip pengobatan
Universitas Sumatera Utara
19
TB paru pada pasien DM serupa dengan yang tidak DM. Namun, perlu
diperhatikan adanya interaksi dan efek samping obat antara obat antituberkulosis
dan obat oral untuk DM, misalnya antara rifampisin dengan obat golongan
sulfonilurea (Cahyadi & Venty, 2011).
RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan
merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan
sekitarnya. Dari hasil survei pendahuluan, terjadi peningkatan jumlah penderita
DM dan DM dengan komplikasi setiap tahunnya. Oleh sebab itu, peneliti ingin
melihat angka kejadian Tuberkulosis Paru pada pasien DM tipe 2 di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran karakteristik pasien Tuberkulosis Paru pada pasien
rawat inap Diabetes Melitus tipe 2 inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun
2014?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran karakteristik pasien Tuberkulosis Paru pada
pasien rawat inap Diabetes Melitus tipe 2 inap di RSUP Haji Adam Malik Medan
tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapaun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui prevalensi penyakit Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP
Haji Adam Malik Medan tahun 2014.
b.
Untuk mengetahui prevalensi penyakit Tuberkulosis Paru pada pasien
Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.
c.
Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, lama rawatan, kadar
HbA1c, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan mikrobiologi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2 dengan Tuberkulosis Paru.
Universitas Sumatera Utara
20
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
a.
Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti mengenai
penyakit diabetes, Tuberkulosis Paru, dan hubungan penyakit diabetes dengan
Tuberkulosis Paru.
b.
Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan perhatian tenaga kesehatan
khususnya dokter akan kemungkinan terjadinya komplikasi Tuberkulosis Paru
pada pasien diabetes dan meningkatkan upaya pencegahan komplikasi
Tuberkulosis Paru pada pasien diabetes.
c.
Pihak Rumah Sakit
Sebagai informasi dan bukti medis prevalensi Tuberkulosis Paru pada
pasien diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Angka
prevalensi dan informasi dari penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
dalam penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara