Persentase Kehilangan Minyak Pada Sludge Separator Dalam Stasiun Klarifikasi Minyak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensi JACQ) adalah tanaman berkeping satu
yang termasuk dalam famili palmea. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa
Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari
kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan
tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat
tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 220-320C. Panen kelapa sawit terutama
didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan
kandungan asam lemak bebas minimum, yaitu pada saat buah mencapai
tingkat kematangan tertentu. Kriteria kematangan yang tepat ini dapat dilihat
dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap tandan
(Ketaren,1986).
Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah
yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau
hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu sudah
masak berwarna merah kuning (jingga). Mulai dari penyerbukan sampai buah
matang diperlukan waktu kurang lebih 5-6 bulan. Cuaca kering yang terlalu
panjang dapat memperlambat pematangan buah. Tanaman kelapa sawit

normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun
dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada

Universitas Sumatera Utara

tahun-tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah atau pada tanaman yang
sehat berat tandannya berkisar antara 3-6 kg. Tanaman semakin tua, berat
tandan pun bertambah, yaitu antara 25-35 kg/tandan (Tim Penulis,1997).
Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang
tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen
pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji
kecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan
maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk
setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan (Fauzi,2004).
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat
dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup
berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan
buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan
buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan
diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.

Tabel 2.1 Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan
Lama
(hari)

Penginapan Rendemen
Minyak ALB (%)
Terhadap Buah (%)

0

50,44

3,90

1

50,60

5,01


2

50,73

6,09

3

48,66

6,90

(Tim Penulis,1997).

Universitas Sumatera Utara

Penentuan panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan
dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung
ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya jika pemanenan

dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah,
rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari
TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu
panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada 5 fraksi
TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah
jika tandan-tandan yang dipanen berada fraksi 1,2, dan 3.
Tabel 2.2 Beberapa Tingkat Fraksi TBS
Fraksi

Jumah Brondolan

Tingkat Kematangan

00

Tidak ada, buah berwarna hitam

Sangat mentah


0

1 - 12,5% buah luar membrondol

Mentah

1

12,5 – 25% buah luar membrondol

Kurang matang

2

25 – 50% buah luar membrondol

Matang I

3


50 – 75% buah luar membrondol

Matang II

4

75 – 100% buah luar membrondol

Lewat matang I

5

Buah dalam juga membrondol, ada Lewat matang II
buah yang busuk

(Tim Penulis,1997).

Universitas Sumatera Utara

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varitasvarietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah;
atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut,
ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa
keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik
dibandingkan dengan varietas lain.
2.2.1 Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 varietas kelapa
sawit, yaitu :
1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung.daging buah relatif tipis dengan persentase
daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji)
biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam
persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi,
sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak

tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai
tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh
sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.

Universitas Sumatera Utara

Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan
varietas Tenera .
3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu Dura dan Pisifera . Varietas inilah yang banyak ditanam
diperkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis,
ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut
disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 6096 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada
Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis
sekali.

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Dwikka-wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikkawakkapisifera, dan diwikka-wakkatenera . Dua varietas kelapa sawit yang

disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di
Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak
tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24 %, sedangkan pada
varietas Dura antara 16-18%. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja
yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan

Universitas Sumatera Utara

hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak
perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera .
2.2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Ada 3 varietas kelapa sawityang terkenal berdasarkan perbedaan warna
kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah :

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi
jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam
diperkebunan.
2. Virescens

Pada waktu mudah buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas
ini jarang dijumpai di lapangan.
3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak
menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
Varietas ini juga jarang dijumpai (Tim Penulis,1997).

2.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan minyak kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak
kelapa sawit yang berasal dari daging buah (Pericarp). Berikut berbagai tahapan
sederhana dalam menghasilkan minyak kelapa sawit.


Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Penimbangan
Awalnya, hasil panen berupa tandan buah segar (TBS) diangkut dari
pabrik menggunakan truk atau trailer yang ditarik dengan wheel tractor .
Setibanya di pabrik, setiap truk atau trailer harus ditimbang di toledo atau
timbangan (berat brutto), lalu penimbangan dilakukan kembali sesudah di
bongkar (berat tara). Selisih timbangan brutto dan tara merupakan berat TBS
yang akan diolah.
2.3.2. Sortasi Buah
Untuk menghitung rendemen dan menilai kualitas TBS, lakukan proses
sortasi. Sortasi dengan cara sampling yaitu memilih satu truk pengangkut
TBS sebagai pengujian sampling. Lakukan sortasi sesuai dengan kriteria
panen. Selain itu, catat persentase tangkai panjang, banyaknya buah yang
jatuh (brondolan), dan kotoran.
2.3.3. Penimbunan Buah
Timbang tandan buah segar, lalu masukkan ke dalam loading and storage
ramp. Setiap bays dari loading ramp umumnya menampung 8 ton TBS. Di

dalam bays, terjadi pembersihan TBS dari pasir dan kotoran lainnya dengan
cara menyiramkan air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan
mengurangi keausan alat-alat pengolahan. Setelah bersih, masukkan TBS ke
dalam lori-lori rebusan berkapasitas 2,5 ton.

Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Perebusan
Masukkan lori-lori berisi TBS ke dalam ketel rebusan dengan bantuan
loco. Setiap ketel dapat berisi 10 lori. Setelah itu, terjadi pemanasan TBS

menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2. Proses perebusaan ini
biasanya berlangsung satu jam.
2.3.5. Penebahan (Threshing)
Lori-lori tandan buah yang sudah direbus akan ditarik keluar, lalu diangkat

menggunakan

hoisting crane yang digerakkan dengan motor dan dapat

bergerak di atas lintasan rel. Hoisting crane digunakan untuk mengangkat
lori

yang

berisi

tandan-tandan

buah,

melintangkan

lori,

serta

membalikkannya ke atas mesin penebah (thresher) dengan tujuan untuk
melepaskan buah dari tandannya. Pembantingan tandan ini didasarkan pada
gaya berat tandan itu sendiri. Buah yang telah lepas tadi masuk ke digester
feed conveyer melalui conveyer dan elevator .

2.3.6. Pengadukan (Digester)
Buah yang lepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan ke dalam
ketel adukan (digester). Ketel ini memiliki dinding rangkap dan as putar yang

dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Dalam ketel adukan, buah akan
hancur akibat pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging
buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).

Universitas Sumatera Utara

2.3.7. Pengempaan (Pressing)
Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah
di dalam mesin pengempaan secara bertahap. Pengempaan dilakukan dengan
dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar
ditampung ke sebuah talang dan dialirkan ke crude oil tank melalui vibrating
screen (Sunarko, 2012).

2.3.8. Stasiun Pemurnian (Clarification)
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan
masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa
partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh
minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut harus diolah
lebih lanjut dengan cara dialirkan ke dalam tangki minyak kasar (crude oil
tank). Tahap pengolahan minyak kelapa sawit kasar ini disebut dengan tahap

pemurnian minyak atau klarifikasi. Pemurnian minyak atau klarifikasi adalah
proses memisahkan minyak dari bahan – bahan nonminyak, seperti serat,
kotoran, pasir, dan air (Slamet, 2011).
Minyak yang sudah terpisah ini dialirkan menuju saringan getar
(vibrating screen) untuk memisahkan kotoran berupa serabut dan bahan-

bahan lainnya. Kotoran dialirkan menuju tangki minyak kasar (crude oil tank
, COT) yang berada di bagian bawah ayakan getar. Selanjutnya, minyak dari

COT dikirim ke tangki pengendap (Continuous Settling Tank/clarifier tank).
Di dalam clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge
karena proses pengendapan. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak sehingga memerlukan pengolahan lanjutan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengutip kembali minyak yang masih terkandung di dalamnya (Posman, S.
2014).
Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak
dengan kotoran serta unsur-unsur yang mengurangi kwalitas minyak dan
mengupayakan agar kehilangan minyak seminimal mungkin. Proses
pemisahan ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak, air, dan kotoran,
seperti pasir dan lumpur dengan sistem sentrifusi dan pengendapan.
1. Sand Trap Tank

Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak (dalam bentuk crude oil
tank) dari kotoran dan pasir. Alat ini bekerja berdasarkan gravitasi yaitu

mengendapkan padatan (pasir). Dengan adanya pemanasan melalui steam
injeksi akan mempercepat penurunan pasir (padatan). Jika out put dari sand
trap tank/blow down terlalu kental maka penambahan air perlu dilakukan

dengan tujuan untuk pengenceran sehingga losses minyak dapat dikurangi.
Dalam pengoperasian sand trap tank, operator harus melakukan blow down
minimal setiap 4 jam dan perlu memperhatikan dan mengontrol temperatur
sand trap tersebut. Kapasitas sand trap tank adalah 10 m3.

2. Vibro Separator

Fungsi dari vibro separator adalah untuk menyaring crude oil dari
serabut-serabut sehingga proses selanjutnya didapatkan minyak yang
memenuhi standar. Sistem kerja vibro separator adalah memegang sistem
penyaringan, yaitu pemisahan antara material halus dengan yang lebih kasar,

Universitas Sumatera Utara

dengan memakai 2 tingkat saringan antara lain tingkat atas (20 mesh ) dan
tingkat bawah (40 mesh).
3. Crude Oil Tank (COT)

Fungsi Crude Oil Tank adalah :
a. Menurunkan NOS
b. Menambah panas
c. Sebagai Transit Tank
Volume Crude Oil Tank adalah 6.08 m3
Prinsip kerja COT adalah pengendapan karena gaya gravitasi sehingga
memanfaatkan perbedaan berat jenis diantara minyak, air, dan NOS.
Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan pada
suhu 90 – 950C. Oleh sebab itu dalam COT dipasang pipa untuk
menginjeksikan steam.
4. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan NOS secara
gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan
berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada
lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis besar dari 1 akan berada
pada lapisan bawah. Suhu di VCT harus ≥ 950C agar pemisahan cairan dengan
minyak sempurna dan kotoran-kotoran mengendap. Kapasitas VCT adalah 90
m3 (Standar Prosedur Operasional Pengolahan Kelapa Sawit PKS Sei
Mangkei).

Universitas Sumatera Utara

5. Sludge tank
Sludge tank digunakan untuk menampung sekalipun mengendapkan
sludge hasil pemisahan COT (Continuous Settling Tank) yang masih

mengandung minyak 4,5% - 6%. Alat ini berbentuk tabung silinder yang
bagian bawahnya berbentuk kerucut. Sludge yang masih mengandung
sedikit minyak ini dipanaskan dengan suhu 900C agar campuran tidak
membeku. Pemanasan dilakukan dengan sistem injeksi uap (Posman,S.
2014).
6. Sludge Separator ataupun Sludge Centrifuge
Sludge Separator ataupun Sludge Centrifuge terdiri dari bahan yang

mudah menguap 80- 85 %, bahan padatan bukan NOS 8-12 % dan minyak
5-10 %. Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan minyak dan juga
air dan kotoran. Dengan kata lain untuk memisahkan minyak dan fraksi
yang berat jenisnya, air dan kotoran dapat dipisahkan disebut dengan air
drab dengan kadar minyak/zat kering 7-10 %. Fraksi ringan dikembalikan

ke Oil Settling Tank. Suhu minyak dalam Sludge Separator dipertahankan
diatas 900C, yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang
telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke Oil Settling Tank
(Ponten 1998).
7. Oil Tank

Fungsi oil tank adalah untuk tempat sementara minyak sebelum diolah ke
oil purifier . Prinsip kerja Oil Tank sama dengan sistem kerja COT dan VCT

aitu dengan sistem gravitasi. Kapasitas Oil Tank adalah 24 m3.

Universitas Sumatera Utara

8. Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk memisahkan/memurnikan minyak
dari sisa kotoran yang masih terkandung didalamnya. Prinsip pemisahan
dalam alat ini dilakukan dengan gaya sentrifugal yaitu berdasarkan sistem
pemisahan atas perbedaan berat jenis dan gaya-gaya sentrifugal.
9. Float Tank

Minyak yang telah dimurnikan secara otomatis dipompakan ke Float
Tank yang berfungsi untuk menjaga pengumpanan vacum dryer agar tetap
vakum.
10.

Vacum Dryer

Minyak yang keluar dari Oil Purifier masih mengandung air, maka perlu
dikurangi hingga mencapai batas maksimum yang didasarkan pada batas
standart. Karena itu digunakan Vacum Dryer yang berfungsi sebagai alat
untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.
11.

Oil Storage Tank

Minyak yang telah diproses kemudian ditampung di Oil Storage Tank
(tangki timbun) sebelum dipasarkan (Standar Prosedur Operasional
Pengolahan Kelapa Sawit PKS Sei Mangkei).

Universitas Sumatera Utara

2.4. Mutu Minyak Kelapa Sawit
Akhir – akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan
minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat
menentukan harga dan nilai komoditas ini.
Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat
dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam
arti benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu
minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifatsifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium.
Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya di ukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas
(ALB, FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran
pemucatan (Tim Penulis PS, 1997)
2.5. Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih dari 80 persen perikarp dan 20
persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp
sekitar 34 - 40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang
mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1.3. Bahan yang tidak dapat
disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 : Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti
kelapa sawit
Asam Lemak

Minyak Kelapa Sawit Minyak
(persen)

(persen)

Asam kaprilat

-

3–4

Asam Kaproat

-

3–7

Asam Laurat

-

46 - 52

Asam Miristat

1,1 – 2,5

14 – 17

Asam Palmitat

40 – 46

6,5 – 9

Asam Stearat

3,6 – 4,7

1 – 2,5

Asam Oleat

39 – 45

13 – 19

Asam Linoleat

7 – 11

0,5 – 2

Inti

Sawit

(Ketaren, S. 1986)
Kandungan karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih. Tetapi dalam
minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol
bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, S.
1986).
2.6. Lemak dan Minyak
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid, yaitu lipid
netral. Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu 1) lipid
netral, 2) fosfatida, 3) spingolipid, dan 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini
banyak terdapat di alam. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari
jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida,
yaitu 1) lipid kompleks (lesithin, cephalin, fosfatida, dan glikolipid), 2) sterol,
3) asam lemak bebas, 4) lilin, 5) pigmen yang larut dalam lemak, dan 6)
hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor produk,

Universitas Sumatera Utara

serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang
berasal dari biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida, yaitu
lesithin dan cephalin (Ketaren, 1986).
Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang
cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan
dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah
industri nonpangan. Dalam perekonomian Industri komoditas kelapa sawit
memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek
yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu, misalnya sawit merupakan
bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia,
sehingga secara terus-menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.
Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Risza, 1994).
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen
buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40
persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
komposisi yang tetap. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang
masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan
gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya
pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dalam minyak terdapat secara
alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat
kerusakan minyak. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu,
karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang
mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1986).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)
Sebagai miyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak sesuai dengan bentuk bangun rantai
asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.
Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida
(terutama B karotena, berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar
(konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALBnya) dan dalam
keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya
cukup enak.
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak
yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan
demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi
trigliserida tersebut (Soepadiyo, M. 2003).
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan
hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut
(Ketaren, 1986).

Universitas Sumatera Utara

O
H2C

O

C

R

O
HC O

C

R + 3HOH

O
H2C

O

Gliserida

C

H2C

OH

HC

OH

H2C

OH

O
+ 3R

C

OH

R
Air

Gliserol

Asam Lemak

Gambar 2.1. Reaksi Pembentukan Minyak (Ketaren, 1986)
Tipe trigliserida yang paling sederhana adalah yang ketiga asam
lemaknya sama. Namun demikian, kebanyakan trigliserida mengandung dua
atau tiga asam lemak yang berbeda dan dikenal sebagai trigliserida majemuk.
Lemak alami adalah campuran dari trigliserida majemuk yang berbeda-beda
dan karenanya dapat mengandung sejumlah asam lemak yang beraneka ragam
pula. Asam linoleat dan linolenat adalah asam lemak yang mempunyai
banyak ikatan tidak jenuh karena senyawa ini mengandung lebih dari satu
ikatan ganda (Gaman, 1981).
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam
palmitat, oleat, dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit.
Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak,
sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam

Universitas Sumatera Utara

lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari
minyak sawit tersebut (Tambun, R. 2006).
H2COH
H2COH

H2COOCR
+ 3 RCOOH

H2COH
Gliserol

H2COOCR

+ 3 H2O

H2COOCR
Asam Lemak

Trigliserida

Air

Gambar 2.2. Reaksi Gliserida (Winarno,1992).
Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis baik secara
kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari
jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat
berlangsung pada suhu 10 – 250C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan
pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada
kelambatan prosesnya yang berlangsung 2 – 3 hari. Asam lemak yang
dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi
sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut
digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk
produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Fauzi,2004).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4. Komposisi asam lemak minyak sawit
Asam lemak

Jumlah atom C

Minyak sawit (%)

Oktanoat

8

-

Dekanoat

10

-

Laurat

12

1

Miristat

14

1-2

Palmitat

16

32-4

Stearat

18

74-10

Oleat

18

38-50

Linoleat

18

5-14

Linolenat

18

1

Asam lemak jenuh

Asam lemak tidak jenuh

(Fauzi, 2004)
2.8. Kadar Sludge
Sludge yang dihasilkan dari clarifier tank kemudian dialirkan ke dalam
decanter . Di dalam alat ini, terjadi pemisahan antara light phase, heavy phase,

dan solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan dialirkan kembali ke
dalam crude oil tank, sedangkan heavy phase akan ditampung dalam bak
penampungan (fat pit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah
menjadi pupuk atau bahan penimbun.
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air. Untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini,
minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak

Universitas Sumatera Utara

dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam
minyak. Minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun
ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank (Pardamean, M. 2012).
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada Sludge Separator, yaitu : suhu
sludge dijaga 90 – 95 %, penggunaan air untuk balancing harus dengan air

panas (90 -950C), pembebanan baru dapat dilaksanakan setelah mesin
berputar normal dengan menghitung petunjuk putaran, pencucian bowl
dilakukan secara periodic sesuai dengan kebutuhan, pembersihan dan
pemeriksaan menyeluruh dilaksanakan setiap hari (Tim Standarisasi, 1997).
2.9. Penentuan Kadar Minyak
Penentuan kadar minyak atau lemak sesuatu bahan dapat dilakukan
dengan menggunakan Soxhlet apparatus. Cara ini dapat juga digunakan untuk
ekstraksi minyak dari sesuatu bahan yang mengandung minyak. Eksraksi
dengan alat soxhlet apparatus merupakan cara ekstraksi yang efisien karena
dengan alat ini pelarut yang dipergunakan dapat diperoleh kembali. Bahan
padat pada umumnya membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, karena
itu dibutuhkan pelarut yang lebih banyak.
Dalam penentun kadar minyak atau lemak, contoh yang diuji harus cukup
kering. Biasanya digunakan contoh dari bekas penentuan kadar air. Jika
contoh masih basah maka selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat
turun ke dalam labu suling (labu lemak) sehingga akan mempersulit
penentuan berat tetap dari labu suling (Ketaren, 2005).

Universitas Sumatera Utara