Pengaruh Beberapa Konsentrasi Kalium Nitrat Terhadap Viabilitas Benih Kopi Arabika (Coffea ArabicaL) dan Robusta (CoffearobustaL) Chapter III VI

14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di
atas permukaan laut, pada bulan Maret sampai bulan Juni 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kopi Arabika
(Coffea arabicaL.) dan kopi Robusta (Coffea robustaL.) yang berasal dari
Takengon sebagai bahan pengamatan perkecambahan, pasir sebagai media tanam,
label, air, KNO3 dan plastik.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kecambah,
timbangan analitik, beaker glass, petridis, batang pengaduk, handsprayer, gunting,
karung goni, ember, pisau, kalkulator, kamera, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, sebagai berikut :
Faktor 1 : Jenis Kopi (K) dengan 2 jenis, yaitu :
K1


: Arabika

K2

: Robusta

Faktor 2 : Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) (P) dengan 4 taraf, yaitu :
P0

:0%

P1

: 0,6 %

P2

: 1,2 %

P3


: 1,8 %

Universitas Sumatera Utara

15

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu :
K0P1

K1P1

K2P1

K3P1

K0P2

K1P1


K2P2

K3P2

Jumlah ulangan

= 4 ulangan

Jumlah bak kecambah

= 32 bak kecambah

Jumlah benih / bak kecambah

= 50 benih

Jumlah sampel / bak kecambah

= 50 benih


Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk +(αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2

k = 1, 2, 3, 4

dimana :
Yijk

=

Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan konsentrasi
kalium nitrat pada tarafke-k dan beberapa jenis kopipada jenis ke-j

μ

=


Nilai tengah umum

ρi

=

Pengaruh blok ke-i

αj

=

Pengaruh perlakuan konsentrasi kalium nitrat pada taraf ke-k

βk

=

Pengaruh perlakuan beberapa jenis kopi pada jenis ke-j


(αβ)jk =

Pengaruh interaksi antara perlakuan konsentrasi kalium nitrat
padataraf ke-k dan beberapa jenis kopi pada jenis ke-j

εijk

=

Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan
konsentrasikalium nitrat pada taraf ke-k dan benih kopi yang
berbeda pada jenis ke-j.

Universitas Sumatera Utara

16

Hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan
uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995).


Universitas Sumatera Utara

17

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Benih
Buah kopi yang diambil berasal dari Takengon.Kopi yang telah dipanen
dalam kondisi matang fisiologis, kemudian dikupas dan biji dikeluarkan. Biji yang
digunakan adalah biji yang berkulitas baik, kulit biji berwarna merah tua,
memiliki ukuran dan warna seragam secaara fisiologis, tidak cacat dan tidak
terserang hama dan penyakit. Biji dibersihkan menggunakan air.
Persiapan Media Perkecambahan
Media perkecambahan yang digunakan adalah media pasir dengan
ketebalan ± 4 cm. Sebelum digunakan, terlebih dahulu pasir diayak dengan
ayakan yang berukuran 20 mesh dan disterilkan dengan cara digongseng selama ±
30 menit untuk menghilangkan kontaminasi dari cendawan dan bakteri.
Aplikasi Perlakuan Perendaman Kalium Nitrat
Aplikasi perlakuan pematahan dormansi dilakukan dengan membuat
larutan KNO3 sesuai dengan konsentrasi yang sudah ditentukan. Larutan KNO3

dibuat dengan cara melarutkan KNO3 dengan air pada konsentrasi 0%, 0,6 %,
1,2%, dan 1,8%. Perendaman dengan larutan KNO3 dilakukan selama 24
jam.Kemudian dicuci dengan air bersih sebelum ditanam.
Pengecambahan Benih
Pengecambahan benih dilakukan pada bak kecambah dengan ukuran
30 cm x 22 cm x 4 cm sebanyak 50 benih per bak kecambah dengan kedalaman
lubang tanam pada media pasir sedalam 2 cm.
Pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

18

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
handsprayer hingga media menjadi lembab dan dilakukan pemeliharaan setiap
hari sampai 60 hari setelah ditanam pada bak perkecambahan.
Pengamatan Parameter
Persentase kecambah tumbuh
Pengamatan persentase kecambah tumbuh benih diamati pada setiap
perlakuan pada akhir pengamatan. Dengan cara menghitung jumlah benih yang

berkecambah pada setiap bak kecambah. Persentase kecambah tumbuh (%)
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah benih yang berkecambah
Persentase kecambah tumbuh =
100%
Jumlah benih yang ditanam

x

Laju perkecambahan
Laju perkecambahan diukur dengan menghitung jumlah hari yang
diperlukan

untuk

munculnya

radikula

atau


plumula.

Perhitungan

laju

perkecambahan menggunakan formulasi Sutopo (2012) sebagai berikut :
N1T1 + N2T2 + … … … +NxTx
Rata- rata hari =
Jumlah total benih berkecambah

Keterangan :
N : Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T : Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan
akhir dan interval tertentu suatu pengamatan
Uji daya kecambah

Universitas Sumatera Utara


19

Pengamatan uji daya kecambah diamati pada setiap perlakuan pada akhir
pengamatan. Menurut Sutopo (2012) untuk evaluasi kecambah digunakan kriteria
sebagai berikut :
a. Persentase kecambah normal.
Kriteria kecambah normal adalah :
1. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik
terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan
akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua.
2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan
pada jaringan-jaringannya.
3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik,
di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang
sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi
dikotil.
Perhitungan persentase kecambah normal sebagai berikut :

Jumlah kecambah normal
Kecambah normal =

x 100%
Jumlah contoh benih yang diuji

b. Persentase kecambah abnormal.
Kriteria kecambah abnormal adalah :
1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah, dan akar
priemernya yang pendek.

Universitas Sumatera Utara

20

2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang
seimbang dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar,
hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek,
koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun; kecambah yang kerdil.
3. Kecambah yang tidak membentuk klorofil.
4. Kecambah yang lunak.
5. Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar daun dan
bukannya akar.
Perhitungan persentase kecambah abnormal sebagai berikut :
Jumlah kecambah abnormal
Kecambah abnormal =
x 100 %
Jumlah contoh benih yang diuji
c. Persentase benih tidak tumbuh.
Persentase benih tidak tumbuh menunjukkan jumlah benih mati yang
dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Untuk evaluasi benih mati digunakan kriteria sebagai
berikut:
-

Benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah
jangka waktu pengujian yang ditentukan, tapi bukan dalam keadaan
dorman.

Perhitungan persentase benih mati sebagai berikut :

Jumlah benih mati
Benih tidak tumbuh =
Jumlah contoh benih yang diuji

x 100%

Universitas Sumatera Utara

21

Indeks vigor
Indeks vigor (IV) dihitung berdasarkan rumus L.O. Copeland (1977)
dalam Kartasapoetra (2003) :
IV = G1 + G2 + G3 + .... + Gn
D1 D2 D3
Dn
Keterangan :
IV : Indeks vigor
G : Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
D : Waktu yang bersesuaian dengan G
n : Jumlah hari pada perhitungan terakhir
Bobot segar kecambah
Bobot segar kecambah diperoleh dengan cara menimbang masing-masing
kecambah normal setiap perlakuan diakhir penelitian dengan menggunakan
timbangan analitik. Kecambah yang digunakan masih dalam keadaan segar dan
bersih dari pasir yang melekat.
Bobot kering kecambah
Bobot kering kecambah diperoleh dengan cara menimbang berat kering
masing-masing kecambah normal pada perlakuan yang telah dimasukkan ke
dalam oven 900 C selama 24 jam sampai berat kecambah konstan. Sebelum
dimasukkan ke dalam oven, terlebih dahulu kecambah dibersihkan dari pasir yang
melekat.

Universitas Sumatera Utara

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa
perlakuan pematahan dormansi padabeberapa jenis kopi berpengaruh nyata
terhadap persentase kecambah tumbuh, kecambah normal, kecambah abnormal,
kecambah tidak tumbuh, indeks vigor, bobot segar kecambah dan bobot kering
kecambah benih kopi. Perlakuan konsentrasi kalium nitrat (KNO3) berpengaruh
tidak nyata terhadap semua parameter.Interaksi antara beberapa jenis kopi dan
konsentrasi kalium nitrat berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih
kopi.
Persentase kecambah tumbuh
Data pengamatan persentase kecambah tumbuh benih kopi dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5-8 yang menunjukkan bahwa jenis kopi
berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tumbuh benih kopi, konsentrasi
KNO3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah tumbuh benih kopi
serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah
tumbuh benih kopi.
Persentase kecambah tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase kecambah tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
………………………….%……………….…………
65,50
46,00
60,50
50,50
22,00
28,50
16,00
33,50
43,75
37,25
38,25
42,00

Rataan
55,63a
25,00b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α =
5%.

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase kecambah tumbuh benih kopi
tertinggi diperoleh pada perlakuan jenis kopi arabika sebesar 55,63 % berbeda
nyata dengan kopi robusta . Konsentrasi KNO3 0% (P0) menghasilkan persentase
kecambah tumbuh tertingi sebesar 43,75 % yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Laju perkecambahan
Data pengamatan laju perkecambahan benih kopi dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 9-10 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi
dan konsentrasi KNO3berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan
benih

kopiserta

interaksi

keduanya

berpengaruh

nyata

terhadap

laju

perkecambahan benih kopi.
Laju perkecambahan benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan
konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju perkecambahan benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan
konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2 (1,2)
P3(1,8)
………………………….hari……………….…………
48,83abc
51,63ab
48,05abc
47,90bc
49,10
50,70abc
46,39c
53,18a
47,85bc
49,53
49,77
49,01
50,61
47,87

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf
α = 5%.

Kombinasi perlakuan K2P1menghasilkan laju perkecambahan benih kopi
tercepat sebesar 46,39 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K1P0,
K1P2, K1P3, K2P0 dan K2P3, namun berbeda nyata dengan perlakuan K1P1 dan
K2P2.

Universitas Sumatera Utara

24

Kombinasi perlakuan K2P2menghasilkan laju perkecambahan benih kopi
terlama sebesar 53,18 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K1P0,
K1P1danK2P0, namun berbeda nyata dengan perlakuan K1P3 K2P1dan K2P3 (Tabel
2).
Uji daya kecambah
Persentase kecambah normal
Data pengamatan persentase kecambah normal benih kopi dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11-14 yang menunjukkan bahwa beberapa
jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah normal benih kopi,
konsentrasi KNO3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah normal
benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase
kecambah normal benih kopi.
Persentase kecambah normal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase kecambah normal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
…………………………….%………………….…………
65,50
44,50
59,00
50,00
54,75a
22,00
28,50
16,00
33,50
25,00b
43,75
36,50
37,50
41,75

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase kecambah normal benih kopi
tertinggi diperoleh pada perlakuan jenisbenih kopi arabika sebesar 54,75 % yang
berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO3 0 % (P0) menghasilkan
persentase kecambah normal benih kopi tertinggi sebesar 43,75 % yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

25

Persentase kecambah abnormal
Data pengamatan persentase kecambah abnormal benih kopi dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 15-18 yang menunjukkan bahwa beberapa
jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah abnormal benih kopi,
konsentrasi KNO3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah
abnormal benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
persentase kecambah abnormal benih kopi.
Persentase kecambah abnormal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase kecambah abnormal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis
kopi dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
…………………………….%………………….…………
0,00
1,50
1,50
0,50
0,88a
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00b
0,00
0,75
0,75
0,25

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase kecambah abnormal benih kopi
terendah diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi robusta sebesar 0,00 % yang
berbeda nyata dengan kopiarabika. Konsentrasi KNO3 0 % (P0) menghasilkan
persentase kecambah abnormal benih kopi terendah sebesar 0,00 % yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Persentase kecambah tidak tumbuh
Data pengamatan persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 19-20 yang menunjukkan bahwa beberapa
jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tidak tumbuh benih
kopi, konsentrasi KNO3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah

Universitas Sumatera Utara

26

tidak tumbuh benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi .
Persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa
jenis kopi dan konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa
jenis kopi dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
…………………………….%………………….…………
34,50
54,00
39,50
49,50
44,38b
78,00
71,50
84,00
66,50
75,00a
56,25
62,75
61,75
58,00

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase kecambah tidak tumbuh benih
kopi terendah diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 44,38 %
yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO30 % (P0)
menghasilkan persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi terendah sebesar
56,25 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Indeks vigor
Data pengamatan indeks vigor

benih kopi dan sidik ragamnya dapat

dilihat pada Lampiran 21-24 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi
berpengaruh nyata terhadap indeks vigor benih kopi, konsentrasi KNO3
berpengaruh tidak nyata terhadap indeks vigor

benih kopi serta interaksi

keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap indeks vigor benih kopi.
Indeks vigor

benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan

konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel 6. Indeks vigor benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan
konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
…………….benih berkecambah/hari……………
0,69
0,46
0,66
0,54
0,24
0,32
0,16
0,37
0,47
0,39
0,41
0,45

Rataan
0,59a
0,27b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa indeks vigor benih kopi tertinggi diperoleh
pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 0,59benih berkecambah/hari yang
berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO3 0 % (P0) menghasilkan
indeks vigor benih kopi tertinggi sebesar 0,47benih berkecambah/hari yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot segar kecambah
Data pengamatan bobot segar kecambah benih kopi dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 25-26 yang menunjukkan bahwa jenis kopi
berpengaruh nyata terhadap bobot segar kecambah benih kopi, konsentrasi
KNO3berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar kecambah benih kopi serta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar kecambah benih
kopi.
Bobot segar kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan
konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot segar kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi
dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P3(1,8)
…………………………….g………………….…………
27,27
20,43
27,56
20,65
23,98a
5,94
8,71
5,03
11,90
7,89b
16,61
14,57
16,30
16,27

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar kecambah benih kopi tertinggi
diperoleh pada perlakuan jenisbenih kopi arabika sebesar 23,98 g yang berbeda
nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO3 0% (P0) menghasilkanbobot segar
kecambah benih kopi tertinggi sebesar 16,61 g yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
Bobot kering kecambah
Data pengamatan bobot kering kecambah benih kopi dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 27-28 yang menunjukkan bahwa jenis kopi
berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah

benih kopi, konsentrasi

KNO3 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering kecambah benih kopi serta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering kecambah
benih kopi.
Bobot kering kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi
dan konsentrasi KNO3 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot kering kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi
dan konsentrasi KNO3 yang berbeda
Jenis Kopi
K1 (Arabika)
K2 (Robusta)
Rataan

Konsentrasi KNO3 (%)
Rataan
P0(0)
P1(0,6)
P2(1,2)
P0(1,8)
…………………………….g………………….…………
7,60
6,30
7,70
5,78
6,84a
1,85
2,55
1,65
3,20
2,31b
4,73
4,43
4,68
4,49

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot kering kecambah benih kopi tertinggi
diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 6,84 g yang berbeda
nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO3 0 % (P0) menghasilkan bobot
kering kecambah benih kopi tertinggi sebesar 4,73 g yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

29

Pembahasan
Pengaruh perlakuan berbagai jenis kopi terhadap viabilitas benih kopi
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan pematahan dormansi dengan berbagai jenis kopi berpengaruh nyata
terhadap persentase kecambah tumbuh, kecambah normal, kecambah abnormal,
kecambah tidak tumbuh, indeks vigor, bobot segar kecambah dan bobot kering
kecambah benih kopi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi
arabika menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi sebesar 55,63 %
yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Hal ini dikarenakan jenis benih kopi
arabika memiliki ukuran biji yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis benih
kopi robusta, selain memiliki ukuran biji yang lebih panjang, biji kopi arabika
memiliki lengkungan biji dan kulit ari biji yang lebih tipis dibandingkan dengan
kopi robusta (Panggabean, 2011). Ketebalan lengkungan biji dan kulit ari
mempengaruhi proses imbibisi yang dilakukan benih. Semakin tebal lengkungan
biji dan kulit ari maka semakin lama proses imbibisi yang dilakukan benih yang
sangat mempengaruhi kadar air yang dikandung oleh benih guna mempercepat
perkecambahan suatu benih. Kadar air suatu benih berbanding lurus dengan
viabilitas benih. Semakin tinggi kadar air yang dikandung benih maka semakin
tinggi viabilitas benih sehingga waktu benih untuk berkecambah lebih cepat. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa laju
perkecambahan lebih cepat dihasilkan pada perlakuan jenis kopi arabikayaitu
49,10 hari yang berbeda tidak nyata dengan kopi robusta.

Universitas Sumatera Utara

30

Benih dengan persentase daya kecambah yang lebih tinggi , mempunyai
nilai indeks vigor yang tinggi pula, sebaliknya benih dengan persentase daya
kecambah rendah, mempunyai nilai indeks vigor yang rendah juga. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi
arabika memberikan persentase kecambah tumbuh yang tinggi dengan laju
perkecambahan yang cepat juga menghasilkan indeks vigor tertinggi sebesar 0,59
dibandingan dengan jenis benih kopi robusta. Sebagaimana yang dinyatakan
Sadjad et al., (1999) bahwa vigor benih ditunjukkan pada kecepatan yang tinggi
dalam proses pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat.
Arif et al., (2004) mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah
menunjukkan lambatnya pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan
tumbuh (Sadjad, 1994) juga mengatakan bahwa benih yang memiliki kekuatan
tumbuh tinggi dapat menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun pada
lingkungan tumbuh sub-optimum.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi
arabika menghasilkan persentase perkecambahan normal tertinggi sebesar 54,75
% yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Viabilitas benih juga mempengaruhi
benih tumbuh dengan normal.Jenisbenih kopi arabika memiliki viabilitas yang
tinggi yang mampu meningkatkan persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan
jenisbenih kopi arabika memberikan persentase kecambah tidak tumbuh yang
rendah sebesar 44,38 % dibandingkan dengan jenis kopi robusta sebesar 75,00 %.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya faktor
genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas, dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai

Universitas Sumatera Utara

31

dengan literatur Sadjad et al,. (1975) menyatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan. Faktor genetik yang
berpengaruh adalah komposisi kimia, kadar air, susunan kimia fisik atau kimia
dari

kulit

biji.

Faktor

lingkungan

yang

berpengaruh

terhadap

proses

perkecambahan adalah air, suhu, gas, cahaya, dan tanah.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi
arabika menghasilkan bobot segar kecambah tertinggi sebesar 23,98 g yang
berbeda nyata dengan kopi robusta. Bobot segar suatu kecambah akan berbanding
lurus dengan persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan. Semakin tinggi
persentase kecambah tumbuh berarti semakin banyak jumlah benih yang
berkecambah sehingga bobot segar kecambah yang dihasilkan juga tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dihasilkan menunjukkan bahwa perlakuan
jenis benih kopi arabika menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi
sehingga bobot segar kecambah yang dihasilkan pada perlakuan ini juga
meningkat. Peningkatan bobot segar suatu kecambah juga akan berbanding lurus
dengan bobot kering kecambah yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot segar suatu
kecambah yang dihasilkan maka semakin tinggi juga bobot kering yang
dihasilkan. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan jenis benih kopi
arabika menghasilkan bobot kering kecambah yang juga tinggi.. Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya faktor genetik, tingkat
kematangan biji, viabilitas, dan faktor lingkungan.Sadjad et al,. (1975)
menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menentukan proses
metabolisme perkecambahan.

Universitas Sumatera Utara

32

Pengaruh perlakuan konsentrasi kalium nitrat terhadap viabilitas benih kopi
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
perlakuan pematahan dormansi dengan konsentrasi KNO3 berpengaruh tidak
nyata terhadap semua parameter.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa pemberian konsentrasi
KNO3 (P0) menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi sebesar 43,75 %
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Ini dikarenakan semakin
tinggi konsentrasi KNO3 yang digunakan semakin tinggi tingkat kerusakan pada
benih kopi. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase kecambah normal,
persentase kecambah abnormal dan persentase kecambah tidak tumbuh yang
dihasilkan(Tabel 3, 4 dan 5). Tanpa pemberian konsentrasi KNO3 (P0)
memberikan persentase kecambah normal tertinggi sebesar 43,75 %, dan
memberikan persentase kecambah abnormal terendah sebesar 0,00 % dan
persentase kecambah tidak tumbuh sebesar 56,25 % dibandingkan dengan
pemberian konsentrasi KNO3. Hal ini sesuai dengan literatur (Faustina et al,
2011) konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat
kerusakan pada biji.Semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman maka
kerusakan biji juga semakin tinggi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi KNO3 1,8 % (P3)
menghasilkan laju pertumbuhan tercepat yaitu 47,87 hari yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin tingginya tingkat
konsentrasi KNO3 yang diberikan maka akan semakin mempercepat proses
pelunakan kulit benih kopi proses imbibisi yang dilakukan oleh benih tidak
terhambat dan mempercepat keluarnya radikula sehingga proses perkecambahan

Universitas Sumatera Utara

33

lebih cepat. Namun berbeda pada nilai indeks vigor yang dihasilkan (Tabel 6).
Tanpa pemberian konsentrasi KNO3 (P0) memberikan indeks vigor tertinggi
sebesar 0,47 benih berkecambah/hari dibandingkan dengan pemberian perlakuan
konsentrasi KNO3. Diduga bahwa semakin tinggi konsentrasi KNO3 yang
diberikan dapat merusak vigor benih yang merupakan salah satu aspek dari mutu
fisiologis benih. Dapat diketahui bahwa benih kopi merupakan benih yang bersifat
benih intermediet yang dapat dikeringkan sampai kadar air relatif rendah yaitu
15% berdasarkan berat segar (Lima et al., 2001).
Oleh karena itu, perlu diberikan perlakuan pematahan dormansi dengan
konsentrasi KNO3 untuk dapat melunakkan kulit benih kopi yang keras atau benih
bersifat permeabel. Dengan demikian proses imbibisi yang dilakukan benih tidak
terhambat sehingga viabilitas dari benih kopi tersebut meningkat dan
mempercepat pertumbuhan kopi. Sebagaimana yang dinyatakan Sadjad et al.,
(1999) bahwa vigor benih ditunjukkan pada kecepatan yang tinggi dalam proses
pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat.Arif et al., (2004)
mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah menunjukkan lambatnya
pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan tumbuh. Sadjad (1994) juga
mengatakan bahwa benih yang memiliki kekuatan tumbuh tinggi dapat
menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun pada lingkungan tumbuh
sub-optimum.Baskin dan Baskin (2004) menyatakan bahwa metoda pematahan
dormansi fisik sering diasosiasikan dengan keberhasilan pembukaan atau cela
pada bagian tertentu dari kulit biji sedemikian rupa sehingga air dapat masuk
kedalam biji dan diserap oleh embrio.

Universitas Sumatera Utara

34

Tanpa pemberian konsentrasi KNO3 (P0) memberikan persentase
kecambah normal tertinggi sebesar 43,75 % dibandingkan dengan pemberian
konsentrasi KNO3 (P1, P2 dan P3). Ini dikarenakan konsentrasi KNO3 yang
digunakan mempengaruhi tingkat kerusakan pada benih kopi karena pada
konsentrasi 1,8 % (P3)persentase kecambah normal hanya sebesar 41,75 %. Hal
ini sesuai dengan literatur (Faustina et al, 2011) konsentrasi dan lamanya waktu
perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan pada biji.Semakin tinggi dan
semakin lama waktu perendaman maka kerusakan biji juga semakin tinggi.
Pengaruh interaksi antara perlakuan berbagai jenis kopi dan konsentrasi
kalium nitrat terhadap viabilitas benih kopi
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa
interaksi antara perlakuan berbagai jenis kopi dan konsentrasi KNO3 berpengaruh
nyata terhadap laju perkecambahan benih kopi.
Dari

hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

kombinasi

perlakuan

K2P1menghasilkan laju perkecambahan benih kopi tercepat sebesar 46,39 hari
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K1P0, K1P2, K1P3, K2P0 dan K2P3,
namun berbeda nyata dengan perlakuan K1P1 dan K2P2. Diduga pada penelitian ini
penggunaan konsentrasi KNO3 0,6 % pada jenis benih kopi robusta memberikan
pengaruh terhadap kecepatan benih untuk berkecambah namun tidak pada
perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa perlakuan jenis benih kopi robusta yang diberikan potassium nitrat dengan
konsentrasi 1,2 % hanya dapat menghasilkan laju perkecambahan sebesar 53,18
hari yang berbeda nyata dengan K2P1. Hal ini sesuai dengan literatur
(Faustina et al, 2011) konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi
tingkat kerusakan pada biji.Semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman

Universitas Sumatera Utara

35

maka kerusakan biji juga semakin tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil laju
perkecambahan yang dihasilkan dengan penggunaan KNO3 dengan konsentrasi
0,6 % pada jenis benih kopi arabikayang masih lama sebesar51,63 hari yang
berbeda nyata dengan K2P1.Hal ini dikarenakan jenis benih kopi arabika memiliki
ukuran biji yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis benih kopi robusta,
selain memiliki ukuran biji yang lebih panjang, biji kopi arabika memiliki
lengkungan biji dan kulit ari biji yang lebih tipis dibandingkan dengan kopi
robusta (Panggabean, 2011).Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
perkecambahan diantaranya faktor genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas, dan
faktor lingkungan.Sadjad et al,. (1975) menyatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan
Pada penelitian ini tanpa pemberian KNO3 dengan benih kopi arabika
memberikan respon positif terhadap persentase kecambah tumbuh sebesar 65,50
%. Benih dengan persentase daya kecambah yang tinggi, mempunyai nilai indeks
vigor yang tinggi pula, sebaliknya benih dengan persentase daya kecambah
rendah, mempunyai nilai indeks vigor yang rendah juga.Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil indeks vigor kecambah yang dihasilkan. Tanpa penggunaan kalium
nitrat dengan benih kopi arabika memberikan nilai indeks vigor tertinggi sebesar
0,69benih berkecambah/hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu
penggunaan beberapa jenis kopi dengan tingkat kematangan juga mempengaruhi
persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan.Viabilitas benih yang tinggi
memiliki indeks vigor yang tinggi pula karena memberikan persentase kecambah
tumbuh yang tinggi. Sebagaimana yang dinyatakan Sadjad et al., (1999) bahwa
vigor

benih

ditunjukkan

pada

kecepatan

yang

tinggi

dalam

proses

Universitas Sumatera Utara

36

pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat. Arif et al., (2004)
mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah menunjukkan lambatnya
pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan tumbuh.

Universitas Sumatera Utara

37

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penggunaan benih kopi arabika menghasilkan persentase kecambah
tumbuh, persentase kecambah normal, indeks vigor, bobot segar kecambah
dan bobot kering kecambah benih kopi yang nyata lebih baik dari kopi
robusta.
2. Perlakuan tanpa pemberian KNO3menghasilkan persentase kecambah
tumbuh, persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal,
persentase kecambah tidak tumbuh indeks vigor benih kopi, bobot segar
kecambah dan bobot kering kecambah terbaik.
3. Interaksi antara jenis kopi dan KNO3berpengaruh nyata pada laju
perkecambahan.

Kombinasi

perlakuan

K2P1

menghasilkan

laju

perkecambahan tercepat sebesar 46,39 hari.
Saran
Dalam perlakuan pematahan dormansi pada benih kopi arabika dan
robusta tidak perlu dilakukan perendaman dengan larutan kalium nitrat.

Universitas Sumatera Utara