Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Produk
Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk
diperhatian, dimiliki, digunakan atau di konsumsi yang dapat memuaskan
kebutuhan atau keinginan yang mencakup obyek fisik, jasa, orang, tempat,
organisasi dan ide (Kotler dan Amstrong, 2004:8).
Menurut Tjiptono (2002:95), produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat
memuaskan pelanggan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif
dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai
dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

2.1.2Atribut Produk
Definisi atribut produk menurut Simamora (2001:147) adalah faktor-faktor
yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli produk, seperti harga,
kualitas, kelengkapan fungsi (fitur), desain, layanan purna jual, dan lain-lain.

Menurut Tjiptono (2002:103) adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting
oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut

Universitas Sumatera Utara

produk meliputi merek, kemasan, pemberian label, dan jaminan.
a. Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak,
atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat
memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.
b. Kemasan
Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan
pembuatan wadah atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk.
c. Pemberian label
Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari
kemasan, atau bisa pula merupakan tanda pengenal yang ada pada produk.
d. Jaminan
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk

ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.

2.1.3 Pengertian Label
Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal
tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari
kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk.
Stanton dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada
kemasan
b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai
penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan kinerja produk,
serta karakteristik - karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk
(product’s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata. Misal buahbuahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B dan C

3.1.4 Fungsi Label
Label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap keterangan

maupun pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk
lain yang disertakan pada pangan, dimaksukan kedalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan.
Wadji (2003:2) mengatakan secara normatif-empiris label dan iklan pangan
memiliki beberapa fungsi :
1. Sebagai sumber informasi label pangan dan iklan merupakan sumber
informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan karena konsumen tidak
dapat langsung bertemu dengan pelaku usahanya. Pelaku usaha dapat saja
memasukan unsur-unsur supaya memikat atau membujuk konsumen untuk
membeli produknya. Akan tetapi label dan iklan tidak diperkenankan hanya
sekedar menginformasikan sesuatu yang hanya menguntungkan dari sisi

Universitas Sumatera Utara

pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus di sampaikan kepada
konsumen termasuk higeinis dan kehalalannya (pasal 4 UU No 8 tahun 1999)
2. Label dan iklan dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen
untuk menentukan pilihan. Konsumen kritis tentu saja terlebih dahulu
membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan perbandingan
dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain

sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan (pasal 4 UU No 8 tahun 1999).
3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana memikat transaksi. Label dan
iklan harus bersifat mengikat, segala sesuatu yang di informasikan dalam label
dan yang di janjikan dalam iklan, harus dapat di buktikan kebenarannya
Maka pada dasarnya label adalah suatu tanda yang dilekatkan pada suatu
produk yang dapat di konsumsi oleh konsumen, dimana label tersebut
menentukan kesadaran serta keterangan dari produk yang bersangkutan.
Keterangan yang harus dimuat pada label/etiket sebagai berikut:
a. Nama makanan dan merek dagang
b. Komposisi
c. Isi netto
d. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan;
nomor pendaftaran
e. Kode produksi

Untuk jenis makanan tertentu yang ditetapkan oleh

menteri kesehatan, harus dicantumkan tanggal kadaluarsa, nilai gizi,
petunjuk penggunaan dan cara penyimpanannya


Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Pengertian Halal
Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam
KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan
Halal adalah: “…tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk
dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat
Islam”. Segala sesuatu yang diciptakan Allah di muka bumi ini pada asalnya
adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram, kecuali karena ada nas
yang sah dan tegas dari syari’ (yang membuat hukum itu sendiri), yaitu Allah dan
Rasul-Nyayang mengharamkannya. Sebagaimana firman Allah dalam al-quran:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.” (Q.S. AlBaqarah: 29)
Halal dalam bahasa Arab berasal dari kata halla, yahillu, hillan, yang
berarti

membebaskan,


melepaskan,memecahkan,

membubarkan

dan

membolehkan.Sedangkansecara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan
dapatdilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuanyang
melarangnya. Suatu benda atau perbuatan tidak terlepas dari lima perkara, yaitu
halal, haram, syubhat, makruh dan mubah. Terhadap barang yang halal secara
mutlak kita disuruh oleh Allah untuk memakannya; sedangkan terhadap yang
haram kita disuruh untuk menjauhinya. Karena makanan yang halal itu dapat
menambah cahaya iman dan membuat terkabulnya do’a.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Syarat Halal
Proses suatu produk makanan atau minuman agar termasuk dalam
klasifikasi sertifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang
telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standard-standard tersebut adalah:

a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak
menggunakan alkohol sebagai ingridient yang sengaja ditambahkan.
b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut
tata cara syariat Islam.
c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol.
d. Semua

tempat

penyimpanan,

tempat

penjualan,

pengolahan,

tempat

pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang

tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan
tata cara yang diatur menurut syari’at Islam
Pembagian hewan halal dalam islam ada dua yaitu:
1. Hewan-hewan yang dapat dikendalikan atau dijinakkan, seperti unta, sapi,
kambing dan hewan jinaklainnya seperti burung-burung yang pelihara di
rumah.
2. Hewan- hewan liar dan tidak dapat dikendalikan.
Hewan-hewan tersebut agar dapat dimakan dengan halal, maka Islam
memberikan persyaratan yaitu dengan menyembelihnya sesuai aturan syara’.
Penyembelihan yang sesuai menurut syariat, hanya bisa sempurna jika telah
terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Hewan tersebut harus disembelih atau ditusuk dengan suatu alat yang
tajam yang dapat mengalirkan darah dari hewan tersebut. Sebagaimana
hadist Rasulullah SAW “Alirkanlah darahnya dengan apa saja yang kamu
suka, dan sebutlah nama Allah atasnya.”( Riwayat Ahmad, Abu Daud,
Ibnu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban).
2. Penyembelihan harus dilakukan di leher hewan tersebut. Yaitu kematia

hewan tersebut adalah sebagai akibat dari terputusnya urat nadi atau
kerongkongannya.
3. Tidak menyebut nama selai Allah. “Yang disembelih atas nama selain
Allah…dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (AlMaidah:3)
4. Menyebut nama Allah ketika menyembelih, Al-quran mengatakan,
“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama
Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman pada ayat-ayat-Nya.”
(Al-An’am:118)
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesengguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan.” (Al-An’am:121)
Dan sabda Rasulullah SAW:
“Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah atasnya, maka
mkanlah dia.” (Riwayat Bukhari)

Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Labelisasi Halal
Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada
kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus

sebagai produk halal.
Kegiatan labelisasi halal dapat diperoleh dari lembaga pengawasan dan
peredaran obat dan makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM –MUI) berupa
sertifikasi halal. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
pengujian secara sistematik untuk mengetahui apakah suatu barang yang
diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal.Dari proses
sertifikasi halal akan di peroleh setifikat halal MUI untuk produk. Sertifikat Halal
MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan
suatu produk sesuai dengan syari’at Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan
syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari
instansi pemerintah yang berwenang.

2.1.8 Manfaat Labelisasi
Kesadaran konsumen terhadap produk yang akan dibeli semakin lama
semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya peran media dan proses edukasi
produk oleh produsen. Kasus keracunan makanan, halal tidaknya makanan,
keinginan untuk melakukan pemeliharaan makanan, kesehatan atau diet
mendorong konsumen harus lebih mengetahui kandungan nutrisi atau bahan baku
lainnya yang ada, dalam suatu produk.


Universitas Sumatera Utara

Manfaat labelisasi halal untuk melindungi konsumen dari tindakan curang
produsen terhadap produk makanan yang diproduksinya. Adanya label halal yang
tertera dalam kemasan produk berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi
konsumen dalam membuat keputusan pembelian produk yang halal. Maka dari itu
setiap produsen makanan baik makanan olahan maupun non olahan hendaknya
mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikasi halal yang berfungsi
untuk mencantumkan label halal.

2.1.9Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal
Label halal yang di cantumkan produsen pada kemasan produk nya adalah
yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia kepada suatu perusahaan
makanan, minuman, kosmetik, atau obat-obatan yang telah diperiksa asal bahan
bakunya, sumber bahan bakunya, proses produksinya dan hasil akhirnya.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh Lembaga Pengkajian pangan obat-obatan atau
kosmetik yang di lakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI ).
Hasil pemeriksaan ini akan diseminarkan di depan rapat auditor LP POM
MUI yang kemudian hasilnya akan diajukan kepada Komisi Fatwa Halal.
Kemudian fatwa halal ini diberikan kepada perusahaan yang mengajukan
permohonan dalam bentuk label dengan menggunakan (tiga) bahasa yakni
Indonesia, Arab, dan Inggris. Label halal ini merupkan petunjuk bagi konsumen
bahwa makanan yang memiliki label halal tersebut memang telah diperiksa
kehalalannya dan dijamin kehalalannya oleh lembaga yang memeriksanya.

Universitas Sumatera Utara

Tanggal 6 januari 1989 bertepatan dengan 28 jumadil awal 1409 H melalui
SK Kep 018/MUI/I/1989 tentang pembentukkan lembaga pengkajian pangan
obat-obat dan kosmetik MUI maka terbentuklah LP-POM MUI dengan tugas :
1. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep dalam upaya yang berkaitan dengan
memproduksi, memperjualbelikan dan menggunakan makanan, obat-obatan
dan kosmetik sesuai dengan ajaran islam.
2. Mengkaji dan menyusun kosep-konsep yang berkitan dengan peraturanperaturan yang mengenai penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan,
hidangan dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta
penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan.
3. Dengan persetujuan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia lembaga
mengadakan kegiatan-kegiatan dalaam rangka kerja sama dengan pemerintah
dan swasta, serta melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia.
Label halal MUI berlaku selama 2 tahun, diantara interval waktu 2 tahun
akan diadakan pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah
mendapatkan label halal tersebut. Sidak dilakukan paling sedikit 3 kali dalam
interval waktu 2 tahun tersebut. Jika dalam sidak diketahui perusahaan tersebut
melakukan pelanggaran perjanjian sertifikasi halal maka perusahaan tersebut akan
diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika masa berlakunya label
sudah berakhir maka perusahaan berkewajiban mengembalikan label tersebut
kepada MUI. Dan jika perusahaan ini tetap mendapatkan sertifikasi halal tersebut

Universitas Sumatera Utara

maka perusahaan diwajibkan untuk mengajukan permohonan sertifikasi halal
kembali sesuai dengan prosedur awal.

2.1.10Keamanan Produk
Keamanan produk adalah produk yang aman dikonsumsi yang terhindar
dari bahan yang berbahaya serta kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredarannya. Keamanan produk
juga adalah sebuah tanggung jawab yang mengikat semua pihak, dari produsen
hingga konsumen yang menyiapkan makanan. Jika tanggung jawab tersebut
diabaikan maka resiko yang akan dihadapi adalah keracunan yang dapat
menyebabkan kematian.
Pemerintah telah mengatur masalah keamanan pangan ini dalam UU RI
No.7 Tahun1996 tentang “Perlindungan Pangan”. Pengembangan sistem mutu dan
keamanan pangan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah,

industri yang meliputi produsen bahan baku, industri pangan dan distributor, serta
konsumen (WHO 1998). Keterlibatan ketiga sektor tersebut sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan.
Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah

(PP)

Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan produk dengan
tujuan dan pertimbangan supaya : (1) Setiap industri pangan memberi informasi

Universitas Sumatera Utara

mengenai produk yang disampaikan kepada masyarakat adalah benar dan tidak
menyesatkan, (2) Konsumen/masyarakat berhak menuntut dan
bagaimana produk

dihasilkan mulai dari hulu sampai di

menyangkut aspek gizi, mutu dan keamanan maupun

mengetahui
hilirnya baik
lingkungannya

Sementara itu, didalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen pada pasal 4 ayat a dan b disebutkan bahwa konsumen
mempunyai

hak

atas

kenyamanan,

keamanan

dan

keselamatan

dalam

mengkonsumsi barang serta jaminan yang dijanjikannya (Ditjen Perdagangan
Dalam Negeri 1999).

2.1.11 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi,
perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka (American Marketing Association dalam Setiadi 2003:3).
Dari defenisi tersebut terdapat tiga ide penting:
1. Perilaku koonsumen adalah dinamis
2. Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan
kejadian disekitar
3. Hal tersebut melibatkan pertukaran
Perilaku konsumen menjadi dasar yang penting dalam manajemen
pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu pemasar untuk:
1. Merancang bauran pemasaran
2. Menetapkan segmentasi

Universitas Sumatera Utara

3. Merumuskan positioning dan pembedaan produk
4. Memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya
5. Mengembangkan riset pemasarannya
Menurut Setiadi (2003:7) Perilaku konsumen menghasilkan tiga informasi
penting yaitu:
1. Orientasi/arah/cara pandang konsumen (a consumer orientation).
2. Berbagai fakta tentang perilaku berbelanja (fact abaout buying behavior).
3. Konsep/teori yang member acuan pada proses berpikirnya manusia dalam
berkeputusan (theories to guide the thinking process).

2.1.12 Keputusan Pembelian
Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara duaatau lebih
alternatif tindakan (perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara
beberapa perilaku yang berbeda.
Perusahaan berusaha untuk memahami proses keputusan pembelian
pelanggan secara penuh dan semua pengalaman mereka dalam pembelajaran,
memilih, menggunakan, dan bahkan menyingkirkan produk.
Menurut Kotler dan Keller, 2006: 184-191 proses keputusan pembelian melalui
lima tahap, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Pengenalan Masalah

PencarianInformasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pascapembelian

Sumber: Kotler dan Keller, 2006: 185, Manajemen Pemasaran Edisi 13
Gambar 2.1
Proses Keputusan Pembelian

1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suantu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh ransangan internal atau eksternal. Ransangan
internal salah satu dari kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, haus
naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan, atau bisa timbul akibat
rangsangan eksternal misalnya seseorang melewati toko makanan yang
memicu rasa lapar.

Universitas Sumatera Utara

2. Pencarian Informasi
Tahap dimana konsumen mencari informasi tentang produk. Sumber
informasi utama konsumen dibagi empat kelompok:
a. Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, rekan.
b. Komersial. Ikaln, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
c. Publik. Media massa, organisasi pemeringkat konsumen.
d. Eksperimental. Penganganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
3.

Evaluasi Alternatif
Merupakan tahap dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu
objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan
pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara
manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk
yang tersedia.

4.

Keputusan Pembelian
Merupakan tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap
melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk
membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.

5. Perilaku Pascapembelian
Merupakan tahap dimana konsumen melakukan proses evaluasi setelah
mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang produk yang dibeli. Tiga
kemungkinan hasil evaluasi pasca pembelian : kepuasan, ketidakpuasan, dan
pertentangan. Indikator adanya kepuasan atau ketidak puasan konsumen dapat
dilihat dari tingkat pembelian ulang terhadap produk perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Rabusa
(2013)

Judul
Pengaruh
Labelisasi
Halal
Berpengaruh
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Produk
Mie Instan
Indomie
Pada
Mahasiswa
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sumatera
Utara

Variabel

Metode
Analisis

Hasil

Variabel
independen
adalah
Lebelisasi
Halal
Variabel
dependen
adalah
keputusan
pembelian

Analisis
Linear
Berganda

Hasil uji signifikan
parsial (Uji-t) variabel
labelisasi halal
berpengaruh terhadap
keputusan pembelian
produk mie instan
Indomie pada
mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.Nilai
Adjusted R2 dalam
penelitian ini adalah
sebesar 5.25%
menjelaskan bahwa
kontribusi labelisasi
halal dalam
pengambilan keputusan
pembelian konsumen
pada produk mie instan
Indomie cukup besar

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti

Judul

Variabel

Utami
(2013)

Pengaruh
Label Halal
Terhadap
Keputusan
Membeli (
Survey Pada
Pembeli
Produk
Kosmetik
Wardah Di
Yogyakarta)

Variabel
independen
adalah
Lebelisasi
Halal
Variabel
dependen
adalah
keputusan
pembelian

Zani
(2013

Analisis
Pengaruh
Label Halal
Dan Aman
Produk
Pangan
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Konsumen
Di Malang

Variabel
independen
adalah
Lebel Halal
dan Aman
Pangan
Variabel
dependen
adalah
keputusan
pembelian

Metode
Analisis
Analisis
regresi
linier
berganda

Analisis
Regresi
Linear
Sederhana

Metode Analisis
Label halal yang terdapat
pada kosmetik wardah
mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap
keputusan pembelian,
ditunjukkan dengan nilai
sebesar 0,666 > r tabel
(0,207). Hal tersebut
membuktikan bahwa
keberadaan label halal pada
produk kosmetik
memberikan nilai positif
yang memiliki peluang
besar dalam mempengaruhi
keputusan membeli
konsumen

Menunjukkan bahwa label
halal (X1) dan label aman
pangan (X2) memiliki
hubungan positif searah
dengan keputusan
pembelian konsumen dan
dua variabel independen
terhadap variabel dependen
tersebut memberikan
pengaruh secara signifikan.
Pengaruh label halal dan
label aman produk pangan
terhadap keputusan
pembelian sebesar 43% dan
sisanya atau 57%nya
dipengaruhi oleh faktor lain

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti

Judul

Variabel

Metode
Analisis
Analisis
Regresi
dan
Korelasi

Agustian
(2012)

Pengaruh
Labelisasi
Halal
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Konsumen
(Studi Kasus
Pada Produk
Wall’s
Conello)

Variabel
independen
adalah
Lebelisasi
Halal Variabel
dependen
adalah
keputusan
pembelian

Wibisono
(2007)

Hubungan
Antara
Persepsi
Konsumen
Muslim
Terhadap
Lebelisasi
Halal
Makanan
Kaleng
Dengan
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Pada
Konsumen
Muslim Di
Surabaya

Variabel
Analisis
independennya Korelasi
adalah
Lebelisasi
Halal Variabel
dependen
adalah
keputusan
pembelian

Metode Analisis
Hasil dari koefisien
determinasi yang
diperoleh dari konsumen
Muslim ialah sebesar
0,497 yang artinya bahwa
labelisasi halal memiliki
kontribusi sebesar 49,7 %
dalam menciptakan
keputusan pembelian,
dan sisanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain.

Hasil korelasi kedua
variabel menunjukkan
hubungan yang positif
sebesar 0,191 dengan
signifikansi 0,000,
dengan demikian
hipotesis kerja yang
menyatakan bahwa ada
hubungan antara persepsi
konsumen muslim
terhadap labelisasi halal
makanan kaleng dengan
pengambilan keputusan
pembelian konsumen
muslim di Surabaya
diterima

Sumber: Data Diolah

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan gambaran tetang hubungan antara
variabel yang diteliti, yang tersusun dari teori yang telah dideskripsikan
(Sugiyono, 2012:88).Berikut adalah penjelasan hubungan keterkaitan antara
variabel independent dengan variabel dependent.
1. Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian
Kehalalan suatu produk memberi pengaruh kepada konsumen yang beragama
Islam. Konsumen musim cenderung memperhatikan kehalalan suatu produk
sebelum membeli. Dengan adanya label halal pada produk akan mendorong
konsumen Muslim untuk dapat memastikan produk mana saja yang boleh
mereka konsumsi, yaitu produk yang memilki dan mencantumkan Label Halal
pada kemasannya.
2. Pengaruh Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Keamanan produk adalah produk yang aman dikonsumsi yang terhindar dari
bahan yang berbahaya serta kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia. Setiap konsumen akan memikirkan dampak dari produk yang
digunakan, maka tahap sebelum membeli suatu produk konsumen akan
memastikan apakah produk tersebut anam atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian tersebut, maka di buat kerangka konseptual sebagai berikut:
Labelisasi Halal
(X1)
KeputusanPembelia
n
(Y)
KeamananProduk
(X2)
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, bukan nerdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2012:93).
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan beberapa hipotesis
yaitu:
1. Labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian makanan olahan Sosis So Nice pada mahasiswa fakultas ekonomi
Universitas Muslim Nusantara Al-washliyah.
2. Keamanan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian makanan olahan Sosis So Nice pada mahasiswa fakultas ekonomi
Universitas Muslim Nusantara Al-washliyah.
3. Labelisasi halal dan Keamanan produk secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian makanan olahan Sosis So

Universitas Sumatera Utara

Nicepada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Muslim Nusantara Alwashliyah.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

18 227 92

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Olahan Daging (Nugget) Merek So Good Pada Konsumen Muslim Supermarket Hypermart Sun Plaza Medan

4 62 87

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

5 37 105

PENGARUH LABELISASI HALAL MUI PADA PRODUK MAKANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA EKONOMI & Pengaruh Labelisasi Halal Mui Pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.

2 11 15

PENGARUH LABELISASI HALAL MUI PADA PRODUK MAKANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA EKONOMI & Pengaruh Labelisasi Halal Mui Pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.

0 2 16

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 9

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 2

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 10

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

1 1 2

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 1 25