Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin : Kajian Psikolinguistik

(1)

SKRIPSI SARJANA

PEMEROLEHAN BAHASA MELAYU ANAK USIA 3-4 TAHUN PADA MASYARAKAT DESA PEKAN TANJUNG BERINGIN KECAMATAN

TANJUNG BERINGIN: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK Dikerjakan

O L E H

NAMA : FITRI ARMAYA SARI NIM : 080702004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(2)

SKRIPSI SARJANA

PEMEROLEHAN BAHASA MELAYU ANAK USIA 3-4 TAHUN PADA MASYARAKAT DESA PEKAN TANJUNG BERINGIN KECAMATAN

TANJUNG BERINGIN: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK Dikerjakan

O L E H

NAMA : FITRI ARMAYA SARI NIM : 080702004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(3)

SKRIPSI SARJANA

PEMEROLEHAN BAHASA MELAYU ANAK USIA 3-4 TAHUN PADA MASYARAKAT DESA PEKAN TANJUNG BERINGIN KECAMATAN

TANJUNG BERINGIN: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK Dikerjakan

O L E H

NAMA : FITRI ARMAYA SARI NIM : 080702004

Diketahui Oleh :

Pembimbing I Pembiming II

Dra. Asriaty R. Purba, M.Hum Dra. Rosita Ginting, M. Hum Nip. 196211221987032001 Nip. 195905201986012002

Disetujui Oleh : Departemen Sastra Daerah

Ketua,

Drs. Warisman Sinaga, M. Hum Nip. 19620716 19883 100


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A Nip : 195110131976031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. . . . . . 2. . . . . . 3. . . . . . 4. . . . . . 5. . . . . .


(5)

Disetujui Oleh :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

MEDAN 2012

Departemen Bahasa dan Sastra Daerah Ketua

Drs. Warisman Sinaga, M. Hum Nip : 19620716 198803 1002


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini diberi judul “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin”. Penelitian ini mengkaji tentang pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi, sintaksis, dan semantik. Dengan menggunakan tiga teori, yaitu: 1. Teori pemerolehan bahasa yang behaviorisme (Skinner), 2. Teori pemerolehan bahasa yang mentalistik (Chomsky), dan 3. Teori pemerolehan bahasa yang kognitivisme (Piaget).

Penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada di lapanngan. Pengumpulan data dilakukan secara longitudinal atau cross-sectional (rancangan silang).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak dikatakan belum mampu mengucapkan konsonan [s] menjadi fonem [c], [ĵ] menjadi fonem [d] atau [dz], [ň] menjadi fonem [n], [R] menjadi fonem [l], dan penghilangan bunyi konsonan [h], [p], dan [k]. Pada pemerolehan sintaksis anak sudah mampu mengunakan kalimat-kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cendrung menggunakan makna denotatif. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa anak dilahirkan dengan potensi mampu memperoleh bahasa apa saja termasuk bahasa ibunya.

Kata kunci: Pemerolehan bahasa Melayu dalam bidang fonologi, sintaksis, dan semantik.


(7)

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmannirohim,

Dengan kerendahan hati yang mendalam penulis mengucapkan Alhamdullilahi Rabbil Alamin ke hadirat Allah SWT. Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin : Kajian Psikolinguistik”. Untuk memudahkan pemahaman akan isi yang akan dibahas, penulis memaparkan rinciannya, yakni pada bab pertama adalah pendahuluan yang dibagi atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada bab kedua akan dibahas kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan, dan teori yang digunakan. Pada bab ketiga adalah metode penelitian, yang mencakup metode dasar, lokasi sumber data, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Pada bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Dan bab kelima adalah kesimpulan dan saran.

Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.


(9)

Medan, 2012 Penulis

080702004 FITRI ARMAYA SARI


(10)

Ucapan Terima Kasih

Alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana dan menguasai jagat raya yang menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dipermukaan bumi ini. Shalawat berangkaikan salam kepada nabi Muhammad SWT, kekasih Allah yang telah meninggikan derajat manusia dengan mengangkatnya dari lembah kebodohan kepada alam ilmu pengetahuan sehingga hidup menjadi indah dan berwarna. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulis skripsi bukanlah semata-mata atas kemampuan sendiri, tetapi atas bantuan dari berbagai pihak yang jasa-jasanya tidak dapat dilupakan. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang-orang yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan doa, arahan, motivasi, bimbingan dan semangat maupun saran yang penulis terima dari semua pihak, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku dekan fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Pudek I, Pudek II, Pudek III, dan seluruh pegawai di jajaran Dekan fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan pemikiran dan masukan dalam perkulihan.


(11)

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum. selaku Seketaris Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan pemikiran dan masukan dalam perkulihan.

4. Ibu Dra. Asriaty R. Purba, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan, motifasi, masukan kepada penulis, dan perhatian yang senantiasa bermurah hati membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Dra. Rosita Ginting, M.Hum. selaku pembimbing II yang sudah memberikan arahan, motifasi, dan masukan kepada penulis, dan juga meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi selesainya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Rozana, M.Hum. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan, motifasi, dan masukan dalam memilih judul skripsi ini.

7. Seluruh dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu dengan kasih sayang dengan ikhlas menyajikan pelajaran yang baik kepada penulis selama menyelesaikan studi. Kepada kak Fifi Triyani, S.S, yang setia di kantor departemen menghadapi para mahasiswa yang terkadang banyak pertanyaan.

8. Yang teristimewa dalam diri penulis kepada Mulyadi Purba (ayahanda) dan Syarifah (Ibunda) yang sangat saya hormati dan yang saya sayangi yang telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta tidak pernah mengeluh dan berkorban baik secara moral maupun material sampai bisa duduk di


(12)

bangku perkulihan dan sampai selesainya skripsi ini. Terima kasih atas doanya.

9. Kenangan Alm. Rukayah (nenek) yang selalu membangunkan dari tidurku dan mengingatkanku atas kuasa Allah SWT. Semoga engkau diterima disisi-Nya. Amin!

10.Tersayang baut kakak Ria, bg Samsul, Mala, dan Vira terima kasih atas doa dan bantuan kalian.

11.Teristimewa kepada Pinky dan sekeluarga yang telah memberi dukungan dan membantu penulis dalam penelitian di lapangan yang tidak pernah bosan menerima penulis di sana.

12.Buat stambuk’ 07 selaku junior saya ucapka terima kasih atas dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan sikripsi dengan baik. Buat bg Dera saya ucapkan terima kasih atas masukan, tenaga, dan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini dengan baik.

13. Buat sobat-sobatku satu perjuangan stambuk’ 08 (Widia, Ani, Rama, Pinky, Nadila, Bobby, Taqim, Bg Cuya, Fadhlan dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis pasti merindukan kalian semua. Terima kasih untuk semua kenangan suka dan duka yang telah kita ukir bersama. Semoga sukses semua teman-temanku. Hidup IMSAD Jaya!!!

14.Buat stambuk 2009, 2010, dan 2011 selaku junior saya ucapkan terima kasih atas doa dan dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(13)

15.Kepada teman-teman yang telah mendukung penulis yang tidak dapat saya tuliskan, saya ucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

16.Kepada kepala desa Pekan Tanjung Beringin berserta penduduk desa Pekan Tanjung Beringin yang telah memberikan kesempatan untuk penulis mengkaji pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun sebagai bahan penyelesaian studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas bantuannya.

Medan, 2012 Penulis

080702004 FITRI ARMAYA SARI


(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 11

2.2 Teori Yang Digunakan ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ... 21

3.2 Lokasi Sumber Data Penelitian ... 21

3.3 Instrumen Penelitian ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5 Metode Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Pemerolehan Fonologi ... 27

4.2 Analisis Pemerolehan Sintaksis ... 66


(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 97 5.2 Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100 DATA INFORMAN


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini diberi judul “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin”. Penelitian ini mengkaji tentang pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi, sintaksis, dan semantik. Dengan menggunakan tiga teori, yaitu: 1. Teori pemerolehan bahasa yang behaviorisme (Skinner), 2. Teori pemerolehan bahasa yang mentalistik (Chomsky), dan 3. Teori pemerolehan bahasa yang kognitivisme (Piaget).

Penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada di lapanngan. Pengumpulan data dilakukan secara longitudinal atau cross-sectional (rancangan silang).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak dikatakan belum mampu mengucapkan konsonan [s] menjadi fonem [c], [ĵ] menjadi fonem [d] atau [dz], [ň] menjadi fonem [n], [R] menjadi fonem [l], dan penghilangan bunyi konsonan [h], [p], dan [k]. Pada pemerolehan sintaksis anak sudah mampu mengunakan kalimat-kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cendrung menggunakan makna denotatif. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa anak dilahirkan dengan potensi mampu memperoleh bahasa apa saja termasuk bahasa ibunya.

Kata kunci: Pemerolehan bahasa Melayu dalam bidang fonologi, sintaksis, dan semantik.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia terdiri dari beranekaragam suku. Tiap-tiap suku memiliki bahasa yang berbeda-beda dan mempunyai ciri khasnya masing-masing. Salah satunya adalah bahasa Melayu. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia menurut Keraf (1984:16). Bahasa juga dapat dipakai untuk menyampaikan buah pikiran, perasaan, keinginan, dan tindakkan yang dapat dipakai untuk mempengaruhi orang lain.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu mendengar keanekaragam bahasa yang dihasilkan baik secara lisan maupun secara tertulis. Keanekaragaman bahasa yang terdapat pada masyarakat tersebut dapat disebabkan terjadinya komunikasi dalam pemakaian bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu dan bahasa kedua (B2) atau bahasa asing.

Bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak. Dardjowidjojo (2005:241) Bahasa ibu adalah padanan untuk istilah Inggris native language. Bila anak Indonesia lahir dan dibesarkan di lingkungan Melayu dan dari kecil dia memakai bahasa Melayu, maka itulah bahasa ibunya. Sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa asing yang dipelajari dan dipahami dari luar lingkungan kehidupannya.


(18)

Pemerolehan bahasa pertama yang diperkenalkan sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif dan perkembangan sosial si anak, yaitu:

1. Perkembangan kognitif

Dalam perkembangan kognitif pemerolehan bahasa anak ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Produksi ucapan yang berdasarkan tatabahasa yang rapi tidaklah secara otonomis mengimplikasikan bahwa seorang anak telah menguasai bahasa bersangkutan secara baik karena mungkin saja ucapan-ucapan yang diucapkan itu dengan makna yang berbeda.

b. Penutur pasti sudah memperoleh kategori kognitif yang berdasarkan berbagai alat ekspresi bahasa-bahasa alamiah seperti: kata, ruangan, modalitas, dan kuasalitas.

2. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial dalam pemerolehan bahasa pertama adalah salah satu perkembangan anak secara menyeluruh sebagai anggota masyarakatnya. Dalam hal ini dengan bahasa mungkin si anak dapat mengekspresikan perasaan, pendapat, dan keinginannya dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial. Seorang anak menyadari bahwa kata-kata dapat dibuat teman untuk membentuk teman dan membentuk musuh dan tidak selalu baik untuk menyatakan kebenaran. Bahasa adalah medium yang anak memperoleh budaya, moral, agama, dan nilai-nilai sosial lainnya. Dengan memeroleh identitas sosial maka dalam kerangka itulah si anak mengembangkan identitas pribadinya. Selain perkembangan kognitif anak dan perkembangan bahasa anak juga didukung oleh faktor


(19)

lingkungan baik lingkungan keluarga maupun tempat tinggal yang sangat dominan mempengaruhi kognitif anak.

Studi tentang bahasa sudah banyak ditemukan, salah satunya adalah psikolinguistik. Dalam kaitanya psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Sehingga psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan linguistik dianggap sebagai cabang dari psikologi. Psikolingustik merupakan suatu ilmu yang mencoba menerangkan proses-proses psikologi yang berlansung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia menurut Slobin (1974) dalam Chaer (2003:5).

Psikolinguistik adalah studi mengenai penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia, Levelt (1975) dalam Mar’at, (2005:1). Menurut Aitchicon (1984) dalam Muchtar (2001:93), ada tiga hal yang menarik dalam bidang psikolinguistik, yakni: masalah pemerolehan bahasa, hubungan antara pengetahuan bahasa, dan penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah masalah pemerolehan bahasa.

Pada dasarnya bahasa itu sudah dimiliki manusia sejak lahir, walaupun dalam bentuk ocehan. Ocehan tersebut kemudian berkembang menjadi kata demi kata sampai pada pengucapan kalimat. Bahasa yang dimiliki anak sejak kecil adalah bahasa pertama yang lebih dikenal dengan sebutan bahasa ibu. Bahasa inilah yang awalnya dikenal dan dipergunakan anak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai alat komunikasi (seseorang memerlukan bahasa pertama ini untuk


(20)

dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya ). Ada dua proses yang terjadi ketika seseorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses performansi dan proses kompetensi. Oleh karena itu, tata bahasa mempunyai empat komponen, yaitu sintaksis, semantik, fonologi, dan pragmatik, maka pemerolehan bahasa terbagi atas empat bagian, yaitu pemerolehan sintaksis, pemerolehan semantik, pemerolehan fonologi, dan pemerolehan pragmatik.

Proses penguasaan bahasa yang dilakukan anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) disebut pemerolehan bahasa, Dardjowidjojo (2003:225). Selanjutnya, Chaer (2003:167) mengatakan pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama itu terjadi apabila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa ibunya. Jadi, pemerolehan bahasa adalah suatu proses perkembangan dan penguasaan bahasa ibu (native language) yang dilakukan anak secara alami, begitu juga dengan penelitian ini, anak usia 3-4 tahun ini memperoleh bahasa Melayu sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di tempat itu.

Pemerolehan bahasa pada anak bersifat alamiah atau didasarkan pada nature atau dengan kata lain manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa, karena mereka telah dibekali dengan sebuah alat yang disebut Piranti Pemerolehan Bahasa. Piranti ini bersifat universal, karena terbukti dengan adanya kesamaan antara satu anak dengan anak yang lain dalam proses pemerolehan bahasa mereka. Di mana pun juga anak melewati seperangkat proses yang sama


(21)

dalam menguasai bahasa mereka masing-masing. Nurture yaitu masukan yang berupa bahasa hanya akan menentukan bahasa mana yang akan diperoleh anak, tetapi perosesnya itu sendiri bersifat kodrat.

Walaupun stimulant (rangsangan) bahasa yang diterima oleh anak-anak tidak teratur, namun mereka berupaya memahami sistem-sistem linguistik bahasa pertamanya sebelum menjelang usia lima tahun.Seseorang bayi normal sering kali membuat orang tuanya merasa takjub dan senang dengan kepandaiannya yang secara bertahap-tahap. Seorang bayi bisa mengekspresikan perasaannya ataupun keinginannya tangisan, menjerit, dan tertawa dengan gerak-geriknya tersendiri. Peristiwa yang menakjubkan ini telah berlaku dan terus berlaku dalam lingkungan masyarakat dan budaya.

Bayi yang berumur 3 hingga 4 bulan mulai memproduksi bunyi-bunyi. Mula-mula ia memproduksi tangisan atau bunyi cooing (mendekut, Hasan Shadily), seperti burung merpati menurut Wolf (1966) dalam Mar’at (2005:43). Setelah bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti menurut Mar’at (2005:43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. Dardjowidjojo ( 2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celoteh terjadi sekitar umur 6 bulan. Perbedaan pendapat seperti ini tentu bisa saja terjadi. Yang perlu diingat bahwa kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak. Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Mereka juga mulai mencampur konsonan dengan vokal. Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti dengan vokal. Konsonan yang


(22)

keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. dengan demikian, strukturnya adalah K-V. Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, stuktur silabel K-V ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti:

KVKVKV…papapa mamama bababa…

Orang tua mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu meskipun apa yang ada di benak tidaklah kita ketahui. Tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar artikulatori belakang Djardjowidjojo( 2005:244-245).

Ocehan ini semakin bertambah sampai si anak mampu memproduksi perkataan yang pertama, yaitu pada periode kalimat satu kata, yang kira-kira muncul 1 tahun. Pada anak Indonesia, yang kosakatanya kebanyakan Polisilabik, anak harus “menganalisis” terlebih dahulu, barulah dia menentukan suku mana yang akan diambil. Dari kata “sepeda”, misalnya, mana yang akan diambil: e, pe, atau da. Konsonan pada akhir kata sampai dengan umur sekitar 2 tahun banyak yang tidak diucapkan sehingga “mobil” akan diujarkan sebagai /bi/. Sampai sekitar umur 3 tahun anak belum dapat mengucapkan gugus konsonan sehingga “(Eyang) Putri” akan disapanya dengan Eyang /ti/. Suatu hal yang menarik adalah adanya uniformitas pada anak-anak dengan pelbagai bahasa, dalam hal bunyi-bunyi pertama yang mereka produksikan, yaitu konsonan dengan ‘p’ atau ‘m’, vokal belakang ‘a’ mendahului konsonan belakang ‘k’ dan ‘g’ serta vokal depan ‘i’ dan ‘u’ Laughin (1978) dalam Dardjowidjojo (2005:245).


(23)

Menurut Piaget dan Vygotsky dalam Tarigan (1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

1) Usia Tahap Perkembangan Bahasa

2) 0,0-0,5 Tahap Meraba (Pralinguistik) Pertama

3) 0,5-1,0 Tahap Meraba (Pralinguistik) Kedua: Kata nonsense 4) 1,0-2,0 Tahap Linguistik I: Holofrastik;Kalimat Satu Kata 5) 2,0-3,0 Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata

6) 3,0-4,0 Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa 7) 4,0-5,0 Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra-Dewasa 8) 5,0- Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh

Menjelang umur 3-4 tahun anak sudah mulai memasuki peringkat-peringkat menjelang tahap linguistik III dan IV yaitu pengembangan tatabahasa dan tatabahasa pra-dewasa. Kalimat yang diterbitkan anak-anak pada peringkat ini sudah termasuk rumit dan anak-anak ini telah dapat digolongkan sebagai ‘pandai bercakap’. Pada umur kira-kira 4-5 tahun si anak mulai memasuki peringkat kompetensi penuh. Pada umur ini anak-anak normal pada umumnya telah menguasai elemen-elemen sintaksis ibunya dan memiliki performansi yang memadai.

Menurut Dulay dalam Chaer (2003:257), menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seseorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa, yang diamksud denagn lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar.

Dengan demikian, penulis tidak terlepas dari objek penelitiannya, yaitu : dalam bidang fonologi, sintaksis, dan semantik. Sehingga penulis mengamati bagaimana berbahasa di antara anak-anak itu, baik dengan teman-temannya maupun dengan anggota keluarganya mereka. Bahasa yang digunakan pada penelitian ini adalah bahasa pada anak usia 3-4 tahun pada masyarakat Melayu desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin.

Bahasa Melayu Serdang Bedagai (BMSB) masih berperan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam upacara adat, kegiatan masyarakat, dan


(24)

intraksi sosial lainnya baik anak-anak dan orang dewasa masih menggunakan bahasa Melayu. Di dalam masyarakat Serdang Bedagai anak-anak sudah menggunakan bahasa ibunya saat mereka berintraksi dengan teman-temannya dan oarng yang ada disekitarnya.

Penulis memilih judul ini “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik”, sepengetahuan penulis penelitian mengenai judul ini belum ada yang mengkaji. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menelitinya dan melestarikan bahasa Melayu di Kecamatan Tanjung Beringin. 1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah sebenarnya merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup topik yang diteliti. Suatu perumusan masalah dilakukan karena adanya suatu permasalahan. Agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas dalam “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik” ini, maka diperlukan suatu perumusan masalah.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin?

2. Bagaimanakah pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang sintaksis pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin?


(25)

3. Bagaimanakah pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang semantik pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah disebutkan di atas, adapun tujuan penelitian yang dijelaskan antara lain:

1. Mendeskripsikan pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 Tahun dalam bidang fonologi pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin.

2. Mendeskripsikan pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 Tahun dalam bidang sintaksis pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin.

3. Mendeskripsikan pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 Tahun dalam bidang semantik pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik”, yaitu:

1. Dapat meningkatkan kualitas pengembangan bahasa pertama anak dengan baik dan benar di lingkungan masyarakat.

2. Menjaga dan membina kelestarian bahasa daerah sekaligus mengembangkannya.


(26)

3. Memperkaya khasanah tentang pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun.

4. Memperkaya khasanah buku-buku bahasa daerah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi orang yang membutuhkannya. 5. Sebagai penambah pengetahuan dan penambah data kepustakaan di

Departemen Sastra Daerah khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara. 6. Untuk melengkapi syarat ujian dalam menempuh sarjana di Fakultas


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan objek yang diteliti. Untuk dapat mempertahankan hasil suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahaman-pemahaman teoritis dan pemaparan yang berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan.

Berkaitan dengan judul proposal ini penulis bicarakan “Pemerolehan Bahasa Anak Melayu Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kacamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik”, terlebih dahulu penulis akan menguraikan beberapa defenisi para ilmuwan tentang pemerolehan bahasa sebagai berikut:

Chaer (2003:167) mengatakan pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa bisanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning).

Simanjuntak (2008:104) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa (language acquistion) adalah proses-proses yang berlaku di pusat bahasa dalam otak seorang anak (bayi) pada waktu dia sedang memperoleh bahasa ibunya. Dengan kata lain kita harus bisa membedakan pemerolehan bahasa ini dari pembelajaran bahasa (language learning) dan pemelajaran bahasa (language studying).

Tarigan (1985:243) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori


(28)

yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuaran atau takaran penilaian, tatabahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut.

Piaget dalam Chaer (2003: 107) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kognitif secara keseluruhan; dan khususnya sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik. Dengan kata lain, bagi Piaget, bahasa merupakan hasil dari perkembangan intelek secara keseluruhan dan sebagai lanjutan pola-pola perilaku yang sederhana. Perkembangan kosa kata yang sangat pesat dialami kanak-kanak ketika berumur antara satu setengah sampai dua tahun, dijelaskan oleh Piaget sebagai hasil dari peralihan intelek kepada representasi akal (mental).

Dardjowidjojo (2005:225) menyatakan bahwa Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).

Selanjutnya di dalam penelitian Putri (2009:87-91) menyatakan bahwa “Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3-4 Tahun di Play Grup Tunas Mekar Medan” menyimpulkan bahwa dalam komponen Fonologi ada 2 anak tidak mampu mengucapkannya sesuai dengan bunyi bahasa yang sebenarnya, seperti melepas vokal [a] dan mengubah vokal [u] menjadi [o]. Dalam komponen Sintaksis anak sudah mampu menggunakan struktur-struktur kalimat yang gramatikal. Sedangkan dalam komponen Semantik hampir semua anak menggunakan makna denotatif (makna sebenarnya) dan sebagian anak menggunakan makna konotatif ( makna yang tidak sebenarnya).

Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung pada anak-anak saat dia memperoleh bahasa ibunya (B1) tanpa disadari atau secara alamiah.

Untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak (akuisisi), ada 3 komponen struktur bahasa yang perlu diperhatikan sebagai dasar pengamatan. Jadi, ketiga jenis rumusan inilah yang lebih dahulu diperoleh si anak dalam proses pemerolehan bahasa ibunya.


(29)

Adapun 3 komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Komponen Fonologi.

Menurut Chaer (2003:102) Fonologi adalah bagian tatabahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Fonologi terbadi dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

Menurut Simanjuntak (2008 : 81) Komponen Fonologi adalah sistem bunyi suatu bahasa. Komponen fonologi ini mempunyai rumus-rumus yang disebut rumus-rumus fonologi yang menukar struktur permukaan sintaksis kepada representasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar. Supaya hakikat rumus-rumus Fonologi ini dapat dijelaskan dengan baik perlulah membincangkan refresentasi fononetik terlebih dahulu misalnya apabila mendengar kata-kata berikut : ‘pisang’, ‘pasang’, ‘pulang’, ‘potong’, ‘atap’, ‘hidup’. Kalau kita kaji bunyi kata-kata yang di dengar maka akan mendapat bahwa semua kata itu mengandung suatu bunyi yang sama yaitu bunyi ‘p’. Pada lima kata pertama bunyi ‘p’ itu muncul pada posisi awal, dan pada dua kata terakhir bunyi ‘p’ itu muncul pada posisi akhir. Apabila kita perhatikan kedua kata pertama, ‘pisang’ dan ‘pasang’, kedua kata itu berbeda hanya pada bunyi kedua yaitu ‘i’ dan ‘a’, sedangkan bunyi lain sama saja. Kata ‘pasang’ dan ‘petang’ berbeda pada dua bunyi yaitu bunyi kedua dan ketiga : ‘a’,’s’, dan ‘e’,’t’. Setiap bunyi yang


(30)

membentuk suatu kata disebut unit bunyi atau sekmenponetik, dan lebih terkenal lagi dengan nama Fon (phone). Apabila kita menguraikan semua sekmenfonetik yang terkandung dalam suatu kata, umpanya kata ‘pisang’, maka diperoleh suatu uraian fonetik terhadap kata itu. Uraian fonetik kata ‘pisang’ adalah sebagai berikut :

# /p/ /i/ /s/ /a/ /ŋ/ # atau disederhanakan menjadi pisaŋ. Simbol # dipakai untuk menandakan suatu kata yaitu diawal kata dan akhir kata. Simbol [ ] menandakan suatu bunyi yang kita dengar. Pada uraian fonetik kata ‘pisang’ di atas dapat kita ketahui bahwa sekali pun kata itu didengar hanya lima saja.bunyi yang terakhir /ŋ/ telah dituliskan dengan huruf ‘ng’. Setiap sekmen fonetik dilambangkan dengan satu simbol yang diambil dari International Phonetic Alphabet (IPA), yaitu suatu bunyi alfabet yang khusus diciptakan dalam ilmu Lingustik untuk melambangkan semua unit bunyi fon yang terdapat dalam bahasa-bahasa dunia.

b. Komponen Sintaksis

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

Leksikon suatu bahasa terdiri dari sekumpulan kata-kata, suatu reprentasi fonologi tiap-tiap kata yang abstrak, dan spesifikasi pembentukan sintaksis untuk tiap-tiap kata sebagai penanda frase struktur dalam kalimat dimana kata-kata intu telah terjadi. Bahasa sebagai suatu alat komunikasi melibatkan unit-unit yang lebih besar dari kata – kata leksikon ini yang disebut frase - frase dan


(31)

kalimat-kalimat. Setiap organimsi pembentukan kalimat- kalimat atau unit -unit yang lebih besar ini mepengaruhi arti-arti setiap kata yang mernbentuk kalimat - kalimat atau unit-unit itu. Dengan kata lain, arti sesuatu kalimat atau frase tidak dapat ditentukan hanya dari arti kata – kata yang membentuk kalimat itu. Arti sesuatu kalimat atau frase bergantung pada urutan dan organisasi kata - kata yang membentuk kelimat atau frase sebagaimana juga pada arti kata - kata itu sendiri. Pentingnya urutan kata - kata dalam menentukan arti jelas yang digambarkan pada kalimat dibawah ini:

1. Raja kera itu sangat besar 2. Kera raja itu sangat besar.

Arti frase 'raja kera itu' delam kalimat (1) sangat berbeda dari arti frase 'kera raja' dalam kalimat (2) dan perbedaan telah ditimbulkan oleh urutan kata - kata yang membentuk frase - frase tersebut. Perbedaan arti ini sangat jelas pada penjelasan penanda frase berikut ini:

3. Kera itu mempunyai N Art V FN

raja 4. Raja itu mempunyai N Art V FN

kera

Dari penanda Frase struktur dalaman kedua - dua frase kalimat (3) dan (4) di atas jelaslah bahwa dalam kalimat (3) keralah yang mempunyai raja dalam kalimat (4) rajalah yang mempunyai kera.

Urutan organisasi kata-kata yang membentuk kalimat atau frase menurut rumus-rumus sangat penting dalam suatu bahasa dan komponen bahasa (atau komponen tatabahasa) yang mengaturnya disebut sintaksis. Tugas komponen ini adalah untuk menentukan hubungan di antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan


(32)

arti-artinya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase-frase atau kalimat-kalimatnya agar selaras dengan arti-arti yang diinginkan penutur.

c. Komponen Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2).

Komponen semantik sesuatu tatabahasa memainkan peranan untuk menentukan arti setiap kalimat sesuatu bahasa. Dengan demikian, komponen semantik membentuk semacam perbatasan diantara bahasa dengan pikiran. Oleh karena itu, komponen semantik ini merupakan satu sistem representasi dalaman, maksudnya berada di dalam otak, maka komponen ini sangat sukar dipahami dan dikaji karena tidak diamati dan diteliti secam empirikal.

Menurut Simanjuntak (2008:74) arti sesuatu kalimat atau frase ditentukan oleh beberapa faktor yang satu sama lain saling menjalin. Faktor-faktor itu adalah:

1. Arti kata -kata dan morfem - morfem yang membentuk kalimat atau frase. 2. Urutan kata -kata dan morfem- morfem ini dalam organisasi kalimat atau

frase yang disebut sintaksis.

3. Intonasi dan cara kalimat atau frase itu diucapkan atau dituliskan. 4. Situasi pada waktu kalimat atau frase itu diucapkan.

5. Kalimat-kalimat yang diucapkan atau dituliskan sebelum kalimat-kalimat atau frase-frase itu.

Satu pendapat yang keliru apabila kita menganggap bahwa arti sesuatu kalimat sama dengan kumpulan arti - arti kata - kata dan morfem _ morfem yang membentak kalimat itu. Sebagai contoh frase ‘raja monyet’ dan ‘monyet raja’. Arti kedua-dua frase ini berbeda karena susunan kata-katanya berbeda. Begitu


(33)

juga kalau intonasinya berbeda Kalau dalam frase ‘monyet raja’, kata ‘raja’ditekankan menjadi 'raja monyet' artinya berbeda kalau kata 'monyet yang ditekankan menjadi ‘raja’ ‘monyet’.

Pengkajian komponen semantik ini menjadi semakin rumit lagi disebabkan oleh fakta bahwa banyak kata sesuatu bahasa mempunyai lebih dari satu arti. Kemudian arti-arti ini boleh saja berubah setelah kata-kata itu digabungkan dengan ‘kata-kata lain’. Misalnya kata ‘mata’ yang arti terasnya ialah ‘alat untuk melihat’. Tetapi karen kata ini digabungkan dengan kata ‘kaki’ menjadi mata kaki, artinya tidak ada hubungannya lagi dengan pengertian ‘melihat’. Oleh katena itu, suatu tatabahasa yang menandai haruslah mampu menerangkan hakikat semantik seperti ini, yaitu arti sesuatu kata boleh berubah karena faktor lingkungan.

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seseorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Kalau dihubungkan dengan psikologi, ada tiga teori yang dapat menjelaskan pemerolehan bahasa pada seorang anak, yaitu :

1. Teori pemerolehan bahasa yang behaviorisme

Kaum behaviorisme atau kaum empiris yang dipelopori oleh Skinner beranggapan, bahwa :


(34)

a. Bahasa adalah salah satu wujud dari tingkah laku manusia.

b. Istilah bahasa kurang tepat digunakan yang lebih tepat adalah prilaku verbal agar tampak kemiripannya dengan perilaku lain yang harus dipelajari oleh manusia. Seperti : berjalan, makan, minum, dan lain-lain. c. Peroses pemerolehan dan kemampuan berbahasa seorang anak

dikendalaikan dari luar dan diperoleh dari akibat adanya berbagai rangsangan (simulasi) yang disodorkan kepada si anak melalui lingkungannya.

d. Anak merupakan penerima pasif dari lingkungannya, mereka tidak memiliki peranan yang aktif dalam perkembangan lingualnya.

e. Kematangan si anak (kognitif) tidak menentukan proses perkembangan bahasa anak.

f. Tidak ada struktur linguistik yang dibawa sejak lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Bahkan Brown (1980) menyatakan bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan membentuk tingkah lakunya. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang belajar mengendarai sepeda.

2. Teori pemerolehan bahasa yang mentalistik.

Teori ini sering kali diposisikan dengan teori pemerolehan bahasa yang behavioristik. Dalam pandangan teori ini, anak yang lahir ke dunia sudah


(35)

membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan menentukan struktur bahasa yang akan digunakan selanjutnya.

Kaum mentalistik atau nativisme yang dipelopori oleh Chomsky ini beranggapan bahwa :

a. Pemerolehan bahasa anak tidak berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

b. Setiap anak yang lahir ke dunia ini memiliki bekal dengan apa yang disebutnya LAD (language aqquistion device) atau alat penguasa bahasa. c. Bahasa merupakan pemberian biologis manusia.

d. Sistem bahasa pasti sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah. e. Belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil

kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan ke dalam LAD yang sudah ada. 3. Teori pemerolehan bahasa yang kognitivisme.

Teori ini sebenarnya merupakan 'sempalan' dari teori yang mentalistik yang beranggapan bahwa kapasitas kognitif anak mampu menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman dan produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.

Kaum kognitivisme (salah satu penganut Piaget) beranggapan bahwa : a. Kemampuan berbahasa seseorang itu berasal dan diperoleh sebagai akibat

dari kematangan kognitif sang anak.

b. Bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu, urutan perkembangan dirinya.


(36)

c. Lingkungannya tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak.

d. Perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.

e. Perkembangan nosi-nosi seperti : waktu, ruang, modalitas dan sebab akibat merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kognitif penguasaan bahasa seorang anak.

Ketiga teori tersebut secara bersama-sama dapat dipakai untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa ibu, karena masing-masing teori dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam pemahaman saya, anak yang baru lahir memang telah mempunyai potensi jiwa yang secara terus-menerus dipakai untuk 'menganalisis' apa saja yang didengar dari lingkungannya. Kanak-kanak tersebut dapat mengembangkan kemampuan apabila anak berada dalam lingkungan pemakaian bahasa. Dengan demikian, di samping itu sejak lahir anak sudah mempunyai potensi berbahasa, lingkungan juga sangat berperan membentuk bahasa seorang anak.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

(Sudaryanto 1988:6-7) menyatakan bahwa metode adalah cara-cara yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data sampai dengan penyiaran tertulis hasil analisis data itu. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari dan menganalisis objek.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar bekala.

Metode deskriptif lebih menandai terhadap ada atau tidak adanya penggunaan bahasa dari pada menandai cara penanganan bahasa tahap demi tahap, langkah demi langkah (sudaryanto, 1992:62).

Menurut Nazir ( 2003:54 ) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Lokasi, Sumber Data Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Melayu yang masih dipakai di dalam kehidupan sehari-hari. Fokus penelitian pada bahasa pertama yaitu bahasa ibu (bahasa Melayu). Sedangkan sumber dari penelitian adalah beberapa informan pada anak Melayu usia 3-4 tahun di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan


(38)

Tanjung Beringin. Data penelitian ini berupa komunikasi lisan yang dianalisis berdasarkan fonologi, sintaksis, dan semantik.

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian atau alat bantu penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh si peneliti dalam arti yang lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Alat atau instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara, kamera, dan alat tulis.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Metode pengumpulan data dilakukan agar dapat memiliki acuan sumber-sumber data yang cukup valid. Pendekatan pengamatan data secara langsung dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana adanya di lapangan. Dalam penelitian ini adalah pendekatan psikolinguistik sebab yang akan diteliti adalah pemerolehan bahasa pertama anak. Pandangan terhadap ilmu psikolingiustik pemerolehan bahasa anak adalah berkaitan dengan kompetensi dan performansi bahasa ibunya.


(39)

Adapun teknik metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis berusaha mencari buku-buku sebagai bahan acuan dari berbagai referensi sehingga lebih mendukung dalam melakukan penelitian ini.

2. Metode observasi, yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian melakukan pengamatan terhadap tempat, jumlah, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan penggunaan bahasa berlangsung. Kegiatan yang dimaksudkan memahami lebih jelas keterlibatan subjek amatan.

3. Metode wawancaara, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan kebenaran lebih lanjut dan terperinci tentang data yang dibutuhkan. Teknik rekaman dan teknik catat digunakan untuk mendapat data yang akurat melalui tuturan kanak-kanak ketika anak bercerita. Dengan kata lain, metode ini berguna untuk mengecek ulang sesuatu yang ingin diketahui kembali oleh peneliti.

4. Bercerita, digunakan untuk mendengar dengan seksama semua ucapan yang muncul tepat dan benar pada saat kanak-kanak itu bercerita.

Pengumpulan data dilakukan secara longitudinal atau cross-sectional. Cross-sectional (rancangan silang) digunakan sebagai cara untuk mengetahui kemampuan berbahasa dengan menggunakan subjek penelitian dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Penelitian menggunakan cross-sectional (rancangan silang), karena waktu yang ada tidak cukup untuk mengikuti perkembangan kemampuan berbahasa dalam waktu yang cukup panjang.


(40)

3.5Metode Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan analisis mana yang akan digunakan. Dalam metode analisis data penulis menggunakan metode deskritif. Dalam hal ini peneliti berusaha memberikan gambaran objektif sesuai dengan keadaan pemakaian bahasa Melayu tersebut.

Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam “Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin: Kajian Psikolinguistik”, adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data, ialah melakukan identifikasi keragaman pemilihan bahasa. Pada tahap ini peneliti memutar ulang hasil rekaman dan mengidentifikasikan hasil rekaman berdasarkan pemerolehan bahasa yang digunakan di kanak-kanak tersebut. Reduksi data ini bermanfaat untuk mendapatkan data-data yang termasuk dalam kategori penelitian, yakni pemerolehan bahasa yang mengandung tiga buah komponen tatabahasa pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin.

b. Dilakukan transkrip data hasil rekaman. Setelah data direduksi, peneliti melakukan transkrip data secara ortografis pada data yang termasuk dalam kategori penelitian, yaitu dengan cara menuliskan data-data yang dapat didengar dari hasil rekaman (Wray et.al. 1998:201).


(41)

c. Setelah dilakukan transkripsi hasil rekaman, langkah selanjutnya adalah pengelompokkan kategori data yang berasal dari hasil rekaman dan catatan lapangan. Pengelompokkan ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang berasal dari pemerolehan bahasa berdasarkan komponen-komponen tatabahasa tersebut.

d. Langkah terakhir adalah penyimpulan pola pemilihan sesuai tatabahasa pada Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin.


(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setiap orang pernah menyaksikan kemampuan menonjol pada anak-anak dalam berkomunikasi. Saat bayi mereka berceloteh, mendekut, menangis, atau tanpa suara mengirim begitu banyak pesan dan menerima lebih banyak lagi pesan. Ketika anak berumur satu tahun, ia berusaha menirukan kata-kata dan mengucapkan suara-suara yang mereka dengar disekitarnya, dan kira-kira pada saat itulah ia mengucapkan “kata-kata” pertamanya. Kurang lebih pada 18 bulan, kata-kata itulah berlipat ganda dan muncul dalam “kalimat” dua atau tiga kata (Clark, 2003). Anak usia dua tahun dan tiga tahun masih menghasilkan kalimat satu kata. Satu kata yang dihasilkan anak usia dua tahun dan tiga tahun sudah dapat dimengerti oleh penutur dan pendengar sehingga komunikasi dapat terjadi. Menjelang umur tiga tahun dan empat tahun anak sudah mulai memasuki peringkat-peringkat menjelang tahap perkembangan bahasa yang dapat digolongkan sebagai anak yang ‘pandai cakap’.

Di dalam skripsi ini peneliti mengungkapkan masalah tentang pemerolehan bahasa Melayu anak usia 3-4 tahun dalam bidang pemerolehan fonologi, pemerolehan sintaksis, dan pemerolehan semantik. Adapun hasil rekaman dalam penelitian ini yang terdiri dari 10 anak-anak Melayu usia 3-4 tahun di masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin.


(43)

4.1 Analisis Pemerolehan Fonologi

Dalam analisis fonologi peneliti memaparkan transkripsi fonetis. Transkripsi dilakukan untuk memaparkan secara konkrit bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap si anak.

Data 1:

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?'

Jaka : [namo awak daka cyahputla] Namo awak Jaka Syahputra 'Nama saya Jaka Syahputra' Peneliti : Dipanggil sapo?

'Dipanggil Siapa?' Jaka : [paŋgilanňo daka] Pangilannyo Jaka 'Panggilannya Jaka'

Peneliti : UmuR jaka beRapo tahun? 'Berapa tahun umur jaka?' Jaka : [umul awak opat tahun]

UmuR awak opat tahun 'Umur saya empat tahun' Peneliti : Ayah jaka kojo apo?

'Ayah Jaka kerja apa?'

Jaka : [ayah awak kodzo nules di kantol] Ayah awak kojo nules di kantoR


(44)

'Ayah saya kerja menulis di kantor' Peneliti : Kalok omak Jaka kojo apo?

'Kalau Ibu Jaka kerja apa?' Jaka : [omak awak nules di cakola]

omak awak nules di sakola 'Ibu saya kerja di sekolah'

[omak awak tuh baәk camo awak] Omak awak tuh baek samo awak 'Ibu saya itu baik sama saya' Peneliti : Hobi jaka apo?

'Hobi Jaka apa?'

Jaka : [hobi awak dzoged, nani, beladzo camo omak] Hobi awak joget, nyanyi, belajo samo omak 'Hobi saya joget, nyanyi, belajar sama Ibu'

[katanňo omak cupayo pande mocam omak] Katanyo omak supayo pande mocam omak 'Katanya ibu saya supaya pandai seperti ibu' Peneliti : cito-cito jaka apo?

'Cita-cita Jaka apa?' Jaka : [awak ondak dadi doktel]

Awak ondak jadi dokteR 'Saya mau jadi dokter' Peneliti : Napo ondak jadi dokteR?


(45)

Jaka : [ondak obatiʸ olaŋ cakit] Ondak obati oRang sakit 'Mau obati orang sakit' Peneliti : Jaka sakola di mano?

'Jaka sekolahnya di mana?'

Jaka : [awak cakola di PAUD Buŋa Tanĵuŋ] Awak sakola di PAUD Bunga Tanjung 'Saya sekolahnya di PAUD Bunga Tanjung' Peneliti : Jaka di sano ngapoin sajo?

'Jaka di sana ngapain saja?'

Jaka : [di sano tuh awak nani, dzoged, walnai, beladzo camo-camo] Di sano tuh awak nyanyi, joget, waRnai, belajoR samo-samo 'Di sana itu saya nyanyi, joget, warnai, belajar sama-sama' Peneliti : Balek sakola Jaka ngapoin sajo?

'Pulang sekolah Jaka ngapain saja?'

Jaka : [balek cakola tuh maәn-maәnlah, tido ciang, belaĵo camo omak] 'Balek sakola tuh maen-maenlah, tidoR siang, belajoR samo omak' 'Pulang sekolah itu main-mainlah, tidur siang, belajar sama Ibu' Peneliti : Jam beRapo Jaka tido siang?

'Jam berapa Jaka tidor siang? Jaka : [dam cato tido ciang]

Jam sato tido siang 'Jam satu tidor siang'


(46)

Belajar sama Ibu jam berapa? Jaka : [dam opat]

Jam opat 'Jam empat' Transkrip Fonetis :

[namo awak daka cyahputla] [pangilanňo daka] [umul awak opat tahun] [ayah

awak kodzo nules di kantol] [kalok omak awak nules di cakola] [omak awak tuh

baәk camo awak] [hobi awak dzoget, nani, beladzo camo omak] [katanňo omak

cupayo pande mocam omak] [awak ondak dadi doktәl] [ondak obati olaŋ cakit] [awak cakola di PAUD Buŋa Tanĵuŋ] [di cano tuh awak nani, dzoget, walnai, beladzo camo-camo] [balek cakola tuh maәn-maәnlah, tido ciang, beladzo camo omak] [dam cato tido ciang] [dam opat]

Bunyi ungkapan anak sebenarnya :

Namo awak Jaka Syahputra. Panggilannyo Jaka. UmuR awak opat tahun. Ayah awak kojo nules di kantoR. Kalok omak awak nules di sakola. Omak awak tuh baek samo awak. Hobi awak joget, nyanyi, belajo samo omak. Katanyo omak supayo pande mocam omak. Awak ondak jadi dokteR. Ondak obati oRang sakit. Awak sakolah di PAUD Bunga Tanjung. Di sano tuh awak nyanyi, joget, waRnai, belajo samo-samo. Balek sakolah tuh maen-maenlah, tido siang, belajo samo omak. Jam sato tido siang. Jam opat.

Data 1 (Jaka) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:


(47)

1. Pelafalan konsonan /R/ dalam BMSB atau konsonan velar getar diucapkan dengan cara menaikkan pangkal lidah agak bergetar dan bertahan kemudian dilepaskan. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /R/ tersebut dengan bunyi konsonan /l/ dental alviolar lateral bersuara, contohnya:

/syahputRa/ → [cyahputla] “syahputra” /kantoR/ → [kantol] “kantor”

/umuR/ → [umul] “umur”

/doktәR/ → [doktәl] “dokter” /waRnai/ → [walnai] “warnai”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contohnya:

/syahputRa/ → [cyahputla] “syahputra”

/samo/ → [camo] “sama”

/sakola/ → [cakola] “sekolah” /satu/ → [cato] “satu” /siang/ → [ciaŋ] “siang” /sakit/ → [cakit] “sakit”

3. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak


(48)

mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/ĵaka/ → [daka] “jaka”

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

/belaĵoR/ → [beladzo] “belajar” /tanĵung/ → [tandzuŋ] “tanjung”

4. Pelafalan konsonan /ň/ dalam BMSB atau alveopalatal nasal diucapkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. Dalam hal ini anak menggantikan bunyi konsonan /ň/ tersebut dengan bunyi /n/ alveolar nasal, contoh: /nyanyi/ → [nani] “menyanyi”

Data 2:

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?' Siti : [namo awak tuh ciʸtiʸ]

Namo awak tuh Siti 'Nama saya itu Siti' Peneliti : Sapo kepanjangannyo?

'Siapa kepanjanganya?' Siti : [kepanjaŋanňo ciʸtiʸ cyala]

Kepanjangannyo Siti Sarah 'Kepanjangannya Siti Sarah' Peneliti : UmuR Siti beRapo tahun?


(49)

'Umur Siti berapa tahun?' Siti : [umuR awak tuh tiʸgo tahun]

UmuR awak tuh tigo tahun 'Umur saya itu tiga tahun' Peneliti : Ayah Siti kojo apo?

'Ayah Siti kojo apo?'

Siti : [ayah awak kodzo ambek ikan ke laut] Ayah awak kojo ambek ikan ke laut 'Ayah saya kojo mencari ikan di laut' Peneliti : Kalok omak siti kodzo apo?

'Kalau Ibu Siti kerja apa?' Siti : [omak awak macak di Rumah]

Omak awak masak di Rumah 'Ibu saya masak di rumah' Peneliti : Hobi Siti apo?

'Hobi siti apa?'

Siti : [hobi awak tuh gambaR camo teŋok tivi, maen-maen, dzadan] Hobi awak tuh gambar sama tengok TV, maen-maen, ĵaĵan 'Hobi saya itu gambar sama nonton TV, main-main, jajan' Peneliti : Siti sonang liat film apo?

'Siti senang liat film apa?' Siti : [teŋok spoŋbob]

Tengok spongbob 'Liat spongbob'


(50)

Peneliti : Cito-cito Siti ondak jadi apo? 'Cita-cita Siti mau jadi apa?' Siti : [awak ondak dadi doktәR]

Awak ondak jadi dokteR 'Saya mau jadi dokter' Peneliti : Napo ondak jadi dokteR?

'Kenapa mau jadi dokter?' Siti : [ondak obatiʸ olaŋ cakit datuh]

Ondak obati oRang sakit jatuh 'Mau obati orang sakit jatuh' peneliti : Siti sakola di mano?

'Siti sekolah di mana?'

Siti : [awak cakola di PAUD Buŋa Tanĵuŋ] Awak sakola di PAUD Bunga Tanjung 'Saya sekolah di PAUD Bunga Tanjung' Peneliti : Di sano ngapoin sajo?

'Di sana ngapai saja?'

Siti : [awak tuh maәn-maәn, nani, dzoget, belajoR] Awak tuh maen-maen, nyanyi, joget, belajoR 'Saya itu main-main, nyanyi, joget, warnai, belajar' Peneliti : Balek sakola Siti ngapoin sajo?

'Pulang sekolah Siti ngapain saja?' Siti : [balәk cakola tuh maәn-maәn, tido ciaŋ]


(51)

'Pulang sekolah maen-maen, tidur siang' peneliti : Jam beRapo Siti tidoR siang?

'Jam berapa Siti tidur siang?' Siti : [ dam cato duo tidoR ciaŋ]

Jam satu duo tido siang 'Jam satu dua tidur siang' Peneliti : Tak ngaji siti?

'Siti tidak ngaji?'

Siti : [awak ŋaji di cano camo kakak] Awak ngaji di sano samo kakak 'Saya mengaji di sana sama kakak' Peneliti : Jam beRapo tidoR malam?

'Jam berapa tidur malam?'

Siti : [dam cambilan awak tidoR malam] Jam sambilan awak tidoR malam 'Jam sembilan saya tidur malam'


(52)

Transkrip Fonetis:

[namo awak tuh ciʸtiʸ] [Kepanjaŋanňo ciʸtiʸ cyala] [umuR awak tuh tiʸgo tahun] [ayah awak kodzo ambek ikan ke laut] [omak awak macak di Rumah] [hobi awak tuh gambaR camo teŋok tivi, maen-maen, dzadan] [teŋok spoŋbob] [awak ondak dadi doktәR] [ondak obatiʸ olaŋ cakit datuh] [awak cakola di PAUD Buŋa Tanĵuŋ] [awak tuh maәn-maәn, nani, dzoget, belajoR] [balәk cakola tuh maәn -maәn, tido ciaŋ] [dam cato duo tido ciaŋ] [awak ŋaji di cano camo kakak] [dam cambilan awak tidoR malam]

Bunyi ungkapan yang sebenarnya

Namo awak tuh Siti. Kepanjangannyo Siti Sarah. UmuR awak tuh tigo tahun. Ayah awak kojo ambek ikan ke laut. Omak awak masak di Rumah. Hobi awak tuh gambar sama nonton TV, maen-maen, jajan. Tengok spongbob. Awak ondak jadi dokteR. Ondak obati oRang sakit, jatuh. Awak sakola di PAUD Bunga Tanjung. Awak tuh maen, nyanyi, joget, warnai, belajoR. Balek sakola tuh maen-maen, tido siang. Jam sato duo tido siang. Awak ngaji di sano sama kakak. Jam sambilan awak tidoR malam.

Data 2 (Siti) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak


(53)

mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/kepanĵangannyo/ → [kepandzaŋanňo] “kepanjangannya”

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

/belaĵoR/ → [beladzo] “belajar”

/ĵaĵan/ → [dzadan] “jajan”

/ĵadi/ → [dadi] “jadi”

/tanĵung/ → [tandzuŋ] “tanjung”

/ĵatoh/ → [dato] “jatuh”

/ĵoget/ → [dzoged] “joget”

/ĵam/ → [dam] “jam”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif. Selain itu si anak juga menghilangkan konsonan [h] glotal frikatif, contoh:

/saRah/ → [cyala] “sarah”

/samo/ → [camo] “sama”

/sakola/ → [cakola] “sekolah” /satu/ → [cato] “satu” /sambilan/ → [cambilan] “sembilan”


(54)

Data 3

Peneliti : Namanyo sapo dek? 'Namanya siapa dek?' Esa : [namanyo әca cyahati]

Namanyo Esa Syahati 'Namanya Esa Syahati' Peneliti : Dipanggil sapo?

'Siapa dipanggil?' Esa : [paŋgilnyo әca]

Panggilnyo Esa 'Panggilanya Esa'

Peneliti : BeRapo tahun umuR esa? 'Berapa tahun umur Esa?' Esa : '...(diam)'

Peneliti : Ayah Esa kojo apo? 'Ayah Esa kerja apa?'

Esa : [ayah awak kodzo ambek ikan ke laut] Ayah Esa kojo ambek ikan ke laut 'Ayah Esa kerja mencari ikan ke laut' Peneliti : Kalok omak Esa kojo apo?

'Kalau Ibu Esa kerja apa?'

Esa : [omak awak tuh macak, nuci, napu Rumah] Omak awak tuh masak, nyuci, nyapu Rumah 'Ibu saya itu masak, nyuci, nyapu Rumah'


(55)

Peneliti : Cito-cito Esa ondak jadi apo?' 'Cita-cita Esa mau jadi apa?'

Esa : [cito-cito awak ondak dadi polici camo dokteR] Cito-cito awak ondak jadi polisi samo dokteR 'Cita-cita saya mau jadi polisi samo dokter' Peneliti : Napo ondak jadi dokteR?

'Kenapa mau jadi dokter?'

Esa : [ondak dadi dokteR ondak obati oRaŋ cakit] Ondak jadi dokter ondak obati oRang sakit 'Mau jadi dokter mau obati orang sakit' Peneliti : Napo ondak jadi polisi?

'Kenapa mau jadi polisi?' Esa : [polici ondak tangkepi maliŋ]

Polisi ondak tangkepi maling 'Polisi mau menangkap maling?' Peneliti : Hobi Esa apo?

'Hobi Esa apa?' Esa : '...(diam)'

Peneliti : Kesukoan dan kesonangan Esa apo? 'Kesukaan dan kesenangan Esa apa?' Esa : [awak conaŋ makan, minum cucu cajo]

Awak sonang makan, minum susu sajo 'Saya senang makan, minum susu saja' Peneliti : Esa sakola di mano?'


(56)

'Esa sekolah di mana?'

Esa : [tak cakola] (menggelengkan kepala) Tak sakola

'Tidak sekolah' Peneliti : Napo tak sakola?

'Kenapa tidak sekolah?' Esa : [dauh cakolanyo]

Jauh sakolanyo 'Jauh sekolahnya'

[awak beladzoR di Rumah camo omak] Awak belajoR di umah samo omak 'Saya belajar di rumah sama omak' Peneliti : Itu sapo Esa?'(menunjuk ke arah pintu)

'Itu siapa esa?' Esa : [tu kakak awak]

Itu kakak awak 'Itu kakak saya'

Transkrip Fonetis :

[namanyo әca cyahati] [paŋgilnyo әca] [ayah awak kodzo ambek ikan ke laut] [omak awak tuh masak, nyuci, nyapu Rumah] [cito-cito awak ondak dadi polici camo dokteR] [ondak ĵadi dokteR ondak obati oRaŋ cakit] [polisi ondak tangkepi

maliŋ] [awak conaŋ makan, minum cucu cajo] [tak cakola] [dauh


(57)

Ungkapan yang sebenarnya :

Namanyo Esa Syahati. Panggilnyo esa. Ayah esa kojo cari ikan ke laut. Omak awak tuh masak, nyuci, nyapu Rumah. Cito-cito awak ondak jadi polisi samo dokteR. Ondak jadi dokteR ondak obati oRang sakit. Polisi ondak tangkepin maling. Awak sonang makan, minum susu sajo. Tak sakola. Jauh sakolanyo. Awak belajoR di Rumah samo omak. Itu ayuk awak.

Data 3 (Esa) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

/belaĵoR/ → [beladzo] “belajar”

/ĵadi/ → [dadi] “jadi”

/saĵo/ → [cadzo] “sajo”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contoh:


(58)

/sonang]/ → [conaŋ] “senang” /sakola/ → [cakola] “sekolah” /susu/ → [cucu] “susu”

Data 4

Peneliti : Namanyo sapo dek? 'Siapa namanya dek?' Odi : [namanyo teŋku odi] Namanyo Tengku Odi 'Namanya Tengku Odi' Peneliti : Panggilannyo sapo?

'Panggilanya siapa?' Odi : [paŋgilanňo odi]

Panggilannyo Odi 'Panggilanya Odi?'

Peneliti : BeRapo tahun umuR odi? 'Berapa tahun umur Odi' Odi : ...(diam)

Peneliti : Odi lagi ngapoin? 'Odi lagi ngapain?'

Odi : [awak beladzo gambaR kapal] Awak belajoR gambaR kapal 'Saya belajar gambar kapal' Peneliti : Hobi Odi apo?


(59)

'Hobi Odi apa?'

Odi : [hobi awak beRonaŋ samo maәn] Hobi awak beRonang samo maen 'Hobi saya berenang sama maen' Peneliti : Samo sapo rupanyo beRonangnyo?

'Samo siapa berenangnya?' Odi : [ayah enak]

Ayah enak 'Ayah enak'

Peneliti : Cito-cito odi ondak jadi apo? 'Cita-cita Odi mau jadi apo?' Odi : [cito awak tuh gambaR]

Cito awak tuh gambaR 'Cita saya itu gambar' Peneliti : Odi ondak gambar apo?

'Odi mau gambar apa?'

Odi : [ondak buat kapal camo ayah] Ondak buat kapal samo Ayah 'Mau buat kapal sama Ayah' Peneliti : Ayah odi kojo apo?

'Ayah Odi kerja apa?' Odi : [ayah tuh caRi duiәt]

Ayah tuh caRi duiet 'Ayah itu cari uang'


(60)

Peneliti : Omak Odi kojo apo? 'Ibu Odi kerja apa?' Odi : [omak macak]

Omak masak 'Ibu masak'

Peneliti : Odi ngapoin sajo di Rumah? 'Odi ngapain saja di rumah?' Odi : [awak tuh ŋaji camo atok]

Awak tuh ngaji samo atok 'Saya itu mengaji samo kakek' Peneliti : Kalok di Rumah Odi ngapoin sajo?

'Kalau di rumah odi ngapai saja?' Odi : [teŋok tivi, maәn-maәn, dzadan]

Tengok TV, maen-maen, jajan 'Nonton TV, main-main, jajan' Peneliti : Jam beRapo ngajinyo?

'Jam berapa mengajinya?' Odi : [dam lapan]

Jam lapan 'Jam delapan'


(61)

Transkrip Fonetis :

[namanyo teŋku odi] [paŋgilanňo odi] [awak beladzo gambaR kapal] [hobi awak beRonaŋ camo maen] [ayah enak] [cito awak tuh gambaR] [ondak buat kapal camo ayah] [ayah tuh caRi duiәt] [omak macak] [awak tuh ŋaji camo atok][teŋok tivi, maәn-maәn, dzadan] [dam lapan]

Bunyi ungkapan yang sebenarnya

Namanyo tengku odi. Panggilannyo odi. Awak belajo gambaR kapal. Hobi awak beRonang samo maen. Ayah enak. Cito awak tuh gambaR. Ondak buat kapal samo ayah. Ayah tuh caRi duiet. Omak masak. Awak tuh ngaji samo atok. Tengok TV, maen-maen, jajan. Jam lapan.

Data 4 (Odi) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/belaĵoR/ → [beladzo] “belajar”

/ĵaĵan/ → [dzadan] “jajan”

/ĵam/ → [dam] “jam”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan


(62)

bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contoh:

/samo/ → [camo] “sama”

/masak/ → [macak] “masak”

Data 5

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?' Kiky : [kiʸky]

Kiky 'Kiky'

Peneliti : Kepanjangannyo sapo dek? 'Kepanjanganyo siapo dek?' Kiky : [kiʸky cahyani]

Kiky Cahyani 'Kiky Cahyani'

Peneliti : BeRapo tahun umuR Kiky ? 'Berapa tahun umur Kiky? Kiky : '...(diam)'

Peneliti : Kiky lagi ngapoin? 'Kiky lagi ngapoin?' Kiky : [maәn-maәn camo dio]

Maen-maen samo dio 'Main-main sama dia'


(63)

Peneliti : Cito-cito Kiky apo? 'Cita-cita Kiky apa?'

Kiky : [Cito-cito awak tuh ondak dadi doktәR] Cito-cito awak tuh ondak jadi dokteR 'Cita-cita saya mau jadi dokter' Peneliti : Napo ondak jadi dokteR?

'Kenapa mau jadi dokter?' Kiky : '...(Diam)' Peneliti : Omak Kiky kojo apo?

'Ibu Kiky kerja apo?' Kiky : [macak]

Masak 'Masak'

Peneliti : Kalok Ayah kiky kojo apo? 'Kalau Ayah Kiky kerja apa?' Kiky : [Ayah di cano ambek ikan]

Ayah di sano ambek ikan 'Ayah di sana ambek ikan' Peneliti : Hobi Kiky apo?

'Hobi Kiky apo?'

Kiky : [hobi awak tuh maәn, belajoR] Hobi awak tuh maen, belajoR 'Hobi saya itu main, belajar' Peneliti : Kiky dah sakola?


(64)

'Kiky sudah sekolah?'

Kiky : [tak] (menggelengkan kepala) Tak

'Tidak' Peneliti : Napo?

'Kenapa'

Kiky : [nanti cakolanyo dah bosaR] Nanti sakolanyo dah bosaR 'Nanti sekolahnya sudah besar' Peneliti : Di Rumah Kiky ngapoin sajo? 'Di rumah Kiky ngapai saja?' Kiky : [teŋok tivi, tidoR]

Tengok TV, tidoR 'Liat TV, tidur'

Transkrip Fonetis :

[kiʸky] [kiʸky cahyani] [maәn-maәn camo dio] [cito-cito awak ondak dadi dokteR] [macak] [Ayah di cano ambek ikan] [hobi awak tuh maәn, belajoR][tak] [nanti cakolanyo dah bosaR] [teŋok tivi, tidoR ]

Ungkapan yang sebenarnya :

Kiky. Kiky Cahyani. Maen-maen samo dio. Cito-cito awak ondak jadi dokteR. Masak. Ayah di sano ambek ikan. Hobi awak tuh maen, belajoR. Tak. Nanti sakolanyo dah bosaR. Tengok tivi, tidoR.


(65)

Data 5 (Kiky) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/belaĵoR/ → [beladzo] “belajar” /ĵadi/ → [dadi] “jadi”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contoh:

/samo/ → [camo] “sama” /masak/ → [macak] “masak” /sakola/ → [cakola] “sekolah” Data 6

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?' Ayu : [namanyo ayu ningciʸh]


(66)

'Namanya Ayu Ningsih' Peneliti : Dipanggil sapo?

'Dipanggil siapa?' Ayu : [ayu]

Ayu 'Ayu'

Peneliti : UmoR Ayu beRapo tahun? 'Umur Ayu berapa tahun?' Ayu : [tigo tahun]

Tigo tahun 'Tiga tahun' Peneliti : Hobi Ayu apo?

'Hobi Ayu apa?'

Ayu : [hobi awak tuh maәn, dzadan] Hobi awak tuh maen, jajan 'Hobi saya itu main, jajan' Peneliti : Cito-cito ondak jadi apo?

'Cita-cita mau jadi apa dek?' Ayu : [ondak ĵadi tuh guRu]

Ondak jadi tuh guRu 'Mau jadi itu guru' Peneliti : Napo?

'Kenapa?' Ayu : [biaR pande]


(67)

Biar pande 'Biar pintar'

Peneliti : Ayu lagi ngapoin tuh? 'Ayu lagi ngapai itu?' Ayu : [awak tuh belado nules]

Awak tuh belajo nules 'Saya itu belajar menulis' Peneliti : Ayu dah sakola?

'Ayu sudah sekola?' Ayu : [macik kocik]

Masih kocik 'Masih kecil'

Peneliti : Ayah Ayu kojo apo? 'Ayah ayu kerja apa?' Ayu : [ayah kodzo]

Ayah kojo 'Ayah kerja' Peneliti : Kojo apo?

'Kerja apa?'

Ayu : '...(Diam)' Peneliti : Omak Ayu kojo apo dek?

'Ibu Ayu kerja apa dek?' Ayu : [omak macak, nuci, napu]


(68)

'Ibu masak, menyuci, menyapu' [ayu bantu omak]

Ayu bantu omak 'Ayu bantui Ibu'

Peneliti : Ayu ngapoin sajo di Rumah? 'Ayu ngapain saja di rumah' Ayu : [tido ciaŋ]

Tido siang 'Tidur siang'

Transkrip Fonetis :

[namanyo ayu ningciʸh] [ayu] [tigo tahun] [hobi awak tuh maәn, dzadan] [ondak dadi tuh guRu][biaR pande] [awak tuh belado nules] [macik kocik] [ayah kodzo][omak macak, nuci, napu] [tidoR ciaŋ]

Ungkapan yang sebenarnya :

Namanyo Ayu Ningsih. Ayu. Tigo tahun. Hobi awak tuh maen, jajan. Ondak jadi tuh guRu. Biar pande. Awak tuh belajoR nules. Masih kocik. Ayah kojo. Omak masak, nyuci, nyapu. TidoR siang.

Data 6 (Ayu) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak


(69)

mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/belaĵoR/ → [beladzoR] “belajar”

/ĵadi/ → [dadi] “jadi”

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

2. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif. Selain itu si anak juga menghilangkan konsonan [h] glotal frikatif, contoh:

/masih/ → [maci] “masih” /masak/ → [macak] “masak” /siang/ → [ciaŋ] “siang”

3. Pelafalan konsonan /ň/ dalam BMSB atau alveopalatal nasal diucapkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. Dalam hal ini anak menggantikan bunyi konsonan /ň/ tersebut dengan bunyi /n/ alveolar nasal, contoh: /nyuci/ → [nuci] “menyuci”

/nyapu/ → [napu] “menyapu”

Data 7

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek'


(70)

Sandi : [namo candi syahputla] Namo Sandi SyahputRa 'Nama Sandi Syahputra' Peneliti : Panggilanyo sapo dek?

'Panggilanya siapa dek?' Sandi : [paŋgilnňo candi]

Panggilnnyo Sandi 'Panggilnyo Sandi'

Peneliti : BeRapo tahun umuR Sandi? 'Berapa tahun umur Sandi?' Sandi : '...(diam)'

Peneliti : 'Cito-cito Sandi ondak jadi apo?' 'Cita-cita Sandi mau jadi apa?' Sandi : [ondak dadi pilot]

Ondak jadi pilot 'Mau jadi pilot' Peneliti : 'napo?'

'Kenapa?'

Sandi : [bica naәk pecawat] Bisa naek pesawat 'Bisa naik pesawat' Peneliti : Hobi Sandi apo?

'Hobi Sandi apa?' Sandi : [beladzo]


(71)

BelajoR 'Belajar'

Peneliti : Ayah Sandi kojo apo? 'Ayah Sandi kerja apa?' Sandi : [ayah tuh kodzo]

Ayah tuh kojo 'Ayah itu kerja'

Peneliti : Kalok omak Sandi kojo apo? 'Kalau ibu Sandi kerja apa?' Sandi : [macak di lumah]

Masak di Rumah 'Masak di rumah'

Peneliti : Di Rumah ngapoin sajo Sandi? 'Di rumah ngapai saja Sandi?'

Sandi : [beladzo, maәn-maәn, teŋok spoŋbob] BelajoR, maen-maen, tengok spongbob 'Belajar, main-main, liat spongbob'

Transkrip Fonetis :

[namo candi syahputla] [paŋgilnňo candi] [ondak dadi pilot] [bica naәk pecawat] [beldzjo] [ayah tuh kodzo] [macak di lumah] [beladzo, maәn-maәn, teŋok sәpoŋbob]


(72)

Namo Sandi SyahputRa. Panggilnnyo Sandi. Ondak jadi pilot. Bisa naek pesawat. BelajoR. Ayah tuh kojo. Masak di Rumah. BelajoR, maen-maen, tengok spongbob.

Data 7 (Sandi) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /R/ dalam BMSB atau konsonan velar getar bersuara diucapkan dengan cara menaikan pangkal lidah agak bergetar dan bertahan kemudian dilepaskan. Dalam hal ini si anak mengganti bunyi konsonan /R/ tersebut dengan bunyi konsonan /l/ dental alviolar lateral bersuara, contohnya:

/cyaputRa/ → [cyaputla] “syahputra”

/Rumah/ →[lumah] “rumah”

2. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/belaĵoR/ → [beladzoR] “belajar”

/ĵadi/ → [dadi] “jadi”

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

3. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa


(73)

sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tresebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contoh:

/sandi/ → [candi] “sandi” /bisa/ → [bica] “bisa” /sakola/ → [cakola] “sekolah” /pesawat/ → [pecawat] “pesawat” /spongbob/ → [cәpoŋbob] “spongbob” Data 8

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?'

Bayu : [namo awak bayu andika putla] Namo awak Bayu Andika Putra 'Nama saya Bayu Andika Putra' Peneliti : Panggilannyo sapo?

'Siapa Panggilannya?' Bayu : [paŋgilanňo bayu]

Panggilnyo Bayu 'Panggilanya Bayu' Peneliti : BeRapo umuR Bayu?

'Berapa tahun umur Bayu?' Bayu : ...(Diam)

Peneliti : Cito-cito Bayu ondak jadi apo? 'Cita-cita Bayu mau jadi apo?'


(74)

Bayu : [cito-cito awak ondak dadi policiʸ] Cito-cito awak ondak jadi polisi 'Cita-cita saya ondak mau jadi polisi' Peneliti : Napo ondak jadi polisi?

'Kenapa mau jadi polisi?' Bayu : [ondak taŋkepin olaŋ dahat]

Ondak tangkepi oRang jahat 'Mau menangkapi orang jahat' Peneliti : Hobi Bayu tuh apo?

'Hobi Bayu itu apa?'

Bayu : [hobiʸ awak tuh beladzo, cakola, maәn-maәn] Hobi awak tuh belajoR, sakola, maen-maen 'Hobi saya itu belajar, sekolah, main-main' Peneliti : Bayu sakola di mano?'

'Di mana Bayu sekolah ?'

Bayu : [awak cakola di PAUD Buŋa Tandzuŋ] Awak sakola di PAUD Bunga Tanjung 'Saya sekolah di PAUD Bunga Tanjung' Peneliti : Ayah kojo apo dek?

'Ayah kerja apa dek?'

Bayu : [ayah kodzo di TPA ambek ikan] Ayah kojo di TPA ambek ikan 'Ayah kerja di TPA mengambil ikan' Peneliti : Kalok omak Bayu kojo apo?


(75)

'Kalau Ibu Bayu kerja apa?' Bayu : [tak kojo]

Tak kodzo 'Tidak kerja'

Transkrip Fonetis :

[namo awak bayu andika putla] [paŋgilanňo bayu] [cito -cito awak ondak dadi policiʸ] [ondak taŋkepin oRaŋ dahat] [hobiʸ awak tuh beladzo, cakola, maәn -maәn] [awak cakola di PAUD Buŋa Tandz uŋ] [ayah kodzo di TPA ambek ikan] [tak kodzo]

Ungkapan yang sebenarnya :

Namo awak Bayu Andika Putra. Panggilnyo Bayu. Cito-cito awak ondak jadi polisi. Ondak tangkepi oRang jahat. Hobi awak tuh belajRo, sakola, maen-maen. Awak sakola di PAUD Bunga Tanjung. Ayah kojo di TPA ambek ikan. Tak kojo.

Data 8 (Bayu) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /R/ dalam BMSB atau konsonan velar getar bersuara diucapkan dengan cara menaikan pangkal lidah agak bergetar dan bertahan kemudian dilepaskan. Dalam hal ini si anak mengganti sebuah bunyi konsonan /R/ velar getar bersuara denagn bunyi konsonan /l/ dental alviolar lateral bersuara, contohnya:


(76)

/oRang/ → [olaŋ] “orang”

2. Pelafalan konsonan /ĵ/ dalam BMSB atau konsonan alveopalatal afrikatif (panduan) diucapkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur-angsur. Dalam hal ini si anak mengantikan bunyi konsonan /ĵ/ tersebut dengan bunyi konsonan /d/ dan /dz/ labiodental hambat, contoh:

/belaĵoR/ → [beladzoR] “belajar”

/ĵadi/ → [dadi] “jadi”

/ĵahat/ → [dahat] “jahat”

/koĵo/ → [kodzo] “kerja”

3. Pelafalan konsonan /s/ dalam BMSB atau konsonan alveolar frikatif (geser) diucapkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /s/ tersebut dengan bunyi konsonan /c/ alveopalatal afrikatif, contoh:

/sakola/ → [cakola] “sekolah” /polisi/ → [policiʸ] “polisi”

Data 9

Peneliti : Sapo namanyo dek? 'Siapa namanya dek?' Olive : [olip]

Olif 'Olif'


(77)

Peneliti : Kepanjanganyo sapo? 'Kepanjanganya siapa?' Oliv : [olip pulnama]

Olif puRnama 'Olif Purnama'

Peneliti : UmuR Olif beRapo tahun? 'Umur Olif berapa tahun?' Oliv : ...(Diam) Peneliti : Ayah kodzo apo?

'Ayah kerja apa?' Oliv : ...(Diam) Peneliti : Kalok omak Olif kodzo apo?

'Kalau Ibu Olif kerja apa?' Oliv : [kupas koRaŋ]

Kupas koRang 'Kupas kerang'

Peneliti : Cito-cito Olif ondak jadi apo? 'Cita-cita olif mau jadi apa?' Oliv : [doktel, gulu]

DokteR, guRu 'Dokter, guru'

Peneliti : Napo ondak jadi dokteR? 'Kenapa mau jadi dokter?' Oliv : ...(Diam)


(78)

Peneliti : Olif dah sakola? 'Olif dah sakola?'

Oliv : [Tak](menggelengkan kepala) 'Tak'

'Tidak'

Peneliti : 'Olif di Rumah ngapoin sajo?' 'Olif di rumah ngapain saja?' Oliv : [maәn-maәn, teŋok tipi, dzadan]

Maen-maen, tengok TV, jajan 'Main-main, liat TV, jajan'

Transkrip Fonetis :

[olip] [olip punama] [kupas kolaŋ] [doktel, gulu] [tak] [maen -maen, teŋok tivi, dzadan]

Ungkapan yang sebenarnya:

Olif. Olif PuRnama. Kupas koRang. DokteR, guRu. Tak. Main-main, liat tipi, jajan.

Data 9 (Olif) menunjukan bahwa dalam pemerolehan bahasa anak Melayu usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi anak belum mampu mengucapkan beberapa bunyi bahasa yang sebenarnya, hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut:

1. Pelafalan konsonan /f/ dalam BMSB atau konsonan labiodental frikatif (geser) diucapakan dengan cara arus dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Dalam hal ini si anak menggantikan bunyi konsonan /f/ tersebut dengan bunyi konsonan /p/ bilabial hambat, contoh:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Urutan Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Lisan Anak Usia 3-4 Tahun: Kajian Psikolinguistik

3 94 77

Penggunaan Kalimat Majemuk Bertingkat Bahasa Indonesia Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Media Gambar: Tinjauan Psikolinguistik

0 64 15

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang: Kajian Psikolinguistik.

0 4 11

PENDAHULUAN Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang: Kajian Psikolinguistik.

0 1 4

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang: Kajian Psikolinguistik.

1 6 16

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 7

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 17

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA PADA ANAK USIA DINI (Kajian Psikolinguistik: Pemerolehan Fonologi Pada Anak Usia 2 Tahun)

0 0 12

2.1.1 Pemerolehan Bahasa - Urutan Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Lisan Anak Usia 3-4 Tahun: Kajian Psikolinguistik

0 0 11

Urutan Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Lisan Anak Usia 3-4 Tahun: Kajian Psikolinguistik

0 0 11