Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1

Investasi
Secara khusus, investasi adalah arus komitmen dari kas untuk jangka waktu

tertentu dalam rangka untuk memperoleh pembayaran di masa depan yang akan
memberi kecukupan pada investor (Reilly dan Brown, 2012:4). Investasi
(investment), menurut the American Heritage Dictionary of the English Language,
adalah kata benda dari kata kerja invest. Kata invest sendiri mempunyai dua
definisi. Pertama, “menempatkan (uang atau modal) demi hasil atau bunga dengan
cara membeli properti, saham obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Kedua,
meluangkan atau memanfaatkan (waktu, uang, atau tenaga) demi keuntungan atau
manfaat di kemudian hari. Pada dasarnya dari pengertian investasi diatas adalah
seorang investor mengharapkan tingkat pengembalian atau menunjukkan harapan
dari apa yang dihasilkan di hari esok.

2.1.2


Jenis Investasi
Menurut jenisnya, investasi dapat dibedakan menjadi investasi langsung

(direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment), dengan
uraian sebagai berikut (Syahyunan, 2015:3-4):
1. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi langsung adalah investasi pada aset atau faktor produksi untuk
melakukan usaha (bisnis). Pada umumnya, dalam pembicaraan sehari-hari

Universitas Sumatera Utara

jenis investasi ini disebut juga dengan investasi pada sektor riil atau investasi
yang jelas wujudnya, mudah dilihat dan diukur dampaknya terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Investasi langsung juga menghasilkan dampak
berganda (multiplier effect) yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan
kesejahteraan masyarakat luas.
2. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment)
Investasi tidak langsung adalah investasi bukan pada aset atau faktor produksi,
tetapi pada aset keuangan (financial assets), seperti deposito, investasi pada

surat berharga (sekuritas), seperti saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya.
Investasi pada aset keuangan juga bertujuan untuk mendapat manfaat masa
depan. Manfaat masa depan dari investasi ini dikenal dengan istilah balas jasa
investasi, berupa dividen atau capital gain.

2.1.3

Return dan Risiko
Dalam investasi ada istilah high risk high return, jadi semakin tinggi

risikonya semakin tinggi pula return dalam investasi tersebut. Menurut Hartono
(2014:263-265) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return
dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum
terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return
histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected
return) dan risiko dimasa datang.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return
total, relatif return, kumulatif return, dan return disesuaian (adjusted return).
Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika
dan rata-rata geometrik. Selain return yang dijabarkan tadi ada juga yang disebut
return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return
total terdiri dari capital gain (loss) dan yield.
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang
lebih tinggi dari harga investasi periode lalu ini berarti terjadi keuntungan modal
(capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). Yield merupakan
persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari
suatu investasi. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai
berikut ini.
Return =

�� −��−1
��−1


+ Yield

Hanya untuk menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup.
Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Menurut Horne dan Machowicz
(2009: 105) terdapat dua jenis risiko investasi, yaitu:
1. Risiko Sistematis (Systematic Risk)
Risiko sitematis mengacu pada faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara
keseluruhan seperti perubahan kondisi ekonomi, politik, perubahan situasi
energi bumi. Risiko ini mempengaruhi semua sekuritas dan konsekuensinya
tidak

dapat

didiversifikasikan.

Dengan

kata

lain,


investor

yang

Universitas Sumatera Utara

mempertahankan diversifikasi portofolio yang baik pun akan terpapar oleh
risiko sistematis ini. Oleh karena itu, risiko sistematis sering disebut sebagai
risiko pasar.
2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Risiko tidak sitematis sering disebut risiko spesifik atau unik adalah risiko
untuk perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan faktor
independen (spesifik) ekonomi, politik dan lainnya yang mempengaruhi
sekuritas. Dengan demikian, risiko ini dapat didiversifikasikan, dapat
dikurangi atau dikontrol.
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko
yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan
(Hartono, 2014:285).


2.1.4

Pengertian Reksa Dana
Reksa dana mulai dikenal pertama kali di Belgia pada tahun 1822, yang

berbentuk reksa dana tertutup (close end fund). Reksa dana tersebut diciptakan
untuk para investor yang ingin berpartisipasi dalam portofolio utang-utang
pemerintah yang memiliki keuntungan tinggi. Pada tahun 1860 reksa dana mulai
menyebar ke Inggris dan Skotlandia dalam bentuk Unit Investment Trusts dan
pada tahun 1920 mulai dikenal di Amerika Serikat dengan nama Mutual Fund.
Kata Mutual Fund menunjuk pada pemanfaatan fund yang dikelola untuk
kepentingan bersama (mutual). Inggris dan negara-negara commonwealth
menyebut reksa dana dengan nama unit trusts. Australia dan Malaysia juga
memakai kata unit trusts untuk pemahaman reksa dana.”Trust” bermakna

Universitas Sumatera Utara

kepercayaan, atau nilai kepercayaan, yang dinyatakan dengan suatu perjanjian
atau surat berharga atau penyertaan hak. Dengan demikian, unit trusts mengacu
pada suatu penyerahan hak. Dalam perkembangannya, unit trusts ini disepakati

untuk diinvestasikan pada portofolio guna menjamin kepentingan bersama dan
benefit bersama (Widjaja dan Ramaniya, 2006: 7).
Keberadaan reksa dana di Indonesia dapat dikatakan telah dimulai pada saat
diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia. Pada saat itu penerbitan reksa
dana dilakukan oleh persero (BUMN) yang didirikan khusus untuk menunjang
kegiatan pasar modal Indonesia, sekalipun pada saat itu belum ada pengaturan
khusus mengenai reksa dana. Istilah reksa dana lebih dikenal pada tahun 1990
dengan diizinkannya pelaku pasar modal untuk menerbitkan reksa dana melalui
Keppres No.53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal. Reksa dana merupakan unsur
penting dalam pasar modal. Dapat dikatakan bahwa reksa dana adalah tiang
strategi pasar modal di Indonesia. Diketahui demikian, karena reksa dana
merupakan wadah untuk menghimpun dana masyarakat pemodal yang dapat
mengurangi peranan modal asing (Widjaja dan Ramaniya, 2006: 8).
Secara umum menurut UU No.8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27 didefinisikan
sebagai “wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi”. Berdasarkan definisi tersebut, secara jelas bahwa reksa dana
merupakan kumpulan dana dari masyarakat yang diinvestasikan pada saham,
obligasi deposito berjangka, pasar uang, dan sebagainya. Dalam pengertian ini
mengandung tiga unsur penting. Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal


Universitas Sumatera Utara

(investor). Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga,
dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola oleh manajer
investasi tersebut merupakan milik bersama dari pemodal, dan manajer investasi
adalah pihak yang dipercayakan untuk mengelola atau menginvestasikan dana
tersebut dalam reksa dana (Widjaja dan Ramaniya, 2006: 9).
Setiap orang dianjurkan untuk memilih reksa dana, alasannya adalah:
1. Untuk mendapatkan tambahan uang dalam jangka panjang dan untuk ditabung
guna persiapan masa yang akan datang.
2. Untuk menghindari masalah keuangan yang kompleks dengan menyerahkan
hal tersebut kepada pengarah profesional, di sisi yang lain investor dapat
meraih keuntungan yang menarik setelah dikurangi tingkat inflasi (Rivai, et
al., 2013:107).
Pemodal

Uang

Sertifikat Reksa Dana

Manajer
Investasi

Uang

Saham

Surat Berharga

Obligasi

Commercial
Paper

Deposito

Sumber: Rivai, et al., 2013:107
Gambar 2.1.
Mekanisme Reksa Dana


Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Jenis-jenis Reksa Dana
Sebelum berinvestasi dalam reksa dana, lebih baik mengetahui dan

memahami terlebih dahulu jenis reksa dana yang sesuai dengan tujuan calon
investor tersebut. Pada dasarnya reksa dana mempunyai kesamaan di dalam
struktur, tetapi berbeda dalam tujuan. Jenis reksa dana dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang.

2.1.5.1 Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya
Dilihat dari sifatnya, reksa dana terbagi atas (Syahyunan, 2015:66):
1. Reksa Dana Tertutup (Closed-End Fund)
Adalah reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah
dijual kepada pemodal. Artinya pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual
sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham reksa
dana tersebut dicatatkan.

2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund)
Adalah reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya
dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang
saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat
apabila diinginkan. Manajer investasi reksa dana, melalui Bank Kustodian
wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per saham/unit
pada saat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.2 Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya
Dilihat dari bentuknya, berdasarkan pasal 18 Undang–undang No. 8 tahun
1995 reksa dana dapat dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Perseroan (corporate type)
Dalam bentuk ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan
menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal
maupun di pasar uang. Bentuk ini mempunyai ciri sebagai berikut.
a. Bentuk hukumnya perseroan terbatas (PT).
b. Kekayaan Reksa dana dikelola berdasarkan pada kontrak antara direksi
Perusahaan dengan Manajer Investasi yang telah ditunjuk.
c. Kekayaan Reksa dana disimpan berdasarkan pada kontrak antara Manajer
Investasi dengan Bank Kustodian.
2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (contractual type)
Bentuk kontrak investasi kolektif adalah sebagai kontrak antara manajer
investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan,
dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif
dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Bentuk ini bercirikan sebagai berikut.
a. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
b. Manajer Investasi mengelola reksa dana berdasarkan kontrak.
c. Penyimpanan kekayaan investasi kolektif yang dilakukan Bank
kustodian dilakukan berdasarkan kontrak (Rivai, et al., 2013:109).

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.3 Reksa Dana Berdasarkan Portofolio Investasi
Dilihat dari portofolio investasi, reksa dana terbagi atas (Syahyunan,
2015:66-67):
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang
dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk
menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Reksa dana pasar uang cocok
untuk investasi dengan jangka waktu 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa dana jenis ini melakukan investasi maksimal 79% pada saham, obligasi,
dan pasar uang. Reksa dana campuran cocok untuk investasi dengan jangka
waktu 4-5 tahun.

2.1.5.4 Reksa Dana Terstruktur
Dilihat dari sejarah perkembangan reksa dana di Indonesia, jenis reksa dana
yang berkembang pertama kali selain reksa dana konvensional adalah reksa dana
terstruktur (structured fund). Reksa dana terstruktur terdiri atas (Syahyunan,
2015:67-68):
1.

Reksa Dana Indeks (Index Fund)
Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portofolio investasinya mengacu
pada indeks tertentu. Indeks yang dijadikan acuan bisa berupa indeks saham
atau indeks obligasi. Perbedaan antara reksa dana indeks dan reksa dana
konvensional adalah reksa dana indeks mengambil strategi investasi pasif
dengan menghasilkan tingkat return yang setara dengan return indeks yang
ditirunya. Untuk mengalahkan indeks yang menjadi acuan, reksa dana
konvensional mencoba menerapkan strategi aktif.

2.

Reksa Dana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Reksa dana terproteksi adalah reksa dana yang berusaha memproteksi nilai
investasi awal investasi investor. Mekanisme proteksi umumnya dilakukan
dengan membeli instrumen surat hutang (obligasi) dan memegangnya hingga
jatuh tempo (buy and hold), kecuali obligasi yang bersangkutan mengalami
gagal bayar, nilai investasi awal akan terjaga seutuhnya. Jenis reksa dana ini

Universitas Sumatera Utara

merupakan jenis reksa dana dengan dana kelolaan terbesar kedua setelah
reksa dana saham. Banyak investor institusi yang memanfaatkan jenis reksa
dana ini sebagai fasilitas penghematan pajak obligasi karena persentase
pengenaan pajak yang lebih rendah (5% atas reksa dana vs 15% atas investor
biasa). Sebagai informasi, fasilitas penghematan pajak berlaku dari tahun
2011 hingga 2013 kemudian kembali ke 15% pada tahun 2014.
Reksa dana terproteksi merupakan jenis reksa dana terstruktur yang paling
diminati investor Indonesia karena sifatnya yang sangat mirip dengan
deposito. Hanya reksa dana ini yang bisa memberikan indikasi tingkat return
yang akan diterima investor dan memiliki fasilitas pembagian dividen setiap
bulannya. Karena berbasis obligasi negara dan korporasi yang kuponnya
diatas deposito, biasanya jenis reksa dana ini menjadi alternatif pengganti
deposito oleh pihak perbankan. Jumlah reksa dana terproteksi ini amat
banyak, namun seiring jatuh temponya obligasi, biasanya reksa dana ini juga
ikut dibubarkan. Setelah itu, Manajer Investasi akan menerbitkan seri reksa
dana terproteksi baru sesuai portofolio obligasi yang baru.
3.

Reksa Dana dengan Penjaminan (Capital Guaranteed Fund)
Reksa dana dengan penjaminan adalah reksa dana yang menggaransi nilai
investasi awal investor. Mekanisme garansi dilakukan dengan cara membuat
perjanjian dengan guarantor. Pihak yang bertindak sebagai guarantor adalah
perusahaan asuransi. Meskipun sudah diatur sejak tahun 2004, sampai
sekarang belum ada Manajer Investasi yang menggarap jenis reksa dana ini.
Rumitnya mekanisme penjaminan dan berkurangnya potensi return akibat

Universitas Sumatera Utara

premi asuransi ditengarai menjadi penyebab kurang berkembangnya reksa
dana ini.
Dari ketiga jenis reksa dana terstruktur diatas, hanya Reksa Dana Indeks
(Index Fund) yang bisa ditawarkan secara terus-menerus seperti layaknya
jenis reksa dana konvensional. Reksa Dana terproteksi (Capital Protected
Fund) dan Reksa Dana dengan Penjaminan (Capital Guaranteed Fund)
memiliki masa penawaran yang terbatas.

2.1.6

Karakteristik reksa dana
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki

karakteristik tertentu. Menurut Simatupang (2010:156-159) beberapa karakteristik
reksa dana diantaranya:
1. Investasi Dana dalam Bentuk Portofolio Efek
Dana masyarakat yang terkumpul oleh manajer investasi dari penjualan unit
reksa dana hanya efek dapat diinvestasikan kembali dalam bentuk efek
(portofolio efek) yang tercatat dipasar modal dan di pasar uang dan tidak bisa
diinvestasikan diluar efek yang tercatat dipasar modal dan pasar uang. Reksa
dana adalah produk investasi yang unik yang berbeda dengan bentuk–bentuk
instrumen investasi keuangan yang lain.
2. Dana Pengelolaan Relatif dalam Jumlah Besar
Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana yang ditawarkan dalam
jumlah yang relatif besar, jumlah tersebut cukup fleksibel dan efektif untuk
melakukan diversifikasi terhadap portofolio aset reksa dana yang diinginkan
apabila dibandingkan dengan dana yang relatif terbatas yang dimiliki para

Universitas Sumatera Utara

investor perorangan yang melakukan sendiri investasi secara langsung
terhadap suatu saham.
3. Dikelola Manajer Investasi dan Bersifat Terbuka
Sesuai peraturan Kep.19/PM/1996 dan Kep.07/PM/2007 tentang pedoman
pengelolaan reksa dana baik berbentuk perseroan maupun berbentuk KIK,
sepenuhnya hanya dapat dilakukan oleh manajer investasi yang telah
memperoleh izin dari BAPEPAM.
Disamping persyaratan yang mewajibkan pengelolaan reksa dana hanya
kepada manajer investasi, juga diatur persyaratan lain berupa ketentuan
pengelolaan reksa dana harus bersifat terbuka, khususnya bagi reksa dana
bersifat terbuka sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM yaitu
Kep.08/PM/1997 tanggal 30 April 1997. Adapun pengertian bersifat terbuka
dimaksudkan bahwa posisi NAB reksa dana wajib dihitung setiap hari dan
hasilnya diumumkan oleh manajer investasi melalui media informasi seperti
pemberitaan di dalam koran yang memiliki peredaraan berskala nasional.
4. Reksa Dana adalah Produk Masal
Adanya ketentuan yang mengatur persyaratan investasi hanya dapat dilakukan
dalam bentuk efek–efek yang tercatat dipasar modal dan pasar uang yang
dituangkan dalam bentuk suatu portofolio efek reksa dana, menunjukkan
bahwa

reksa

terdiversifikasi

dana
yang

adalah

produk

merupakan

investasi

syarat

yang

yang sangat

secara

otomatis

penting untuk

meminimalisasi risiko bagi para pemodal atau investor yang melakukan
investasi didalam produk keuangan seperti produk pasar modal.

Universitas Sumatera Utara

5. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Sebagai Satuan Nilai Aset Reksa Dana
Ukuran dari nilai portofolio efek suatu reksa dana adalah Nilai Aktiva Bersih
(NAB) atau Net Asset Value (NAV). Dengan demikian kinerja suatu produk
reksa dana dapat dilihat dari NAB masing masing reksa dana yang menjadi
satuan dari nilai aset suatu reksa dana. Secara umum NAB suatu reksa dana
sangat tergantung kepada kinerja sekuritas yang menjadi portofolio reksa dana
yang bersangkutan yaitu apabila harga pasar dari aset–aset yang menjadi
portofolio reksa dana mengalami kenaikan, maka secara otomatis NAB reksa
dana yang bersangkutan juga akan mengalami kenaikan dan sebaliknya
apabila aset–aset dalam portofolio reksa dana mengalami penurunan di pasar
maka otomatis total NAB reksa dana yang bersangkutan juga akan mengalami
penurunan.

2.1.7

Cara Memilih Jenis Reksa Dana
Menurut Rivai, et al., (2013:113-114) Ada dua hal yang paling dihindari

oleh investor, yaitu kerugian yang besar dan penyesalan. Jadi, langkah pertama
adalah menentukan jenis reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan, jangka waktu
investasi, dan cara dalam memgelola keuangan anda sendiri. Seorang investor
tentu tidak ingin menyesal karena memiliki investasi yang besar, tetapi tidak
memberikan hasil yang sesuai, dan disisi lain anda tidak memiliki investasi yang
terbukti memberikan hasil yang lebih baik. Semua orang ingin mendapatkan
“investasi terbaik” dan beragam. Dalam kaidah itulah reksa dana didirikan, yaitu
untuk tujuan investasi yang berbeda-beda dari para investor.

Universitas Sumatera Utara

Semua investor, baik pemula maupun berpengalaman, memulai langkah
investasinya dengan tujuan yang umumnya sama seperti menabung untuk masa
pensiun atau untuk biaya pendidikan, mempertahankan kekayaan yang telah ada,
dan mendapatkan penghasilan.dalam hal ini, seorang investor harus menentukan
tujuan investasinya dan risiko apa yang diinginkan. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, lebih banyak waktu dari uang yang investor miliki, maka investor
sebaiknya memilih reksa dana yang berpotensi lebih besar dalam jangka panjang
karena investor tidak terlalu memikirkan fluktuasi harga pada jangka pendek.
Menurut Samsul (2006: 350) setiap hari total nilai wajar aktiva selalu
berubah di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Nilai pasar setiap jenis aset investasi berubah
2. Pendapatan bunga bank harian
3. Perhitungan pendapatan kupon obligasi harian dan
4. Perubahan jumlah unit penyertaan yang beredar setiap hari

2.1.8

Return Reksa Dana
Return portofolio reksa dana dapat dihitung dengan yang dilakukan untuk

menghitung return aktiva tunggal, yaitu (Hartono, 2014: 705):

dimana:

������ ����� ���� ��� � =

���� − ����−1
����−1

NABt = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t)
NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1)

Universitas Sumatera Utara

2.1.9

Risk Free Rate
Menurut Jordan dan Miller (2009: 16) risk free rate merupakan tingkat

pengembalian atau tingkat keutungan dari investasi tanpa risiko. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) merupakan surat berharga pasar uang yang menonjol karna
berfungsi sebagai aset patokan. Meskipun dalam arti murni tidak ada aset
keuangan bebas risiko, secara praktis Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah aset
bebas risiko (Jones, et al. 2009: 28). Rata-rata risk free rate dapat dihitung
sebagai berikut:
���
�� =

dimana:

∑ ���� ����� ���


���
�� = Rata-rata risk free rate
n = Jumlah bulan

2.1.10 Kinerja Reksa Dana
Penilaian terhadap kinerja reksa dana saham penting untuk dilakukan.
Menurut Jordan dan Miller (2009: 414) evaluasi kinerja reksa dana merupakan
penilaian

seberarapa

baik

kinerja

manajer

investasi

dalam

mencapai

keseimbangan antara return dengan risiko yang dapat diterima. Investor yang
ingin membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang
berlangsung. Jika pasar dalam keadaan semarak (bullish market) urutan pilihan
jatuh pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang dan
reksa dana pendapatan tetap, namun dalam kondisi pasar lesu (bearish market)
pilihan jatuh pada reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana
campuran dan reksa dana saham. Manajer investasi dapat mengubah-ubah

Universitas Sumatera Utara

kebijakan komposisi investasinya disesuaikan dengan keadaan pasar, baik dalam
situasi pasar bullish atau bearish untuk mendapatkan sutu keuntungan yang
optimal (Samsul, 2006:362)
Menurut teori portofolio modern (MPT) oleh Markowitz (1952), yang
mengkuantifikasi bagaimana investor rasional membuat keputusan berdasarkan
keuntungan yang diharapkan dan risiko, telah membawa banyak pengembangan
untuk pengukuran kinerja portofolio. Mengarahkan pengukuran kinerja menjadi
lebih baik dengan adanya langkah-langkah penyesuaian risiko. Biasanya, para
investor akan mengambil keputusan investasinya dengan melihat kinerja reksa
dana pada masa lalu. Perlu untuk diingat, reksa dana memiliki kinerja yang baik
pada masa lalu bukan menjadi suatu jaminan bila kinerja reksa dana di masa
mendatang juga akan memiliki kinerja yang baik, tetapi adanya kinerja yang baik
pada masa lalu menjadi harapan bahwa reksa dana juga akan mampu
mendapatkan kinerja yang baik pada waktu mendatang (Hirt dan Block,
2006:517).
Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio terdapat dua cara (Elton, et
al., 2014:663-665), yaitu: pertama, melakukan perbandingan langsung (direct
comparison/raw performance). Kedua, menggunakan parameter tertentu, yaitu
dengan metode raw return dan risk adjusted return. Metode raw return adalah
metode yang digunkan untuk mengukur kinerja yang merupakan total return
portofolio yang diterima tanpa penyesuaian risiko, metode raw return tidak
mempertimbangkan risiko dalam perhitungannya sehingga kurang relevan dalam
mengevaluasi kinerja portofolio dimana investor sangat mempertimbangkan

Universitas Sumatera Utara

tingkat risiko yang dapat diterima. Risk adjusted return merupakan pengukuran
kinerja portofolio dengan mengkombinasikan return dan risiko dalam satu
pengukuran (Jones, et al. 2009: 634). Beberapa metode risk adjusted return yang
telah dikembangkan diantaranya: metode Sharpe, metode Treynor dan metode
Jensen.

2.1.11 Metode Sharpe
Dalam penelitian ini kinerja reksa dana diukur menggunakan metode
sharpe. Metode Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/risiko
(reward/ratio risk). Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. Maka
indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total
perbedaan portofolio. Metode Sharpe ini berkaitan dengan prediksi kinerja masa
datang yang menggunakan data masa lalu untuk menguji modelnya.
Sharpe menghubungkan antara besarnya reward dan besarnya risiko.
Semakin besar nilai sharpe nya maka semakin baik kinerja dari portofolionya
(Hartono, 2014:709). Persamaan metode Sharpe adalah:

dimana:

�� =

�� − ��
��

Sp = Nilai Rasio Sharpe,
Rp = Rata-rata kinerja periode tertentu,
Rf = Rata-rata kinerja investasi bebas risiko periode tertentu,
σp = Standar deviasi reksadana untuk periode tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2.1.12 Fund Longevity
Usia reksa dana mencerminkan pengalaman dari manajer investasi dalam
mengelola suatu reksadana. Menurut Akbarini (2004) Fund longevity atau usia
reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang menunjukkan usia
dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal reksa dana tersebut efektif
diperdagangkan.
Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track
record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran
kinerja yang lebih baik kepada para investornya (Rao, 2000, dalam Akbarini,
2004). Namun demikian, terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa reksa
dana dengan usia yang lebih muda menunjukkan kinerja yang lebih aktif. Hal ini
didukung oleh Blake dan Timmermann (1998) yang mengungkapkan bahwa reksa
dana cenderung untuk melakukan yang terbaik selama tahun pertama kemunculan
mereka.
Fund longevity dirumuskan sebagai berikut:
Age= periode penelitian- tanggal efektif

2.1.13 Fund Cash Flow
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 90) arus kas adalah suatu laporan yang
memuat informasi/ aliran tentang sumber dan penggunaan kas selama periode
tertentu. Cash Flow menunjukkan total penghasilan dan dari mana saja sumbernya
serta total pengeluaran dan kemana saja uang tersebut dibelanjakan. Cash Flow
mengekspresikan

laba

bersih

ditambah

depresiasi,

yang

secara

aktual

didistribusikan kepada investor, yakni setelah perusahaan menanamkan invesatasi

Universitas Sumatera Utara

di fixed asset dan modal kerjanya yang penting untuk kelanjutan operasi. Jadi
nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuannya menghasilkan arus kas.
Sehingga jika arus kasnya meningkat nilai perusahaan akan naik, yang selanjutnya
juga akan menaikkan harga saham.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia PSAK no.49 tentang reksa dana
(2002), laporan keuangan reksa dana melaporkan 4 klasifikasi aktivitas,
yaitu:“laporan aktiva dan kewajiban, laporan operasi, laporan perubahan aktiva
bersih dan catatan atas laporan keuangan”.
Laporan aktiva dan kewajiban bertujuan untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban dan aktiva bersih suatu reksa dana dan informasi
mengenai hubungan antar unsur tersebut pada waktu tertentu, laporan aktiva dan
kewajiban tidak dikelompokan menjasi elemen lancar dan elemen tidak lancar.
Pada bagian aktiva, akun portofolio efek disajikan pada urutan pertama,
sedangkan akun lainnya berdasarkan urutan likuiditas. Akun kewajiban
dilaporkan berdasarkan jatuh tempo. Laporan operasi bertujuan untuk menyajikan
perubahan aktiva bersih yang berasal dari seluruh aktivitas investasi reksa dana,
dengan melaporkan pendapatan investasi berupa dividen, bunga dan pendapatan
lain-lain dikurangi beban, jumlah keuntungan (kerugian) transaksi efek yang telah
direalisasikan dalam satu periode.
Laporan perubahan aktiva bersih bertujuan untuk menyajikan informasi
ringkas tentang perubahan aktiva bersih dari operasi dan perubahan aktiva bersih
yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham atau unit penyertaan.
Informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:

Universitas Sumatera Utara

1.

Ikhtisar pembelian dan penjualan efek selama periode pelaporanan yang

memuat informasi untuk tiap efek sebagai berikut:
a.

Efek ekuitas

b.

Efek hutang

2.

Beban komisi perantara pedagang efek selama periode pelaporan.

3.

Jumlah unit penyertaan yang dimiliki yang dimiliki oleh pemodal dan yang
dimiliki oleh manajer investasi.

4.

Rincian portofolio efek yang memuat informasi untuk tiap efek.
Beberapa studi menemukan bukti bahwa uang akan lebih cenderung

mengalir ke dana yang memiliki return tinggi pada periode sebelumnya. Gruber
(1996) menemukan bahwa dana dengan arus kas bersih yang tinggi memiliki
tingkat return yang lebih tinggi daripada dana dengan arus kas bersih yang ratarata. Jadi, Semakin tinggi arus kas bersih maka akan meningkatkan kinerja reksa
dana tersebut.
Fund cash flow dapat dirumuskan menurut (Barber, Odan, dan Lu Zheng) sebagai
berikut:

Di mana:

����, � =

����,� − [����,�−1 × �1 + ��,� �]
����,�−1

NCFp,t

= Aliran kas dari dana p pada akhir periode t.

TNAP, t

= Total nilai aktiva bersih dari dana p pada akhir periode t.

TNAP, t-1

= Total nilai aktiva bersih dari dana p pada akhir periode t-1

Rp, t

= Return reksa dana p untuk periode t.

Universitas Sumatera Utara

2.1.14 Fund Size
Fund size atau ukuran reksa dana merupakan salah satu alat ukur besar
kecilnya reksa dana berdasarkan dana yang dikelola. Ukuran reksa dana dihitung
berdasarkan Nilai Aktiva Bersih bulanan. Nilai aktiva bersih (NAB) sudah
tersedia di situs Bapepam. Adapun dalam penelitian ini ukuran reksa dana
dihitung berdasarkan besarnya Total Net Assets (TNA) atau total nilai aktiva
bersih yang dimiliki (Gruber, 1995). Menurut Chen et al (2004) mengukur ukuran
reksa dana menggunakan logaritma natural dari TNA (Total Net Asset) atau log
dari total Nilai Aktiva Bersih (NAB). Ukuran yang besar akan mampu
memberikan kinerja yang baik pada reksa dana.
Di satu sisi, menyatakan bahwa fund size memiliki pengaruh negatif
terhadap kinerja reksa dana. Terdapat argumentasi oleh Droms dan Walker (1994)
tidak terdapat bukti ukuran reksa dana mempengaruhi kinerja suatu reksa dana,
baik berukuran mikro, kecil, medium, ataupun besar. Penelitian juga
menunjukkan bahwa manajer investasi yang mengelola produk reksa dana dengan
ukuran reksa dana medium dan besar tidak mampu untuk mengungguli bursa
saham dan juga tidak mendayagunakan keuntungan dari ukuran reksa dana
mereka yang relatif besar.

2.2 Penelitian Terdahulu
Ria Utami (2014) meneliti tentang kinerja reksa dana saham dengan 5
variabel independen dengan menggunakan metode sharpe. Hasil penelitian yang
dilakukan adalah terdapat hubungan positif tidak signifikan antara ukuran reksa
dana dengan kinerjanya. Sementara cash flow berpengaruh positif signifikan, usia

Universitas Sumatera Utara

keluarga reksa dana berpengaruh positif tidak signifikan dan past return
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja reksa dana.
See dan Jusoh (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Fund
Characteristics And Fund Performance: Evidence of Malaysian Mutual Funds”.
Dalam penelitiannya kinerja reksa dana dilihat dari Risk Ratio, Fund Size,
Expense Ratio, Turnover ratio dan Fund Age. Penelitian ini menggunakan model
Jensen untuk mengukur kinerja reksa dana. Hasil penelitian menunjukan bahwa
risiko signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Ukuran
berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan. Biaya-biaya signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Turnover berpengaruh negatif
terhadap kinerja reksa dana. Usia reksa dana berpengaruh negatif terhadap kinerja
reksa dana.
Osin P. Panjaitan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham Dengan
Menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Expense Ratio, Turnover Ratio,
Ukuran Reksa Dana, dan Cash Flow terhadap kinerja reksa dana saham pada
reksa dana saham di Bursa Efek Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang
digunakan

adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian

berjumlah 24 perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa pada reksa dana saham
masing-masing variabel Expense Ratio, Ukuran Reksa Dana dan Cash Flow

Universitas Sumatera Utara

memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana, tetapi Turnover Ratio tidak
memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.
Teerapan Suppa-Aim (2010) melakukan penelitian tentang kinerja
reksadana di Thailand dengan mengevaluasi kinerja reksa dana serta menilai gaya
dan strategi yang digunakan oleh manajer investasi, mengevaluasi kinerja reksa
dana berdasarkan karakteristik reksa dana, mengevaluasi dampak likuiditas
terhadap kinerja reksa dana, dan mengevaluasi peranan kebijakan yang dijalankan
oleh Thailand yang menerapkan Tax-Advantage Type. Hasil dari penelitian ini
yaitu sebagian besar manajer investasi di Thailand tidak memberikan nilai tambah
bagi investor karena mereka hanya berinvestasi dalam saham kecil. Serta
menemukan bukti bahwa kinerja reksa dana akan terus berkesinambungan dimana
kinerja reksa dana yang buruk akan terus memburuk. Sementara itu pula dalam
penelitian ini juga menemukan bukti bahwa arus kas tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja reksa dana. Ukuran, umur, dan keluarga reksa
dana memiliki kemampuan dalam menjelaskan kinerja reksa dana namun hal ini
spesifik terhadap kebijakan investasi. Dan menyimpulkan bahwa likuditas
memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana.
Thomas Karlsson and Marina Persson (2005) dalam penelitiannya yang
berjudul” Mutual fund performance: Explaining the performance of Swedish
domestic equity mutual funds using different fund characteristics”. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh risk, size, expense,
turnover, age, and management tenure terhadap kinerja reksa dana. Hasil

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa pada reksa dana saham semua variabel berpengaruh terhadap
kinerja reksa dana.
Menurut Chen et. al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Does Fund
Size Erode Mutual Fund Performance? The Role of Liquidity and Organization”.
Dalam penelitiannya kinerja reksa dana diukur terhadap Risk Ratio, Fund Size,
Expenese Ratio, dan Fund Age. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko
signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Ukuran reksa dana
signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Biaya-biaya signifikan
berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Turnover signifikan berpengaruh
negatif terhadap kinerja reksa dana. Usia signifikan berpengaruh negatif terhadap
kinerja reksa dana.
Menurut Dahlquist, Magnus, Engstrom, Stefan dan Soderlind, Paul (2000)
melakukan penelitian terhadap kinerja reksa dana yang dipengaruhi oleh
Turnover, Expense Ratio, Fund Size dan Cash Flow menggunakan metode crosssectional. Dia mempelajari kinerja reksa dana di pasar Swedia. Penelitian ini
menghasilkan bahwa Turnover berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
reksa dana. Expense Ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa
dana. Fund Size berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa
dana. Cash Flow berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja
reksa dana.
Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/
Tahun
Ria
Utami
(2014)

Judul Penelitian

Variabel

“Analisis
pengaruh
past return, fund
cash flow, fund
size, fund
longevity dan
family fund size
terhadap kinerja
reksa dana
saham”

Dependen
Kinerja Reksa
Dana Saham

Yong
Pui See,
Ruzita
Jusoh
(2012)

“Fund
Characteristics
And Fund
Performance:
Evidence of
Malaysian
Mutual Fund”

Dependen
Kinerja Reksa
Dana

Osin P.
Panjaitan
(2011)

“Analisis FaktorFaktor Yang
Mempengaruhi
Kinerja Reksa
Dana Saham
Dengan
Menggunakan
Metode Sharpe
Di Bursa Efek
Indonesia”

Dependen
Kinerja Reksa
Dana Saham

Metode
Analisis

Hasil Penelitian

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Terdapat hubungan positif tidak
signifikan antara fund size
dengan kinerjanya. Sementara
cash flow berpengaruh positif
signifikan, usia keluarga reksa
dana berpengaruh positif tidak
signifikan dan past return
berpengaruh negatif signifikan
terhadap kinerja reksa dana

Multiple
Regressions

Risk signifikan berpengaruh
positif terhadap kinerja reksa
dana. Fund size berpengaruh
positif akan tetapi tidak
signifikan. Expense ratio
signifikan berpengaruh positif
terhadap kinerja reksa dana.
Turnover dan fund age
berpengaruh negatif terhadap
kinerja reksa dana.

Metode
analisis
statistik dan
metode
analisis
deskriptif

Expense ratio, ukuran dan cash
flow berpengaruh, tetapi
turnover tidak berpengaruh
terhadap kinerja reksa dana
saham

Independen
1. Past Return
2. Fund Cash
Flow
3. Fund Size
4. Fund
Longevity
5. Family Fund
Size

Independen
1. Risk Ratio
2. Fund Size
3. Expense
Ratio
4. Turnover
Ratio
5. Fund Age

Independen
1. Expense
Ratio
2. Turnover
Ratio
3. Ukuran
4. Cash Flow

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Nama
Peneliti/
Tahun
Teerapan
SuppaAim
(2010)

Judul
Penelitian

Variabel

Metode
Analisis

“Mutual Fund
Performance in
Emerging
Markets: The
Case of
Thailand”

Dependen
Kinerja
Reksa
Dana

Multidimensi
onal panel
regression

Cash flow tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja. Size, age,
dan family fund memiliki
kemampuan menjelaskan
kinerja reksa dana namun hal
ini spesifik terhadap
kebijakan investasi. Likuditas
memiliki pengaruh terhadap
kinerja reksa dana.

Thomas
Karlsson
and
Marina
Persson
(2005)

“Mutual fund
performance:
Explaining the
performance of
Swedish
domestic equity
mutual funds
using different
fund
characteristics”

Dependen
Kinerja
Reksa
Dana

Multiple
Regression

Semua variabel independen
berpengaruh terhadap variabel
dependen.

Chen et.
al.
(2004)

“Does Fund
Size Erode
Mutual Fund
Performance?
The Role of
Liquidity and
Organization”

Regression

Risk, Expense, Age
berpengaruh negatif
signifikan terhadap kinerja
reksa dana. Size berpengaruh
positif signifikan. terhadap
kinerja reksa dana.

Crosssectional

Turnover berpengaruh
signifikan positif terhadap
kinerja reksa dana. Expense
Ratio berpengaruh signifikan
negatif terhadap kinerja reksa
dana. Fund Size berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja reksa dana.
Cash Flow berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja reksa dana

Dahlquis
t,
Magnus,
Engstro
m, Stefan
dan
Soderlin
d, paul
(2000)

“Performance
and
Characteristics
of Swedish
Mutual Fund”

Independen
1. Cash Flow
2. Size
3. Age
4. Family Fund
5. Likuiditas

Independen
1. Risk Ratio
2. Fund Size
3. Expense Ratio
4. Management
Tenure
5. Fund Age
6. Turnover
Ratio
Dependen
Kinerja
Reksa
Dana
Independen
1. Risk Ratio
2. Fund Size
3. Expense Ratio
4. Fund Age
Dependen
Kinerja
Reksa
Dana
Independen
1. Expense
Ratio
2. Turnover
Ratio
3. Fund Size
4. Cash Flow

Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
2.3.1 Pengaruh Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana
Menurut Rao (2000, dalam Akbarini, 2004), reksa dana yang memiliki
umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari
itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para
investornya. Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang
berjenis numerik yang menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak
tanggal reksa dana tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana
mencerminkan pengalaman dari manajer investasinya dalam mengelola reksa
dana tersebut. Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya
semakin berpengalaman dalam mengelola portofolio.
2.3.2 Pengaruh Fund Cash Flow terhadap Kinerja Reksa Dana
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 90) arus kas adalah suatu laporan yang
memuat informasi/ aliran tentang sumber dan penggunaan kas selama periode
tertentu. Syarat utama dalam melakukan investasi adalah Cash Flow harus positif
karena jika Cash Flow negatif maka tidak ada dana yang akan diinvestasikan.
Beberapa studi menemukan bukti bahwa uang akan lebih cenderung mengalir
ke dana yang memiliki return tinggi pada periode sebelumnya. Gruber (1996)
menemukan bahwa dana dengan arus kas bersih yang tinggi memiliki tingkat
return yang lebih tinggi daripada dana dengan arus kas bersih yang rata-rata. Jadi,
Semakin tinggi arus kas bersih maka akan meningkatkan kinerja reksa dana
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Pengaruh Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana
Ukuran reksa dana (fund size) menurut Gruber (1995) merupakan salah satu
alat ukur besar kecilnya reksa dana berdasarkan dana yang dikelola. Aktiva
sebuah perusahaan mempresentasikan besaran kekayaan yang dimiliki perusahaan
tersebut. Kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets (TNA)
yang dimiliki. Semakin besar ukuran reksa dana maka kemungkinan
mendiversifikasi asset lebih besar pula. Sehingga ukuran yang besar akan mampu
memberikan kinerja yang baik pada reksa dana.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah
diuraikan, kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.2
berikut:
Fund Longevity
Kinerja Reksa Dana

Fund Cash Flow
Fund Size
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena

atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009: 59).
Berdasarkan gambar kerangka konseptual, maka hipotesis yang dapat diajukan
adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Fund Longevity (usia) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
reksa dana saham.
2. Fund Cash Flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja reksa
dana saham.
3. Fund Size (ukuran) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja reksa
dana saham.
4. Fund longevity, fund cash flow, dan fund size secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

3 37 114

Analisis Pengaruh Fund Size, Expense Ratio, Turnover Ratio, Fund Age dan Cash Flow Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2011-2015)

7 35 105

Analisis Pengaruh Fund Size, Expense Ratio, Turnover Ratio, Fund Age dan Cash Flow Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2011-2015)

0 3 11

Analisis Pengaruh Fund Size, Expense Ratio, Turnover Ratio, Fund Age dan Cash Flow Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2011-2015)

0 0 2

Analisis Pengaruh Fund Size, Expense Ratio, Turnover Ratio, Fund Age dan Cash Flow Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2011-2015)

0 0 9

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 11

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 2

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 9

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 4

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 2 18