Inkompatibilitas Antara Injeksi Dexamethasone dengan Larutan Parenteral yang Mengandung Kalsium

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parenteral
Jalur pemberian obat parenteral merupakan jalur dimana obat dimasukkan
ke dalam tubuh pasien menggunakan jarum suntik. Ada empat rute parenteral
yang umum digunakan, yaitu: intradermal (ID), subkutan (SC), intramuskular
(IM), dan intravena (IV). Pilihan jalur parenteral yang akan digunakan ditentukan
oleh resep berdasarkan sifat obat, onset efek terapeutik yang diinginkan, dan
kebutuhan pasien (Kamienski dan Keogh, 2015).
2.1.1 Intravena
Injeksi intravena digunakan untuk memberikan onset obat yang cepat
karena obat langsung disuntikkan ke sistem sirkulasi. Area injeksi dapat di vena
sefalika, atau kubiti di lengan, atau vena dorsal di tangan. Injeksi intravena
menggunakan jarum berukuran 21-23 gauge dengan panjang 1 sampai 1,5 inci.
Obat dapat diberikan langsung ke pembuluh darah dengan jarum suntik, melalui
kateter intermiten yang diinsersikan ke pembuluh darah pasien, serta dapat
disuntikkan dalam cairan infus atau diberikan sebagai infus (piggyback)
(Kamienski dan Keogh, 2015). Larutan bervolume besar atau kecil dapat
diberikan ke dalam vena untuk mendapatkan efek lebih cepat, tetapi pemberian
melalui rute ini potensial berbahaya karena obat tidak dapat dikeluarkan kembali

setelah diberikan (Agoes, 2009).
Risiko lain untuk pemberian obat secara intravena yaitu, adanya potensi
terjadi interaksi obat; berkurangnya konsentrasi obat karena adanya adsorpsi pada
wadah intravena dan perangkat administrasi; adanya potensi kesalahan dalam

5
Universitas Sumatera Utara

teknik peracikan; pengeluaran darah yang menyebabkan bengkak, dan flebitis
(Phillips dan Gorski, 2014).
2.1.2 Dasar pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infus intravena (parenteral) merupakan pemberian cairan
dan elektrolit kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan rumatannya
karena tidak dapat dilakukan pemberian secara oral atau untuk memberikan cairan
pengganti secara cepat akibat kehilangan cairan. Pemberian cairan intravena juga
merupakan tindakan yang sering dilakukan pada kondisi gawat darurat yang
sangat menentukan keselamatan hidup pasien (life saving), seperti pendarahan
hebat, diare berat dan luka bakar. Selain untuk pemberian cairan dan elektrolit,
jalur intravena dapat juga sebagai jalur untuk memasukkan obat dan nutrisi
(Hardisman, 2015)


2.2 Injeksi Dexamethasone
2.2.1 Uraian umum deksametason natrium fosfat
Rumus Bangun:

Gambar 2.1 Rumus bangun deksametason natrium fosfat
Rumus Molekul

: C22H28FNa2O8P

Berat Molekul

: 516,41

6
Universitas Sumatera Utara

Pemerian

: serbuk hablur; putih agak kuning; tidak berbau

etanol; sangat higroskopis

Kelarutan

: mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol;
sangat sukar larut dalam dioksan; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter
(Ditjen POM, 1995)

Injeksi dexamethasone tiap ml (1 ampul) mengandung deksametason
natrium fosfat 5,465 mg setara dengan deksametason fosfat 5 mg. Injeksi
intravena 5 mg/ml, dalam kotak 100 ampul (Ditjen POM, 1989).
lnjeksi Deksametason Natrium Fosfat adalah larutan steril Deksametason
Natrium Fosfat dalam air untuk injeksi. Mengandung Deksametason Fosfat,
C22H30FO8P, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket, sebagai garam dinatrium. pH injeksi deksametason
natrium fosfat antara 7,0 dan 8,5 (Ditjen POM, 1995).
Dapat diberikan tanpa diencerkan atau dapat ditambahkan ke glukosa
intravena atau normal salin dan diberikan melalui infus. Untuk intravena
digunakan 24 mg/mL, sedangkan 4 mg/mL dapat digunakan untuk intramuskular

(Gahart dan Nazareno, 2014).
Penghentian

pengobatan

harus

dilakukan

secara

bertahap

untuk

menghindari pengendapan gejala insufisiensi adrenal. Pasien harus diamati,
terutama dalam keadaan stres, hingga 2 tahun. Gunakan dosis tunggal sebelum
jam 09.00 pagi untuk mengurangi penekanan aktivitas adrenokortikol individu
(Gahart dan Nazareno, 2014).
Kompatibilitas injeksi dexamethasone dengan larutan infus dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

7
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Solution compatibility chart dexamethasone

2.2.2 Dosis umum
Dosis standar: 0,5-24 mg setiap hari untuk injeksi intravena/infus, dosis
bervariasi tergantung pada kondisi pasien. Dosis dapat dibagi menjadi 2 sampai 4
dosis. Injeksi dexamethasone biasanya diberikan dalam situasi darurat atau ketika
tidak layak diberikan dosis oral. Total dosis biasanya tidak melebihi 80 mg/24
jam. Pengobatan untuk dosis tinggi biasanya digunakan tidak lebih dari 48 sampai
72 jam hingga kondisi pasien stabil (Gray, et al., 2011; Gahart dan Nazareno,
2014).
2.2.3 Farmakologi
Merupakan anti-inflamasi glukokortikoid. Sebuah steroid adrenokortikal
sintetik dengan sedikit retensi natrium. Sangat larut dalam air. Tujuh kali lebih
poten dari prednisolon dan 20 sampai 30 kali lebih poten dari hidrokortison.
Memiliki aktivitas mineralokortikoid yang minimal. Khususnya digunakan

sebagai anti-inflamasi dan efek imunosupresif. Metabolisme utama di hati dan
diekskresikan sebagai metabolit tidak aktif dalam urin. Diekskresikan dalam urin
dan air susu ibu (Gahart dan Nazareno, 2014).

8
Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Indikasi dan kontraindikasi
Digunakan sebagai terapi tambahan untuk reaksi alergi/hipersensitif parah,
pengurangan daerah edema akut (edema serebral, edema saluran napas),
insufisiensi adrenokortikol, antimuntah untuk kemoterapi-induksi muntah
(misalnya, cisplatin). Injeksi dexamethasone dapat diberikan melalui berbagai rute
pemberian

yang

lain

misalnya,


intramuskular;

intra-artikular;

intralesi;

intrasinovial (Gahart dan Nazareno, 2014).
Kontraindikasi berupa tukak lambung, infeksi akut atau kronis (terutama
cacar), diabetes mellitus, osteoporosis, insufisiensi ginjal, kecenderungan
tromboemboli (Gahart dan Nazareno, 2014).
2.2.5 Efek samping
Biasanya bersifat reversibel yaitu, sindrom Cushing; ketidakseimbangan
elektrolit;

sakit

kepala;

hiperglikemia;


reaksi

hipersensitivitas

termasuk

anafilaksis; hipertensi; tukak lambung; pendarahan (Gahart dan Nazareno, 2014).
Sebagai informasi tambahan deksametason juga dapat memberikan efek
yang tidak diinginkan yang timbul dari penggunaan jangka pendek (dapat
diminimalkan dengan menggunakan dosis efektif terendah dalam waktu singkat)
efek seperti peningkatan tekanan darah, retensi natrium dan air, penurunan
kalium, penurunan kalsium dan peningkatan glukosa darah (Gray, et al., 2011).
Oleh karena itu, perlu dilakukan monitor karena dapat meningkatkan
kebutuhan insulin pada diabetes. Perlu dipantau elektrolit secara berkala karena
dapat menyebabkan retensi natrium dan kalium dan ekskresi kalsium dan
menyebabkan hipertensi sekunder untuk cairan dan gangguan elektrolit (Gahart
dan Nazareno, 2014).

9
Universitas Sumatera Utara


2.3 Injeksi Kalsium Glukonat
2.3.1 Uraian umum injeksi kalsium glukonat
Injeksi kalsium glukonat adalah larutan steril kalsium glukonat dalam air
untuk injeksi. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah kalsium yang tertera pada etiket. pH injeksi kalsium glukonat antara
6,0 dan 8,2 (Ditjen POM, 1995). Kompatibilitas injeksi kalsium glukonat dengan
larutan infus dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Solution compatibility chart calcium gluconate

Kalsium adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh. Hal ini
diperlukan untuk tulang dan pembentukan gigi dan merupakan elektrolit penting.
dan sangat penting untuk pemeliharaan integritas fungsional saraf, membran sel
dan permeabilitas kapiler. Ini juga merupakan penggerak penting dalam banyak
reaksi enzimatik dan sangat penting untuk sejumlah proses fisiologis, termasuk
transmisi impuls saraf; kontraksi jantung; kerangka otot; fungsi ginjal; pernafasan;
dan pembekuan darah. Injeksi kalsium glukonat digunakan untuk mengobati
10
Universitas Sumatera Utara


kekurangan kalsium akut parah atau tetani dan untuk menstabilkan miokardium
parah dengan peningkatan kalium (Gray, et al., 2011; FDA, 2015).
Dapat diberikan tanpa diencerkan atau dapat diencerkan hingga 1.000 ml
normal salin untuk infus. Larutan harus jernih dan bebas dari kristal. Kristal dapat
dilarutkan dengan pemanasan sampai 80° C (146° F) dalam oven panas kering
kurang lebih 1 jam. Kocok kuat, diamkan pada suhu kamar. Buang jika kristal
masih ada. Garam kalsium umumnya tidak dicampur dengan karbonat, fosfat,
sulfat, atau tartar (Gahart dan Nazareno, 2014).
2.3.2 Dosis umum
Dosis injeksi kalsium glukonat berupa larutan 10% yaitu 10 g/100 mL atau
100 mg/mL. Dosis untuk pemeliharaan 2 sampai 15 g/24 jam dalam dosis terbagi
setiap 6 jam (0,5-3,75 g setiap 6 jam). Jumlah lebih besar dapat diberikan sebagai
infus intravena terus-menerus. Injeksi kalsium glukonat 10 mL (1 g dalam larutan
10%) mengandung 4,65 mEq (93 mg) kalsium (Gahart dan Nazareno, 2014).
2.3.3 Farmakologi
Kalsium merupakan elemen dasar yang lazim dalam tubuh manusia yang
mempengaruhi tulang, saraf, kelenjar, jantung dan pembuluh darah, dan koagulasi
darah normal. Kalsium glukonat disekresi dalam air susu dan diekskresikan dalam
urin dan feses. Setelah pemberian secara intravena kadar kalsium dalam darah
akan meningkat segera dan dapat kembali normal dalam 30-120 menit (Gahart

dan Nazareno, 2014; Gray, et al., 2011).
2.3.4 Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi dari injeksi kalsium glukonat dapat meningkatkan kadar kalsium
dalam plasma pada gangguan hipokalsemia (misalnya, tetani, defisiensi
paratiroid), kekurangan vitamin D, alkalosis, kondisi yang berhubungan dengan

11
Universitas Sumatera Utara

malabsorpsi usus, osteomalasia. Garam kalsium kontraindikasi terhadap pasien
dengan fibrilasi ventrikel atau hiperkalsemia. Kadar serum kalsium di atas normal
merupakan kontraindikasi dari pemberian kalsium secara intravena (Gahart dan
Nazareno, 2014; FDA, 2015).
2.3.5 Efek samping
Jarang diberikan sebagai rekomendasi pada bradikardia, aritmia jantung,
serangan jantung, hipotensi dan vasodilatasi. Overdosis berupa koma, mual dan
muntah, lesu, kadar kalsium plasma meningkat, merasa lemas, dan kematian
mendadak. Hanya memiliki sepertiga dari potensi kalsium klorida. Hanya
digunakan untuk intravena. Penggunaan intramuskular diizinkan pada orang
dewasa jika pemberian intravena tidak dapat dicapai. Dalam monitor perlu dipilih
vena yang besar dan mengggunakan jarum kecil untuk mengurangi iritasi vena
(Gahart dan Nazareno, 2014).

2.4. Larutan Ringer
Pada label produk larutan Ringer (PT. Widatra Bhakti) tertulis bahwa setiap
500 ml mengandung 4,3 gram natrium klorida (NaCl), 0,15 gram kalium klorida
(KCl), 0,165 gram kalsium klorida (CaCl2.H2O) serta air untuk injeksi sampai 500
ml dengan osmolaritas 311 mOsm/L yang setara dengan ion natrium (Na+) 147,1
mEq/L, kalium (K+) 4 mEq/L, kalsium (Ca2+) 4,5 mEq/L dan klorida (Cl-) 155,6
mEq/L.
Larutan ringer adalah cairan dan elektrolit yang mengisi kembali cairan sel,
yang lebih sering digunakan untuk mengobati pasien dehidrasi. Larutan ringer
sama seperti normal salin dengan penggantian kalium dan kalsium untuk beberapa

12
Universitas Sumatera Utara

ion natrium dalam konsentrasi yang setara dengan yang terdapat dalam plasma
(Philips dan Gorski, 2014).
Jangkauan kalium normal adalah 3.5 sampai 5 mEq/L. Kalium adalah
kation utama pada cairan intraseluler. Fungsi fisiologisnya meliputi pengaturan
volume cairan pada sel; menyebabkan transmisi impuls saraf; kontraksi otot
rangka, polos dan jantung; mengontrol konsentrasi H+, keseimbangan asam-basa;
ketika kalium berpindah keluar dari sel, H+ berpindah ke dalam dan sebaliknya;
peranan dalam aksi enzim untuk produksi energi seluler. Kalium adalah elektrolit
intraseluler sebanyak 98% dan 2% pada cairan ekstraseluler. Perubahan kalium di
dalam darah dapat menyebabkan aritmia (Akpan, et al., 2013; Phillips dan Gorski,
2014).
Kadar kalsium normal berada dalam kisaran 4.5 sampai 5.5 mEq/L atau 9
sampai 11 mg/dL. Fungsi fisiologis kalsium adalah mempertahankan elemen
tulang terutama dalam menguatkan gigi dan tulang; mengatur aktivitas
neuromuskular; memastikan otot dan saraf untuk berfungsi baik; mempengaruhi
aktivitas enzim; mengubah protrombin menjadi trombin (membantu dalam
pembekuan darah). Kekurangan kalsium yang tidak diobati dapat menyebabkan
osteoporosis, hipertensi dan aritmia jantung (Philips dan Gorski, 2014; Pravina, et
al., 2013).
Klorida dalam kisaran normal adalah 95 sampai 108 mEq/L dan fungsi
fisiologis klorida berupa pengaturan osmolaritas serum; keseimbangan cairan;
keasaman cairan lambung; keseimbangan asam-basa; berperan dalam pergantian
oksigen-karbon dioksida (pergantian klorida). Klorida merupakan anion yang
paling banyak di cairan ekstraseluler (Philips dan Gorski, 2014).

13
Universitas Sumatera Utara

2.5 Inkompatibilitas
Inkompatibilitas adalah reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi antara
obat dengan larutan, wadah atau obat lainnya. Dua jenis inkompatibilitas yang
dihubungkan dengan jalur intravena adalah fisika dan kimia (Josephson, 2006;
Douglas dan Hedrick, 2001). Inkompatibilitas terjadi ketika dua atau lebih obat
diberikan dalam jalur intravena yang sama, menghasilkan reaksi yang tidak
diinginkan. Terdapat tiga tipe inkompatibilitas yaitu inkompatibilitas fisika, kimia
dan terapetik (Scoville, 2013; Evans dan Dixon, 2006; Philips dan Gorski, 2014).
2.5.1 Inkompatibilitas fisika
Inkompatibilitas fisika mengacu pada reaksi yang terlihat, seperti
perubahan warna, kekeruhan, pembentukan endapan, dan pembentukan gas. Jenis
yang paling umum dari inkompatibilitas fisika yaitu pembentukan endapan
(Philips dan Gorski, 2014).
Inkompatibilitas fisika terjadi ketika kombinasi obat menyebabkan
perubahan visual yang dapat diamati (perubahan warna, pembentukan endapan
dan pembentukan gas) dan yang tidak dapat diamati (pembentukan partikelpartikel yang tidak dapat diamati secara visual dan variasi pH). Jika pH dari obatobat diturunkan (karena pencampuran dengan obat injeksi), maka kelarutan obat
dalam pH akhir kemungkinan terlewati sehingga akan dihasilkan endapan.
Pengendapan dapat pula terjadi akibat pembentukan garam yang relatif tidak larut.
Contoh dalam kasus ini adalah hasil campuran antara garam kalsium dengan
senyawa fosfat (Agoes, 2009).
Kalsium dan fosfat mempunyai hubungan yang timbal balik, peningkatan
kalsium akan menurunkan konsentrasi fosfat dalam darah, dan penurunan kalsium
mengakibatkan peningkatan kadar fosfat. Kalsium terdapat dalam tiga bentuk di

14
Universitas Sumatera Utara

dalam plasma: (1) terionisasi (50% dari total kalsium); (2) terikat (