Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017 Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll (Moleong, L.M. 2014). Sesuai dengan di atas
maka penelitian ini akan menganalisis yang menjadi determinan terjadinya
kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di Desa Pekan Tanjung
Beringin. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti
menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah
tersebut peneliti akan langsung terjun untuk melakukan analisis terhadap
pasangan menikah. Menelusuri lebih dalam apa yang menyebabkan kehamilan
tersebut menjadi tidak diingiinkan dan penyebab kejadian kehamilan tidak
diinginkan tersebut.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Di desa tersebut 70% masyarakat

37

Universitas Sumatera Utara

sudah menggunakan KB namun kurang akan informasi yang cocok untuk
penggunaan alat kontrasepsi sehingga masih sering terjadi kegagalan kontrasepsi
dan sebanyak 30% masyarakat tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi dengan
alasan keaungan tidak mencukupi pengaruh budaya, agama dan tidak mendapat
izin suami. Sehingga pada tahun 2015 jumlah kejadian kehamilan tidak
diinginkan sebanyak 122 pasangan, dan dipertimbangkan jumlah tersebut akan
terus meningkat setiap tahunnya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Kegiatan

Nov

Des


Jan

Feb

I II

IV

I II III IV

I

II

Mar

III IV

I


Mei

II III IV

I

Survey
Pendahuluan
Pembuatan
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Mengumpulkan
Data
Pengolahan
Data
Analisis Data
Pengujian

Kredibilitas
Data
Seminar Hasil

Tabel 3.1 Waktu Penelitian
3.3 Informan
Creswell

(2011)

menjelaskan

bahwa

penelitian

kualitatif

tidak


dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan
sehingga subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian
ditentukan secara sengaja.

38

Universitas Sumatera Utara

Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian meliputi: informan kunci (key informant), yaitu mereka yang
mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang
sedang diteliti.sedangkan informan tambahan, yaitu mereka yang dapat
memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang sedang diteliti.
1.

Informan kunci (key informan) merupakan ibu yang telah melahirkan anak
dari kehamilan yang tidak diinginkan. Pemilihan ibu dikarenakan dialah yang

mengetahui lebih dalam mengenai proses, penyebab serta dampak dari
kehamilan tidak diinginkan tersebut baik untuk dirinya sendiri, anaknya
maupun untuk keluarga.

2.

Informan tambahan, yaitu seseorang yang mengetahui dan memiliki bagian
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
Maka yang menjadi informasi tambahan dalam penelitian ini adalah : suami
dari ibu yang mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan dikarenakan
dialah yang berperilaku aktif, berpartisipasi dalam penggunaan alat
kontrasepsi

dan

memberikan

dukungan

untuk


melanjutkan

atau

memberhentikan kehamilan. Serta bidan di desa yang menjadi tempat
pelayanan apabila ibu berkonsultasi maupun memeriksakan kehamilannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menentukan informan kunci dan
informan tambahan dengan menggunakan teknik Snowball Sampling yang

39

Universitas Sumatera Utara

merupakan teknik sampling yang banyak dipakai ketika tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan
berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pengambilan sample untuk
suatu populasi dapat dilakukan dengan cara mencari satu pasangan yang sudah
mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan. Setelah didapat dan dilakukan

wawancara, maka selanjutnya akan diminta untuk menunjukkan pasangan mana
lagi yang mengalami kejadian yang sama dengan pasangan sebelumnya.
Seterusnya hingga informasi yang kita inginkan terpenuhi. Hal tersebut akan
memberikan data lebih lengkap. Seperti yang dilakukan di Desa Pekan Tanjung
Beringin bahwa informan kunci I-1 akan diwawancarai mengenai kehamilan tidak
diinginkan, selanjutnya dari informan ini akan diminta menunjukkan siapa yang
pernah terkena kehamilan tidak diinginkan. Informan I-1 menyarankan ke
informan I-2 dan begitu selanjutnya hingga hasil memenuhi.
3.5 Instrumen Penelitian
Sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri, dalam hal ini peneliti merupakan perencana, pengumpul data,
penganalisis, penafsir data, dan akhirnya menarik kesimpulan dari hasil
pendataan. Peneliti adalah tangan pertama yang melacak tentang determinan yang
menyebabkan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di
desa tersebut.
Pedoman wawancara yang digunakan sebagai alat untuk mengajukan
pertanyaan kepada informan pasangan menikah yang mengalami kejadian

40


Universitas Sumatera Utara

kehamilan tidak diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara
dengan pertanyaan terbuka yang memungkinkan setiap pertanyaan mengenai
kehamilan tidak diinginkan pada pasangan tersebut berkembang ke arah yang
lebih spesifik. Selain pedoman wawancara peneliti menggunakan catatan lapangan
yang digunakan untuk mencatat apa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah
kehamilan tidak diinginkan. Peneliti juga menggunakan alat perekam sebagai alat
bantu merekam hasil wawancara dengan informan.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unti,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain.
Metode analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan
Miles dan Huberman (2014), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tujuan tuntas, sehingga datanya jenuh.
Komponen analisis data terdiri dari :
1.

Reduksi Data
Mereduksi data berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar“ yang muncul dari

41

Universitas Sumatera Utara

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2.


Penyajian Data
Pada penelelitian penyajian data penelitian kejadian kehamilan tidak

diinginkan ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, grafik, matriks, dan
bagan.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data kehamilan tidak diinginkan berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal yang didukung oleh bukti-bukti
valid pada saat survey pendahuluan serta data dari puskesmas dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan yang telah dibuat juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verfikasi itu sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pikiran menganalisa selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan
lapangan mengenai determinan KTD tersebut, atau mungkin menjadi begitu

42

Universitas Sumatera Utara

seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali. Makna-makna yang
muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya,
yakni yang merupakan validitasnya.
3.7 Pengujian Kredibilitas Data
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah manusia, karena
itu yang diperiksa adalah keabsahan datanya. Untuk menguji kredibilitas data
penelitian peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah
menjaring data dengan berbagai metode dan cara dengan menyilangkan informasi
yang diperoleh agar data yang diharapkan lebih lengkap dan sesuai yang
diharapkan. Setelah mendapatkan data yang yang jenuh yaitu keterangan yang
didapatkan dari sumber-sumber data telah sama maka data yang didapatkan lebih
kredibel.
Sugiyono, 2010 membedakan tiga macam triangulasi diantaranya dengan
memanfaatkan penggunaan sumber, teknik pengumpulan data, dan waktu
pengumpulan data. Pada penelitian ini digunakan triangulasi dengan sumber
artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui beberapa sumber. Pada penelitian kehamilan tidak
diinginkan, maka pengumpulan dan penyajian data dilakukan ke istri sebagai
sumber utama dalam kejadian tersebut. Suami yang berperilaku aktif dalam setiap
kejadian, bidan yang menjadi tempat pemeriksaan kesehatan, pemasangan alat
kontrasepsi. Dari ketiga sumber akan di deskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari ketiga sumber
tersebut.

43

Universitas Sumatera Utara

Semua informasi yang telah didapatkan baik itu menggunakan wawancara,
observasi maupun dokumentasi dengan memanfaatkan teknik triangulasi dalam
pengujian data, hasil tersebut akan digabung sehingga semua informasi akan
saling melengkapi.

44

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin merupakan bagian dari Serdang Bedagai
yang mana luas kecamatan merupakan 3.9 persen dari luas Kabupaten Serdang
Bedagai. Kecamatan Tanjung Beringin terbagi menjadi 8 desa. Salah satunya
adalah Desa pekan tanjung beringin, desa ini memiliki luas wilayah sebesar 3300
km² atau sekitar 4,44 % dari luas kecamatan tanjung beringin. Desa pekan tanjung
beringin memiliki 15 dusun. Dari data yang ada, Desa Pekan Tanjung Beringin
merupakan desa dengan luas wilayah terkecil namun memiliki jumlah penduduk
terbanyak dibandingkan desa yang lain. Gambaran desa dijelaskan dibawah ini :

%
Kepadatan
terhadap
Jumlah
penduduk
luas
penduduk
per (Km2)
Kec.
3.300
4,44
15.204
3,43
Tabel 4.1 Gambaran Desa Pekan Tanjung Beringin

Desa
Pekan
Tanjung
Beringin

Luas
(Km2)

Jumlah
rumah
tangga

Rata-rata
jiwa/rumah
tangga

3878

5

Sumber : Profil Data Diolah Desa Pekan Tanjung Beringin 2016
Penduduk

yang

semakin

bertambah

diakibatkan

oleh

semakin

bertambahnya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Pertambahan itu tidak
disertai kepedulian oleh masyarakat setempat. Anggapan mereka adalah itu tidak
menjadi hal penting untuk di diskusikan. Topik yang paling di nantikan
masyarakat adalah ketika ada bantuan berupa dana yang dibagi-bagikan. Hal
tersebut membuat perangkat desa enggan untuk memberikan informasi seputar
penanggulangan jumlah penduduk di desanya. Karena akan di acuhkan oleh

45

Universitas Sumatera Utara

masyarakat setempat. Kehamilan tidak diinginkan terjadi karena pengetahuan
yang rendah dan terlihat dari pendidikannya, berikut paparan distribusi penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

No

Kelompok

Jumlah

1
Tamat SD / Sederajat
2
Tidak / Belum Sekolah
3
SLTP/Sederajat
4
SLTA / Sederajat
5
Belum Tamat SD/Sederajat
6
Diploma IV/ Strata I
7
Akademi/ Diploma Iii/S. Muda
8
Diploma I / II
9
Strata II
TOTAL
Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

4769
2824
2507
2293
2234
223
113
37
1
15001

Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penduduk di desa Pekan
Tanjung Beringin terbesar adalah tamat Sekolah Dasar berjumlah 4769 orang
(31.79%), dan penduduk SLTP adalah penduduk terbesar kedua 2507 orang
(16.71%) sementara itu jumlah terkecil adalah penduduk Strata II berjumlah 1
orang (0,01%). Penduduk yang tidak/belum tamat sekolah berjumlah 2824 orang
(18.83%). Pendidikan adalah kepentingan untuk mempunyai hidup yang lebih
baik. Apabila pendidikan rendah maka kepeduliaan akan hal kehamilan tidak
diinginkan akan terabaikan. Informasi mengenai kehamilan yang baik dan sesuai
dengan yang dianjurkan dianggap tidak menarik disebabkan pendidikan yang
rendah sehingga keingintahuan kurang. Pendidikan juga berkaitan dengan
pekerjaan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula

46

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan yang dimiliki sehingga ekonomi keluarga semakin baik. Karena
mendapatkan pekerjaan syarat utamanya adalah pendidikan. Berikut adalah
paparan penduduk dengan jenis pekerjaannya :
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Pekan
Tanjung Beringin Tahun 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Kelompok
Belum/Tidak Bekerja
Wiraswasta
Mengurus Rumah Tangga
Pelajar/Mahasiswa
Nelayan/Perikanan
Petani/Perkebunan
Pegawai Negeri Sipil (Pns)
Buruh Nelayan/Perikanan
Perdagangan
Guru
Buruh Harian Lepas
Karyawan Swasta
Pensiunan
Pembantu Rumah Tangga
Buruh Tani/Perkebunan
Pedagang
Bidan
Karyawan Honorer
Konstruksi
Sopir
Dokter
Perawat
Kepolisian Ri (Polri)
Tentara Nasional Indonesia (Tni)
Transportasi
Karyawan Bumn
Mekanik
Tukang Jahit
Perangkat Desa
Industri
Tukang Batu
Pelaut
Dosen
Lainnya
Tukang Las/Pandai Besi

Jumlah
4263
3376
2888
2751
833
242
145
100
66
59
43
41
36
34
33
16
10
10
6
5
5
5
5
4
3
3
3
2
2
2
1
1
1
1
1

47

Universitas Sumatera Utara

36
Anggota Dprd Kabupaten/Kota
37
Peneliti
Tabel 4.3 Lanjutan
38
39
40

1
1

Pialang
Pengacara
Kepala Desa
TOTAL
Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016

1
1
1
15001

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan penduduk di
Desa Pekan Tanjung Beringin terbesar adalah kategoti belum/tidak bekerja
berjumlah 4263 orang (28.42%). Jenis pekerjaan yang paling tinggi adalah
wiraswasta berjumlah 3.376 orang (22.51%), dan terbesar kedua adalah penduduk
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga berjumlah 2.888 (19.25%). Sementara itu
penduduk yang bekerja sebagai tukang batu, pelaut, dosen, tukang las, anggota
DPRD, peneliti, pialang, pengacara dan kepala desa yaitu masing-masing 1 orang
(0.01%) dari total seluruhnya.
Pekerjaan sangat erat kaitannya dengan pendapatan sesorang. Semakin
baik pekerjaannya semakin baik pula perekonomian keluarga. Dilihat dari tabel
diatas penduduk yang belum/tidak bekerja menempati angka yang paling tinggi
maka dengan itu dapat di simpulkan dengan melihat tabel bahwa masyarakat di
desa berada dalam kondisi ekonomi yang tidak baik. Untuk lebih jelasnya
dijelaskan dalam gambar dibawah mengenai mengenai ekonomi masyarakat Desa
Tanjung Beringin dapat diliat melalui diagram. Indikator ekonomi sendiri
dilakukan secara teoritis dengan 3 pendekatan yaitu produksi, pendapatan, dan
pengeluaran yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan hasil
yang diukur oleh BPS ternyata sebanyak 29,4% masih dalam kategori ekonomi

48

Universitas Sumatera Utara

sejahtera, hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan kategori ekonomi lain, warga
yang masuk dalam kategori ekonomi pra sejahtera masih lebih banyak. Berikut
adalah gambaran ekonomi masyarakat di Desa Pekan Tanjung Beringin.
Gambar 4.1 Gambaran Ekonomi Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin

Diagram keluarga sejahtera desa pekan
3,8; 4%
11,7; 12%
29,4; 29%

Pra
sejahtera
Sejahtera I

28,7; 29%

26,1; 26%

Sejahtera
II
Sejahtera
III
Sejahtera
III plus

Sumber: Serdang Bedagai dalam angka 2015
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa masyarakat di Desa Pekan
Tanjung Beringin paling banyak masyarakatnya berada di keluarga pra sejahtera
sebanyak 29,4%. Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat
memenuhi secara minimal, seperti kebutuhan akan spritual, pangan, sandang,
papan, kesehatan dan KB. Selanjutnya keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi. kehamilan tidak diinginkan
terjadi salah satunya dikarenakan masalah ekonomi. Ibu yang tidak memeriksakan

49

Universitas Sumatera Utara

kehamilannya ke pelayanan kesehatan dikarenakan ekonomi yang kurang.
Sehingga banyak terjadi komplikasi ketika persalinan. Apabila terjadi kehamilan
alasan yang menjadikan kehamilan tersebut menjadi tidak diinginkan karena
ekonomi. Beban tanggungan bertambah sedangkan pemasukan keluarga
cenderung menetap bahkan berkurang. Masyarakat tidak menggunakan alat
kontrasepsi karena keuangan tidak cukup dan pemeilihan alat kontrasepsi lebih
dipilih PIL dan suntik dikarenakan harga lebih terjangkau berkisar Rp 15.000 –
Rp 25.000,-. Sedangkan alat kontrasepsi menurut hasil penelitian adalah alat yang
tinggi tingkat kegagalannya sehingga mudah terjadi kehamilan tidak diinginkan.
Selain ekonomi, alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah
karena agama. Berikut adalah paparan penduduk berdasarkan agama :
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Pekan Tanjung
Beringin Tahun 2016
No

Kelompok

Jumlah

Islam
1
14154
Kristen
2
659
Katholik
3
33
Hindu
4
1
Budha
5
154
TOTAL
15001
Sumber : Profil Data diolah Desa Pekan Tanjung Beringin Tahun 2016
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa penduduk di desa Pekan
Tanjung Beringin terbesar adalah penduduk beragama Islam berjumlah 14.154
orang (94.355%), dan penduduk beragama Kristen berjumlah 659 orang (4.39%),
sementara itu penduduk beragama Hindu berjumlah 1 orang (0,01%) yang mana
merupakan jumlah penduduk terkecil di desa Pekan Tanjung Beringin. Agama

50

Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu alasan masyarakat tidak menggunkan alat kontrasepsi. Bagi
yang beragama islam tidak ada aturan agama yang menganjurkan kehalalan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Sehingga fatwa dijadikan alasan untuk tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
4.1.2

Fasilitas Kesehatan
Selain gambaran wilayah, berikut adalah gambaran sarana kesehatan di

Desa Pekan Tanjung Beringin, banyaknya sarana kesehatan akan menjadi tolak
ukur bagaimana pelayanan kesehatan dapat terjamaah oleh warga yang tinggal di
desa ini.
Desa Pekan Tanjung Beringin memiliki beberapa sarana kesehatan.
Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Desa Pekan Tanjung Beringin 2016
Desa Pekan Tanjung Beringin
Sarana Kesehatan

Jumlah

1.

Puskesmas

1

2.

Puskesmas pembantu

-

3.

Balai pengobatan / Poliklinik

5

4.

Praktek dokter

-

5.

Praktek bidan

5

6.

Posyandu

7

7.

Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB)

1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling
banyak adalah posyandu sebanyak 7 unit, balai pengobatan / poliklinik 5 unit,

51

Universitas Sumatera Utara

praktek bidan 5 unit dan puskesmas 1 unit serta 1 kantor PLKB (Petugas
Lapangan Keluarga Berencana). Tidak terdapat rumah sakit dan praktek dokter.
Puskesmas yang telah ada di Desa tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat disana dengan alasan dimanfaatkan tetapi tidak memberi manfaat atau
pemberian obat gratis tetapi tidak memberikan efek positif bagi kesehatan
akhirnya berdampak negatif pada pemeriksaan kehamilan atau pemasangan alat
kontrasepsi. Masyarakat tidak akan memeriksakan kehamilannya di pusksesmas
dengan alasan murah tapi takut lebih baik bayar tapi hasilnya terlihat.
Klinik bidan menjadi pilihan kebanyakan masyarakat disana dan ada dua
bidan yang sangat dipercayai oleh mereka yaitu bidan yang ada di dusun VII dan
bidan yang ada di Dusun X. Walaupun jarak yang jauh mereka sanggup untuk
menempuh asalkan dengan bidan yang mereka inginkan. Bidan yang membuka
klinik tidak menepati jadwal paktek yang ada di papan prakteknya yang
mengatakan buka setiap hari kecuali hari libur tetapi kenyataannya tidak hari libur
juga sering tidak beroperasi. Kebanyakan ibu yang ingin memasang alat
kontrasepsi keseringan terlambat memasang karena bidan tidak ada di tempat
sebabnya bidan mempunyai dua tempat pekerjaan. Untuk menemui bidan yang
sama di puskesmas mereka enggan, lebih baik menunggu untuk bertemu di klinik
saja. Begitu juga dengan bidan yang bekerja di kantor PLKB kebanyakan
waktunya tidak berada di klinik. Setelah dari kantor bidan sudah kelelahan dan
tetap melayani pasien dengan keadaan tidak segar. Akibat dari keterlambatan itu
dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan kelelahan bidan
menyebabkan pemeriksaan kesehatan tidak terpikir untuk memberikan informasi.

52

Universitas Sumatera Utara

4.1.3

Pengguna Aktif Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat

sementara ataupun menetap, yang mana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat,
secara

mekanis.

Menggunakan

alat/obat

ataupun

dengan

cara

operasi

(Wiknjosastro,2006).
Sedangkan pengguna aktif alat kontrasepsi dalah pasangan usia subur
(PUS) yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi
dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan. Dibawah ini dipaparkan pengguna
aktif di Desa Pekan Tanjung Beringin berdasarkan jenis alat kontrasepsi :
Tabel 4.6 Pengguna Aktif Alat Kontrasepsi
NO

Alat Kontrasepsi

Persentase (%)

Jumlah Pengguna

1

PIL

21

379

2
3
4
5
6
7

Suntik
Kondom
Implant
IUD
MOW
MOP

20
10
6
8
3
2

361
181
109
145
55
36

Penduduk di Kecamatan Pekan Tanjung Beringin telah menggunakan alat
kontrasepsi untuk menjarangkan kelahiran anak dan membatasi jumlah anak
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Sebanyak 379 orang (21 persen)
menggunakan alat kontrasepsi jenis pil, 361 orang (20 persen) menggunakan
suntik, 181 orang (10 persen) menggunakan kondom, 145 orang (8 persen)
menggunakan IUD, 109 orang (6 persen) menggunakan implant, 55 orang (3
persen) telak melakukan Metode Operasi Wanita, dan 36 orang (2 persen) telah
melakukan Metode Operasi Pria. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa

53

Universitas Sumatera Utara

Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2016 sebayak 1805. Sedangkan jumlah
pengguna KB di Desa Pekan Tanjung Beringin adalah 1263 orang (70%) dan
yang tidak menggunakan KB sebanyak 542 orang (30%). Jika dilihat dari data
diatas, Pasangan Usia Subur lebih banyak yang menggunakan metode kontrasepsi
jangka pendek (kondom, pil, dan suntik) tingkat kegagalan dari metode ini masih
sangat besar dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (implant,
IUD, MOW dan MOP). Ketidaktertarikan masyarakat dan ketidakseriusan dalam
penggunaan alat kontrasepsi membuat semakin maraknya kehamilan yang tidak
diinginkan. Kabanyakan masyarakat lebih memilih menggunakan metode jangka
panjang ketika sudah mempunyai anak 3 atau 4 dan telah mengalami kehamilan
tidak diinginkan sebelumnya.
4.2 Informan Penelitian
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria
yang telah peneliti tetapkan. Keseluruhan informan dalam penelitian berjumlah 9
orang, yakni 4 orang istri dari pasangan menikah yang pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan dan 5 informan tambahan yang terdiri dari 3 suami
dan 2 bidan. Dalam tahapan analisis ini peneliti akan menjelaskan identitas
informan karena identitas informan merupakan faktor yang sangat penting untuk
diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan ini diharapkan dapat
memberikan suatu gambaran awal. Untuk menjelaskan karakteristik dari tiap-tiap
informan maka penulis menggunakan kode informan, yang mana kode ini dimulai
dari I-1 sampai dengan I-9. Dengan tujuan memudahkan penulis untuk
memaparkan hasil wawancara sesuai dengan kodenya masing-masing.
Adapun data-data yang diperoleh dalam bab ini adalah :

54

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 Karakteristik Informan Utama
Kode
Informan

I-1

I-2

Usia
Diwawancara

43 Tahun

39 Tahun

Berapa kali
mengalami
KTD

Usia
Mengalami
KTD

Anak
Ke

20 Tahun

2

35 Tahun

5

3 kali

42 Tahun

6

21 Tahun

2

2 kali
38 Tahun

4

I-3

19 Tahun

1 Kali

17 Tahun

2

I-4

21 Tahun

1 kali

19 Tahun

2

Penyebab
Kegagalan
KB-PIL
- Lupa
untuk
minum
setiap hari
Kegagalan
KB-Suntik
- Jadwal
suntik
terlewat 5
hari
Tidak
Menggunakan
KB
- Keuangan
tidak
cukup
- Alasan
agama
- Anggapan
suami
yang tidak
akan
memintra
berhubung
an karena
sudah tua
Tidak
Menggunakan
KB
- Larangan
orangtua
Tidak
Menggunakan
KB
Laranga
n suami
Efek KB
Kegagalan
KB-PIL
- Lupa
meminum
Kegagalan
KB-Suntik
- KB yang
tidak
sanggup
menahan

Jumlah
Anak

6

4

2

2

55

Universitas Sumatera Utara

hubungan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik informan utama
dimulai dari usia saat wawancara, usia saat kehamilan tidak diinginkan berapa kali
mengalami KTD, anak keberapa yang hamilnya tidak diinginkan, penyebab dari
kehamilan tidak diinginkan dan jumlah anak saat ini.
Hasilnya bahwa informan I-1 pada saat diwawancarai berusia 43 tahun. Di
usia reproduktifnya informan telah melangsungkan dua kali pernikahan, suami
pertama telah cerai, dari hasil pernikahan pertama informan mendapatkan dua
orang anak tetapi pernikahannya berakhir setelah kelahiran anak kedua. Saat ini
informan tidak mengetahui keberadaan suami pertamanya dan membawa anak
pertama mereka dan anak kedua bersama informan. Pernikahan kedua dengan
suami sekarang mempunyai anak empat orang. Selama pernikahan itu ibu sudah
pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan berulang yaitu sebanyak tiga kali
yaitu anak kedua dari suami pertama, anak ke tiga dan keempat dari suami ke dua.
Kehamilan tidak diinginkan itu bisa terjadi dikarenakan informan mengalami
kegagalan pada saat mengggunakan alat kontrasepsi dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Setelah kelahiran anak ke 3 dari suami ke 2 informan memutuskan
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena anggapan suami tidak akan
pernah meminta untuk berhubungan sebab suami yang saat ini berusia 55 tahun
tidak akan memikirkan nafsunya tetapi lebih memikirkan bagaimana mencari
nafkah untuk menghidupi keluarganya dan suami yang pergi seminggu kembali ke
rumah hanya 2 hari saja, yang terpikir oleh informan adalah kepulangan suami
hanya untuk beristirahat dan memberikan nafkah. Selanjutnya informan tidak

56

Universitas Sumatera Utara

menggunakan alat kontrasepsi karena alasan fatwa agama islam yang belum
memberikan label halal untuk digunakan.
Informan I-2 pada saat diwawancarai berusia 38 tahun, pada saat
wawancara anak keempatnya yang hamilnya tidak diinginkan berusia 7 bulan.
Informan mengalami kehamilan tidak diinginkan berulang yaitu sebanyak dua
kali, terjadi pada anak ke dua dan ke empat. Menurut informan penyebab
kehamilan tidak diinginkan karena tidak menggunakan alat kontrasepsi
dikarenakan orang tua yang melarangnya untuk menggunakan sebelum
mengalami haid pertama setelah melahirkan anak pertamanya. Menurut orang tua
ketika seorang wanita pertama kali melahirkan dan belum mensturasi pertama
setelah kelahiran itu maka dianggap rahim belum kering dan tidak boleh
menggunakan KB. Selanjutnya tidak menggunakan KB karena setelah melahirkan
anak ketiga selama tujuh tahun tidak pernah mengalami haid akhirnya
memutuskan untuk membuka alat kontrasepsinya dan berakhir dengan kehamilan.
Saat ini jumlah anak empat orang.
Informan I-3 diwawancara pada saat usia 19 tahun dan masih termasuk
usia remaja yang belum cocok untuk mengalami kehamilan tetapi informan telah
mengalami kehamilan dua kali. Kehamilan pertama di akui oleh informan
dikarenakan karena hubungan remaja yang tidak terkontrol tetapi pada kehamilan
anak kedua ini sudah dalam keadaan pasangan sah tetapi masih terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan. Sebab di usia informan masih usia yang ingin bermain
termasuk bermain dalam hubungan seksual, kenikmatan berhubungan besar di
usia ini tetapi tidak memikirkan cara untuk menjadikan kehamilan tidak terjadi.

57

Universitas Sumatera Utara

Setelah kelahiran anak pertama informan memutuskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi PIL karena menurutnya PIL adalah alat yang paling enak digunakan
dan tidak ada rasa ketakutan karena pada saat sakit juga sering mengonsumsinya.
Tetapi kehamilan tidak diinginkan yang terjadi menurutnya disebabkan oleh
kegagalan alat kontrasepsi yang digunakannya. Informan tidak patuh untuk
meminum setiap hari karena disibukkan dengan mengurus anak yang jaraknya
sangat berdekatan. Sesuai dengan yang disebutkan oleh BkkbN tahun 2007 bahwa
PIL merupakan alat kontrasepsi yang paling tinggi tingkat kegagalannya.
Infroman I-4 diwawancara pada saat usia 21 tahun, mengalami kehamilan
tidak diinginkan

pada saat kehamilan anak keduanya. Informan mengetahui

kehamilannya ketika usia kehamilan 5 bulan. Kehamilan itu bisa terjadi karena
kegagalan alat kontrasepsi. Menurut informan pada saat itu sedang menggunakan
alat kontrasepsi suntik yang tidak pernah telat.
Tabel 4.7 Lanjutan
Anak
Informan Hasil
KTD

Alasan
Kehamilan
menjadi Tidak
diinginkan
-

I-1

2

-

Jarak antara
anak
pertama dan
kedua
terlalu dekat
Suami yang
mempunyai
sifat
temprament
al

Tindakan
Terhadap
Kehamilan
Upaya
Dampak
pengguguran/tidak
memeriksakan
kehamilan
- Upaya
pengguguran
dengan
mengonsumsi
- Anak lahir
alkohol,
sprite,
cacat mental
parutan nenas, dan
dan fisik
jamu jamuan.
- Tidak ASI
- Upaya gagal
Eksklusif
- Mencari
dukun,
dilakukan
pengorekan
- Upaya gagal
- Tidak
ada

58

Universitas Sumatera Utara

-

5
-

6
-

-

2
I-2
4

-

I-3

2

-

-

pemeriksaan
kehamilan
dan
pemberian
makanan bergizi
sekalipun
Upaya
pengguguran
dengan meminum
jamu-jamuan
Upaya gagal
Pemeriksaan
kehamilan hanya
sekali
Pasrah
Tidak
memeriksakan
dan
tidak
mengonsumi
makanan bergizi

Jarak anak yang terlalu
jauh,
6
tahun
Ekonomi
yang kurang -

Usia sudah
tua
Jarak anak
yang terlalu
jauh
Ekonomi
yang tidak
memadai
Jarak terlalu
dekat,
7
bulan anak
pertama,
hamil
3
bulan anak
ke 2
Suami kerja
tidak
menentu
Usia masih
muda
Jarak anak
yang jauh, 7
tahun
Usia sudah
38 tahun
Ekonomi
tidak cukup
Jarak terlalu
dekat
Suami
kadang kerja
kadang tidak
Usia masih

-

-

Upaya
pengguguran
dengan meminum
bir, sprite + ragi,
nenas
muda,
durian dan jamu
jamuan
Tidak melakukan
pemeriksaan

-

-

-

-

-

BBLR
Bayi
lahir
kelainan letak
Tumbuh
kembang anak
tidak optimal
Tidak ASI

-

-

BBLR
Kelainan letak
Pendarahan
Tidak ASI

-

ibu
pingsan
kerena
yang
dikonsumsi
telalu keras
gangguan
psikologis anak
BBLR
Operasi
Pendarahan
ASI Eksklusif
tidak diberikan

-

Hanya menerima
Pemeriksaan hanya sekali
di
usia
kehamilan 7 bulan
Kelahiran macet

Ingin
menggugurkan
Periksa kehamilan
sekali di klinik

-

Pendarahan
Pre Eklamsi

Pendarahan
Anemia
BBLR
Tidak
mendapatkan
ASI

59

Universitas Sumatera Utara

I-4

2

-

muda yaitu
18 tahun
Biaya hidup
mahal
Jarak terlalu dekat
Usia terlalu muda
Suami jauh

Pengguguran
Upaya gagal
Tidak memiliki niat
untuk
memeriksakan

Tumbuh
kembang anak
tidak baik
Pemberian ASI
gagal

Berdasarkan tabel diatas bahwa informan yang pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan mempunyai alasan sehingga kehamilan tersebut tidak
diinginkan kehadirannya. Selanjutnya setelah informan mengetahui kehamilan
tersebut maka informan akan bertindak menghentikan kehamilannya atau memilih
untuk tidak melanjutkan atau pun kehamilan gagal untuk di gugurkan tetapi tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan di petugas kesehatan. Karena kehamilan ini
tidak diinginkan dan ada upaya untuk mengakhiri maka kehamilan ini akan
mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan ibu dan anaknya.
Tabel 4.8 Karakteristik Informan Tambahan (Suami)
Kode
Informan

Usia Saat
Diwawancara

Pendidikan
Terakhir

Agama

Pekerjaan

Partisipasi
Menggunakan
Alkon

I-5

55 Tahun

SD

Islam

Nelayan

Tidak Pernah

I-6

39 Tahun

SD

Islam

Nelayan

Tidak Pernah

I-7

22 Tahun

SLTP

Islam

Nelayan

Pernah

Keterangan, I-1 adalah suami dari informan I-1, I-6 adalah suami dari I-2.
I-7 adalah informan dari I-3. Sedangkan I-4 suami dari informan tidak
diwawancara karena sedang berapa di negara tetangga sehingga ketertarikan untuk
menganalisis keserasian hubungan dalam keluarga dengan kehamilan menjadi

60

Universitas Sumatera Utara

tidak diinginkan. Tidak beradanya suami dirumah ternyata memberikan efek yang
besar. Istri yang telah mengalami kehamilan tidak diinginkan ini selalu
beranggapan ini adalah anak bersama dan harus di urus bersama. Kejauhan suami
menyebabkan istri semakin tidak memperdulikan anak yang telah dilahirkannya.
Sehingga anak tersebut terabaikan.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik informan utama
dimulai dari usia saat diwawancara, pendidikan terakhir, agama, pekerjaan,
partisipasi menggunakan alkon, dukungan menggunakan alat kontrasepsi.
Informan I-5 diwawancara pada saat usia 55 tahun, pekerjaan informan
adalah seorang nelayan yang bekerja mencari ikan selama tiga sampai seminggu
di laut dikarenakan tidak boleh kembali apabila ikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh bosnya, sebenarnya informan ingin mendapatkan pekerjaan yang
lebih memastikan tetapi karena berpikir pendidikan hanya tamat sekolah dasar
tidak akan ada pekerjaan yang didapatkannya kecuali pekerjaannya sekarang.
Informan telah menikah dengan istrinya selama 23 tahun tetapi selama itu dia
tidak pernah berpartisipasi untuk menggunakan alat kontrasepsi pada saat
berhubungan suami istri. Dia beranggapan bahwa kontrasepsi hanya keperluan
perempuan.
Informan I-6 diwawancara pada saat usia 39 tahun, usia yang beda tipis
dengan istrinya. Informan berpendidikan tamatan sekolah dasar, semakin rendah
pendidikan maka pekerjaannya juga semakin rendah. Pekerjaan informan adalah
seorang nelayan yang apabila ada ikan saja baru dia bisa mendapatkan upah.
Keseringannya informan hanya dirumah menunggu ajakan dari teman-temannya

61

Universitas Sumatera Utara

untuk melaut. selama menjadi suami tidak pernah berpartisipasi menggunakan
kondom dalam berhubungan. Dan setelah kelahiran anak ke 3 informan melarang
istri untuk menggunakan alat kontrasepsi, sebab suami banyak melihat pengaruh
jelek yang dialami oleh istri.
Informan I-7 yang merupakan pasangan muda, di usia 22 tahun sudah
mempunyai anak 2 orang. Anak yang ke 2 merupakan anak yang tidak diinginkan
kehadirannya. Dikarenakan istri kegagalan KB yang tidak disiplin untuk
meminum PIL, suami tidak pernah mengingatkan. Pernah berpartisipasi
menggunakan KB tetapi tidak merasakan kenyamanan, akhirnya memutuskan
untuk tidak akan menggunakan kondom lagi.
Tabel 4.9 Karakteristik Informan Tambahan (Bidan)
Kode
Informan

Usia Saat
Diwawancara

Pendidikan Terakhir

Agama

Pekerjaan

Lokasi
pekerjaan

I-8

50 Tahun

DIII/Akademi Kebidanan

Islam

Bidan/PNS

Puskesmas
dan Klinik

I-9

40 Tahun

DIII/Akademi Kebidanan

Islam

Bidan/PNS

Klinik dan
PLKB

Berdasarkan tabel diatas terkait dengan karakteristik informan tambahan
pada bidan dimana informan melakukan pemeriksaan kehamilan, konsultasi alat
kotrasepsi dan bidan yang paling dipercaya dipercaya oleh masyarakat setempat.
Informan I-8 diwawanacara pada saat usia 48 tahun, saat ini pekerjaannya
adalah seorang bidan di puskesmas tanjung beringin dan membuka klinik di
rumah. Informan menamatkan profesinya di Akademi Kebidanan Deli Husada
Medan. Kebanyakan waktu informan menghabiskan waktunya setiap hari di
puskesmas tanjung beringin kecuali ada pasien yang ingin memeriksakan ke

62

Universitas Sumatera Utara

klinik maka dia akan bekerja dirumah. Kebanyakan dari masyarakat lebih
memilih untuk melakukan pelayanan kesehatan di klinik. Karena menurut mereka
di puskesmas memang terkena biaya yang murah tetapi kemurahan itu dianggap
ketakutan bagi mereka. Murah tetapi tidak sembuh. Akhirnya klinik informan
selalu ramai di kunjungi oleh masyarakat setempat. Di papan praktek dikatakan
bahwa klinik buka setiap hari kecuali hari libur tetapi kenyataannya klinik lebih
sering tutup daripada buka. Keseringan sudah banyak yang datang dari jauh tidak
berhasil mendapatkan pelayanan.
Informan I-9 diwawancara pada saat usia 40 tahun, pekerjaannya adalah
seorang bidan yang betugas menjadi ketua Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) sekaligus bidan yang membuka klinik di rumah. Kesibukannya terkadang
membuat keseringan lupa untuk kewajiban memberikan informasi ketika ada
pasien yang ingin memeriksakan kehamilan maupun datang ingin memasang alat
kontrasepsi. Keseringannya informan hanya menuruti keinginan pasien tidak
menanyakan kecuali pasien bertanya.

63

Universitas Sumatera Utara

4.3 Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada
Pasangan Menikah
Hasil penelitian yang dilakukan di desa Pekan Tanjung Beringin terhadap
9 informan yang terderi dari 4 informan utama yaitu istri yang pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan. 5 informan tambahan masing masing 3 suami dan 2
bidan. Hasil penelitian secara garis besar dapat digambarkan melalui skema di
bawah ini :
Penyebab

Dampak

Kegagalan KB

Kehamilan
Tidak
Diinginkan
Tidak Menggunakan
KB
- Izin
Suami/Orangtua
- Ekonomi
- Agama

Kesehatan Ibu
-

Alasan Kehamilan
Menjadi Tidak
Diinginkan
-

Usia
Kehamilan
Terlalu Dekat
Kehamilan
Terlalu Jauh
Anak Banyak
Ekonomi

Pendarahan
Anemia
Persalinan
Macet
Psikologi

Kesehatan Anak
-

BBLR
Cacat
Psikologi Anak

Gambar 4.2 Hasil Penelitian
Kehamilan merupakan kodrat seorang wanita sebagai salah satu fase
kehidupan dan merupakan fase reproduksi manusia yang berfungsi sebagai
manusia baru di dunia. Banyak perubahan yang terjadi selama proses kehamilan
sampai bayi dilahirkan, baik perubahan fisik maupun psikososial akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan janin. Banyak faktor yang mempengaruhi

64

Universitas Sumatera Utara

kehamilan, dari dalam maupun luar yang terjadi pada kehamilan dapat berdampak
pada aspek psikologis kehamilan.
Kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu kehamilan diinginkan dan kehamilan
tidak diinginkan. Pada kehamilan yang tidak diinginkan terdapat dua kondisi yaitu
kehamilan tidak tepat pada waktu (belum menginginkan saat itu) dan tidak
menginginkan sama sekali. Dalam Penelitian ini di fokuskan untuk kehamilan
tidak diinginkan dan hasil penelitian ini menemukan dua kondisi kehamilan tidak
diinginkan tersebut. Perilaku ibu hamil sangat berperan dalam perilaku perawatan
kehamilan dan perawatan bayinya. Masalah psikososial dapat berdampak pada
perkembangan janin, kesehatan ibu dan perawatan bayi hingga balita.
KTD atau Kehamilan Tidak Diinginkan adalah suatu kondisi pasangan
yang tidak menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu
perilaku seksual baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kondisi tersebut dapat
menimpa siapa saja, baik yang sudah menikah maupun belum, baik remaja,
pasangan muda, ibu–ibu setengah baya, dan dari golongan mana pun ( Ma‟ shum,
2002 ).
KTD tidak selalu terjadi pada remaja atau pasangan yang belum menikah
tetapi pada pasangan yang sudah secara resmi secara menikah juga
mengalaminya. Tidak semua kehamilan disambut baik kehadirannya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun; 38 %
diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, hal itu umumnya terjadi
karena gagal kontrasepsi dan alasan tertinggi untuk menghentikan kehamilan
adalah alasan psikososial (karena terlalu banyak anak, anak bungsu masih terlalui

65

Universitas Sumatera Utara

kecil, takut karena kekerasan dalam rumah tangga, takut pada orangtua atau pada
masyarakat). Sebenarnya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) bukan hal yang
baru, namun saat ini seakan–akan menjadi berita baru karena jumlah kasus yang
„mulai‟ terungkap di permukaan kian besar (Tito, 2003).
Kehamilan Tidak Diinginkan KTD) banyak terjadi karena pola hubungan
suami- istri tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal
terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja.
Istri diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan
ini (antara lain KTD) hanya istri seorang yang menanggung.
Pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 4 informan utama dan
penjelasan dari informan tambahan (bidan) bahwa kehamilan tidak diinginkan ini
dikarenakan faktor dibawah ini:
4.3.1 Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan
Terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan pasti ada penyebab yang
mendasarinya, begitu pula dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada
pasangan menikah, hasil penelitian ini yang menjadi penyebab kehamilan tidak
diinginkan menurut informan adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Kegagalan KB
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana tidak ada alat
kontrasepsi

yang menjamin 100% keberhasilan

pencegahan kehamilan.

Disebutkan bahwa penggunaan suntik KB misalnya memiliki tingkat kegagalan
6/100 artinya terdapat 6 kehamilan dari 100 pengguna KB suntik.

66

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan hasil wawancara :
Tabel 4.10 Kegagalan Kontrasepsi
Informan

I-1

I-3

I-4

I-8

Jawaban
Iya, pas hamil yang cacat itu sama anak ke tiga kakak pake KB
posisinya. Heran juga kenapa kok bisa hamil yakan. Padahal
udah dikasi alat untuk menahan kehamilannya, berarti kalo gak
pake KB pun gak papalah. Bayar tetap lanjut tiap bulan, tapi
bisa juga hamil. Bidannya juga gak ada nyeritain kalo pakek
KB masih bisa tetap hamil, gak dikasi tau juga tipsnya menjaga
KB biar tetap aman. Jadinya banyak kasus kek kakak ini,
kebobolan la yakan namanya. Kalo suntiknya tiap bulan
lancarnya di lakukan, langsung ke bidan. Kalo KB nya yang
rusak gak mungkinla disuntikkan ke kakak. Ntah pun karna
waktu itu terlalu sering berhubungan ntah gimana. Waktu itu
sekali suntik 15 ribu di bidan Dewi. Kalo di puskesmas katanya
gratis, tapi udah biasa di bidan itu ya disitu ajalah, males gantiganti. Orang disini juga seringnya disana.
Iya memang pas ketauan hamil itu aku lagi pake KB, makanya
gak yakin juga kok hamil. Tapi ya ada tanda-tanda nya, pusing,
mual gampang lelah. Iya salah aku juga sih selalu bolongbolong minum pilnya. Bidannya pas aku beli pil dikasi taunyo
jangan terlupa minum pilnya, nanti menjadi. Ku dongar tapi
namanya manusia terlupo. Kalo terlupa gini mau ganti KB la
implant itu disuruh tapi tak berani, soram betul itu. Tak ondak
la.
Pil itu pun belila tiap habis. 5 ribu sekali beli. Tak ondak la yg
dari puskesmas itu gratis, takut jugo beda yang dikasinya itu.
Gak tau salahnya dimana kak, suntik lancar kan. Kalo rusak KB
nya masa disuntikkan, gitulah kak. Heran juga, tapi lupa mau
nanya ke bidannya kok bisala menjadi anak padahal KB totap.
Alat kontrasepsi itu adalah buatan manusia sedangkan manusia
adalah penuh khilaf jadi pasti ada sisi gagalnya. KB Pil yang
seharusnya di minum setiap hari mereka terlupa akhirnya lepas.
KB suntik yang terkadang sudah lewat masa suburnya baru dia
datang suntik. Sebelum suntik dia sudah melakukan hubungan
dengan suaminya. Kegagalan KB itu merupakan diluar dugaan
kita, saya pribadi telah melakukan penyuluhan kepada
masyarakat disini, tapi memang masyarakatnya yang sering
punya pemikiran acuh. Ketika hal tersebut terjadi baru selalu
berkomentar. Untuk kerusakan alat kontrasepsi kami tidak
pernah memberikan alat yang rusak, kami selalu cek
keadaannya sebelum diberikan kepada pasien. Nah pada saat

67

Universitas Sumatera Utara

I-9

pasien ingin menggunakan KB tetapi alat tidak ada, ya itu
pernah terjadi.
Kami sudah selalu mengingatkan mengenai keluarga berencana
ini kepada masyarakat, tetapi kami tidak selalu mengontorol
dikarenakan saya bekerja di dua tempat. Klinik saya dan
dipuskesmas. Jikalau dari puskesmas kami tidak sanggup untuk
terus memonitoring agar tidak terjadi kegagalan KB lagi sebab
yang mau di urus bukan sedikit.
Kegagalan KB itu banyak terjadi di kalangan masyarakat, saya
sering mendapatkan keluhan tersebut. Saya juga gak tau harus
bagaimana, banyak keluhan tentang efek samping dari KB ini,
saya suruh la buka aja, eh udah dibuka terjadi kehamilan.
Rusak.. sepertinya tidak pernah. Iya dulu pernah la terjadi. Tapi
saya juga sudah lupa ceritanya bagaimana. Kalo ketersediaan
alat itu pasti ada. Pil dan suntik selalu full. Karna itulah yang
selalu ditanya ibu-ibu kalo mau menggunakan KB.
Nah kegagalan KB ya pasti selalu ada, namanya buatan
manusia juga pasti ada rusaknya. Tetapi tergantung juga
bagaimana pemakaiannya. Misalnya ada yang ingin ber KB
tetapi sebelum ber KB dia udah berhubungan dulu. Baru
dipasangnya.

Berdasarkan tabel diatas bahwa ketiga informan yang mengalami
kehamilan pada saat menggunakan KB ketiganya mengatakan tidak mengerti
mengapa hal tersebut bisa terjadi, sebab informan meyakini KB tersebut dapat
membantu untuk menunda kehamilan sampai waktun yang diinginkan seperti
yang diutarakan oleh petugas kesehatan yang pernah memberikan informasi pada
informan maupun saat pemeriksaan kehamilan maupun pada saat persalinan.
Informan (I-8, I-9) mengatakan bahwa kegagalan alat kontrasepsi tidak
pernah terjadi, dahulunya memang pernah tetapi sudah lama hingga untuk cerita
kebenarannya saja informan lupa. Untuk tidak ketersediaan alat memang pernah
terjadi di Desa tersebut. Sehingga apabila pasien ingin menggunakan KB tidak
dapat terlaksana. Informan (I-9) mengatakan bahwa kegagalan KB itu yang sering
terjadi karena sebelum memasang KB kebanyakan pasangan sudah berhubungan

68

Universitas Sumatera Utara

terlebih dahulu dengan alasan tidak dalam masa usia subur. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kehamilan itu terjadi bukan hanya ketika dalam masa usia
subur.
Hasil wawancara diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Heny Lestary tahun 2005. Kegagalan kontrasepsi dengan kehamilan tidak
diinginkan mempunyai hubungan yang. Ia menyatakan bahwa ibu yang
mengalami kegagalan kontrasepsi cenderung untuk mengalami kehamilan tidak
diinginkan sebesar 3,2 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami
kegagalan kontrasepsi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abbasi-Shavazi
tahun 2004 yang melakukan penelitiannya di Iran menyatakan 67,2% responden
yang mengalami kehamilan tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi sebelum
kehamilan terjadi. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa kegagalan
kontrasepsi terjadi pada pengguna pil (50,6%), kondom (15,2%), suntik (8,9%),
susuk KB (2%), dan lain-lain (23,4%). Jika dilihat dari angka tersebut kegagalan
kontrasepsi lebih banyak terjadi pada pengguna alat kontrasepsi non MKJP.
Hal diatas juga sesuai dengan data SDKI tahun 2012 mengenai
pengetahuan KB cara modern berdasarkan usia, bahwa suntik dan pil adalah cara
KB modern yang paling diketahui oleh masyarakat di semua golongan usia,
termasuk risiko tinggi diatas 35 tahun.
Faktor terjadinya KTD pada PUS yang menggunakan alat kontrasepsi
adalah penggunaan yang tidak tepat (Kusmiran, 2011). Seperti konsumsi pil KB
yang tidak rutin serta keterlambatan pemberian suntik KB pada masa menstruasi.
Meskipun metode kontrasepsi yang digunakan oleh PUS merupakan metode yang

69

Universitas Sumatera Utara

paling efektif untuk mencegah kehamilan, kemungkinan gagal dapat terjadi
disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan teknologi dan cara
penggunaan metode kontrasepsi itu sendiri (WHO, 2003).
Artinya Kegagalan kontrasepsi banyak terjadi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi dan berstatus pengguna aktif. Faktor kegagalan itu
bisa terjadi karena alat maka diperlukan kekonsistenan tinggi dalam
pemakaiannya, orang yang menggunakan tidak rutin ataupun tenaga medis yang
tidak ahli dalam memasang.
4.3.1.2 Tidak Menggunakan KB
Kehamilan tidak diinginkan berpeluang besar terjadi pada pasangan yang
tidak menggunakan KB. Ketika pasangan melakukan hubungan suami istri pada
saat tidak dalam masa subur kehamilan itu tetap bisa terjadi. Pasangan tidak
menggunakan KB kebanyakan dengan alasan keuangan yang tidak cukup,
dilarang oleh suami dan keluarga, tenaga kesehatan yang tidak kompeten dalam
pemasangan alat dan tidak tahan dengan efek samping akhirnya memutuskan
untuk tidak menggunakannya.
Berikut adalah hasil wawancara terhadap informan yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan karena tidak menggunakan alat kontrasepsi :
Tabel 4.11 Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi
Informan

I-1

Jawaban
Hamil yang terakhir ini memang pas gak pake KB, karna udah
maleslah rin. Pake KB pun tetap hamil juga. Lagian suami
kakak juga udah 55 tahun umurnya. Dia minta kaya gitu udah
gak sering, karna pikirannya hanya sibuk mencari nafkah untuk
sekolah anak-anaknya aja. Dia juga jarang dirumah. Tapi
mungkin pernah kakak lupa, dia pulang kerja setelah seminggu

70

Universitas Sumatera Utara

I-2

I-8

I-9

gak pulang. Dia mencari ikan dilaut. Mungkin dia rindu terus
diajaknya kakak ya gak mungkin ditolak namanya suami.
Disitulah mungkin jadinya. Tapi mungkin siap ini udah gak
pala mau lagi dia itu. Karna anak kami pun udah betambah tapi
kondisi kami kek gini terus. Kakak siap ini tetap gak akan pake
KB karena katanya KB itu belum halal menurut agama kan,.
Nanti ada apa – apa di awak tak diterima tuhan pula. Hahaha....
Pas hamil anak kedua memang gak pake KB karna kata mamak
ibuk janganla dulu pake KB kalau belum haid pertama setelah
melahirkan. Katanya banyakla alasannya, ibukkpun lupa. Terus
itu yaudahla ibuk ikutin dibilang mamak ibuk. Namanya juga
orang tua kan, ya pasti kadang ada betulnya juga. Ada memang
cara KB alami namanya, tapi dengar” aja, gak ta

Dokumen yang terkait

Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin : Kajian Psikolinguistik

2 68 126

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA (Studi Kasus pada Remaja di Kota Madiun)

13 123 182

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai) Chapter III VI

0 0 27

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 1 14

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 2

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 1 12

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 24

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

1 1 4

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 8