T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya Kota Salatiga Berbasis Live Action Motion Graphic T1 Full text

Perancangan Media Sosialisasi Pelestarian Cagar Budaya
Kota Salatiga Berbasis Live Action Motion Graphic

Artikel Ilmiah

Oleh

:

Vikto Aqbar Setiawan (692011043)
T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs.
Dr. Rini Darmastuti, M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2017

1


Lembar Pernyataan Tidak Plagiat

2

Lembar Pernyataan Persetujuan Akses

3

Lembar Persetujuan Pembimbing

4

Lembar Pengesahan

5

1. Pendahuluan
Kota Salatiga dikenal sebagai kota yang sejuk dan asri. Kota Salatiga
sendiri dibakukan pada tanggal 24 Juli 750 Masehi ditetapkan dengan
peraturan daerah tingkat II nomer 15 tahun 1995. Cikal bakal lahirnya Kota

Salatiga tertulis pada batu besar sejenis andesit berukuran panjang 170cm,
lebar 160cm dengan garis lingkar 5m, yang selanjutnya disebut Prasati
Plumpungan yang dimana batu Plumpungan dijadikan salah satu benda cagar
budaya Kota Salatiga [1].
Sebagian besar benda cagar budaya adalah hasil ciptaan bangsa itu pada
masa lalu yang dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa yang bersangkutan
dimasa kini. Pelestarian benda cagar budaya di Indonesia merupakan ikhtiar
untuk memupuk kebanggan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri
bangsa. Melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan selain untuk memupuk
rasa kebanggan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri juga untuk
kepentingan pengembangan bidang sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan. Pemanfaatan benda cagar budaya dalam rangka kepentingan
nasional daerah, diupayakan jauh dari penyalahgunaan pemanfaatan ruang
yang dapat membahayakan kelestarian benda cagar budaya itu sendiri. Dari
hasil pendataan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah tahun
2009 memperoleh hasil bahwa sejumlah 56 bangunan cagar budaya dari 144
bangunan cagar budaya tidak terawat. Sedangkan hasil pendataan Bappeda
Kota Salatiga dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) pada tahun 1999
terdapat 192 bangunan bersejarah. Sehingga terdapat 48 bangunan cagar
budaya yang hilang di pendataan tahun 2009. Dengan demikian masyarakat

kota Salatiga kurang mengerti akan arti penting bangunan cagar budaya,
padahal dalam UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 59 ayat 3
menyatakan bahwa "Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang yang
melakukan Penyelamatan wajib menjaga dan merawat Cagar Budaya dari
pencurian, pelapukan, atau kerusakan baru." Sampai sekarang bangunan cagar
budaya di kota Salatiga semakin berkurang karena dirubah bentuk arsitektur
untuk kepentingan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada kepentingan
ekonomi dan investasi tidak diimbangi dengan upaya menjaga kelestarian dan
keberadaan bangunan bersejarah [2].
Oleh karena itu pemerintah dirasa membutuhkan teknologi untuk
menyampaikan informasi benda cagar budaya Kota Salatiga. Teknologi
Informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu
memberikan manfaat dan peran dalam penyebaran informasi, salah satunya
media informasi. Saat ini media informasi banyak berbentuk digital maupun
video. Seiring dengan berkembangnya teknologi, sektor industri yang lainpun
ikut berkembang, salah satunya adalah kebudayaan [3]. Informasi
6

menggunakan video lebih efektif, menarik, dan mudah dipahami karena video
memiliki konten audio dan visual. Dengan menggunakan video infografik,

penyampaian tentang benda cagar budaya Kota Salatiga lebih jelas dan mudah
dimengerti.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan maka akan
dirancang sebuah media sosialisasi pelestarian bangunan cagar budaya dengan
teknik live action motion graphic studi kasus Kota Salatiga karena dengan
motion graphic dapat memberikan informasi yang kompleks dan cepat, jelas
dan tidak kaku.
1. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang berkaitan dengan masalah ini adalah Perancangan Media
Sosialisasi Berbasis live action motion graphic di Perpustakaan dan Arsip
Daerah Salatiga yang dibuat oleh Steward Erwin Kojongian dari Desain
Komunikasi Visual Universitas Kristen Satya Wacana. Perancangan yang
dilakukanya yaitu membuat video infografis tentang Perpustakaan dan Arsip
Daerah Salatiga, video ini sendiri menjelaskan tentang fasilitas dan lain
sebagainya yang dimiliki oleh Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga [4].
Penelitian lain yang terkait adalah Penerapan Aplikasi QR Code Reader
dan QR Code Generator Secara Mobile Untuk Mengelola Benda Cagar
Budaya Kota Salatiga yang dibuat oleh Asih Kurniati dari Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya
Wacana. Perancangan dalam bentuk aplikasi dengan tujuan menerapkan

aplikasi QR Code Reader dan QR Code Generator menggunakan PHO dan
MySQL yang berguna untuk pusat informasi dan sosialisasi benda-benda cagar
budaya Kota Salatiga [5].
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari informasi menurut
Kamus Besar Indonesia, Informasi adalah penerangan atau pemberitahuan
kabar atau berita tentang sesuatu. Maka pengertian dari media informasi dapat
disimpulkan sebagai alat untuk bmengumpulkan dan menyusun kembali
sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima
informasi.
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu
(tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi,
berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia
hiburan. Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia Game
[7].

7


Animasi berasal dari bahasa Latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,
semangat. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan,
menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi dorongan, kekuatan,
semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan hidup. Animasi
bisa diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang seolah – olah hidup,
disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan bergantian
ditampilkan [8].
Motion graphics adalah grafis yang menggunakan video dan atau animasi
untuk menciptakan ilusi dari gerak atau transformasi. Graphics design telah
berubah dari static publishing dengan memanfaatkan teknologi komunikasi
termasuk film, animasi, media inteaktif, dan environmental design. Bidang
motion graphics telah menyebar melalui imajinasi para designer dan penonton
di abad kedua puluh satu ini. Motion menjadi bagian utama modern visual saat
ini dengan integrasi antara televisi, internet, dan lingkungan [9].
Live action ialah tayangan iklan yang memadukan unsur gambar, suara
dan gerak. Iklan kategori ini menampilkan sisi-sisi kehidupan masyarakat yang
kemudian yang kemudian direlesansikan dengan produk atau jasa yang di
iklankan. [10].
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar

Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “cagar”,
sebagai daerah perlindungan untuk melarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan
sebagainya. Pencagaran adalah perlindungan terhadap tumbuhan, binatang, dan
sebagainya yang diperkirakan akan punah. Sehingga, hewan dan tumbuhan
yang hampir punah perlu diberi pencagaran. Sedangkan budaya menurut KBBI
merupakan hasil akal budi manusia. Dengan demikian cagar budaya adalah
benda hasil akal budi manusia yang perlu diberikan pencagaran, karena jika
tidak dilindungi dikhawatirkan akan mengalami kerusakan dan kepunahan.
Pengertian benda cagar budaya menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 (ayat 1) adalah “Warisan budaya yang
bersifat kebendaan, berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
struktur cagar budaya, dan kawasan cagar budaya baik di darat dan /atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan /atau kebudayaan melalui
proses penetapan.” dan dalam pasal 5, Benda, bangunan, atau struktur dapat
diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau
Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: (a) berusia 50 (lima puluh)


8

tahun atau lebih (b) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh)
tahun; (c) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan; dan (d) memiliki nilai budaya bagi penguatan
kepribadian bangsa [11].
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan media informasi
pelestarian cagar budaya dengan teknik motion graphic studi kasus Kota
Salatiga ini adalah metode penelitian dengan pendekatan mix method, berarti
bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar - benar dileburkan dalam satu end of
continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of cotinumm yang lain, atau
dikombinasikan dengan beberapa cara yang lain. Dua data ini bisa saja ditulis
secara terpisah, namun keduanya tetap dihubungkan satu sama lain secara
implisit. Misalnya, dalam proyek dua tahap yang diawali oleh tahap kuantitatif,
analisis data dan hasilnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi para
partisipan yang dikumpulkan pada tahap selanjutnya, yakni pada tahap
pengumpulan data kualitatif. Dalam situasi ini, baik data kuantitatif maupun
data kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama analisis

data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap kedua [12].
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah strategi
penelitian Linear strategy, strategi ini dirasa baik dan tepat untuk proses
penelitian karena pada suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnya
diselesaikan, demikian seterusnya. Tahapan secara garis besar dalam penelitian
mengenai perancangan media informasi benda cagar budaya dengan teknik
motion graphic studi kasus Kota Salatiga dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai
berikutnya [13]

Gambar 1. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap pertama adalah tahap identifikasi masalah dengan melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak, didapat masalah banyak
masyarakat Kota Salatiga yang masih kurang sadar akan arti penting dan
keberadaan bangunan cagar budaya sehingga kurang memperdulikan akan
pelestarian benda cagar budaya, sehingga banyaknya benda cagar budaya yang
tidak terawat dan terabaikan. Identifikasi masalah adalah suatu tahap
permulaan dari penguasaan masalah yang dimana suatu objek tertentu dalam
situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah. Tujuan indetifikasi


9

masalah yaitu agar maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang
berhubungan dengan judul penelitian [14].
Tahap kedua adalah melakukan pengumpulan data primer maupun
sekunder data primer yang pertama yaitu diperoleh dengan wawancara kepada
Dinas Perhubungan, Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga yaitu Ibu Lilla
Eridianti. Data yang didapat yaitu mengenai pemberian informasi keberadaan
dan pentingnya benda cagar budaya masih sangat minim karena media yang
digunakan selama ini kurang efektif, dimana media penyampaian informasi
berupa foto dan dengan diberi sedikit keterangan. Hasil dari pendataan Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah tahun 2009 memperoleh hasil
bahwa sejumlah 56 bangunan cagar budaya dari 144 bangunan cagar budaya
tidak terawat. Sedangkan hasil pendataan Bappeda Kota Salatiga dan
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) pada tahun 1999 terdapat 192
bangunan bersejarah. Sehingga terdapat 48 bangunan cagar budaya yang hilang
di pendataan tahun 2009.
Dengan demikian masyarakat kota Salatiga kurang mengerti akan arti
penting bangunan cagar budaya, padahal dalam UU No. 11 Tahun 2010
Tentang Cagar Budaya pasal 59 ayat 3 menyatakan bahwa "Pemerintah,

Pemerintah Daerah, atau setiap orang yang melakukan Penyelamatan wajib
menjaga dan merawat Cagar Budaya dari pencurian, pelapukan, atau kerusakan
baru." Sampai sekarang bangunan cagar budaya di kota Salatiga semakin
berkurang karena dirubah bentuk arsitektur untuk kepentingan ekonomi.
Data primer yang kedua didapatkan dari melakukan observasi bangunan
cagar budaya di kota Salatiga. Data yang diperoleh berdasarkan observasi
secara langsung yaitu masih banyak bangunan cagar budaya yang tidak terawat
dan mengalami pembiaran karena memang masih banyak masyarakat kota
Salatiga kurang menyadari arti penting bangunan cagar budaya.
Setelah dilakukan pengumpulan data primer selanjutnya dilakukan
pengumpulan data untuk mendukung pengumpulan data primer dengan cara
mencari data melalui website Dinas Perhubungan, Budaya dan Pariwisata Kota
Salatiga bahwa pemerintah hanya memberikan informasi tentang kondisi dan
keberadaan bangunan cagar budaya.
Tahap ketiga adalah perancangan dimana di dalam tahap ini memiliki tiga
alur, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Proses perancangan
dapat dilihat pada Gambar 2.

10

Gambar 2. Bagan Metode Perancangan

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini pengemasan media
sosialisasi pelestarian bangunan cagar budaya kota Salatiga ini dengan
menggunakan video berupa video live action serta animasi gambar dan huruf.
Sehingga nantinya di dalam hasil perancanaan video tersebut terdapat dua
elemen multimedia yang digabung dalam satu video. Video informasi yang
dihasilkan ini berupa video informasi yang tentang bangunan cagar budaya dan
tujuan dari benda cagar budaya tersebut dengan penjelasan informasinya
menggunakan animasi berupa gambar dan huruf. Dalam perancangan video
informasi ini, menggunakan objek (orang) sebagai talent untuk membantu
memberikan informasi yang disampaikan mengenai tujuan dari benda cagar
budaya. Tujuan dari objek ini agar perancangan lebih terstruktur dan juga
audience akan lebih memahami informasi yang disampaikan di dalam video
tersebut.
Storyline merupakan kejadian-kejadian yang dirangkai menjadi sebuah
cerita yang menarik. Pembuatan storyline ini, untuk menggambarkan lebih
jelas maksud dari konsep, bagaimana bentuk dan isi dari video informasi ini
yang akan dirancang [15]. Storyline dimulai dengan intro animasi judul video
berupa teks dan gambar. Kemudian talent menjelaskan letak geografis Kota
Salatiga dan mendeskripsikan identitas yang sudah melekat di Kota Salatiga
yaitu kota yang sejuk dan meceritakan sejarah singkat kota Salatiga yang
dahulu sebagai kota peristirahatan bagi kolonial belanda, dilanjutkan dengan
informasi jumlah dan keadaan bangunan cagar budaya yang mengalami
dampak buruk bagi bangunan tersebut. Setelah itu talent menginformasikan
11

bahwa ada potensi lain yang bisa dimunculkan untuk membentuk identitas baru
Kota Salatiga. Selanjutanya talent menjelaskan tentang pelestarian bangunan
cagar budaya dapat memupuk kebanggaan nasional dan memperkokoh
kesadaran jati diri bangsa juga untuk kepentingan pengembangan bidang
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Namun sayangnya masyarakat
Kota Salatiga kurang menyadari arti pentingnya pelestarian bangunan cagar
budaya yang ada di Kota Salatiga. Kemudian dijelaskan dampak negatif yang
diakibatkan karena mengabaikan bangunan cagar budaya. Diakhir video, talent
menjelaskan cara melestarikan dan menjaga bangunan cagar budaya di Kota
Salatiga, yaitu tidak melakukan vandalisme maupun mencemari lingkungan
bangunan cagar budaya. Dan ditutup dengan kalimat persuasif talent agar dapat
menerapkannya.
Treatment adalah sebuah naskah yang sudah lengkap dengan action pokok
pelaku atau bisa disebut dengan kerangka lengkap skenario dan juga
merupakan sebuah deskripsi setiap adegan untuk menampilkan alur cerita atau
ringkasan secara deskriptif, bukan tematis.
Scene 1

Scene 2

Scene 3

Scene 4

Scene 5

: Pengenalan Sejarah Kota Salatiga
1. (eye level-full shot) Menunjukan Judul Video.
2. (eye level-full shot) Talent menjelaskan asal mula Kota
Salatiga.
: Salatiga Kota Bersejarah
1. (eye level-medium shot) Penjelasan Salatiga sebagai sentra
peristirahatan Belanda.
2. (eye level-medium shot) Penjelasan Bangunan Cagar Budaya
di Kota Salatiga yang dahulu memiliki beberapa hotel
berkelas.
: Dampak negatif dan positif
1. Menjelaskan jumlah bangunan cagar budaya di kota Salatiga.
2. Menjelaskan kesadaran masyarakat akan bangunan cagar
budaya kota Salatiga.
3. Menjelaskan dampak negatif pembiaraan bangunan cagar
budaya di kota Salatiga.
4. Menjelaskan dampak positif akan pemanfaatan melestarikan
bangunan cagar budaya kota Salatiga.
: Solusi pelestarian Bangunan Cagar Budaya
1. (eye level - full shot) Menjelaskan cara berkontribusi untuk
melestarikan bangunan cagar budaya di kota Salatiga.
: Kesimpulan dan Ajakan.
1. (eye level – full shot) Berisi tentang ajakan untuk melestarikan
bangunan cagar budaya di kota Salatiga.

12

Setelah merancang treatment dilanjutkan pembuatan storyboard.
Storyboard merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menerjemahkan
adegan-adegan yang telah dirumuskan di dalam skenario. Didalam storyboard
yang dihasilkan dapat memuat informasi mengenai pelaku, lokasi, properti
maupun sudut pengambilan gambar [16]. Storyboard yang telah dirancang sesuai
dengan tahapan sebelumnya untuk mempermudah pengambilan video live action
dalam penelitian ini. Contoh storyboard yang telah dibuat dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Storyboard video live action

Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah tahapan produksi, yaitu proses
shooting menggunakan green screen dengan menyesuaikan konsep pada storyline,
treatment, dan storyboard yang telah dirancang sebelumnya. Pembuatan video
dengan teknik live action ini menggunakan kamera DSLR dan didukung dengan
peralatan lain seperti tripod, lightstand, lensa, pencahayaan dengan lampu,
perekam suara dan background menggunakan green screen. Dengan menggunkan
green screen maka talent sebagai obyek utama bisa ditempatkan dimanapun,
tekniknya adalah dengan menghilangkan latar berwarna hijau dan digantikan
animasi. Proses pembuatan video live action dapat dilihat pada Gambar 3.

13

Gambar 3. Proses produksi video live action.

Perancangan tipografi merupakan langkah selanjutnya, perancangan
tipografi digunakan untuk membantu menjelaskan informasi yang disampaikan
oleh talent. Pada perancangan jenis teks yang digunakan adalah Myriad Pro
karena font tersebut memiliki tingkat ketebalan yang tipis, sehingga jelas dan
mudah dibaca. Font ini adalah jenis huruf sans serif yang mempunyai ciri-ciri
tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid juga bersifat tegas, fungsional
dan lebih modern. Font Myriad Pro dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Font Myriad Pro

Selanjutanya adalah proses offline editing yang merupakan proses menata
gambar sesuai dengan skenario dan urutan shoot yang telah ditentukan. Dari
semua hasil produksi dilakukan review satu persatu dan dianalisa sesuai
kebutuhan video dan penggabungan audio dari alat perekam suara agar sesuai
dengan gambar video.
Tahap selanjutanya adalah online editing, dalam proses ini dilakukan
proses animasi yaitu penambahan efek-efek seperti efek transisi, warna, efek
gerak, dan efek lainya sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahap ini dilakukan
penambahan animasi serta dilakukan proses color correction agar semua footage
yang sudah melalui proses pemberian animasi memiliki tone warna yang sama
sehingga memudahkan pada tahap color grading. Proses animasi dan proses color
correction secara berurutan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

14

Gambar 6. Proses online editing animasi

Sebelum

Sesudah
Gambar 7. Proses color grading

Tahap setelah online editing adalah melakukan mixing atau penggabungan
dan penyelarasan antara visual dan audio agar menjadi kesatuan yang utuh.
Penambahan efek suara tersebut bertujuan agar video informasi yang ditampilkan
dapat dinikmati secara visual dan audio.
3. Hasil dan Pembahasan
Video infografis ini berisi informasi kepada masyarakat kota Salatiga
mengenai fungsi penting bangunan cagar budaya yang berada di kota Salatiga,
supaya bangunan cagar budaya di kota Salatiga tetap dilestarikan dan
digunakan untuk dokumen kota Salatiga yang dahulu ikut berperan untuk
kemerdekaan Republik Indonesia. Scene 1 pada video infografik ini terdapat
intro dengan menampilkan judul video lalu dilanjutkan penjelasan letak
geografis dan cerita singkat awal mula kota Salatiga, scene 1 dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 9. Scene 1

15

Scene 2 menceritakan sejarah kota Salatiga dimana pada waktu penjajahan
Belanda, kota Salatiga menjadi sentra perisitirahatan bagi Belanda. Dilanjutkan
dengan memberikan informasi bangunan cagar budaya yang dahulu pernah
menjadi hotel yang dijadikan tempat peristirahatan Belanda yang melakukan
perjalanan dari Semarang untuk ke Keraton Solo. Scene 2 dapat dilihat pada
Gambar 10.

Gambar 10. Scene 2

Scene 3 menjelaskan tentang bangunan cagar budaya di kota Salatiga, dari
jumlah hasil pendataan pemerintah kota Salatiga dan dilanjutkan dengan
informasi bahwa pelestarian bangunan cagar budaya sangatlah kurang,
sehingga banyak bangunan cagar budaya di kota Salatiga yang beralih fungsi
dan renovasi dengan hilangnya arsitektur asli bangunan yang mana bangunan
memiliki nilai sejarah. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan dampak
negatif dan positif tentang melestarikan bangunan cagar budaya di kota
Salatiga. Scene 3 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Scene 3

Scene 4 menjelaskan cara melestarikan bangunan cagar budaya di kota
Salatiga. Scene 4 dapat dilihat pada Gambar 12.

16

Gambar 12. Scene 4

Scene 5 berisi tentang ajakan kepada masyarakat kota Salatiga agar lebih
mengerti dengan arti penting bangunan cagar budaya. Scene 5 dapat dilihat
pada Gambar 13.

Gambar 13. Scene 5

Pada hasil akhir video informasi bangunan cagar budaya kota Salatiga
akan diunggah pada media sosial youtube dan dibagikan melalui media sosial
facebook supaya penyebaran lebih luas. Selain itu media sosialisasi ini akan
dibagikan dalam bentuk compact disc di Dinas Kebudayaan sebagai media
informasi dan dapat menjadi arsip di perpustakaan daerah dan perancangan
pada media sosial dan dalam compact disc untuk diterapkan pada website
Dinas Kebudayaan kota Salatiga.dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.

Gambar 14. Implementasi media sosial youtube.

17

Gambar 15. Implementasi media compact disc.

Pengujian menggunakan mixed method. Pengujian kualitatif dilakukan
dengan wawancara kepada Ibu Lilla Eridianti sebagai Kasi Kesenian Dinas
Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga. Adapun
materi yang diujikan kepada Ibu Lilla Eridianti mengenai konten video
informasi cagar budaya kota Salatiga meliputi informasi bangunan cagar
budaya, alur cerita, narasi, serta kebutuhan video informasi bangunan cagar
budaya kota Salatiga. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa video informasi ini sudah memiliki informasi dan pesan secara baik dan
jelas. Alur video yang jelas dan mudah dipahami karena diperjelas dengan
talent yang menjelaskan, sehingga video promosi ini dapat menjadi alternatif
media dalam menginformasikan pentingnya bangunan cagar budaya di kota
Salatiga.
Selanjutnya dilakukan pengujian kuantitatif yang dilakukan kepada 30
responden. Secara demografis, responden didapat dari daerah kota Salatiga.
Responden adalah masyarakat kota Salatiga dalam kalangan remaja ke atas,
karena dengan pemilihan kriteria responden tersebut data yang didapat akan
lebih kuat dan jelas. Kepada 30 responden diberikan kuesioner yang berisi
pertanyaan seputar video informasi bangunan cagar budaya kota Salatiga,
adapun kriteria jawaban dibagi menjadi 5 opsi yaitu, (A) sangat menarik, (B)
menarik, (C) cukup menarik, (D) tidak menarik, (E) sangat tidak menarik.
Daftar pertanyaan dan hasil perhitungan diberikan kepada responden dapat
dilihat pada Tabel 2.

18

No

1

2

3
4
5
6
7
8
9

Tabel 2. Hasil pengisian kuesioner
Pertanyaan
Jawaban
A
B
C
D
Apakah animasi dalam video
7
18
5
0
informasi tentang pelestarian
bangunan cagar budaya di kita
Salatiga sudah baik?
Apakah kesesuaian tampilan
8
20
2
0
animasi dalam video sudah sesuai
dengan
informasi
yang
disampaikan?
Apakah tipografi atau huruf yang
10
15
4
1
digunakan dalam video terbaca
dengan jelas?
Apakah pelafalan talent dalam
6
14
10
0
menyampaikan informasi dalam
video sudah jelas?
Apakah
backshound
yang
4
7
18
1
digunakan dalam video sesuai
(mengganggu atau tidak)?
Apakah informasi dalam video
7
18
5
0
disampaikan dengan menarik?
Apakah
informasi
tentang
10
14
5
1
pendakian gunung dalam video
sudah tersampaikan dengan baik?
Apakah
responden
mengerti
5
17
7
1
informasi
yang
disampaikan
dalam video?
Apakah media ini layak dijadikan
12
12
6
0
media
informasi
tentang
pelestarian
bangunan
cagar
budaya di kota Salatiga?
Total
69
135
62
7

Total
E
0

30

0

30

0

30

0

30

0

30

0

30

0

30

0

30

0

30

0

270

Dari hasil pengolahan pertanyaan kuesioner, kemudian dilakukan
perhitungan menggunakan skala Likert untuk mendapatkan presentasi dari
masing-masing jawaban dan implementasi pada diagram, adapun rumusan
perhitungan sebagai berikut [17]

Keterangan:
Tk
: Total keseluruhan jawaban (dalam %)
Tj
: Total dari setiap jawaban
Tr
: Total responden
Ts
: Total soal

19

Perhitungan prosentase dari Tabel 2 adalah sebagai berikut dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.Hasil pengisian kuesioner
Tanggapan

Penghitungan

Hasil

A

24,4%

B

50%

C

22,96%

D

1,48%

E

0%

Gambar 16. Diagram hasil kuesioner kuantitatif

Dari hasil pengujian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa 52%
responden menganggap video informasi baru ini menarik serta responden
mengetahui informasi yang disampaikan dalam video. Hal ini dapat dilihat dari
segi informasi bangunan cagar budaya, kesesuaian animasi dengan informasi,
huruf atau tipografi yang digunakan terbaca dengan jelas, pelafalan talent
dalam menyampaikan informasi sudah jelas, backsound yang digunakan dalam
video yang sesuai dan tidak mengganggu. Menurut para responden video
informasi ini layak untuk dijadikan media informasi tentang pelestarian
bangunan cagar budaya di kota Salatiga.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa Perancangan Video
Informasi Cagar Budaya Kota Salatiga dengan Teknik Motion Graphic dapat
menyampaikan informasi tentang pelestarian bangunan cagar budaya serta
pesan yang terdapat pada video sudah tersampaikan dengan baik. Selain itu

20

video informasi yang telah dirancang dapat menjadi salah satu alternatif media
informasi mengenai pelestarian bangunan cagar budaya di kota Salatiga. Pesan
dan informasi yang terkandung dalam video informasi pelestarian bangunan
cagar budaya kota Salatiga dapat tersampaikan dengan baik kepada responden.
5. Daftar Pustaka
[1] Pemerintah Kota Salatiga. 2011. Sejarah Kota Salatiga.
http://salatigakota.go.id/Tentangsejarah.php Diakses pada 3 April 2016.
[2] Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Salatiga. 2009. Benda Cagar Budaya. Salatiga: Dinas Perhubungan,
Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga.
[3] Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat. 2016. Pemanfaatan
Teknologi Informasi sebagai Media Promosi Pariwisata.
www.bandungbaratkab.go.id/content/pemanfaatan-teknologi-informasisebagai-media-promosi-pariwisata. Diakses pada 3 April 2016.
[4] Kojongian, Steward Erwin. 2014. Perancangan Media Informasi
Berbasis Video Infografis di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga.
UKSW : DKV FTI.
[5] Kurniati, Asih. 2012. Penerapan Aplikasi QR Code Reader dan QR
Code Generator Secara Mobile Untuk Mengelola Benda Cagar Budaya
Kota Salatiga. UKSW : Program Studi Teknik Informatika FTI.
[6] Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Peranannya sangat penting
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
[7] Hofstette. 2001. Multimedia Literacy. Boston: Irwin/McGraw-Hill.
[8] Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
[9] Sholifah. 2011. Implementasi Teknik Motion Graphic Pada Pembuatan
Profil Multimedia Broadcasting. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya.
[10] Widyatama, Rendra. 2016. Pengantar Periklanan. Universitas Indonesia:
Jakarta.
[11] Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. 2016. Informasi Cagar Budaya.
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/siteregnas/public/informasi diakses
18 November 2016.
[12] Creswell, John W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches (Diterjemahkan Fawaid, Achmad. 2010.
Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[13] Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andy Offset.
[14] Usman, Husaini dan Purnomo. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
[15] Ciptadi, Agustina. 2013. Perancangan Video Dokumenter Pasar
Terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.UKSW :
DKV FTI.

21

[16] Syaiful, Agil. 2015. Teknik Pembuatan dan Pengertian Storyboard.
https://sites.google.com/site/elearningtp2010/media-3d/teknikpembuatan-storyboard-media-animasi-3d/pengertian-storyboard.
Diakses tanggal 29 Juni 2016.
[17] Rizkiyani, Alifiana Hafidian. 2013. Skala Likert sebagai Teknik
Evaluasi. http://www.kompasiana.com/alifianahr/skala-likert-sebagaiteknik-evaluasi_55283fcdf17e6111318b45a7. Diakses tanggal 20
November 2016.

22

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Perancangan Sarana Praktikum Prestasi Mesin Pendingin Pembuat Es Batu

10 135 1

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Perancangan media katalog sebagai sarana meningkatkan penjualan Bananpaper : laporan kerja praktek

8 71 19