Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
2.1.1 Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak
diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang
sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN,
2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu
kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari
kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang
bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa
tidak sedikit orang yang tidak bertanggungjawab atas kondisi ini. Kehamilan yang
tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan sudah menikah maupun
belum menikah (PKBI, 1998).
Kehamilan tidak diinginkan juga didefinisikan sebagai kehamilan yang
terjadi pada saat tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang
diinginkan tetapi tidak pada saat itu (mistmed pregnancy), sedangkan kehamilan
digambarkan sebagai kehamilan yang diinginkan jika kehamilan tersebut terjadi
pada waktu yang tepat atau setelah berkeinginan untuk hamil (santelli, 2003).
Menurut Barret (2002), seseorang mungkin menginginkan kehamilannya
tetapi tidak menginginkan saat ini atau bukan dengan pasangan yang sekarang,

dimana hal itu diartikan sebagai kehamilan tidak diinginkan. Selain itu, tidak

13

Universitas Sumatera Utara

diinginkannya suatu kehamilan biasanya hanya muncul pada saat kehamilan
tersebut terjadi, yang dikaitkan dengan perasaan tidak senang.
Barret membuat tiga definisi besar terhadap arti kehamilan tidak
diinginkan, yaitu :
1. Terkait dengan perasaan atau tindakan terhadap kehamilan. Artinya
kehamilan tidak diinginkan didefinisikan sebagai kehamilan yang berakhir
dengan tindakan aborsi, tidak menginginkan adanya anak atau bayi, tidak
bahagia dengan kehamilan, serta adanya terhadap perasaan menginginkan
atau tidak menginginkan kehamilan.
2. Terkait dengan respon emosional. Artinya, kehamilan tidak diinginkan
berkaitan dengan istilah paksaan dan ayak yatim piatu.
3. Terkait dengan masalah konsepsi. Kehamilan tidak diinginkan akibat tidak
menggunakan alat kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual, tidak
merencanakan kehamilan tanpa memerdulikan konsekuensinya, dan

kehamilan tidak diinginkan sama dengan kehamilan yang tidak
direncanakan.
Sedangkan pengertian “diinginkan” menurut Barret sama dengan
direncanakan atau merupakan konsekuensi dari perencanaan. Terdapat empat
kriteria jika sebuah kehamilan diinginkan, yaitu:
1) Menyatakan bahwa mereka memiliki tujuan yang jelas untuk hamil.
2) Tidak menggunakan kontrasepsi agar menjadi hamil.
3) Didiskusikan dan disepakati oleh pasangan untuk hamil.

14

Universitas Sumatera Utara

4) Melakukan persiapan gaya hidup dan persiapan waktu yang tepat, seperti
untuk menikah dan atau mendapat pekerjaan.
Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) merupakan terminologi
yang biasa dipakai untuk memberi istilah adanya kehamilan yang tidak
dikehendaki oleh wanita bersangkutan maupun lingkungannya. Pengertian
kehamilan tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang terjadi
dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu

atau kedua calon orangtua bayi tersebut (Kusmiran, 2011).
Pada umumnya, persepsi masyarakat mengenai kehamilan tidak diinginkan
seringkali hanya terjadi pada pasangan akibat hubungan seksual diluar nikah.
Namun faktanya, beberapa penelitian membuktikan bahwa sebagian besar
permintaan aborsi berasal dari pasangan yang telah menikah. Tingginya kasus
aborsi pada perempuan menikah memberikan pemikiran mengenai rendahnya
pemakaian kontrasepsi dan rendahnya kualitas pelayanan kontrasepsi. Kehamilan
tidak diinginkan dapat terjadi pada pasangan usia subur yang tidak ingin hamil
tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need) dan pada mereka yang
menggunakan kontrasepsi tetapi mengalami kegagalan, baik karena metode
kontrasepsi maupun karena akseptor yang tidak menggunakan metode kontrasepsi
konsisten atau tepat (Susilo, 2002). Pada akhirnya istilah kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau
kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu.
Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko
morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan selama kehamilan yang

15

Universitas Sumatera Utara


berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang pada
kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya (mudzdalifah, 2008).
Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan banyak kecemasan pada
wanita. Meskipun keputusan melakukan aborsi tampak tepat bagi mereka, adanya
penyesalan yang tidak dapat dielakkan. Wanita dapat mengalami berbagai tahap
berduka karena keputusan mereka, menyangkal, marah, depresi dan menerima
(Suzanne, 2012).
2.1.2

Alasan Kehamilan Menjadi Tidak Diinginkan
Beberapa penelitian pernah dilakukan terhadap kejadian kehamilan tidak

diinginkan dari 41% kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang tidak
diinginkan. Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur, memiliki pengetahuan yang kurang mengenai KB, buta
huruf, menikah pertama kali pada umur kurang dari 16 tahun, tidak bekerja dan
hidup di pedesaan.
Santelli et al (2003) yang melakukan penelitian di Amerika Serikat tahun

1994 menemukan bahwa 49% wanita yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan berakhir dengan tindakan aborsi. Kejadian kehamilan tidak diinginkan
sebagian besar terjadi pada kelompok wanita dengan umur kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 40 tahun, tidak menikah, hidup pada garis kemiskinan, dan pada
kulit hitam.
Shaheen et al (2007) di Mesir dalam Syafitri (2012), mengatakan
kehamilan tidak diinginkan paling banyak terjadi pada kelompok wanita yang

16

Universitas Sumatera Utara

memiliki riwayat abortus sebelumnya, pernah atau sedang menggunakan alat
kontrasepsi, memiliki pengetahuan kurang mengenai siklus ovulasi dan berumur
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 25 tahun pada saat pertama kali hamil.
Abbasi-Shavazi, et al (2004) yang melakukan penelitian kehamilan tidak
diinginkan di Iran menyatakan bahwa terdapat 35% kehamilan tidak diinginkan.
Angka kehamilan tidak diinginkan ini lebih tinggi pada wanita yang umurnya
lebih tua, jumlah kelahiran tinggi, berpendidikan rendah, dan bertempat tinggal di
Desa. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan tentang metode kontrasepsi, pengetahahuan tentang
fertilitas, dan penggunaan kontrasepsi ditemukan sebagai variabel yang memiliki
hubungan yang signifikan dengan kehamilan tidak diinginkan.
Di indonesia, syafitri (2012) dari hasil penelitian berdasarkan SDKI 2007
mengatakan kehamilan tidak diinginkan paling banyak terjadi pada kelompok
wanita yang memiliki anak lebih dari 3 orang, berusia dari 35 tahun, berada pada
kelompok sosial ekonomi menengah ke bawah, memiliki pengetahuan yang baik
mengenai alat kontrasepsi, memiliki akses ke pelayanan kesehatan dan menikah
pertama kali pada usia kurang dari 20 tahun.
Alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan pada pasangan menikah
diantaranya :
2.1.2.1 Usia Ibu Hamil
a.

Pengertian
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam

satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologis sama. Usia adalah


17

Universitas Sumatera Utara

lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005).
Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh melalui wawancara.
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah
maternal age / usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wnita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2, sampai 5 kali
lebih tinggi dari kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudia sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).
b. Usia Ibu yang Berisiko Hamil
Usia seorang wanita pada sat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko
tinggi melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,
emosi, psikologi, sosial dan ekonomi. Umur yang berisiko untuk hamil di bedakan
menjadi 2 yaitu:
1) Umur kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 15-19 tahun. Penyebab utama

kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan,
persalinan, dan komplikasi

keguguran. Kehamilan dini mungkin akan

menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah merupakan keharusan sosial
(karena mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja
tetap menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini
dengan tidak memandang status perkawinan mereka.

18

Universitas Sumatera Utara

Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh,
jika dapat memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat
persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkunan bertahan hidup yang lebih
rendah untuk bayi tersebut.
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin. Karena belum matangnya alat reproduksi

untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin
menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikolog, sosial, ekonomi,
sehingga memudahkan terjadinya keguguan.
Menurut BKKBN tahun 2014 tedapat kerugian bagi wanita yang menikah
atau hamil pada usia yang sangat muda (di bawah 20 tahun) diantaranya adalah:


Ibu muda pada waktunya hamil kurang memperhatikan kehamilannya
termasuk kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya
berbagai risiko kehamilan.



Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan
tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta
kejang yang berakibat pada kematian.




Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan di usia muda
(dibawah 20 tahun) seringkali berkaitan dengan munculnya kanker
rahim. Ini erat kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan
dinding rahim pada usia tersebut.

19

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja
dengan usia dibawah 20 tahun mempunyai risiko :
a. Sering mengalami anemia
b. Gangguan tumbuh kembang janin
c. Keguguran, prematuritas, atau BBLLR
d. Gangguan persalinan
e. Preeklamsi
f. Pendarahan antrepartum
Hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Mapanget Kota Manado Sulawesi Utara pada rentang tahun 2011-2013
didapatkan sebanyak 117 remaja melakukan pernikahan dini yaitu pernikahan di

usia rentang

Dokumen yang terkait

Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin : Kajian Psikolinguistik

2 68 126

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA (Studi Kasus pada Remaja di Kota Madiun)

13 123 182

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

1 15 100

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 1 14

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 2

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 1 12

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017 Chapter III V

0 1 74

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

1 1 4

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 8