T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kemandirian Belajar Berdasar Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas XI SMA Virgo Fidelis Bawen T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kemandirian Belajar
2.1.1. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat
penting bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas
dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu
menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung pada
orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
Dhesiana (2009), berpendapat bahwa kemandirian belajar adalah sifat, sikap
dan kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara
sendirian maupun di bantu oleh orang lain atau berdasar motivasinya sendiri untuk
berusaha menguasai kempetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dijumpai.
Menurut Schunk dan Zimmerman (dalam Sumarmo, 2004) mendefinisikan
kemandirian belajar sebagai self regulated learning (SRL) yaitu sebagai proses belajar
yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, sratategi, dan perilaku sendiri
yang berorientasi pada pencapaian tujuan belajar yakni merancang belajar, memantau
kemajuan belajar selama menerapkan rancangan dan mengevaluasi hasil belajarnya
secara lengkap.

Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah dorongan dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas belajar dengan penuh keyakinan dan percaya
diri akan kemampuanya dalam menuntaskan aktivitas belajarnya tanpa adanya
bantuan orag lain.

5

2.1.2. Ciri-ciri atau Karakteristik Kemandirian Belajar
Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir
kritis beranggung jawab atas tindakanya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain,
bekerjakeras dan tidak bergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar
merupakan faktor pembentukan dari kemandirian belajar siswa. Thoha (1996: 123124) membagi ciri kemandirian dalam delapan jenis, yaitu :
1.

Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.

2.

Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain


3.

Tidak lari atau menghindari masalah

4.

Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam

5.

Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang
lain.

6.

Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain

7.

Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan


8.

Bertanggungjawab atas tindakannya sendiri
Menurut Babari (2002:145) membagi ciri-ciri kemandirian dalam lima jenis,

yaitu:
1. Percaya diri
2. Mampu bekerja sendiri
3. Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya
4. Mengargai waktu
5. Bertanggungjawab
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian
belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukan prubahan dalam
belajar untuk beranggungjawab terhadap tugasnya secara mandiri.

6

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Basri (Nopianti, 2010:32) kemandirian belajar siswa dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).
1.

Faktor Endogen (Internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan teturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir

merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan

perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan
ibu mungkinkan didapatkan dalam diri seseorang, seperti bakat dan potensi
pertumbuhan tubuhnya.
2.

Faktor Eksogen (Eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.

Lingkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang baik yang negatife
ataupun yang positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat adalah peran penting
dalam nilai-nilai kebiasaan hidup dan dari situ akan terbentuk kepribadian,
termasuk dalam kemandirianya.

2.1.4. Aspek-aspek Kemandrian Belajar Siswa
Dalam keseharian sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut
siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Hcvghurst dalam
Mu’tadin (2002) menyebut bahwa kemandirian belajar terdiri dari beberapa aspek,
yaitu :
1.

Aspek intelektual, aspek in mencakup pada kemampuan berfikir, menalar,
memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah sebagai dasar
usaha mengatasi masalah.

7

2.


Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif mambina
relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.

3.

Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta
mengendalikan emosi dan reaksinya dengan bergantung secara emosi pada orang
tua.

4.

Aspek ekonomi, mencakup keamandirian dalam mengatur ekonomi dan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada orang tua.

2.1.5. Keterampilan-keterampilan Belajar secara Mandiri
Menurut Suparno (2001: 106-126), ada beberapa keterampilan-keterampilan
belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan kemadirian dalam
belajarnya, yaitu:
1.


Mengenali diri sendiri
Memahami diri sendiri itu sangat penting karena banyak orang yang salah dalam
menafsirkan kemampuan-kemampuan yang ada dalam dirinya. Dengan
mengenali diri sendiri seorang menjadi tau apa kemampuan yang dimiliki untuk
mencapai cita-cita yang diinginkan.

2.

Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri itu sangatlah penting dengan selalu berfikir posif.
Motifasi ada yang bersifat instrinstik dan bersifat ekstristik, peran orang tua,
guru, teman dan lingkungan sekitar kita sangatlah penting dengan memberikan
kesan positif dalam diri seseorang.

3.

Mempelajari cara-cara belajar efektif
Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk dirinya dan
makin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain.


2.2 Pola Asuh Orang Tua
2.2.1. Pegertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa
anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi
8

dan mempersiapkan anak menuju ke fase kedewasaan dengan memberikan bimbingan
dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing
orang tua karena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda
corak sifatnyaantara keluarga yang satu dengan kelurga yang lain.
Menurut Chabib Thoha (1996) pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik
yang dapat di tempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak. Jika Pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan
baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia
dewasa yang memiliki sikap posiif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan
mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara
optimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara
mengasuh dan metode disiplin orang tua dalam berhubungan dengan anaknya dengan

tujuan membentuk watak serta kepribadian dan memberi nilai-nilai bagi anak untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam memberikan aturanaturan kepada anak, setiap orang tua akan memberikan bentuk pola asuh yang
berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang pengasuhan orang tua sendiri sehingga
akan menghasilkan bermacam-macam pola asuh yang berbeda dari orang tua yang
berbeda pula.

2.2.2. Jenis Pola Asuh Orang Tua
Menurut Baumrind (2010), terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu:
1.

Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakanya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran. Orang tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan
anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang
9

tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2.

Pola Asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa
yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum
anak. Orang tua tipe ini juga mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya besifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari
anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

3.

Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini memeberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan suatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh
orang tua. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali
disukai oleh anak.

Dijelaskan Dariyo (2004), dampak pola asuh permisif, agresif, anak akan

kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering membantah, dan bermasalah
dengan teman, sementara menurut penelitian Wong dalam Hogg & Blau
(2004)

menunjukkan bahwa pola pengasuhan demokrasi sangat mendukung

perkembangan kemandirian (healthy autonomy) pada anak.

2.3 Penelitian yang Relevan
Penelitian Agustina (2014) yang meneliti Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ngantiru membuktikan
bahwa ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar siswa
siswa kelas VIII SMP N 2 Ngantru Kabupaten Tulungagung.

10

Penelitian Wendy Kumala (2013) yang meneliti Hubungan Antara Pola Asuh
Demokratis Orang Tua dngan Kemandirin Belajar Matematika Mahasiswa
Pendidikan Matematika Angkatan 2012 Universitas Kristen Satya Wacana
membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif signifikan antara pola asuh
demokratis dengan kemandirian belajar matematika mahasiswa Pendidikan
Matematika angkatan 2012 Universitas Kristen Satya Wacana.
Penelitian tentang perbedaan kemandirian belajar terhadap pola asuh yang
sudah pernah di lakukan. Penelitian di lakukan oleh Enda Dian Rahnawati yang
berjudul Pengaruh Pola Ash Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas
XI SMK N 8 Purworejo berdasarkan analisis deskriptif variabel pola asuh orang tua
menunjukkan pada kategori baik sebesar 38,19%, kategori cukup 49,09%, kategori
kurang baik 12,72% dan kategori tidak baik sebesar 0%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua siswa kelas XI TSM SMK N 8 Purworejo tergolong
cukup. Untuk analisis deskriptif variabel kemandirian belajar menunjukkan pada
kategori tinggi sebesar 23,64%, kategori cukup 50,91%, kategori kurang 18,18% dan
kategori rendah sebesar 7,27%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemandirian
belajar siswa kelas XI TSM SMK N 8 Purworejo tergolong cukup.
Penelitian lain dilakukan oleh Starr (2011) pada mahasiswa di timur laut
Amerika Serikat, menemukan hasil yang berbeda dari dua penelitian sebelumnya di
atas. Pola asuh bukan menjadi pengaruh utama dalam kemandirian belajar.

2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, adalah “Ada perbedaan yang
signifikan kemandirian belajar berdasar Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas XI SMA
Virgo Fidelis Bawen”.

11

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving

21 184 159

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan

16 134 101

Perancangan Sistem Informasi Akademik Pada SMK Bina Siswa 1 Gununghalu

27 252 1