Pengaruh Karakteristik Individu dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus (Usaha Catering Han’s Catering Medan)

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Wirausaha
Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang yang
berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan
berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti. Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau
berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari,
memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan
keuntungan (Kasmir, 2006 : 16).
Machfoedz (2005:9) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah
pribadi yangmandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih
menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi
tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai
permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif.
Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang
yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu
yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut

tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis,
kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai

11
Universitas Sumatera Utara

kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam
menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan
proyek dengan baik (Ranto, 2007: 21).
Secara sederhana wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai
usaha, tanpa diliputi rasa takut cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti
(Kasmir, 2009:16).
2.2. Pengertian Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda-beda pada
diri masing-masing. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksudka dalam undang-undang ini. Usaha kecil menurut surat edaran Bank
Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil (KUK)
adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini
meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset
yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta.

12
Universitas Sumatera Utara

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri
kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan
jumlah pekerjanya, yaitu:
1. industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang;
2. industri kecil dengan pekerja 5-19 orang;
3. industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;
4. industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi

kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini
meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil
informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang
asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha
kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang
telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya
(Anoraga, 2002:45).
2.3. Pengertian Karakteristik Individu
Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda
antara yang satu dengan yang lainnya. Di mana dapat dijelaskan oleh beberapa

13
Universitas Sumatera Utara

pendapat dari berbagai ahli sebagai berikut: Rivai (2006:67) menyatakan bahwa
karakteristik individu adalah ciri-ciri khusus, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
Menurut Maslow dalam Gibson et.al. (2000:132), menggambarkan

karakteristik individu yang didefinisikan sebagai orang yang beraktualisasi diri
mengenai:
1. Kemampuan mempersepsi orang dan kejadian-kejadian dengan akurat.
2. Kemampuan melepaskan diri sendiri dari kekalutan kehidupan.
3. Orientasi masalah tugas.
4. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan pribadi dari pengembangan
pribadi dalam melakukan suatu hal yang berharga.
5. Kapasitas untuk mencintai dan mengalami kehidupan dengan cara
yang sangat mendalam.
6. Ketertarikan pada tujuan apa yang mereka sedang kerjakan.
7. Kreativitas yang tinggi dalam bekerja.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa setiap karyawan sebagai individu
memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini menggambarkan bahwa
karakteristik individu tidak akan sama antara seorang karyawan dengan karyawan
yang lainnya.
2.3.1. Kemampuan
Menurut Robbins (2008:57), ada dua jenis kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang, yaitu:
1. Kemampuan Intelektual


14
Universitas Sumatera Utara

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan atau menjalankan kegiatan mental. Ada 7 (tujuh) dimensi yang
membentuk kemampuan intelektual, yakni:
a. Kecerdasan numerik adalah kemampuan berhitung dengan cepat dan

tepat.
b. Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau

didengar.
c. Kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenal kemiripan dan

perbedaan visual dengan cepat dan tepat.
d. Penalaran induktif adalah kemampuan mengenal suatu urutan logis

dalam satu masalah dan pemecahannya.
e. Penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai


implikasi dari suatu argumen.
f. Visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu

obyek akan tampak seandainya posisi dalam ruang diubah.
g.

Ingatan adalah berupa kemampuan menahan dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu.

2. Kemampuan Fisik.
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
yang menuntut daya stamina, kecekatan, dan ketrampilan. Kalau
kemampuan intelektual berperan besar dalam pekerjaan yang rumit,
kemampuan fisik hanya mengandalkan kapabilitas fisik.

15
Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Sikap
Menurut Robbins (2008:92), Sikap atau attitude adalah pernyataan

evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,
individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang
tentang sesuatu.
Menurut Robbins (2008:93), ada 3 (tiga) komponen utama dari sikap,
yaitu:
1. Komponen Kognitif
Segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan
untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
2.

Komponen Afektif
Segmen emosional atau perasaan dari sikap.

3. Komponen Perilaku
Niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau
sesuatu.
Menurut Robbins (2008:99), ada 2 (dua) faktor pendukung sikap kerja
yang utama,yaitu:
1. Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja atau job satisfaction dapat didefinisikan sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil
dari sebuah evaluasi karakteristiknya.

16
Universitas Sumatera Utara

2. Keterlibatan Pekerjaan

Keterlibatan pekerjaan atau job involvement mengukur tingkat sampai
mana individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan
menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk
penghargaan diri.
2.4. Pengertian Lingkungan Kerja
Menurut Forehand dan Gilmer dalam Agustini (2006:8) lingkungan kerja
adalah suatu set ciri-ciri yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi
lainnya dalam jangka waktu panjang dan mempengaruhi tingkah laku manusia dalam
organisasi tersebut”.
Cikmat dalam Nawawi (2003:292) menyatakan bahwa “lingkungan kerja
adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi

bersama dari para anggota organisasi yang hidup dan bekerjasama dalam suatu
organisasi”.
Sedangkan Lussier dalam Nawawi (2003: 293) mengartikan bahwa
“lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus
menerus yang dirasakan oleh anggotanya”. Sementara itu, menurut Steers dalam
Agustini (2006: 8) berpendapat bahwa “lingkungan kerja merupakan ciri-ciri dalam
organisasi yang mempengaruhi tingkah laku pekerja”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kerja adalah suatu tempat di mana anggota organisasi melaksanakan pekerjaannya
dan merupakan suatu kondisi kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan sifat dan
persepsi subjektif bersama dari anggotanya yang hidup dan bekerja secara bersama

17
Universitas Sumatera Utara

yang berlangsung secara terus menerus serta menghasilkan tindakan berkesan dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya.
2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Menurut Nawawi (2003: 226) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan
kerja adalah sebagai berikut:

“Lingkungan kerja dapat berbentuk kondisi fisik (kondisi kerja) dan non fisik
(iklim kerja). Kondisi fisik (kondisi kerja)adalah kemampuan mengatur dan
memelihara ruang kerja agar selalu rapi, sehat dan bersih sehingga menjadi tempat
kerja yang menyenangkan dan membetahkan. Sedangkan kondisi kerja non fisik
(iklim kerja) berkenaan dengan suatu keadaan yang terbentuk berdasarkan hubungan
kerja antara atasan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan yang dirasakan
menyenangkan.”

Adapun penjelasan mengenai pendapat Nawawi tersebut di atas yaitu:
a. Kondisi fisik (kondisi kerja) merupakan keadaan kerja dalam perusahaan
yang meliputi penerangan tempat kerja, penggunaan warna, pengaturan
suhu udara, kebersihan, dan ruang gerak.
b. Kondisi non fisik (iklim kerja) sebagai hasil persepsi karyawan terhadap
lingkungan kerja tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat dirasakan
oleh karyawan tersebut. Iklim kerja dapat dibentuk oleh para pemimpin
yang berarti pimpinan tersebut harus mempunyai kemampuan dalam
membentuk iklim kerja tersebut.

18
Universitas Sumatera Utara


2.5 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Rivai (2005: 309) bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai denganperanannya dalam perusahaan. Sedangkan menurut Sedarmayanti
(2007 : 260) kinerja merupakan hasil kerja seseorang pekerja, sebuah proses
manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan yang hasil kerja tersebut
harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan). Secara umum kinerja karyawan adalah
hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan
dari sejumlah upaya yang dilakukannya pada pekerjaannya sesuai dengan
perannya dalam organisasi.
Menurut Davis (dalam Anwar, 2005 :13) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu :
1. Faktor kemampuan secara psikologis, yang terdiri atas kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realitas yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari sehingga akan lebih
mudah mencapai kinerja yang maksimal.
2. Faktor motivasi yang berkaitan dengan situasi kerja di lingkungan kerja
yang mencakup hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
2.5.1.Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Sutrisno (2013:152) mengemukakan bahwa untuk mengukur perilaku atau
sejauh mana individu berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

19
Universitas Sumatera Utara

organisasi atau institusi, yaitu prestasi kerja pada umumnya dikaitkan dengan
pencapaian hasil dari standar kerja yang telah ditetapkan. Pengukuran prestasi
kerja atau kinerja diarahkan pada enam aspek yang merupakan bidang prestasi
kunci bagi perusahaan, yaitu:
1. Hasil kerja, merupakan tingkat kuantitas maupun kualitas kerja yang telah
dihasilkan dan sejauh mana pengawasan dilakukan.
2. Pengetahuan pekerjaan, merupakan tingkat pengetahuan dan penguasaan
yang terkait dengan tugas pekerjaan.
3. Inisiatif, merupakan tingkat inisiatif atau kesediaan melaksanakan tugas
pekerjaan dan penanganan masalah-masalah yang timbul.
4. Kecekatan mental, merupakan ingkat kemampuan dan kecepatan dalam
menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan metode kerja.
5. Sikap, meliputi tingkat semangat kerja dan sikap positif dalam
melaksanakan tugas pekerjaan.
6. Disiplin waktu dan absensi adalah ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.
Sutrisno (2013:151) mengungkapkan bahwa faktor-faktor lingkungan juga
mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja karyawan. Adapun faktor-faktor
lingkungan yang memengaruhi prestasi kerja atau kinerja karyawan adalah:
Kondisi Fisik, Peralatan, Waktu, Material, Pendidikan, Supervisi, Desain
organisasi, Pelatihan, Keberuntungan

20
Universitas Sumatera Utara

2.6 Penelitian Terdahulu

No

Peneliti

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian

1

Astri Nadia (2015)
(www.repository
usu.ac.id)

Pengaruh
Karakteristik Individu
dan
Lingkungan
Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan
Pada PT. Perkebunan
Nusantara III Kantor
Pusat, Medan

2

Sumantri F Manurung
(2015)
(www.repository
usu.ac.id)

Analisis
Pengaruh
Lingkungan
Kerja
terhadap
Kinerja
Karyawan
Pada
Keude Kupie Ulee
Kareng Medan

Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh
Karakteristik
Individu
Dan
Lingkungan
Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan
Divisi
Sumber
Daya
Manusia Pada PT.
Perkebunan
Nusantara III Medan.
Hasl penelitian ini
menunjukkan bahwa
karakteristik individu
dan lingkungan kerja
mempunyai
hubungan yang erat.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh lingkungan
kerja terhadap kinerja
karyawan
pada
Keude Kupie Ulee
Kareng.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
secara simultan nilai
lingkungan kerja fisik
lingkungan kerja non
fisik
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
kinerja
karyawan
Keude
Kupie Ulee Kareng
Medan.

21
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan tabel 2.1
3. Boyke Piay (2011)
(www.repository
usu.ac.id)

Analisis
Pengaruh
Lingkungan
Kerja
dan
Karakteristik
Individu
terhadap
Keberhasilan Usaha
Baru (Studi Kasus
Pada Usaha Sup
Kambing
Khasmir
Ringroad Medan

4

Iskandar Mulia Nasution
(2015)
(www.repository
usu.ac.id)

Pengaruh
Motivasi
Kerja
Dan
Lingkungan
Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan Pada PT.
Kawasan
Industri
Medan (Persero)

5

Dewi Sartika Nababan
(2008)
(www.repository
usu.ac.id)

Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
pelanggan melakukan
pemesan
pada
catering
“Cinta
Kasih” medan

lingkungan kerja dan
karakteristik individu
berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap keberhasilan
usaha baru pada
usaha Sup Kambing
Khasmir
Ringroad
Medan. Yang paling
berpengaruh terhadap
keberhasilan
usaha
ini adalah variabel
karakteristik individu.
Motovasi
dan
lingkungan
kerja
berpengaruh terhadap
kinerja
karyawan
Kawasan
Industri
Medan.
motivasi
kerja yang tinggi dan
lingkungan
kerja
yang
baik
dapat
meningkatkan kinerja
karyawan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelanggan melakukan
pemesanan catering
“Cinta kasih” ini
adalah
faktor
kualitas, harga dan
pelayanan
yang
berpengaruh terhadap
pemesanan. Dari ke
tiga faktor ini yang
berpengaruh terhadap
pemesanan
adalah
faktor kualitas paling
dominan.

22
Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang
diteliti. Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2005:49).
Menurut Lussier dalam Nawawi (2003:293) lingkungan kerja adalah kualitas
internal organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang dirasakan oleh
anggotanya. Lingkungan kerja dapat berbentuk kondisi fisik (kondisi kerja) dan non
fisik (iklim kerja). Kondisi fisik (kondisi kerja) adalah kemampuan mengatur dan
memelihara ruang kerja agar selalu rapi, sehat dan bersih sehingga menjadi tempat
kerja yang menyenangkan dan membetahkan. Sedangkan kondisi kerja non fisik
(iklim kerja) berkenaan dengan suatu keadaan yang terbentuk berdasarkan hubungan
kerja antara atasan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan yang dirasakan
menyenangkan.
Menurut Robbins (2008), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mudah
didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi
yang tersedia dari seorang karyawan dapat mengemukakan karakteristi individu.
Lebih lanjut Robbins (2008), mengemukakan bahwa variabel ditingkat individu
meliputi karakteristik biografis, kemampuan dan kepribadian. Karakteristik
kemampuan meliputi kemampuan intelektual dan fisik, sedangkan karakteristik
pribadi meliputi sikap seorang karyawan.

23
Universitas Sumatera Utara

Setiap karyawan sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda.
Perbedaan ini menggambarkan bahwa karakteristik individu tidak sama antara
seorang karyawan dengan karyawan yang lainnya. Keunikan karakterisitik
membantu memberi masukan, kontribusi dan solusi yang berbeda terhadap
pencapaian suatu tujuan usaha yaitu mencapai suatu keberhasilan usaha.
Kinerja merupakan hasil kerja seseorang pekerja, sebuah proses
manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut
harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan). Karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan dapat di evaluasi tingkat kinerja, maka kinerja karyawan harus dapat
ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang ditentukan oleh
perusahaan atau organisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik
maupun non fisik yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan
karakteristik individu tiap karyawan yang memiliki keunikan tersendiri yang
dihubungkan melalui kemampuan dan kepribadian masing-masing karyawan yang
berbeda dan relevan dengan deskripsi pekerjaan karyawan yang berbeda pula
dapat membantu memberikan kontribusi besar dalam kinerja karyawan.
Kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut :

24
Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Individu
(X1)
Keberhasilan Usaha
(Y)
Lingkungan Kerja
(X2)
Gambar 2.7. Kerangka Konseptual
Sumber : Nawawi (2003), Robbins (2008) dan Sedarmayanti (2009) diolah

2.8. Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan sehubungan dengan permasalahan di atas
adalah:

1. Karakteristik individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan studi kasus (Usaha Catering “Han’s Catering
Medan)?
2. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan studi kasus (Usaha Catering “Han’s Catering
Medan)?
3. Karakteristik individu dan lingkungan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karayawan studi kasus (Usaha
Catering “Han’s Catering Medan)?

25
Universitas Sumatera Utara