T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kedisiplinan dan Tanggung Jawab dengan Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran Ekonomi di Kalangan Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI Semarang T1 BAB II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Belajar
2.1.1 Definisi Kemandirian Belajar
Adapun secara terminologi (istilah), beberapa ahli mengemukakan definisi
kemandirian belajar menurut Tirtarahardja dan Sulo (2008 : 50) kemandirian belajar
adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. Seorang siswa dikatakan
mandiri dalam belajar apabila aktivitas belajar siswa tersebut didorong oleh kemauan,
pilihan, dan tanggung jawab dari pembelajar sendiri. Apabila siswa dengan inisiatif
sendiri melakukan kegiatan belajar, maka siswa tersebut merupakan siswa yang
mampu belajar mandiri.
Menurut Mudjiman (2011 : 9) dalam Wicaksari belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu
masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Belajar mandiri menjadi suatu hal penting bagi seorang siswa. Siswa yang
mampu belajar mandiri merupakan siswa yang memiliki keinginan belajar didorong
oleh niat atau motif untuk mencapai tujuan belajarnya. Seorang siswa harus
membiasakan dirinya belajar mandiri bahkan tanpa dipantau guru dan/atau orang tua.

Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.
Definisi yang pertama dipilih karena memuat kemandirian internal yakni didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri, sehingga sesuai
dengan penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI
Semarang dalam pembelajaran ekonomi yang didorong oleh kemauan dan tanggung
jawab dari siswa tersebut. Variabel kemandirian menggunakan skala interval yang

pada instrument diturunkan menjadi ordinal. Indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam pernyataan pada angket:
1) Dorongan dari dalam diri individu. Pada penelitian ini yang dimaksud
dorongan dari dalam diri individu merupakan keinginan pribadi siswa untuk
melakukan sesuatu terkait pembelajaran ekonomi.
2) Tanpa ada tekanan di luar dirinya. Pada penelitian ini yang dimaksud tanpa
ada tekanan di luar dirinya berupa inisiatif yang timbul dari diri siswa sendiri
yang memacu siswa untuk melakukan sesuatu terkait pembelajaran ekonomi.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Syam (1999 :
10), terbagi dua factor.

Pertama, faktor internal yang ditandai dengan indikator tumbuhnya kemandirian belajar yang
terpancar dalam fenomena antara lain:
1) Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan.
2) Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah
laku.
3) Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan
karya (secara berangsur).
4) Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang
sehat, kebersihan dan olahraga.
5) Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan
lalu lintas, menghormati orang lain, dan melaksanakan kewajiban.

Faktor internal tersebut menyatakan bahwa kemandirian belajar dapat
dipengaruhi oleh sikap bertanggung jawab dan disiplin diri yang mana menjadi
variabel bebas dalam penelitian ini. Melihat faktor sikap bertanggung jawab dan
disiplin diri dalam kemandirian belajar, maka penelitian ini berfokus pada dua hal ini.
Kedua faktor eksogen atau faktor eksternal. Faktor ini berasal dari luar seperti keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Faktor ini sebagai pendorong kedewasaan dan kemandirian belajar meliputi:
potensi jasmani rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat, lingkungan hidup, dan sumber daya alam,
sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri, kondisi dan suasana keharmonisan dalam

dinamika positif atau negatif sebagai peluang dan tantangan meliputi tatanan budaya dan sebagainya
secara komulatif.

Selain faktor dari dalam, kemandirian belajar dapat menerima pengaruh dari
luar. Faktor keluarga menjadi faktor utama terbentuknya kemandirian belajar anak
mengingat semenjak lahir, anak diasuh dan dibesarkan oleh orang tuanya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut penelitian ini berfokus pada faktor internal
karena kemandirian belajar siswa lebih dipengaruhi faktor dari dirinya sendiri,
sehingga sesuai dengan penelitian ini. Meskipun faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi kemandirian belajar siswa, akan tetapi kemandirian belajar lebih
berdampak bila ada niat atau usaha dari dalam diri siswa. Sekalipun faktor eksternal
sudah berupaya maksimal akan percuma jika kemandirian belajar tidak timbul dari
siswa sendiri.
2.1.3 Aspek-aspek Kemandirian Belajar
Havighurst (Sutisna, 2010b) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek,
yaitu:
1) Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berfikir, menalar, memahami
beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah.
2) Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial,
namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.

3) Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi
dan reaksinya dengan tidak bergantung secara emosi pada orang tua.
4) Aspek ekonomi, mencakup kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhankebutuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada orang tua.

Memperhatikan beberapa aspek tersebut diketahui bahwa aspek-aspek
tersebut saling terkait satu dengan lainnya, karena aspek tersebut mempunyai
hubungan yang sama kuat dan saling melengkapi dalam membentuk kemandirian
belajar dalam diri seseorang.
2.2 Kedisiplinan
2.2.1 Definisi Kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2002) disiplin ialah suatu sikap menghormati dan menghargai suatu
peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan
tidak menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya.

Seorang yang disiplin memiliki suatu sikap menghormati dan menghargai
peraturan yang berlaku. Ia berusaha untuk tidak melanggar tugas dan wewenang yang
dipercayakan pada dirinya. Apabila didapati melanggar peraturan yang berlaku, orang
yang disiplin pasti bersedia menerima sanksi atas apa yang dia lakukan.
Menurut Budiono (2006) kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya

kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu
kemajuan dan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

Kedisiplinan harus diwujudkan agar tercipta kehidupan yang teratur dan
tertib. Semua orang pasti senang dengan aktivitas kehidupan yang teratur dan tertib.
Namun

sebagian

orang

menuntut

berlangsungnya

suatu

kemajuan

dalam


kehidupannya dan mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik tanpa menyadari
bahwa dirinya terkadang masih melakukan pelanggaran atas aturan yang berlaku.
Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.
Definisi yang pertama dipilih karena memuat sikap menghormati suatu peraturan
yang berlaku, sehingga sesuai dengan penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan
kedisiplinan merupakan sikap menghormati dan menghargai peraturan yang berlaku
di SMA Kristen YSKI Semarang serta sanggup menjalankannya dan bersedia
menerima sanksi-sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar. Variabel
kedisiplinan menggunakan skala interval yang pada instrument diturunkan menjadi
ordinal. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam pernyataan pada
angket:
1) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah. Pada penelitian ini yang dimaksud
ketaatan terhadap tata tertib sekolah berupa kesediaan siswa dalam mentaati
tata tertib yang telah ditetapkan pihak sekolah dan berusaha untuk tidak
melanggar tata tertib tersebut sehingga terhindar dari sanksi yang ditetapkan
pihak sekolah.
2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah. Pada penelitian ini yang
dimaksud ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah seperti menetapkan


alokasi jam belajar di rumah secara konsisten sehingga siswa merasa kegiatan
belajar di rumah menjadi suatu rutinitas yang biasa dilakukan oleh siswa.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar menurut Suradi (2011) dijelaskan
sebagai berikut.
1) Faktor instrinsik, meliputi:
Faktor psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif.
Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktorfisiologis antara lain pendengaran, penglihatan,
kesegaran jasmani,kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.
2) Faktor yang kedua yaitu faktor ekstrinsik meliputi:
Faktor non-sosial, seperti keadaan udara,waktu, tempat, dan peralatan maupun media yang dipakai
untuk belajar.
Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, danlingkungan masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut penelitian ini berfokus pada faktor intrinsik
karena mengandung unsur kemampuan kognitif, sehingga sesuai dengan penelitian
ini.
2.2.3 Aspek-aspek dalam Kedisiplinan
Menurut Prijodarminto (1994 : 23-24), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut

adalah:
1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertibsebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran danpengendalian watak.
2) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma,kriteria, dan standar yang
sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebutmenumbuhkan pengertian yang mendalam
atau kesadaran, bahwa ketaatanakan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak
untukmencapai keberhasilan (sukses).
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal
secara cermat dan tertib.

Melihat aspek-aspek tersebut diketahui bahwa sikap mental, pemahaman yang
baik terkait sistem peraturan, dan sikap kelakuan yang wajar menjadi aspek yang
penting dalam membangun kedisiplinan. Ketiga aspek tersebut saling berhubungan
bahkan sesuai dengan pernyataan dalam definisi.
2.3 Tanggung Jawab
2.3.1 Definisi Tanggung Jawab
Hasan, dkk (2010: 10) menyatakan bahwa deskripsi tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha

Esa.

Sikap bertanggung jawab termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi
kemandirian belajar. Orang yang bertanggung jawab akan berusaha melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Perilaku seseorang yang bertanggung jawab selalu berusaha
menghindari teguran atau sanksi apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan
tugas dan kewajibannya.
Sedangkan pengertian bertanggung jawab menurut Magdalena (2011) adalah
suatu perbuatan untuk siap menanggung segala sesuatu hal yang muncul sebagai
akibat dari dilakukannya suatu aktivitas tertentu. Bertanggung jawab merupakan
suatu perbuatan yang timbul dari kesadaran atas suatu aktivitas tertentu yang
semestinya orang tersebut lakukan. Kesadaran inilah yang akhirnya menjadi patokan
bahwa orang tersebut dianggap layak disebut sebagai orang yang dewasa.
Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.
Definisi yang pertama dipilih karena memuat sikap dalam melaksanakan tugas yang
seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, sehingga sesuai dengan penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan
tanggung jawab ialah sikap dan perilaku siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI
Semarang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri siswa. Variabel
tanggung jawab menggunakan skala interval yang pada instrument diturunkan

menjadi ordinal. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
pernyataan pada angket:
1) Kemampuan mengelola waktu dengan baik. Pada penelitian ini yang
dimaksud kemampuan mengelola waktu dengan baik seperti kemampuan
siswa membuat jadwal belajar di rumah seefektif mungkin dan mampu
mencari waktu ketika jadwal belajarnya dirasa kurang optimal.
2) Kesediaan menyelesaikan tugas. Pada penelitian ini yang dimaksud kesediaan
menyelesaikan tugas berupa kesediaan siswa mengerjakan tugas ekonomi dan

menyelesaikannya tepat waktu atau sebelum batas waktu yang telah
ditetapkan oleh guru ekonomi.
2.3.2 Aspek-aspek Tanggung Jawab
Josepshon, Peter, dan Dowd (2003 : 103) dalam Pariwara menjelaskan bahwa tanggung jawab
mempunyai beberapa aspek yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Berani Menanggung Konsekuensi
Remaja yang bertanggung jawab adalah remaja yang berani menanggung risiko atas pilihannya,
termasuk berani menghadapi akibat buruk jika ia tidak mampu menyelesaikan tugasnya atau
melakukan perbuatan tertentu yang mempunyai risiko tidak enak baginya.
Ia tahu dan sadar bahwa hal baik maupun buruk pasti menyertai setiap tindakan dan pilihan yang
diambilnya serta mau menanggung konsekuensi dari tindakan dan pilihannya. Clemen dan Bean (2001

: 89) menyebutkan bahwa remaja yang bertanggung jawab itu berani untuk mengakui kesalahan tanpa
alasan yang dibuat-buat dan iapun mau menanggung konsekuensi dari perbuatannya.
Kontrol Diri
Kontrol diri berarti mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam
maupun dari luar diri sehingga dapat bertindak dengan benar (Borba, 2008 : 95). Remaja yang
bertanggung jawab memiliki kontrol diri yang kuat, ia mampu mengatakan “tidak” pada hal-hal yang
dapat merugikan dirinya dan melakukan hal yang benar. Sebagai contoh, ketika teman-teman
mengajak dirinya untuk pergi jalan-jalan dan nonton, ia mampu mengolah dirinya dan mau berkata
tidak karena ia lebih memilih mengerjakan tugas rumah (PR) dan belajar untuk mempersiapkan
pelajaran esok harinya. Selain itu, remaja yang bertanggung jawab mampu mengontrol tindakan dan
emosinya di saat memiliki masalah dan mampu mengendalikan diri.Misalnya, gagal mendapatkan nilai
baik dalam ulangan, tidak membuat dia lemah dan malas untuk belajar tetapi hal itu dapat memacunya
agar lebih giat dalam belajar.
Menentukan Tujuan dan Membuat Perencanaan
Menentukan tujuan merupakan sebuah langkah penting yang harus kita buat sebelum kita melangkah,
karena dengan menentukan tujuan lebih dahulu kita menjadi tahu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan kita.
Setelah memiliki tujuan yang jelas langkah berikutnya ialah membuat perencanaan agar tujuan yang
telah ditentukan dapat tercapai. Perencanaan berarti mencari tahu sebelum waktunya, bagaimana cara
mengerjakan sesuatu dengan efisien (Lewis 2004 : 338).
Memilih Sikap Positif
Remaja yang bertanggung jawab akan memilih sikap positif, seperti: antusias, jujur, murah hati,
optimis, gigih, mau berusaha, dan kreatif daripada sikap negatif, seperti: putus asa, mencari jalan
pintas, pesimis, tidak jujur, dan lain sebagainya. Sikap-sikap positif ini dapat mendukung perilakuperilakunya yang bertanggung jawab.
Mandiri
Mandiri menjadi bagian dari sikap yang bertanggung jawab. Ketika remaja berlatih untuk mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan dirinya maupun yang berkaitan dengan orang lain, hal ini akan
menumbuhkan sikap rasa percaya diri sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat
mempertanggungjawabkan atas perbuatannya.
Melakukan Kewajiban
Menjadi remaja yang bertanggung jawab berarti ia tahu apa yang menjadi kewajibannya dan
melakukan kewajiban itu dengan sebaik-baiknya, sekalipun itu bukan tugas yang menyenangkan
baginya.Ia akan tetap berusaha meskipun mengalami kesulitan, ia mempunyai komitmen untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.
Menurut Elia (2008 : 1) remaja yang bertanggung jawab itu semestinya sudah memahami apa yang
menjadi kewajiban sebagai seorang siswa dan ia tahu apa yang harus dilaksanakannya yaitu

menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar, maka ia akan belajar sebaik-baiknya tanpa harus
diminta dan diawasi oleh orang tua maupun gurunya.
Mencapai Hasil yang Baik
Remaja yang bertanggung jawab itu tidak minimalis dan asal-asalan dalam mengerjakan tugastugasnya. Kesadaran akan tugas-tugasnya mampu mendorong dirinya untuk menggunakan seluruh
kemampuan yang ada dalam diri untuk mencapai hasil yang baik.
Bersikap Proaktif
Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab atas pilihan-pilihan kita dan memiliki
kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati dan
kondisi di sekitar (Covey, 2006 : 223). Remaja yang proaktif akan mengambil inisiatif untuk
meningkatkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Sikap proaktif ini mendorongnya untuk melakukan
apa yang menjadi tugasnya, ia tidak menunggu orang lain meminta untuk mengerjakannya.
Tekun
Tekun berarti rajin, bersungguh-sungguh, tetap berpegang teguh. Ketekunan akan sangat mendukung
seorang remaja dalam menampakkan perilaku yang bertanggung jawab. Ketekunan membuat
seseorang tidak mudah beralih ke hal-hal yang lebih menarik perhatiannya saat in harus mengerjakan
tugasnya, sehingga apa yang menjadi tugasnya dapat dikerjakan dengan baik.
Lewis (2004 : 35) mengemukakan ciri-ciri remaja yang tekun yaitu: ia bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan sesuatu, ia tidak mudah meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai dan
beralih ke hal-hal yang menarik perhatiannya.
Reflektif
Sikap reflektif sangat dibutuhkan untuk membantu seseorang bisa menunjukkan perilaku yang
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Seorang remaja yang bertanggung jawab akan
mencari waktu agar dapat melihat kembali apa yang sudah dilakukannya sehingga ia tidak mudah jatuh
pada sikap suka menyalahkan keadaan atau orang lain.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut maka diketahui aspek tanggung jawab
dalam penelitian ini memiliki hubungan terkait satu dengan lain. Ketujuh aspek
tersebut saling melengkapi sesuai dengan definisi dan indikator tanggung jawab.
2.4 Studi Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel SOTA (State Of The Art)
Judul
KEMANDIRIAN
REMAJA
AKHIR
DITINJAU DARI
URUTAN KELAHIRAN
DAN STATUS SOSIAL
EKONOMI
ORANGTUANYA
Ummi Jihadah
Asmadi Alsa. (2009)

Metodologi
Analisis
data
yang digunakan
dalam penelitian
ini
adalah
analisis statistik.
Alasan
yang
mendasarinya
adalah
bahwa
statistik dapat

Kesimpulan
Tidak ada perbedaan kemandirian
remaja akhir ditinjau dari urutan
kelahiran.
Tidak
adanya
perbedaan ini dapat dikaitkan
dengan proses sosialisasi dalam
keluarga dan sikap orang tua yang
sudah tidak lagi memberikan
perlakuan yang berbeda pada
masing-masing urutan kelahiran,
yaitu pada anak pertama, anak
tengah, dan anak bungsu.

Sumber:
http://psychology.uii.ac.id/
images/stories/jadwal_kuli
ah/naskah-publikasi00320130.pdf

mewujudkan
kesimpulan
(generalisasi)
penelitian
dengan
mempertimbang
kan
faktor
kesahihan.
Selain
itupertimbangan
lain
adalah
bahwa statistik
bekerja dengan
angka-angka
yangbersifat
objektif
dan
universal, dalam
arti
dapat
digunakan
hampir seluruh
bidangpenelitian
.

Selanjutnya, dari hasil penelitian
ini terbukti bahwa subjek dalam
aktualisasinya di lingkungan
Perguruan Tinggi menunjukkan
kemandirian yang rata-rata berada
pada kategori sedang.
Tidak ada korelasi positif antara
status sosial ekonomi dengan
kemandirian
remaja
akhir.
Kemungkinan hal ini disebabkan
jumlah subjek yang relatif kecil,
alat ukur status sosial ekonomi
yang sudah tidak sesuai dengan
kondisi saat ini, dan dalam diri
subjek telah terbentuk kelima
unsur kemandirian, yakni adanya
inisiatif, rasa percaya pada diri
sendiri, dapat mengerjakan tugas
rutin sendiri, dapat memecahkan
masalah sendiri, dan adanya
pengendalian dalam diri atau
locus of control.

Table studi terdahulu yang terpampang pada table 2.1, maka dapat dikatakan
bahwa penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang pertama oleh karena
penelitian ini mengkaji kemandirian. Selain itu, secara garis besar, bentuk metodologi
yang dipakai juga sama. Dapat dikatakan demikian sebab penelitian ini memakai
pendekatan kuantitatif. Walaupun demikian, penelitian pertama tersebut memiliki
perbedaan pada variabel bebasnya yang mana pada penelitian ini mengangkat
variabel kedisiplinan dan tanggung jawab.
Melihat kajian tersebut, kaitannya dengan penelitian saat ini yakni penelitian
tersebut memberikan cukup banyak informasi yang dapat dijadikan referensi sebagai
pengayaan pengetahuan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut memberikan

informasi yang cukup mendalam tentang jenis metode yang sesuai dengan penelitian
ini yaitu penelitian jenis korelasi.
2.5Model Hipotetis
Masih rendahnya kemandirian belajar dalam pembelajaran ekonomi di
kalangan siswa kelas XI IPS 3SMA Kristen YSKI Semarang tampak menjadi gejala
problematika di dunia pendidikan yang tidak berdiri sendiri, diduga kedisiplinan dan
tanggung jawab merupakan dua faktor yang paling berhubungan signifikan dengan
kemandirian belajardalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3
SMA Kristen YSKI Semarang.
Pada penelitian ini, variabel independen (variabel bebas atau stimulus atau
predictor atau antecedent) diberi notasi X1 yaitu Kedisiplinan dan X2 yaitu Tanggung
Jawab. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat atau output atau kriteria atau
konsekuen) diberi notasi Y yaitu Kemandirian Belajar.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, maka model hipotetis kerangka
berpikir sebagai berikut:
X1

Y
X2

Model HipotetisProses Penelitian Kuantitatif
Keterangan:
X1= Kedisiplinan
X2= Tanggung Jawab
Y= Kemandirian Belajar
= menunjukkan hubungan asosiatif
2.6Hipotesis Penelitian
Pemikiran Sugiyono (2015 : 96) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja:
Kedisiplinan berhubungan positif dan signifikan dengan kemandirian belajar
dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen
YSKI Semarang.
Hipotesis Statistik:
H0: ρX1Y = 0
H1: ρX1Y > 0
2. Hipotesis Kerja:
Tanggung jawab berhubungan positif dan signifikan dengan kemandirian
belajar dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3 SMA
Kristen YSKI Semarang.
Hipotesis Statistik:
H0: ρ X2Y = 0
H1: ρ X2Y > 0
3. Hipotesis Kerja:
Kedisiplinan dan tanggung jawab berhubungan positif dan signifikan dengan
kemandirian belajar dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI
IPS 3 SMA Kristen YSKI Semarang.
Hipotesis Statistik:
H0: ρ X1X2Y = 0
H1: ρ X1X2Y > 0

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24