Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH
RABUSA 080502007
PROGRAM STUDI STARATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ...iii
DAFTAR GAMBAR ...iv
DAFTAR LAMPIRAN ...v
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...2
1.3. Tujuan Penelitian ...5
1.4. Manfaat Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis ...7
2.1.1. Pengertian Produk ...7
2.1.2. Pengertian Labelisasi Halal ...9
2.2. Manfaat Labelisasi Halal...15
2.3. Fungsi Label ...17
2.3.1 . Periklanan ...17
2.3.2. Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal ...19
2.4. Pengaruh Label Halal Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian ...23
2.5. Keputusan Pembelian ...24
2.6. Penelitian Terdahulu ...27
2.7. Kerangka Konseptual ...29
2.8. Hipotesis ...30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ...31
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ...31
3.3. Batasan Operasional ...31
3.4. Definisi Operasional...32
3.5. Skala Pengukuran Variabel ...33
3.6. Populasi Dan Sampel ...34
3.7. Jenis Data ...36
3.8. Metode Pengumpulan Data ...36
3.9. Uji Validitas Dan Reliabilitas ...37
3.9.1. Uji Validitas ...37
3.9.2. Uji Reliabilitas ...37
3.10. Teknik Analisis ...38
3.10.1. Metode Analisis Deskriptif ...38
3.10.2. Metode Analisis Statistik ...38
(3)
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...41
4.1.1. Sejarah Perusahaan Dan Gambaran Umum Perusahaan ...41
4.1.2. Visi Dan Misi ...42
4.1.3. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ...43
4.1.4. Macam-Macam Rasa Indomie ...47
4.1.5. Label Halal LPPOM MUI ...48
4.2. Analisis Data ...50
4.2.1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ...50
4.3. Analisis Deskriptif Variabel ...53
4.3.1. Variabel Labelisasi Halal ...53
4.3.2. Variabel Keputusan Pembelian ...58
4.4. Analisis Data ...62
4.4.1. Analisis Regresi Linear Sederhana ...62
4.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ...63
4.4.3. Pengujian Koefisiensi Determinasi ...64
4.5. Pembahasan ...64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...66
5.2. Saran ...67
DAFTAR PUSTAKA ...69
(4)
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Kinerja Merek Mie Instan ...4
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...32
Tabel 3.3. Uji Validitas ...37
Tabel 3,4. Uji Reliabilitas ...38
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Program studi ...50
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan ...51
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...51
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...52
Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ...52
Tabel 4.6. Distribusi Tanggapan Variabel Labelisasi Halal ...53
Tabel 4.7. Distribusi Tanggapan Variabel Keputusan Pembelian ...58
Tabel 4.8. Regresi Linear Sederhana ...63
(5)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1. Konsep Produk Total ...9
Gambar 2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...24
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual ...30
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ...43
Gambar 4.2. Jenis-Jenis Indomie ...47
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1. Kuesiner ...71
Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Uji Validitas Dan Reliabelitas ...74
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Dan Realibilitas ...75
Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Responden Penelitian ...76
Lampiran 5. Frekuensi Distribusi Jawaban Responden Penelitian...79
(7)
ABSTRAK
PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis statistik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Metode analisis data menggunakan bantuan SPSS 17,0 for Windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 96 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, analisis data dengan metode analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa labelisasi halal berpengaruh secara positif dan signifikan. Nilai R sebesar 0,728 berarti hubungan antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 72,8 % yang berarti hubungannya erat
(8)
ABSTRAK
PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis statistik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Metode analisis data menggunakan bantuan SPSS 17,0 for Windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 96 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, analisis data dengan metode analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa labelisasi halal berpengaruh secara positif dan signifikan. Nilai R sebesar 0,728 berarti hubungan antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 72,8 % yang berarti hubungannya erat
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk makanan yang terjual di pusat-pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.
Di satu sisi sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam, sehingga dari kepercayaan yang dianut tersebut memberikan akibat kepada tatanan dan berlangsungnya kehidupan masyarakat yang beragama Islam itu sendiri. Termasuk dalam hal mengkonsumsi dan memilih makanan dan minuman maupun bidang-bidang yang berhubungan dengan dua hal tersebut di atas. Maka masyarakat yang beragama Islam harus jelas mengetahui apakah produk makanan atau minuman tersebut halal untuk dikonsumsi serta tidak tercemar oleh benda-benda yang diharamkan di dalam agama Islam. Dengan adanya mie instant yang menampilkan perkembangan teknologi iklan sehingga merubah segala kebutuhan dan kepentingan konsumen.
(10)
Tetapi dalam kenyataannya, walaupun label halal mie instant telah dicantumkan di dalam suatu produksi barang dalam kenyataannya label halal tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, sehingga dalam kapasitas ini konsumen merasa tertipu. Hal ini dapat dilihat dalam kasus Ajinomoto yang pernah terjadi di Indonesia. Bukan haramnya barang yang diproduksi tersebut menjadi permasalahan tetapi pencantuman label halal dalam kemasan yang haram tersebutlah yang menjadi permasalahan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 8 ayat (1) huruf f menyatakan bahwa: pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut. Label halal dalam prakteknya di dalam suatu kemasan produk berfungsi ganda. Selain sebagai media informasi bagi konsumen, maka label halal juga merupakan iklan dari produk tersebut, khususnya tentang pertanyaan apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak.
Label halal melalui iklan adalah salah satu bidang promosi yang penggunaannya dapat dilakukan secara serempak, berulang-ulang dan berkelanjutan sesuai dengan keinginan dari si pemesan. Di samping itu, dengan pencantuman label halal maka penyebaran pesan dapat dilakukan seluas-luasnya pada masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa label halal merupakan salah satu sarana penunjang bagi perusahaan di dalam mencapai tujuannya
(11)
Sedangkan pengaruhnya, lebih lama melekat pada ingatan masyarakat. Apabila produk Mie instan Indomie tanpa adanya label halal tidak akan mampu menggugah dan menarik perhatian konsumen. Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa betapa label halal begitu mempengaruhi minat konsumen dalam membeli barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya, tidaklah semua label halal yang dapat menjalankan fungsi dan tujuannya sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan konsumen juga mempunyai pandangan dan penilaian sendiri-sendiri akibat dari berbagai pengaruh lain terhadap komunikator, pesan maupun media yang digunakan.
Sehubungan dengan ini maka ditegaskan oleh Stanton(2004:282) bahwa inti dari setiap kegiatan label halal ialah : “Berdasarkan simpati yang mengarahkan sikap, pikiran, perasaan dan cara pandang orang lain sedemikian rupa, sehingga melaksanakan apa yang dianjurkan oleh pemasang label halal. Langkah pertama ialah dengan meniadakan semua unsur yang bersifat anti atau berpengaruh negatif terhadap apa yang dianjurkan.”Bahkan tidak jarang opini yang ditampilkan publik tersebut akan secara langsung merangsang daya beli konsumen.
Tetapi meskipun demikian tetap saja ditemukan keadaan bahwa sebuah label halal terkadang hadir didepan konsumen sehingga tujuan si pemasang label halal tidak mengarah kepada apa yang diinginkan dalam meningkatkan keputusan pembelian konsumen disebabkan luasnya merek Mie Instant Indomie yang beredar di tengah masyarakat. Produk Indomie memiliki label halal dalam setiap kemasannya, penulis merasa tertarik meneliti sejauhmana opini publik dapat dipengaruhi dengan adanya label halal terhadap keputusan pembelian konsumen.
(12)
Kemampuan industri mie instan untuk diterima oleh pasar, hal ini sesuai dengan kinerja merek (brand value). Mie Instan Indomie untuk tahun ini mengalami penurunan kembali pada kinerja merek pada tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Kinerja Merek Mie Instan Tahun 2009-2011
No Merek Brand value %
2009 2010 2011
1 Indomie 81,9 85,1 81,3
2 Mie sedap 47,9 47,2 50,9
3 Supermi 41,0 41,5 41,0
4 Sarimie 39,0 40,8 40,9
Sumber : Modifikasi Dari Majalah(2012)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa mie instan Indomie mengalami kenaikkan pringkat kinerja merek dari 81,9 pada tahun 2009, 85,1 pada tahun 2010 dan 81,3 pada tahun 2011. Terlihat pada Tabel 1.1 bahwa pada tahun 2010 mie instan indomie sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2011 mie instan Indomie mengalami penurunan. Penurunan tersebut akan menjadi motivasi bagi mie instan Indomie untuk lebih menigkatkan kinerja sehingga tetap pada posisi peringkat pertama
Jadi alasan saya memilih Fakultas Ekonomi USU untuk dijadikan tempat penelitian, karena Fakultas Ekonomi USU yang mempunyai begitu banyak mahsiswanya hampir mencapai tujuh ribu mahasiswa, menurut peneliti mahasiswa itu mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap produk. Oleh sebab itu peneliti mengangkat mie instan merek Indomie untuk diteliti agar dapat memproleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai
(13)
bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian. Dengan menjadikan mahasiswa Fakultas Ekonomi USU sebagai study population
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,diatas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah : “ Apakah labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonmoi Universitas Sumatera Utara ?”.
1.3 . Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat: 1. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan untuk meningkatkan produktifitas, dilihat dari prusahaan mengetahui tanggapan konsumen mengenai labelisasi halal pada produknya dan mengetahui bagaimana pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen
2. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan khususnya mengenai pemberian label atau Labeling
(14)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi demi memenuhi keinginan atau kebutuhan. Kotler (2002:449). Kotler juga memberikan indikator terhadap produk tersebut :
a Brand name (merek) produk menunjukkan suatu jaminan kompetetif perusahaan dengan produk berkualitas
b. Kemasan, menunjukkan corak produk yang menarik dan mampu melindungi produk dengan baik
c. Keistimewaan, produk dalam rasa enak, dan textur yang lembut sangat disukai
d. Produk quality, menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk kepuasan dan harapan konsumen
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk meningkatkan keistimewaan produk
1. Mengembangkan keistimewaan produk
Keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen; dimana mutu yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan untuk :
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan b. Membuat produk mudah laku dijual c. Memenangkan persaingan
(15)
d. Meningkatkan pangsa pasar
e. Memproleh pemasukan dari penjualan f. Menjamin harga premium
2. Mengembangkan keistimewaan proses
a.Mengurangi tingkat kesalahan pada subsistem produksi, pengolahan, sehingga mampu pada subsistem pemasaran hasil
b. Mengurangi pemborosan-pemborosan dalam hal penggunaan input, proses produksi dan pemasaran hasil
c. Mengurangi kegagalan hasil dengan memperhatikan pemilihan kualitas input dengan keunggulan teknologi sesuai proses yang didukung SDM yang bermutu
d. Memperpendek waktu penempatan produk baru di pasar dengan cara pengembangan jaringan bisnis dengan dukungan sarana distribusi yang tanggu
e. Mengurangi ketidakpuasan pelanggan dengan cara mengidentifikasi dinamika kebutuhan pelanggan, preferensi, dan daya beli pelanggan
f. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan
Pabrik harus menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai dengan kapasitas desain) dan kualitas tertentu sesuai sepesifikasi pelanggan
(16)
Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, label, pelayanan, dan jaminan, dapat dilihat pada Gambar 2.1berikut :
Sumber : Strategi Pemasaran, Tjiptono(2002:96) Gambar 2.1 Konsep Produk Total
Dari konsep ini dapat ditarik kesimpulan bahwa label termasuk bagian pembentuk produk secara utuh
2.1.2. Pengertian Labelisasi Halal
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistimatis untuk atau mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitnya sertifikasi halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal.
Produk
Barang
Kemasan
Label Kepuasan
pelanggan
Pelayanan
(17)
Sedangkan labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal
Label halal produk pada dasarnya meruang lingkupi produk pangan yang di dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996 Tentang pangan. Sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 ayat (1) Undang Undang No 7 tahun 1996 adalah Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun tidak di olah yang diperentukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman
Sedangkan label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap keterangan maupun pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimaksukan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Wadji (2003:2) mengatakan secara normatif-empiris label dan iklan pangan memiliki beberapa fungsi :
1. Sebagai sumber informasi label pangan dan iklan merupakan sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk pangan karena konsumen tidak dapat langsung bertemu dengan pelaku usahanya. Pelaku usaha dapat saja memasukan unsur-unsur supaya memikat atau membujuk konsumen untuk membeli produknya. Akan tetapi label dan iklan tidak diperkenankan hanya sekedar menginformasikan sesuatu yang hanya menguntungkan dari
(18)
sisi pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus di sampaikan kepada konsumen termasuk higeinis dan kehalalannya (pasal 4 UU No 8 tahun 1999)
2. Label dan iklan dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Konsumen keritis tentu saja terlebih dahulu membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan perbandingan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan (pasal 4 UU No 8 tahun 1999).
3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana memikat transaksi. Label dan iklan harus bersifat mengikat, segala sesuatu yang di informasikan dalam label dan yang di janjikan dalam iklan, harus dapat di buktikan kebenarannya. Iklan harus legal, terukur, jujur, dan objektif. Pelaku usaha harus bersedia di tuntut apabila ternyata label dan iklannya tidak terbukti benar (pasal 8, -16 dan 17 UU No 8 Tahun 1999).
Dari uraian diatas maka pada dasarnya label adalah suatu tanda yang dilekatkan pada suatu produk yang dapat di konsumsi oleh konsumen, dimana label tersebut menentukan kesadaran serta keterangan dari produk yang bersangkutan. Sedangkan pengertian halal itu sendiri menurut Ali dan Deli (2002:252) adalah segala sesuatu yang diijinkan (dalam hukum) sesuatu yang di dapat dari jalan baik atau melanggar syara’. Sedangkan menurut Zuhdi(2004:11) Halal merupakan lawan dari kata haram yaitu “sesuatu yang dituntut oleh agama untuk ditinggalkan dengan tuntutan yang pasti baik dalilnya Qath’i maupun dalil
(19)
Dzanni”. Dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya maka pada dasarnya label tersbut mencakup pengertian yang dapat diperbolehkan bagi umat Islam dimana hukumnya tidak haram. Kehalalan suatu produk pangan sangat penting bagi umat islam dalam mengkonsumsi produk pangan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an,
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS Al-Baqarah ayat 173)
Tentang label, ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Pengaturan tentang informasi yang disebut dengan berbagai istilah seperti pendanaan, label, atau etiket. Ketentuan tersebut terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu :
1. UU Barang,UU No.10 Tahun 1961, memberikan informasi tentang barang pasal 2 ayat (4) UU ini menentukan :
Pemberian nama dan atau tanda-tanda yang menunjukkan asal, sifat, susunan bahan, bentuk banyaknya dan atau kegunaan barang-barang yang baik diharuskan maupun tidak diperbolehkan dibubuhkan atau dilekatkan pada barang pembungkusnya, tempat barang –barang itu di perdagangkan dan alat-alat reklame, sekalipun cara pembubuhan atau melekatkan nama
(20)
dan atau tanda-tanda yang menunjukkan pada label dari barang yang bersangkutan
Perbuatan –perbuatan yang bertentangan dengan atau melanggar ketentuan tersebut di atas, dapat dikenakan ketentuan pidana ekonomi
2. Baik produk makanan, maupun obat diwajibkan mencantumkan label pada wadah atau pembungkusnya. Permenkes No. 79 Tahun 1978 tentang label dan periklanan makanan, pasal 1 angka 2, menyebutkan : Etiket adalah label yang dilekatkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan jalan apapun pada wadah atau pembungkus
Keterangan yang harus dimuat pada label/etiket tersebut ditetapkan (pasal 7 ayat (1) dan (2) terdiri atas :
a. Nama makanan dan merek dagang
b. Komposisi, kecuali makanan yang cukup diketahui komposisinya secara umum
c. Isi netto
d. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan; nomor pendaftaran
e. Kode produksi
f. Untuk jenis makanan tertentu yang ditetapkan oleh menteri kesehatan, harus dicantumkan tanggal kadaluarsa, nilai gizi, petunjuk penggunaan dan cara penyimpanannya
(21)
Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label sebagai mana dimaksudkan dalam peraturan menteri kesehatan tersebut dinyatakan dilarang dan dapat diancam dengan sanksi-sanksi sebagaimana termuat dalam KUHP dan tindakan administrasi berupa penarikan nomor daftar produk itu dan tindakan lain berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. (pasal 41-45). Ketentuan tentang sanksi-sanksi atas pelanggaran kewajiban memasang label pada makanan ( dalam kemasan) tersebut dalam perundang-undangan yang lebih baru, undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, ketentuan tentang pelabelan makanan ditegaskan lebih lanjut. Setiap makanan yang dikemas wajib diberi tanda atau label (pasal 21 ayat (2) yang memuat keterangan tentang :
a. Bahan yang dipakai b. Komposisi setiap bahan
c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa d. Ketentuan lainnya
Dalam penejelasan pasal ini (huruf d) dinyatakan bahwa ketentuan lainnya misalnya pencantuman kata atau tanda halal menjamin bahwa makanan dan minuman yang diproduksi dan diproses sesuai persyaratan makanan halal.Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label dinyatakan sebagai tindak pidana pelanggaran dengan ancaman pidana kurungan maksimum satu tahun dan/atau denda maksimum Rp 15.000.000,00 dalam (pasal 84 -85)
Menurut Endang Sriwahyuni(2003:45) Langka untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus diawali dengan upaya untuk memahami hak-hak pokok konsumen, yang dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan
(22)
untuk mewujudkan hak-hak tersebut.Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 adalah se bagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa
b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
c. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan
e. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi
Maka dari itu pada dasarnya mencakup pengertian tetang adanya pencantuman label halal dalam bentuk gambar maupun huruf terhadap sesuatu barang pangan yang akan dikonsumsi oleh umat islam yang menerangkan bahwa benda tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh umat islam sesuai dengan hukum syara
2.2. Manfaat Labelisasi Halal
Kesadaran konsumen terhadap produk yang akan dibeli makin lama makin tinggi, seiring dengan meningkatnya peran media dan proses edukasi produk oleh produsen. Kasus keracunan makanan, halal tidaknya makanan, keinginan untuk melakukan pemeliharaan makanan, kesehatan atau diet mendorong konsumen harus lebih mengetahui kandungan nutrisi atau bahan baku lainnya yang ada,
(23)
dalam suatu produk. Hal ini telah menyadarkan konsumen untuk memperhatikan suatu produk lebih baik. Maka peran label sebagai bagian dari produk yang memberikan informasi tentang produk dan produsen menjadi sangat penting. Maka dari itu terdapat 3 (tiga) macam label menurut Stanton (2004:282), yaitu
a. Brand label, label ini memuat merek, gambar, atau produsen dari produk yang dicantumkan dalam kemasan produk. Informasi tersebut penting bagi konsumen sehingga mereka dapat membedakan suatu produk dengan produk lainnya.
b. Descriptive label, label ini memberikan informasi mengenai bahan baku, persentase kandungan, nilai kalori gizi, cara penggunaan konsumen, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa dan lain-lain.
c. Grade label, label ini menginformasikan kepada konsumen tentang penilaian kualitas produk
Maka dari itu produk mempunyai sifat dan manfaat produk “Sifat barang merupakan karakter yang melekat pada barang itu sendiri secara fisik dapat dilihat, setiap penjual harus memahami sifat –sifat yang ada pada barang yang dipajangkan di toko maupun barang yang ada dalam persediaan, setiap barang dagangan harus diperlakukan berbeda karena setiap barang memiliki karakter yang berbeda”. Demikian juga dalam melakukan klasifikasi harus adanya penempatan dan penataan yang sesuai dengan sifatnya masing-masing untuk menghindari terjadinya dampak dari satu barang terhadap barang lainnya, selain itu memberikan kemudahan dalam pemeriksaan dan pengantian setiap barang. Sifat barang dipengaruhi oleh faktor-faktor :
(24)
a. Bahan baku yang digunakan pada saat proses produksi b. Proses pengolahannya
c. Daya tahan barang
d. Cara pemakaian dan pemeliharaan
Jika dalam proses produksi menggunakan bahan baku bermutu tinggi dan tepat ukurannya dengan pengolahan yang baik, mungkin akan menghasilkan barang yang memiliki daya tahan lama.
2.3 Fungsi Label Halal
Fungsi Labellisasi Halal adalah untuk melindungi konsumen dari tindakan curang produsen terhadap produk makanan yang diproduksinya. Adanya label halal yang tertera dalam kemasan produk mie instan Indomie berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam membuat keputusan pembelian produk Indomi yang halal. Maka dari itu setiap produsen makanan baik makanan olahan maupun non olahan hendaknya mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikasi halal yang berfungsi untuk mendapatkan labellisasi halal.
Jadi bagi pihak supermarket/hypermarket hendaknya menetapkan peraturan pada pemasok untuk menjual produk makanan yang bersetifikat halal dan berlabel halal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka melindungi konsumen dari tindakan curang produsen makanan. Vina, ( 2011:21)
2.3.1.Periklanan
Pengertian periklanan atau reklame adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis modern. Kenyataannya ini berkaitan erat dengan berproduksi industri modern yang menghasilkan produk-produk dalam kuantitas besar, sehingga harus
(25)
mencari pembeli. Dan pasti ada kaitannya juga dengan sistem ekonomi pasar, dimana kompetisi dan persaingan merupakan unsur hakiki, bahwa iklan justru dianggap cara ampuh untuk menonjol dalam persaingan. Dalam perkembangan periklanan, media komonikasi modern –media cetak maupun elektronik khususnya televisi memegang peranan dominan yang sangat berpengaruh terhadap persaingan.
Kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata, tetapi juga oleh masyarakat luas, artinya dengan adanya iklan maka masyarakat jadi tahu akan kelebihan dan keuntungan yang akan diproleh dari pada barang atau jasa yang dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan, masyarakat jadi muda mencari tempat untuk mendapatkan barang atau jasa, sesuai yang di inginkannya. Oleh karna itu, memberitahukan, menggerakkan, meyakinkan dan menggiatkan masyarakat adalah sangat penting terutama bagi perusahaan dalam upaya meraih pasaran atau peminat dari pada barang atau jasa yang telah di hasilkan
Oleh karena itu, periklanan mungkin lebih lama memberikan reaksi positif, akan tetapi mencari jaminan dalam jangka panjang. Sementara kode etik periklanan indonesia menguraikan sebagai berikut : “ Iklan adalah suatu publikasi atau penyiaran yang berupa periklanan/reklame, pemberitahuan atau peryataan yang bersifat bukan berita.
Dalam pengertian lain, dengan adanya suatu iklan perusahaan membangunkan kesadaran masyarakat untuk memiliki barang yang dibutuhkannya, baik dirumah tangga, kantor dan sebagainya lewat penyiaran ditelevisi, radio, surat kabar, dan majalah ataupun tabloid mingguan. Dari
(26)
penjelasan-penjelasan tersebut diatas, maka dapat dismpulkan bahwa pengertian iklan adalah tindakan atau usaha memperkenalkan hasil peroduksi melalui gambar, kata-kata selogan atau simbol dari pada hasil produk tersebut melalui komunikasi langsung yang ditunjukkan kepada khalayak ramai agar dibeli dan menimbulkan peembelian dan memilikinya
2.3.2. Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal
Label Halal adalah label yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia kepada suatu perusahaan makanan, minuman, kosmetik. Atau obat-obatan yang telah diperiksa asal bahan bakunya, sumber bahan bakunya, proses produksinya dan hasil akhirnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Lembaga Pengkajian pangan obat-obatan atau kosmetik yang di lakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI ).
Hasil pemeriksaan ini akan diseminarkan di depan rapat auditor LP POM MUI yang kemudian hasilnya akan diajukan kepada Komisi Fatwa Halal. Kemudian fatwa halal ini diberikan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan dalam bentuk label dengan menggunakan (tiga) bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris
Label halal merupakan tulisan halal baik dalam huruf latin maupun huruf arab yang ditempelkan pada kemasan makanan dan minuman, obat-obatan atau kosmetik atas persetujuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Label halal ini akan menunjukkan kepada konsumen bahwa makanan yang memiliki label halal tersebut memang telah diperiksa kehalalannya dan dijamin kehalalannya oleh lembaga yang memeriksanya
(27)
Jika suatu makanan sudah dinyatakan kehalalannya maka umat Islam tidak ragu-ragu dalam mengkonsumsinya, maka umat Islam akan menjadi pasar terbesar di Indonesia, karena kebanyakan orang Indonesia adalah umat Islam mencapai 90 % maka dari itu apapun yang menyangkut dengan makanan terutama makanan ringan seperti peroduk Mie Instan Indomie perlu kita ketahui kehalalannya, karena kebanyakkan yang mengkonsumsi Indomie adalah umat islam seperti halnya ibu rumah tangga dan para mahasiswa.
Sebaiknya jika perusahaan diketahui memproduksi dan menjual barang yang tidak halal maka konsumen akan menjauhi produk tersebut. Akibatnya produk haram tersebut hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil masyarakat indonesia. Jika hal ini yang terjadi maka omzet penjualan akan kecil dan perkembangan perusahaan juga akan lambat. Disamping hal yang sudah dikemukakan diatas masih ada keuntungan lain bagi konsumen yaitu konsumen akan dengan mudah memilh makanan apa yang sudah dinyatakan MUI sudah dijamin kehalalannya.
Maka dari itu peringatan Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 173, tentang pengharaman babi ternyata sangat melekat di hati sanubari umat Islam di indonesia bahkan di dunia sehingga ketika dipublikasikannya penelitian Dr.Ir. Tri Susanto dalam Buletin Canopy yang diterbitkan oleh sanat mahasiswa Universitas Brawijaya Malang pada bulan januari 1988 tentang jenis-jenis makanan dan minuman yang mengandung lemak babi maka hebohlah umat Islam Indonesia
(28)
Sehingga terjadilah apa yang dikenal dengan istilah “lemak babi ”. Isu ini sangat cepat tersebar kemasyarakat dan akhirnya menjalar kesistem ekonomi indonesia. Sistem perdagangan indonesia dikejutkan dengan isu lemak babi karena seluruh makanan dan minuman yang terkena isu lemak babi tersebut praktis tidak dapat bergerak dari produsen ke konsumen karena tidak satupun konsumen muslim yang mau membeli produk tersebut sehingga produk-prodok tersebut tertimbun digudang pabrik dan swalayan.
Maka tanggal 6 januari 1989 bertepatan dengan 28 jumadil awal 1409 H melalui SK No :Kep 018/MUI/I/1989 tentang pembentukkan lembaga pengkajian pangan obat-obat dan kosmetik, MUI maka terbentuklah LP-POM MUI seperti dikenal dewasa ini tugas sebagai berikut :
1. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep dalam upaya yang berkaitan dengan memproduksi, memperjualbelikan dan menggunakan makanan, obat-obatan dan kosmetik sesuai dengan ajaran islam
2. Mengkaji dan menyusun kosep-konsep yang berkitan dengan peraturan-peraturan yang mengenai penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan, hidangan dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan. 3. Dengan persetujuan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia lembaga
mengadakan kegiatan-kegiatan dalaam rangka kerja sama dengan pemerintah dan swasta, serta melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia
(29)
Tugas yang diemban oleh LP POM MUI bukanlah tugas yang ringan dan teryata semakin hari LP POM MUI bekerja maka semakin meningkatlah permintaan label halal kepada MUI. Jadi tata cara pengajuan prosedur label halal dimulai dengan tahap awal dengan mengajukan permohonan dengan mengisi blangko permohonan yang sudah disiapkan oleh LP POM MUI. Selain mengisi permohonan sertifikasi halal perusahaan yang mengajukan label halal MUI juga diwajibkan untuk mengisi peryataan bahan baku dan bahan tambahan serta bahan pendukung yang dipergunkan dalam peroses produksi. Peryataan ini harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang menerangkan tentang bahan-bahan yang dipergunakan dalam peroses produksi tersebut.
Pemeriksaan berkas permohonan tersebut bertujuan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut layak untuk disertifikasi atau tidak, selain itu juga bertujuan untuk menentukan berapa besar biaya yang dibebankan kepada perusahaan tersebut. Setelah dinilai memenuhi persyaratan maka LP POM MUI SU akan melakukan pemeriksaan atau peninjauan langsung ke lokasi produksi.
Label halal MUI berlaku selama 2 tahun. diantara interval waktu yang 2 tahun ini akan diadakan pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah mendapatkan label halal tersebut. Sidak dilakukan paling sedikit 3 kali dalam interval waktu 2 tahun tersebut. Jika dalam sidak diketahui perusahaan tersebut melakukan pelanggaran perjanjian sertifikasi halal maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika masa berlakunya label sudah berakhir maka perusahaan berkewajiban mengembalikan label tersebut kepada MUI. Dan jika perusahaan ini tetap mendapatkan sertifikasi halal tersebut
(30)
maka perusahaan tersebut diwajibkan untuk mengajukan permohonan sertifikasi halal kembali sesuai dengan prosedur awal yang tersebut di atas.
2.4. Pengaruh Label Halal Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian
Dari tinjauan pustaka sebagaimana diterangkan terdahulu terlihat bahwa soal halal selalu dikaitkan dengan kepentingan konsumen muslim. Pencatuman label halal produk diberikan bila pelaku usaha menyatakan produk yang diperdagangkannya halal dikonsumsi oleh konsumen muslim. Memang masalah halal atau haram sangat peka bagi umat islam, dan dapat dikatakan soal ini menjadi salah satu kepentingan umat islam dalam mengkonsumsi produk makanan yang halal. Dalam ajaran islam seorang muslim tidak diperkenangkan memakan sesuatu kecuali yang halal. Maka dari itu telah dijelaskan dalam Al Qur’an, sebagaimana Allah swt berfirman : Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi dan janganlah kamu mengikuti langka-langka syaihtan”karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu (Qs. Al Baqarah 168)
Seperti hal nya kasus Ajinamoto dengan ditemukannya enzim babi dalam proses pembuatannya untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka dalam kegiatan suatu produksi terhadap produk pangan, obat-obatan maupun juga kosmetk harus jelas keberadaan halal haramnya suatu produk. Maka dapat diambil kesimpulannya akan memberikan pengaruh bagi konsumen khususnya konsumen muslim.
(31)
2.5. Keputusan Pembelian
Peroses pengambilan keputusan pembelian menurut Setiadi (2003:16), peroses pembelian yang spesifik terdiri dari : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif ,keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian Secara umum digambarkan sebagi berikut :
Sumber : Setiadi (2003 :16)
Gambar 2.2
Peroses pengambilan keputusan pembelian
Gambar ini menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada tahap pembelian. Secara rinci tahap-tahap teresebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian menyadari adanya masalah kebutuhan, pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Sehingga para konsumen sering terlibat bila produk mahal, jarang di beli, serta sanagat beresiko apabila kebutuhan tidak sesuai dengan minat beli konsumen dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi
2. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak, baik melalui majalah, televisi maupun internet, sehingga konsumen terdorong oleh perasaan ingin membeli yang Pengenalan
masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Perilaku setelah pembelian Keputusan
(32)
meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai mamfaat dan berkualitas yang baik.
3. Evaluasi alternatif
Konsumen terlebih dahulu harus mengevaluasi alternatif tersebut sebelum mengambil keputusan pembelian atau melakukan pilihan terhadap suatu alternatif, sehingga alternatif yang dipilih benar-benar bermamfaat dan berkualitas yang baik
4. Keputusan membeli
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap pilihan-pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli sesuai dengan kebutuhannya. Sebagimana Kotler (2009:60) mengemukakan bahwa Keputusan membeli di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Budaya (culture, sub culture dan kelas ekonomi)
b. Sosial (lingkungan masyarakat, dan keluarga) c. Peribadi ( usia, pekerjaan dan keadaan ekomnomi) d. Psikologis (motivasi, persepsi,kepercayaan dan sikap) 5. Perilaku sesudah membeli
Sesudah membeli terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan pembelian adalah fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut, jika melebihi memenuhi harapan maka pelanggan akan merasakan kepuasan atau sangat puas. Sedangkan ketidakpuasan pembelian terhadap
(33)
suatu produk, apabila harapan tidak memenuhi sesuai dengan kepuasan pelanggan maka kepuasan tersebut tidak dapat dirasakan
Keputusan pembelian didasarkan pada Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilku seorang konsumen, grop konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah sepanjang waktu. Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan, sehingga akan memuaskan kebutuhan mereka. Sumarwan, (2003: 25)
Para pemasar wajib memahami keragaman perilaku konsumen agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Disamping itu, para pemasar juga perlu memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan membeli, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya.
Konsumen adalah orang yang menggunakan barang-barang produksi. Pada saat menjalankan aktivitas sehari-hari, antara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup, semua orang melakukan kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah setiap kegiatan yang mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa.Konsumsi bukan hanya berarti makan dan minum, tetapi juga berbagai kegiatan lainnya yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup. Konsumen memproleh barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari produsen, karena para konsumen akan memilih produk dan jasa yang berkualitas dimana
(34)
pun dan kapan pun mereka mampu. Sekali mereka mencoba suatu merek, secara otomatis mereka akan menyamakan pengalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu.
2.6. Penelitian Terdahulu
Safridah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal Produk Mie Instan Indomie Terhadap Minat Beli (Studi kasus terhadap minat beli pada ibu rumah tangga dikelurahan Tembung), Kecamatan Medan Tembung Kota Medan” mengemukakan hasil penelitiannya sebagai berikut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Februari 2008 di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Perumusan masalah yang dikemukakan adalah seberapa besar pengaruh labelisasi halal produk mie instan terhadap minat beli ibu rumah tangga di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung yang terdiri dari 6 lingkungan dengan jumlah populasi keseluruhannya sebesar 8.496 orang, yang terdiri dari 1639 kepala keluarga. Pengambilan sampel yang ditetapkan 94 orang didapat dengan menggunakan rumus Taro Yamane.
Maka dipilih jumlah sampel dari tiap lingkungan yaitu menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Dimana dalam hal ini pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi. Disini peneliti diberi kebebasan untuk menentukan kriteria berdasarkan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data
(35)
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), dengan mengumpulkan data secara langsung di lokasi penelitian melalui kuisioner, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan secara tertulis untuk dijawab oleh responden. Kuisioner penelitian disusun peneliti berdasarkan indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan kepustakaan (Library Research). Adapun alat hipotesis yang digunakan berupa Koefisien Korelasi Product Moment, Koefisien Determinasi dan Uji-t. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis dengan mempergunakan teknik analisis data Product Moment diperoleh hasil Koefisien (r) sebesar 0,542. Nilai thitung sebesar 6,185 dan nilai t tabel sebesar 1,98. Hal ini berarti harga thitung > ttabel, maka hubungan diterima, artinya “terdapat hubungan antara labelisasi halal produk mie instan terhadap minat beli ibu rumah tangga di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan”.
Ramadhan Rangkuti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan (Snack Merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamdiyah Sumatera Utara”. Mengemukakan hasil penelitiannya sebagai berikut : Dalam pembahasannya”. Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, khususnya konsumen muslim, karena adanya aturan-aturan dalam agama islam yang mengharuskan untuk mengkonsumsi produk yang halal dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an dan Al Hadist.
(36)
Berdasarkan hasil regresi linier sederhana dan uji t yang dilakukan penelitian ini juga menghasilkan jawaban yang hampir sama yaitu labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Akan tetapi hasil R2 yang diproleh menunjukkan walaupun labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
Khusus produk Chitato, hasil R2 ini disebabkan produk chitato yang berbahan dasar kentang serta dimana produk ini telah lama dikenal oleh masyarakat, membuat konsumen yakin akan kehalalan chitato dan tidak terlalu memperhatikan keadaan label halal yang ada. Jadi kesimpulannya berdasarkan indentifikasi determinasi diketahui bahwa nilai R2 square sebesar 0,221 berarti menjelaskan bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada produk chitato cukup kecil, yaitu hanya 22,1% dan sebagainya
2.7. Kerangka Konseptual
Kebudayaan adalah salah satu faktor penentu keinginan dan prilaku seseorang yang paling mendasar, dalam hal ini faktor agama juga termasuk kedalam faktor budaya. Dengan kata lain agama merupakan salah satu faktor utama dalam prilaku pengambilan keputusan dan prilaku pembelian konsumen. Menurut Wallendorf dan Reilly dalam Setiadi(2003:333) kebudayaan adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara –cara lain pada anggota dari masyarakat tertentu. Menurut Setiadi(2003:338) simbolis-simbolis kebudayaan dapat berupa sesuatu yang tidak
(37)
kasat mata seperti : sikap, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa dan agama atau sesuatu yang kasat mata seperti peralatan, perumahan, produk, hasil seni.
Dengan diketahuinya halal haramnya suatu produk pangan, obat-obatan maupun kosmetika maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen khususnya konsumen Muslim untuk mempergunakan produk tersebut. Maka dengan adanya label halal pada produk akan mendorong konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memilki dan mencantumkan Label Halal pada kemasannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Sumber: Safrida (2008) diolah
Gambar 2.5 Kerangka konseptual 2.8. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan permasalahan yang diajukan. Menurut Singarimbun dan Effendi (2005:56): “Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau proposisi tentatif hubungan antara 2 (dua) variabel atau lebih”. Adapun hipotesis yang diajukan terhadap rumusan masalah yang telah diajukan adalah : Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Labelisasi Halal (X)
Keputusan pembelian (Y)
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permaslahan yang terjadi. Tujuan penelitian ekspalanasi menurut Ginting dan Sitomorang(2008:57) yaitu ada yang bertujuan mempelajari, mendeskripsikan, mendeteksi (mengungkapkan) dan ada pula yang menyelidiki hubungan kausalitas. Berdasarkan tingkatan ekspalansi, maka penelitian ini adalah penelitian asosiatif yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Jadi objek dalam penelitian ini adalah Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.2. Tempat dan Wktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jalan.Prof. T.M. Hanafiah, SH. Kampus USU medan, khususnya untuk mahasiswa. Maka pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan juni 2013
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuaran dalam membahas dan menganalisis permaslahan, maka penelitian ini memberikan batasan opersional untuk mengetahui pengaruh Labelisai Halal (X) terhadap Keputusan Pembelian (Y)
(39)
produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3.4. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas (X)
Labelisasi Halal adalah pencatuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk Indomie untuk menunjukkan bahwa produk Indomie berstatus sebagai produk halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. Dengan indikator sebagai berikut :
1.Halal proses pembuatan 2. Halal bahan baku utama 3. Halal bahan pembantu 4. Efek yang baik
5. Ukuran logo halal yang jelas
Diukur dengan Skala Likert, dengan sekor 1-5. Dimana semakin tinggi angka menunjukkan semakin yakin konsumen tentang kahalalan produk Mie Instan Indomie
2. Variabel Terikat (Y)
Keputusan Pembelian adalah keputusan konsumen untuk membeli produk Mie Instan Indomie dalam kemsan berdasarkan ada atau tidaknya label halal pada kemasan produk tersebut. Dengan indikatornya
1. Tingkat keyakinan 2. Kepercayaan 3. Minat
(40)
4. Pengenalan 5. Kualitas produk
Diukur dengan Skala Likert, dengan sekor 1-5. Dimana semakin tinggi angka menunjukkan semakin yakin konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Adapun definisi variabelnya juga dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Opersionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Ukur Labelisasi
Halal (X)
Adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk Mie Instan
Indomie untuk
menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal
1. Halal proses pembuatan 2. Halal bahan baku
utama 3. Halal bahan
pembantu 4. Efek yang baik
5. Ukuran logo halal yang jelas
Likert
Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk
makanan kemasan berdasarkan ada atau tidaknya label halal pada kemasan produk Mie Instan Indomie
1. Tingkat keyakinan 2. Kepercayaan 3. Minat
4. Pengenalan 5. Kualitas produk
Likert
Sumber : Kotler (2008) diolah 3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah likert scale. Pada sekala ini mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Sugiyono(2006 :86) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 – 5 yang dapat dilahat sebagai berikut :
(41)
Skala pengukuran variabel responden dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4
Skala Pengukuran Variabel Responden
No Keterangan responden Skor
1 Sangat setuju (SS) 5
2 Setujuh (S) 4
3 Kurang setuju (KS) 3
4 Tidak setuju (TS) 2
5 Sangat tidak setuju (STS) 1
3.6. Populasi dan Sampel a. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang membeli produk Mie Instan Indomie dimana jumlahnya tidak diketahui secara pasti berapa jumlahnya
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono ( 2004:73). Populasi dengan kata lain populasi dianggap homogen, dengan jumlah kesalahan ketidaktelitian pengambilan sampel sebesar 10% untuk mengambil jumlah sampel, Oleh karena itu jumlah populasi tidak diketahui maka pengambilan jumlah sampel dilakukan dapat digunakan rumus dalam Supramono ( 2003:62 )
Sampel
Keterangan :
N = Jumlah sampel
�=��
�. (�). (�)
(42)
Za = Nilai standar normal yang besarnya tergantung a Bila a = 0,05 Z = 1,67
Bila a = 0,01 Z = 1,96 P = Etimasi proporsi populasi Q = 1-P
D = Penyimpangan yang di tolelir
Untuk mengetahui n ( Jumlah sampel ) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,05. Jadi nilai p =0,05 di dasarkan pada pra penelitian di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terhadap 30 orang responden, kemudian 15 orang diantaranya setuju membeli produk mie instan indomie yang berlabel halal dengan demikian jumlah sampel yang memiliki populasi dalam penelitian ini adalah
�=��
�. (�). (�) ��
n = (�,��)�.(�,�).(�,�)
�,��
n = 96,04 = 96 orang
Menurut Sugiyono (2007:57) pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan karakter dan ciri-ciri yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel
Kriteria populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut a. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara diharapkan
(43)
b. Beragama Islam, dikarenakan konsumen Muslim lebih sensitif terhadap label halal produk
c. Telah melakukan pembelian terhadap produk Mie Instan Indomie lebih dari satu kali
3.7. Jenis Data a. Data Primer
Data primer adalah data yang diproleh langsung dari subjek penelitian melalui kuisioner dan wawancara dengan responden
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari sumber lain-lain yang telah diolah terlebih dahulu yaitu untuk itu penelitian ini penulis memperoleh data sekunder dari jurnal, buku pengetahuan serta informasi pendukung lain yang diperoleh dari internet mengenai produk Mie Instan merek Indomie dan labelisasi halalnya
3.8. Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis untuk diisi oleh responden (Mahasiswa) Fakultas Ekonomi USU
2. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah, catatan kuliah, literatur lainnya yang berhubungan dengan topik penulisan ini. Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data teoritis untuk membangun landasan teori yang kuat untuk mendukung penelitian ini.
(44)
3.9. Uji Validitas dan Reabilitas 3.9.1. Uji Validitas
Menurut Ginting dan Situmorang (2008:14) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevaliditan atau kesahihan suatu instrumen. Maka sebelum instrumen digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji Validitas dan Realibilitas. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuisioner dapat menjawab tujuan penelitian. Pengujian Validitas instrumen dilakukan pada 30 orang Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dalam sampel menggunakan SPSS 17,0 for windows dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika �ℎ����� ≥ ������ maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid 2. Jika �ℎ����� ˂������ ,maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid
3. Uji validitas akan dilaksanakan pada 30 orang diluar sampel di Fakultas Ekonomi USU. Nilai tabel r dengan ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikansi sebesar 5%, angka yang diperoleh = 0,361.
(45)
Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Sumber :Hasil Pengolahan SPSS (2012) Diolah
Penelitian mengajukan kuesioner yang berisi 18 pertanyaan untuk 30 responden di luar sampel, 10 pertanyaan mengenai lebelisasi halal dan 8 pertanyaan mengenai keputusan pembelian yang kesemuanya dinyatakan valid.
3.9.2. Uji Reliabilitas
Merupakan tingkat kehandalan suatu instrumen penelitian. Menurut Sugiyono(2007:105) Intrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
Tabel 3.3 Uji Validitas
Corrected
Item-Total Correlation R tabel
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keterangan
VAR00001 .324 .0,361 .910 Valid
VAR00002 .581 0,361 .902 Valid
VAR00003 .580 .0,361 .902 Valid
VAR00004 .649 0,361 .900 Valid
VAR00005 .640 .0,361 .901 Valid
VAR00006 .496 0,361 .905 Valid
VAR00007 .516 .0,361 .904 Valid
VAR00008 .648 0,361 .901 Valid
VAR00009 .581 .0,361 .902 Valid
VAR00010 .678 0,361 .899 Valid
VAR00011 .608 .0,361 .902 Valid
VAR00012 .425 0,361 .907 Valid
VAR00013 .528 .0,361 .904 Valid
VAR00014 .562 0,361 .903 Valid
VAR00015 .538 .0,361 .904 Valid
VAR00016 .543 0,361 .903 Valid
VAR00017 .698 .0,361 .899 Valid
(46)
data yang sama. Pengujian Reliabilitas artinya data yang diproleh melalui kuisioner hasilnya konsisten bila digunakan peneliti lain. Pengujian dengan program SPSS 17.0 for windows
Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :
1.
Jika ���� ℎ�������� ���� ≥������, maka pertanyaan realibel2.
Jika ���� ℎ�������� ���� ˂������ , maka pertanyaan tidak realibel Hasil uji Reliability dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:Tabel 3.4 Realibilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.908 18
Sumber :Hasil Pengolahan SPSS 17.0 (2012) Diolah
Pada 18 pertanyaan yang valid dalam kuesioner dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,908 berarti lebih besar 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa koesioner tersebut telah realibel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian.
3.10. Teknik Analisis
3.10.1. Metode Analisis Deskriptif
Merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai pengumpulan, menyusun dan menganalisis data, sehingga dapat diketahui gambaran umum objek yang diteliti.
(47)
3.10.2. Metode Analisis Statistik
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Regresi Linear Sederhana. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Indomie. Model persamaan yang digunakan adalah:
Y = a + b X+e
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian konsumen (variable dependen) a= konstanta
b= Koefisien regresi sederhana X= Labelisasi Halal
3.11. Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yang diteliti yaitu pengaruh labelisasi halal (X) terhadap pembelian produk Mie Instan Indomie (Y). Semakin baik nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel (X) menerangkan variabel (Y)
2. Uji Hipotesis (uji-t)
Uji ini menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesisnya adalah :
(48)
H0 : Labelisasi Halal tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU
Ha : Labelisasi Halal mempunyai hubungan linear yang signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU. Dengan kriteria pengambilan keputusan :
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
(49)
BAB 1V
HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Gambaran Umum Perusahaan
Indomie merupakan merek Mie Instan yang sangat terkenal di Indonesia. Indomie adalah salah satu produk PT.Indofood CBP, Sukses Makmur. Ketika Mie Instan diperkenalkan pertama kali kepada masyarakat Indonesia pada tahun 1969, oleh Sudono Salim banyak yang meragukan bahwa Mie Instan dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena Mie Instan Indomie sendiri harganya relatif terjangkau mudah disajikan dan awet. Indomie berkembang pesat seiring dengan diterimanya mie instan di Indonesia. Produk Indomie pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera konsumen.
Produk Indomie adalah salah satu produk Mie asli Indonesia yang diproduksi oleh Indofood ini merupakan salah satu produk asli Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di indonesia, sebutan “Indomie” sudah umum digunakan sebagai istilah yang merujuk pada mi instan. Produk mie instan ini sangat digemari olah masyarakat,
Produk mie instan tersebut merupakan produk tersukses dari perusahaan milik Sudono Salim.produk dari Indofood satu ini mulai diluncurkan kepasar sejak tahun 1982, selain dijual di Indonesia indomie didistribusikan di mancanegara, antara lain Amerika Serikat, Australia, sebagian Asia dan Afrika,serta beberapa negara Eropa.Sumber,( profil perusahaan indomi dan
(50)
(AnneAhira.com 2013), karena harganya ekonomis dan cita rasa telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia. Intinya mie ini sangat digemari oleh anak-anak remaja atau dewasa/ Mahasiswa, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU . Citra rasa yang disesuaikan dengan aroma, rasa asin, manis, gurih, semuanya sangat pas dilidah orang Indonesia. Perusahaan pembuat mie instan ini, mengklaim bahwa mie tersebut termasuk makanan sehat dan bergizi. Mie itu memiliki kandungan protein, energi, asam folat, mineral besi, natrium, dan berbagai vitamin lainya.
4.1.2. Visi dan Misi
a. Visi
1. Menjadi perusahaan tangguh dan terintegrasi dalam industri agrebisnis dan akuakultur.
2. Menjadi perusahaan tempat para professional mengembangkan diri dan berkarya bagi perusahaan dan Negara.
b. Misi
1. Ikut serta menyehatkan dan mencerdaskan bangsa dengan menyediakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi dan murah.
2. Ikut serta mengembangkan industri agribisnis dan akuakultur di Indonesia.
3. Ikut serta menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan tenaga kerja yang terampil dan produktif.
(51)
4.1.3. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Sumber :
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Struktur organisasi perusahaan PT.Indofood diatas masuk kedalam jenis departementalisasi Fungsional. Struktur yang terdapat pada setiap organisasi pada dasarnya merupakan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai yang melaksanakan pekerjaan. Setiap unsur-unsur harus dirancang dan ditaati sebaik-baiknya, sebagai pertimbangan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Kejelasan dari struktur ini didapat dalam satu organisasi dan dapat diketahui hubungan kerjanya secara fungsional antara satu bagian dengan bagian lainnya. Susunan organisasi yang ada pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dapat dilihat pada gambar 5 dalam organisasi perlu adanya struktur organisasi, tanggung jawab dari seluruh aktivitas organisasi perusahaan. Struktur organisasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan suatu garis lurus dari atas ke
(52)
Dalam pengelolaan kegiatan perusahaan dilaksanakan oleh dewan direksi. Dewan direksi dipimpin oleh seorang direktur utama dengan dibantu tiga orang wakil direktur, serta enam direktur. Fungsi dari direktur utama adalah sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan, menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.
Struktur organisasi yang ada telah berjalan dengan baik, dilengkapi dengan uraian tugas yang jelas, didalamnya telah tercermin adanya pendelegasian wewenang serta tanggung jawab yang jelas pula, serta tergambar adanya pemisahan fungsi yang memungkinkan bekerjanya sistem pengendalian intern dan pengawasan.Adapun keterangan yang disebut diatas adalah:
1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
RUPS berada paling atas pada struktur organisasi perusahaan, biasanya diadakan setiap satu tahun sekali. Didalam rapat tersebut dewan direksi berkewajiban memberikan laporan perihal jalannya perusahaan mulai dari tata usaha keuangan dari tahun buku yang lalu yang harus ditentukan dan disetujui. 2. Dewan Komisaris
Tugas utama dewan direksi adalah mengawasi direksi dalam menjalankan kegiatan dan mengelola perusahaan. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, dewan direksi memiliki sepuluh anggota dewan direksi yang terdiri dari satu orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris yang terdiri dari satu orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris dan tiga anggota
(53)
komisaris independent yang tidak terafiliasi dengan direksi dan dewan komisaris atau pemegang saham pengendali.
3. Dewan Direksi
Dewan direksi terdiri dari satu orang direktur utama, tiga orang wakil direktur utama dan enam orang direktur. Tugas utama dari direksi adalah menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan, menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari direksi adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar. Pada tahun 2006 secara formal direksi mengadakan tiga kali rapat direksi untuk mengevaluasi kinerja operasional dan keuangan perseroan, serta meninjau strategi dan hal-hal penting lainnya. Selain itu beberapa pertemuan informal juga dilaksanakan untuk membahas dan menyetujui hal-hal yang membutuhkan perhatian dengan segera.
4. Komite Audit
Dalam rangka memenuhi peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dan sejalan dengan semangat tata kelola perusahaan yang baik, dewan komisaris membentuk komite audit, komite audit dipimpin oleh seorang komisaris independen dan mempunyai tiga orang anggota yang terdiri dari satu komisaris independen dan dua professional independent yang memiliki kualifikasi dan pengalaman dalam bidang keuangan.
(54)
Komite audit bertanggung jawab langsung kepada dewan komisaris. Fungsi utama dari komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk menjalankan peran pengendalian yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan saran kepada dewan komisaris atas laporan dan hal-hal yang disampaikan direksi.
b. Mengidentifikasi hal-hal yang harus ditindak lanjuti oleh dewan komisaris.
c. Melakukan tugas-tugas yang diberikan dan yang terkait dengan peran dewan komisaris dalam hal pengendalian.
Disamping itu, komite audit memberikan opini yang independen dan profesional atas aspek-aspek kepatuhan, kontrol, manajemen resiko serta aktifitas audit internal dan eksternal. Komite audit juga terlibat dalam pemilihan dan penunjukkan akuntan publik dengan mempertimbangkan independensi dan objektifitas dari para auditor.
5. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris perusahaan berfungsi sebagai penghubung antara perseroan dengan institusi pasar modal, para pemegang saham, dan masyarakat. Sekretaris bertanggung jawab untuk memonitor kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan pasar modal.
(55)
4.1.4 Macam-Macam Rasa Indomie
Indofood membuat beragam macam rasa mie instan, tentu saja disambut antusias oleh semua kalangan,selera mereka seakan terjawab dan terhidang dengan cepat rasa yang sangat pas telah membuat indomie semakin banyak penggemarnya.Indofood mempunyai beberapa rasa mie yang bisa dinikmati oleh para penggemarnya,berikut ini adalah jenis-jenis mie kuah yang paling disukai oleh seluruh masyarakat,khususnya para mahasiswa Fakultas Ekonomi USU medan, dari berbagai kalangan dan berbagai usia
Belum cukup rasanya menyajikan macam-macam mie instan yang hanya mungkin dianggap sebagi rasa mie instan asli yang dari awal diciptakan oleh pihak Indofood membuat berbagai rasa mie yang diambil dari cita rasa masakan seluruh indonesia
Sumber: www.indofood.com/indomie(2013) Gambar 4.2.
(56)
4.1.5. Label Halal LPPOM MUI
Sertifikasi Halal pada produk pangan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menenteramkan batin para konsumen. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan sistem jaminan halal. Sertifikasi Halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at islam. Sertifikasi halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari intasi pemerintah yang berwenang. Berikut Logo Label Halal yang berasal dari LPPOM MUI
(Sumber
Gambar 4.3.
Logo Label Halal LPPOM MUI 1. Jaminan Halal Dari Produsen
Masa berlaku Sertifikat Halal adalah 2 (dua) tahun, sehingga untuk menjaga konsistensi produksi selama berlakunya sertifikat, LPPOM MUI memberikan ketentuan bagi perusahaan sebagai berikut:
(57)
a. Sebelum produsen mengajukan sertifikasi halal terlebih dahulu harus mempersiapkan sistem jaminan halal. Penjelasan rinci tentang sistem jaminan halal dapat merujuk kapada buku pedoman penyusunan sistem jaminan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI
b. Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang tim atau auditor halal yang bertanggung jawab dalam menjamin pelaksanaan produksi halal c. Berkewajiban mendatangani kesedian untuk diperiksa secara mendadak
tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI
d. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan sistem jaminan halal
2. Prosedur Sertifikasi Halal
Prosedur yang menginginkan sertifikasi halal mendaftarkan ke seketariat LPPOM MUI dengan ketentuan sebagai berikut :
1`. Industri Pengolah
a. Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi dilokasi yang sama dan atau yang memiliki merek/brand yang sama.
b. Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk dan pabrik pengemasan
c. Ketentuan untuk tempat harus dilakukan diperusahaan yang sudah mempunyai produk bersertifikat halal atau yang bersedia disertifikasi halal
(58)
2. Restoran dan Katering
a. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh menu yang dijual termasuk produk-produk titipan, kue ulang tahun serta menu musiman b. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh gerai, dapur serta gudang
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu menggunakan analisis deskriptif dan statistik regresi linier sederhana. Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer yang menunjukkan bagaimana tanggapan konsumen muslim terhadap labelisasi halal. Analisis linier sederhana digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan bantuan program software SPSS 17,0.
4.2 Analisis Data
4.2.1. Analisis Desriptif Karakteristik Responden
Analisa deskriptif karakteristik responden dengan data frekuensi digunakan untuk mengetahui seberapa banyak responden menyatakan hal yang sama terhadap suatu obyek pernyataan. Berikut adalah hasil perhitungannya:
a. Karakteristik responden berdasarkan program studi telihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan program studi
Program studi frekuensi Persentasi (%)
SI Manajemen 45 46,87
SI EP 18 18,75
SI AK 15 15,62
DIII AK 12 12,5
DIII ST 6 6,25
(59)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa program studi SI Manajemen sebanyk 45 orang dengan persentasi 46, 87 %, pada SI EP sebanyak 18 orang dengan persentasi 18,75 %, pada SI AK sebanyak 15 orang dengan persentasi 15,62, sedangkan DIII AK sebanyak 12 orang dengan persentasi 12,5 %, dan DIII ST sebanyk 6 orang dengan persentasi 6,25. Berdasarkan data ini frekuensi yang tertinggi dalam program studi yaitu SI Manajemen dengan persentasi 46,87 %
b. Karakteristik responden berdasarkan Angkatan terlihat pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Karakteristik responden berdasarkan Angkatan
Angkatan frekuensi Persentasi (%)
2008 45 46,87
2009 19 19,79
2010 10 10,41
2011 12 12,5
2012 10 10,41
Jumlah 96 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa angkatan 2008 sebanyak 45 orang dengan persentasi 46,87 %, pada angkatan 2009 sebanyak 19 orang dengan persentasi 19,79 %, pada angkatan 2010 sebanyak 10 orang dengan persentasi 10,41, sedangkan angkatan 2011 sebanyak 12 orang dengan persentasi 12,5,dan pada angkatan 2012 sebanyak 10 orang dengan persentasi 10,41. Berdasarkan data ini bahwa angkatan 2008 yang paling banyak dengan persentasi 46,87 %
c. Karakteristik responden berdasarkan Umur terlihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan Umur
Umur frekuensi persentasi
19-21 30 31,25
22-24 60 62,5
25-27 6 6,25
(60)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada usia 19-21 tahun sebanyak 30 orang dengan persentasi 31,25 %, sedangkan pada usia 22-24 tahun sebanyak 60 orang dengan persentasi 62,5 , dan pada usia 25-27 tahun sebanyak 6 orang dengan persentasi 6,25 %. Berdasarkan data ini bahwa dapat diketahui frekuensi tertinggi adalah usia 22-24 tahun dengan persentasi 62,5 %
d. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin terlihat pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4,4
Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentasi (%)
Laki-laki 60 62,5
Perempuan 36 37,5
Jumlah 96 100
Tabel 4,4 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 60 orang dengan persentasi 62,5 %, dan berjenis perempuan sebanyak 36 orang dengan persentasi 37,5 %. Berdasarkan data ini bahwa dapat diketahui frekuensi tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki dengan persentasi 62,5 %
e. Karakteristik responden berdasarkan Agama terlihat pada Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Karakteristik responden berdasarkan Agama
Agama frekuensi Persentasi (%)
Islam 45 46,87
Kristen 30 31,25
Hindu 12 12,5
Budha 9 9,37
Jumalh 96 100
Sumber : Data Primer dengan pengolahan (2013)
Tabel 4,5 menunjukkan bahwa agama Islam sebanyak 45 orang dengan persentasi 46,87 %, pada agama Kristen sebanyak 30 orang dengan persentasi 31,25 %, pada agama Hindu sebanyak 12 orang dengan persentasi 12,5, dan pada agama Budha
(61)
sebanyak 9 orang dengan persentasi 9,37 %. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa Agama Islam mempunyai frekuensi tertinggi dengan persentasi 46,87 %
4.3 Analisis Deskriptif Variabel 4.3.1. Variabel Labelisasi Halal (X)
Distribusi jawaban responden terhadap 10 butir pertanyaan mengenai variabel labelisasi halal (X), maka dari itu jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Labelisasi Halal Sebagai Variabel X
Butir pertanyaan Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS) Total
f % f % f % f % f % f %
Butir 1 5 5,2 20 20,8 27 28,1 38 39,6 6 6,3 96 100. Butir 2 8 8,3 25 26,0 40 41,7 15 15,6 8 8,3 96 100. Butir 3 7 7,3 21 21,9 34 35,4 27 28,1 7 7,3 96 100 Butir 4 3 3,1 2 2,1 25 26,0 62 64,6 4 4,2 96 100 Butir 5 1 1,0 2 2,1 38 39,6 50 52,1 5 5,2 96 100 Butir 6 4 4,2 2 2,1 33 34,4 53 55,2 4 4,2 96 100 Butir 7 5 5,2 2 2,1 36 37,5 46 47,9 7 7,3 96 100 Butir 8 1 1,0 5 5,2 39 40,6 45 46,9 6 6,3 96 100 Butir 9 0 0 12 12,5 67 69,8 17 17,7 0 0 96 100 Butir 10 5 5,2 2 2,1 36 37,5 46 47,9 7 7,3 96 100
Sumber : Data Primer Dengan Pengolahan (2013)
Hasil jawaban koesioner yang di peroleh dari 96 responden untuk variable lebelisasi halal pada Tabel 4.6 yaitu:
(62)
1. Pada butir pernyataan pertama “Dengan adanya label halal, saya yakin bahwa Proses Pembuatan Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 5 orang sangat tidak setuju dengan presentase sebesar 5,2% %, 20 orang menyatakan tidak setuju dengan presentase sebesar 20,8%, 27 orang menyatakan kurang setuju dengan presentase sebesar 28,1%, 38 orang menyatakan setuju dengan besar persentase 39,6%, 6 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 6,3%. Dengan demikian rata rata konsumen menyatakan setuju bahwa Dengan adanya label halal, saya yakin bahwa Proses Pembuatan Produk Mie Instan Indomie adalah halal .
2. Pada butir pertanyaan kedua “Dengan adanya label halal saya yakin proses pembuatan produk Indomie tidak tercampur dengan hal-hal yang diharamkan” bahwa bahan utama yang digunakan dalam produksi Produk Sosis Fiesta adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 8 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 83%%, 25 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 26,0%, 40 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 41,7%, 15 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 15,6% dan 8 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 8,3%. Dengan demikian rata-rata konsumen menyatakan kurang setuju bahwa Dengan adanya label halal saya yakin proses pembuatan produk Indomie tidak tercampur dengan hal-hal yang diharamkan.
(63)
3. Pada butir pertanyaan ketiga “Dengan adanya labelisasi halal, saya percaya bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 7 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 7,3%, 21 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 21,9%, 34 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 35,4%, 27 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 28,1% dan 7 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 73%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Dengan adanya labelisasi halal, saya percaya bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal
4. Pada butir pertanyaan keempat “Saya yakin bahwa dengan adanya label hal bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie telah diuji oleh pihak LP POM MUI”. Distribusi tangapan terdapat 3 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 3,1%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 25 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 26,0%, 62 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 64,6% dan 4 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 4,2%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju Saya yakin bahwa dengan adanya label hal bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie telah diuji oleh pihak LP POM MUI
(64)
5. Pada butir pertanyaan kelima “Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa Bahan-Bahan Pembantu yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 1 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 1,0%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 38 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 39,6 %, 50 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 52,1% .Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa Bahan-Bahan Pembantu yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal
6. Pada butir pertanyaan keenam “Saya percaya bahwa bahan-bahan pembantu untuk pembuatan Indomie halal dalam proses produksinya. Distribusi tangapan terdapat 4 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 4,2%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 33 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 34.4%, 53 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 55,2% dan 4 orang menyatakan sanagat setuju dengan persentase 4,2%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Saya percaya bahwa bahan-bahan pembantu untuk pembuatan Indomie halal dalam proses produksinya.
7. Pada butir pertanyaan ketujuh “Dalam labelisasi halal saya percaya bahwa Efek Produk Mie Instan Indomie tidak menyebabkan kerusakan tubuh (organ)atau mengganggu kesehatan setelah dikonsumsi. Distribusi tangapan
(1)
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 3 3.1 3.1 3.1
2.00 2 2.1 2.1 5.2
3.00 25 26.0 26.0 31.3
4.00 62 64.6 64.6 95.8
5.00 4 4.2 4.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00005
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju kurang Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 2 2.1 2.1 3.1
3.00 38 39.6 39.6 42.7
4.00 50 52.1 52.1 94.8
5.00 5 5.2 5.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00006
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 4 4.2 4.2 4.2
2.00 2 2.1 2.1 6.3
3.00 33 34.4 34.4 40.6
4.00 53 55.2 55.2 95.8
5.00 4 4.2 4.2 100.0
(2)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 5 5.2 5.2 5.2
2.00 2 2.1 2.1 7.3
3.00 36 37.5 37.5 44.8
4.00 46 47.9 47.9 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00008
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 5 5.2 5.2 6.3
3.00 39 40.6 40.6 46.9
4.00 45 46.9 46.9 93.8
5.00 6 6.3 6.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00009
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak setuju
Kurang Setuju Setuju
2.00 12 12.5 12.5 12.5
3.00 67 69.8 69.8 82.3
4.00 17 17.7 17.7 100.0
(3)
VAR00010
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 5 5.2 5.2 5.2
2.00 2 2.1 2.1 7.3
3.00 36 37.5 37.5 44.8
4.00 46 47.9 47.9 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00011
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 4 4.2 4.2 5.2
3.00 37 38.5 38.5 43.8
4.00 47 49.0 49.0 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00012
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 1 1.0 1.0 2.1
3.00 57 59.4 59.4 61.5
4.00 36 37.5 37.5 99.0
5.00 1 1.0 1.0 100.0
(4)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 3 3.1 3.1 3.1
2.00 4 4.2 4.2 7.3
3.00 36 37.5 37.5 44.8
4.00 46 47.9 47.9 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00014
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 15 15.6 15.6 16.7
3.00 58 60.4 60.4 77.1
4.00 22 22.9 22.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00015
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 3 3.1 3.1 3.1
2.00 6 6.3 6.3 9.4
3.00 37 38.5 38.5 47.9
4.00 43 44.8 44.8 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
(5)
VAR00016
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 1 1.0 1.0 1.0
2.00 5 5.2 5.2 6.3
3.00 39 40.6 40.6 46.9
4.00 45 46.9 46.9 93.8
5.00 6 6.3 6.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00017
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Kurang Setuju Setuju
1.00 2 2.1 2.1 2.1
3.00 68 70.8 70.8 72.9
4.00 26 27.1 27.1 100.0
Total 96 100.0 100.0
VAR00018
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1.00 5 5.2 5.2 5.2
2.00 2 2.1 2.1 7.3
3.00 36 37.5 37.5 44.8
4.00 46 47.9 47.9 92.7
5.00 7 7.3 7.3 100.0
(6)