Keragaman Morfologi dan Genotipe Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Generasi M2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (2003), sistematika tanaman Rosella yaitu Kingdom :
Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Sub kelas : Dilleniidae,
Bangsa : Malvales, Suku : Malvaceae, Genus : Hibiscus, Spesies : Hibiscus
sabdariffaLinn
Batang merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3
meter. Bentuk batang bulat, tegak, berkayu, banyak percabangan dan berwarna
merah.Pada batang melekat daun yang tersusun berseling, warnanya hijau
berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi beringgit (Widyanto
dan Nelistya, 2008).
Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,
artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1cm, pangkalnya saling berlekatan dan
berwarna merah dan ukuran bunga cukup besar, diameter ketika sedang mekar
lebih dari 12,5 cm dan memiliki dasar bunga pendek. Kelopak bunga ini sering
dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri
dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya
kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan
lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah,

bunga rosela bersifat hermaprodit (mempunyai bunga jantan dan bunga betina)
sehingga mampu menyerbuk sendiri (Mardiah, et al., 2009).

5
Universitas Sumatera Utara

Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar
dengan kerah (epicalyx). Ukuran bunga sebesar 3,2-5,7 cm dan sepenuhnya
menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna
hijau ketika belum matang, mempunyai 5 ruang, dengan masing-masing ruang
mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka
ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan
panjang sekitar 3-5 mm (Mahadevan et al., 2009).
Buah berbentuk kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna
merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan panjang 5 mm dan lebar 4
mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abuabu (Maryani dan Kristina, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman rosela tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian kurang dari
600 meter diatas permukaan laut dan semakin tinggi dari permukaan laut

pertumbuhan rosela akan terganggu. Rosela dapat tumbuh di daerah tropis dan
subtropis dengan suhu rata- rata bulanan 24-320C namun rosela masih dapat
toleran pada suhu kisaran 10-360C untuk menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, rosela memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu
malam tidak kurang dari 210 C (Mardiah, et al., 2009).
Rosella membutuhkan curah hujan bulanan berkisar 130-250 mm dalam
tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan
diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada
saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas calyces dan

6
Universitas Sumatera Utara

mengurangi hasil. Rosella sangat sensitif terhadap perubahan panjang hari.
Fotoperiodisme ini membutuhkan waktu tanam harus diatur sesuai dengan
panjang hari daripada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).
Tanah
Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosela, terutama struktur yang dalam,
bertekstur ringan dan berdrainase baik.Rosela toleran terhadap tanah masam dan
agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.

Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosela adalah 5,5-7 dan masih dapat
toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu, rosela tidak tahan terhadap genangan air
(Mardiah, et al.,., 2009).
Struktur tanah yang baik untuk budidaya tanaman rosela adalah yang
berstruktur remah atau gembur dan tanah mudah mengikat air. Tanah yang baik
untuk tanaman adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan banyak
organisme tanah yang dapat menguraikan bahan organik (Widyanto dan Nelistya,
2008).
Kandungan Tanaman Rosella
Negara Indonesia berada didaerah tropis yang banyak keanekaragaman
tanaman yang ada di Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah satu tanaman yang dapat
dijadikan bahan obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosella merah yang dalam
bahasa latin Hibiscus sabdariffaL. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah
mudah dan juga tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan
pribadi. Tanaman rosella merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan.
Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam sehingga dapat

7
Universitas Sumatera Utara


memikat masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk herbal. Namun pada
kenyataannya pembudidayaanrosella merah di Indonesia masih terpusat di daerahdaerah tertentu padahal xv pembudidayaannya mudah dilakukan. Oleh karena itu,
diperlukan pengenalan atau sosialisasi pada pembudidayaan sekaligus manfaat
senyawa metabolis sekunder dari rosella merah sebagai bahan pangan baru dan
apotik hidup (Wijayanti, 2010).
Ada 4 jenis rosella yang telah dilepas sebagai varietas oleh Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) (2013) . Masing-masing varietas
memiliki ciri dan karakter tersendiri terutama dalam produksi kelopak kering,
kandungan nutrisi kelopak, dan daya adaptasi terhadap penyakit fusarium (Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2013).
Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Umumnya bagian kaliks rosella dijadikan minuman dalam bentuk
teh. Teh rosella diyakini฀dapat meningkatkan kemampuan seperti yang telah
.dimanfaatkan di beberapa negara sebagai tonikum bertahun-tahun yang lalu
Mekanisme fisik setelah mengkonsumsi฀peningkatan kemampuan teh Rosella,
dapat dikaitkan dengan kandungan antioksidan dan protein yang tinggi. Delapan
belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella. Antioksidan yang
dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam 100 gram kelopak
rosella kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten dan antosianin

(Ekanto dan Sugiarto, 2011).
Bagian tanaman yang biasa diproses menjadi produk pangan adalah
kelopak bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal dab
berair (juicy), serta banyak mengandung vitamain A, vitamin C dan asam amino,

8
Universitas Sumatera Utara

grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin. Selain itu kelopak merah juga
mengandung asam organik, polisakarida dan plavonoid yang bermanfaat
mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran
darah dan melancarkan buang air besar. Kelopak bunga rosela merah yang
rasanya sangat manis ini biasanya dibuat menjadi jeli, saus, teh sirup dan manisan
(Daryanto, 2006).
Popularitas teh Rosella meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir,
berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas
dari perannya sebagai antioksidan, antikanker, hipolipidemia, hepatoprotektor,
antihipertensi, anti bakteri, meningkatkan stamina. Kandungan senyawa kimia
dalam kelopak bunga Rosella: antosianin(gossipetin dan hibiscin) 2 %, vitamin C
0,004–0,005 %, protein 6,7–7,9 %, asam sitrat dan asam malat 13 %. Kandungan

asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat
34 %. Setiap 100 gr kelopak Rosella kering mengandung protein 1,145 g, lemak
2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten
0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C
244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine,
isoleucine,leucine, methionine, phenylalanine, threonine,tryptophan, tyrosine,
valine, aspartic acid, glutamicacid, alanine, glycine, praline, serine (Ekanto dan
Sugiarto, 2011).
Ekstrak mahkota bunga rosella kuning (kaya antosianin) dosis mg/kgBB
dua kali sehari terbukti mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus yang
sebelumnya diinduksi dengan 2,4 dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH). Ekstrak secara
bermakna

menurunkan

kadar

enzim

hati


seperti

alanin

dan

aspartat

9
Universitas Sumatera Utara

aminotransferase dan mengurangi kerusakan hati. Ekstrak juga secara bermakna
meniadakan efek DNPH (Suganda et al., 2010).
Konsentrasi Antosianin memberikan hasil yaitu kadar antosianin pada
kelopak Rosella mengalami peningkatan pada perlakuan dosis iradiasi gamma
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari
setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk
meningkatkan kandungan antosianin sebesar 3.63%, 3.68% pada musim tahun
2009 dan 2010 (El Sherif et al., 2011).

Khasiat Tanaman Rosella
Sebagai tanaman obat, rosella merah mempunyai manfaat untuk mengatasi
berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah
antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam
tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi kecanduan
merokok,

mencegah

stroke

dan

hipertensi,

memperbaiki

pencernaan,

menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula dalam darah, mencegah kanker,

tumor, kista dan sejenisnya. Diantara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan
sebagai herba antikanker, antihipertensi dan antidiabetes (Wijayanti, 2010).
Tumbuhan rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu
tumbuhan yang telah dimanfaatkan dalam mengatasi berbagai penyakit dan
masalah kesehatan di berbagai negara. Kelopak bunga rosella telah digunakan
sebagai pengobatan tradisional dalam mengatasi mual, memperlancar buang air
besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu,
dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella
mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin dan alkaloid. Kandungan

10
Universitas Sumatera Utara

fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek
imunostimulator (Puspitowati et al., 2012).
Dengan adanya anti oksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel
dapat dihilangkan. Ini sebabnya rosella memiliki efek anti kanker. Hasil penilitian
Hui-Hsuan Iin dari institute of BioChemistry and Biotechnology , Chung San
Medical University, Taichung, Taiwan membuktikkan bahwa rosella bersifat anti
kanker lambung. Penelitiannya menemukan antioksidan rosella membunuh sel

kanker dengan metode sitoksis dan apoptosis. Penelitian lain yang dilakukan oleh
DE-Xing Hou di Jepang, seorang peneliti dari Department of Biochemical
Science Ang Technology, Faculty of Agricultur, Kagoshima University, Jepang
menemukan bahwa 3-sambubioside, antioksidan rosella ampuh mengatasi kanker
darah atau leukimia. Cara kerjanya dengan menghambat terjadinya kehilangan
membran mitokondria dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke setosol
(Wiyarsi, 2011).
Uji in vivo menggunakan ekstrak kelopak bunga rosela yang dibuat
dengan soxhletasi serbuk kelopak bunga rosela menggunakan pelarut metanol
dengan dosis antara 10 µg-1 mg/mL menunjukkan efek vasodilatasi pada aorta
tikus hipertensif spontan melalui jalur vasodilatasi yang tergantung dan tidak
tergantung endotelium. Vasodilatasi yang tergantung endotelium dihasilkan
melalui jalur relaksasi nitrit oksida /cGMP yang diturunkan dari endotelium dapat
disebabkan oleh penghambatan masuknya Ca2+. Hasil ini menunjukkan efek
menurunkan tekanan darah darirosella in vivo yang dapat dikembangkan sebaga
obathipertensi ( Suganda et al., 2010).

11
Universitas Sumatera Utara


Mutasi Sinar Gamma
Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat
menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi
merupakan sumber aneka alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif
genotipe. Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan, dan merupakan
kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah
meningkatkan keragaman/ variabilitas genetik tanaman, sehingga pemilihan /
seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan (Sudarka, 2009).
Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi
adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat di tentukan pada generasi M2 dan
seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin
banyak pula kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup
tanaman M1 dengan frekwensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif
terhadap kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam
permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).
Pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara
sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun
tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan
mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya
frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan
ekstrakromosomal. Sebaliknya, bila tingkat lethalitas tinggi, frekuensi mutasinya
rendah dapat dikategorikan kerusakan kromosomal. Kerusakan fisiologis pada
sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu
epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga

12
Universitas Sumatera Utara

dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di
dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan
sub-epidermis (L2), selanjutnya L3 merupakan sebagian besar jaringan internal
batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).
Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau
beberapa karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda
morfologi (warna, rambut, braktea dan lain-lain). Sebagai idenditas pada
galurgalur harapan, (3) untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi
pembentukan kultivar hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam
genotipe yang telah beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan
rendah ( 0,5 : tinggi
h2 0,2 – 0,5 : sedang
h2 < 0,2 : rendah
( Stansfield, 1991 ).

19
Universitas Sumatera Utara