Upaya Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Kemoterapi di RSU.Dr.Pirngadi Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep nutrisi
2.1.1 Defenisi nutrisi
Tubuh memerlukan nutrisi untuk kegiatan kelangsungan hidup. Nutrisi
yang diperlukan tubuh adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena
mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh. Nutrien
esensial yang diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
Proses pencernaan dan penyerapan nutrien esensial tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemampuan kerja organ system pencernaan (Astuti, 2010).
Nutrisi merupakan proses pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh
tubuh. Proses ini mencakup 3 tahap, yaitu tahap memasukkan makanan atau
minuman ke dalam tubuh, tahap pemecahan makanan atau minimum menjadi
unsur gizi, dan tahap pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, dimana makanan tersebut disajikan bahan bakar untuk berbagai
keperluan tubuh. Pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi, perlu asupan
nutrisi yang mengandung cukup nutrien: vitamin, mineral, protein, karbohidrat,
lemak dan air (Sutandyo, 2007).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi nutrisi
a) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan nutrisi.
b) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga
mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap
bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja.
Padahal, makanan tersebut sumber vitamin yang sangat baik. Adapula
larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan cacingan.
d) Kesukaan

Kesukaan

yang

berlebih

terhadap

suatu

jenis

makanan

dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh

zat-zat


yang

dibutuhkan

secara

cukup.

Misalnya,

Universitas Sumatera Utara

mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan ini tentu saja
dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu
sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi

biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan
dengan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
2.1.3 Jenis jenis nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat
dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan kompleks. Karbohidrat
sederhana tersususun atas gula sederhana, dan karbohidrat tersusun lebih
dari dua unit gula sederhana di dalam satu molekul.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh, karbohidrat
juga memberikan rasa manis pada makanan terutama monosakarida dan
disakarida. Karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan
protein, mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna,
membantu mengeluarkan feses dengan mengatur peristaltik usus dan
memberikan bentuk pada feses. Bentuk karbohidrat yaitu monosakarida,
disakarida, polisakarida.

Universitas Sumatera Utara

b. Protein
Protein bagian penyusun tubuh yang paling besar setelah air. Seperlima

bagian dari tubuh terdiri dari protein. Separuh jumlah protein terdapat
dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di
dalam kulit, dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Unsur
utama protein yakni nitrogen sebanyak 16% berat protein, yang tidak ada
pada ikatan karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat mengandung unsur
fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein juga memiliki fungsi membangun
dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, membentuk ikatan-ikatan
esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh
yang bertibdak sebagai buffer, pembentukan antibody, mengangkut zat-zat
gizi, dan sebagai sumber energi.
c. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energy, sumber asam lemak esensial, alat
pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat penggunaan
protein, dapat memberikan rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas,
menjaga suhu tubuh, dan melindungi organ tubuh. Kebutuhan lemak yang
dianjurkan WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanya 15-30%
kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan. Di antara
lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari
kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak
tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu minyak tumbuh-tumbuhan

seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung,

Universitas Sumatera Utara

,mentega, margarine, dan lemak hewan. Sumber lemak lainnya yaitu
kacang-kacangan, biji-bijian, daging, krim, susu, dan kuning telur serta
makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak.
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutukan dalam
jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi ikut
berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energy, pertumbuhan,
dan pemeliharaan tubuh, umumnya sebagai koenzim atau bagian dari
enzim. Sebagian besar vitamin sebagai koenzim berbentuk apoenzim,
dimana vitamin berikatan dengan protein.
Kelompok vitamin:
1. Larut dalam lemak:vitamin A, D, E dan K
2. Larut dalam air:vitamin B, dan C
e. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh da memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ

maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh lebih darin 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro
dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Fungsi umum mineral adalah
sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh, memelihara
keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, mengatalisis reaksi yang
bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan lemak.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Efek kanker pada status nutrisi
Efek kanker pada status nutrisi dibagi menjadi dua yaitu, efek sistemik dan
efek lokal. Efek sistemik diantaranya adalah anoreksia, defisiensi vitamin A, B,C,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hiperkalsemia, sindrom ketidakpatenan
sekresi hormon antidiuretik, imunokompeten. Efek lokal diantaranya adalah
kerusakan pencernaan (mengunyah, menelan, obstruksi, distensi, dan peristaltis),
nyeri, fisura usus, malabsorpsi (Otto, 2005).
2.1.5 Manajemen nutrisi pada efek samping kemoterapi
Efek samping kemoterapi dapat meliputi mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, kembung, luka pada mulut, perubahan cita rasa, mulut kering,

penurunan dan penambahan berat badan (Herbold, 2013)
Tindakan yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh perawat dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang menjalani kemoterapi terkait masalh
efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi adalah:
1. Mual dan muntah
a. Pasien ditempatkan di ruangan yang sejuk.
b. Hindari makan di dalam ruangan dimana terdapat bau masakan
atau keadaan yang terlalu panas.
c. Cuci mulut sebelum dan sesudah makan.
d. Hindari makan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi.
e. Hindari makanan yang menyebabkan mual seperti makanan pedas,
berminyak, berlemak, dan bau menyengat.

Universitas Sumatera Utara

f. Makan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan porsi kecil
beberapa kali sehari.
g. Minum air sedikit demi sedikit dan tingkatkan asupan cairan.
h. Batasi cairan pada saat makan.
i. Hindari penggunaan bumbu yang berlebihan pada makanan.

j. Elevasi kepala dilakukan selama 1 jam setelah makan.
k. Menghisap permen seperti pepermin atau lemon bila mulut terasa
tidak enak.
l. Pada periode mual hebat, melakukan aktivitas yang bersifat
relaksasi seperti membaca atau tidur.
m. Menjaga kebersihan mulut dan berolahraga
n. Pemberian antimetik untuk mengurangi gejal.
2. Diare
a. Makan makanan (sup, pisang) dan minuman untuk mengganti
cairan serta elektrolit yang hilang.
b. Hindari makanan berminyak, minuman panas atau dingin dan
kafein.
c. Hindari makanan tinggi serat terutama kacang kering dan sayuran
(brokoli, kubis).
d. Makan makanan tinggi protein.
e. Asupan cairan ditingkatkan.
f. Batasi susu sampai 2 gelas per hari atau hindari susu dan produk
susu sampai penyebab ditemukan.

Universitas Sumatera Utara


g. Obat antidiare dapat diberikan.
3. Kembung
a. Makan dan minum secara perlahan.
b. Turunkan asupan serat.
c. Makan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering.
d. Hindari makanan yang dapat memproduksi gas.
e. Olahraga secara teratur bila memungkinkan.
f. Batasi makanan yang mengandung laktosa bila tidak dapat
ditoleransi.
4. Konstipasi
a. Makan makanan yang mengandung serat, direkomendasikan
asupan serat 25-35 gram per hari.
b. Minum 8-10 gelas per hari.
c. Melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan berolahraga secara
teratur.
d. Jika telah terjadi konstipasi, lanjutkan makan makanan tinggi serat
dan minum air yang cukup, menjaga aktivitas fisik dan berikan
medikasi.
5. Luka pada mulut

a. Makan makanan lunak yang mudah dikunyah dan ditelan seperti
buah yang lunak (pisang, melon, pir, keju, kentang yang lunak).
b. Makan makanan yang mengandung tinggi kalori/protein.
c. Hindari makanan yang asin, asam dan pedas.

Universitas Sumatera Utara

d. Makan makanan perlahan-lahan bila perlu gunakan sedotan.
6. Dehidrasi
a. Minum 8-12 gelas per hari, dapat berupa air putih, susu atau
makanan yang mengandung air yang cukup seperti pudding, es
krim.
b. Batasi minuman yang mengandung kafein seperti soda, kopi, teh.
c. Gunakan obat untuk mengurangi mual muntah.
7. Mulut kering
a. Meningkatkan asupan cairan.
b. Memilih makanan yang lunak.
c. Permen dapat digunakan sebagai stimulasi pengeluaran saliva.
d. Hindari alkohol dan rokok.
2.1.5 Tujuan Terapi Nutrisi
Tujuan terapi nutrisi pada pasien kemoterapi antara lain:
a. Memperbaiki kekurangan nutrisi atau mencegah malnutrisi
b. Mencegah komplikasi dan efek samping yang berhubungan dengan
nutrisi
c. Mencegah berkurangnya massa otot, tulang, darah, organ dan massa
tubuh yang lain
d. Memberikan kekuatan dan energi bagi tubuh
e. Mencegah terkena infeksi
f. Membantu penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidup

Universitas Sumatera Utara

2.2

Konsep Dasar Kemoterapi

2.2.1 Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi

adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi

kanker. Hal ini merupakan salah satu dari empat modalitas pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang menyediakan kesembuhan, kontrol
penyakit, atau sebagai terapi paliatif. Kemoterapi bersifat sistemik dan berbeda
dengan terapi lokal seperti pembedahan dan terapi radiasi (Otto, 2005).
Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan
tujuan menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik membunuh sel secara
langsung maupun dengan menghentikan pertumbuhan selnya. Tidak seperti
antibiotik yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan sel normal di sekitar
kanker tetap hidup, terapi kanker juga dapat membunuh sel normal. Kejadian
inilah yang disebut efek samping, yang dapat mengenai sel darah (eritrosit,
leukosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh lain (jantung, paru, hati)
dan sel di dalam saluran cerna (Noorwati, 2007)
Dian (2012) menyatakan bahwa kemoterapi adalah bagian terpadu dari
berbagai pengobatan untuk kanker. Dari berbagai ragam pengobatan kanker
kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker yang berkeliaran di dalam
darah. Kemoterapi berasal dari dua kata yaitu kemo yang berarti zat kimia dan
terapi yang berarti pengobatan. Jadi, kemoterapi adalah pengobatan dengan zat
kimia atau obat yang lazim digunakan untuk berbagai penyakit termasuk kanker.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Tujuan Kemoterapi
a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau
bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermestase.
b.Terapi neoadjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor , biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
c.Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi hanya digunakan untuk
mengontrol gejalanya.
d.Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa berikutnya.
e.Kemoterapi kombinasi: menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
2.2.3 Sifat kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi utama maupun terapi tambahan.
Sebagai terapi utama, kemoterapi dapat diberikan bagi kanker-kanker yang
kemosensitif, seperti leukemia, limfoma maligna, koriokarsinoma, kanker paru oat
cell, sarkoma ewing, dll, maupun bagi kanker yang telah menyebar jauh
(umumnya stadium IV) untuk tujuan paliatif, seperti karsinoma payudara, serviks,
paru-paru, kulit, mulut, dll.
Sebagai terapi adjuvan kanker lokal atau lokoregional (seperti mammae,
serviks, kolon, lambung, paru-paru), kemoterapi umumnya diberikan pascaoperasi

Universitas Sumatera Utara

dan pascaradioterapi untuk kanker yang kemoresponsif. Pemberian kemoterapi
adjuvan didasarkan pada kenyataan bahwa pasien kanker yang kelihatan telah
bebas kanker, setelah beberapa bulan atau tahun, akan kembali mengalami kanker
(residif) atau metastasis kanker. Ini menunjukkan bahwa sel kanker mikroskopik
masih hidup di dalam lapangan operasi atau sudah ada metastasis jauh subklinis
sewaktu pasien menjalani operasi atau radioterapi. Kemoterapi adjuvan ternyata
mampu mengurangi frekuensi kanker residif atau metastasis (Rasjidi, 2013).
2.2.4 Kontraindikasi kemoterapi
Terdapat dua kontraindikasi penggunaan kemoterapi, yakni kontraindikasi
mutlak/absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut kemoterapi meliputi kanker
stadium terminal, hamil trimester pertama (kecuali akan digugurkan), septikemia,
dan koma. Kontraindikasi relatif kemoterapi meliputi usia lanjut (terutama
penderita tumor yang lambat bertumbuh dan kurang sensitif), status tampilan yang
sangat buruk, gangguan berat fungsi organ vital (contoh hati, ginjal, jantung,
sumsum tulang), demensia, pasien tidak mampu mengunjungi kilinik secara
teratur, pasien tidak kooperatif, tumor resisten terhadap obat, dan tidak ada
fasilitas penunjang yang memadai (Rasjidi, 2013).
2.2.5 Farmakologi kemoterapi
Prinsip farmakologi umum harus diketahui di dalam memilih dan
memakai antikanker, termasuk mekanisme kerja, absorpsi, distribusi metabolisme
dan ekskresi. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi efektivitas dan/atau oksisitas
kemoterapi, dan penting di dalam pengembangan kombinasi obat (Rasjidi, 2013).

Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Cara pemberian kemoterapi
Cara pemberian memengaruhi pemilihan obat. Pemilihan cara pemberian
bergantung kepada kelarutan, keperluan aktivasi obat, toleransi jaringan setempat,
kemampuan psien, dan pajanan obat yang optimal terhadap tumor (area under the
concertration time curve (AUC) untuk obat dan metabolik aktif). Efektivitas tiap
obat kemoterapi bergantung kepada AUC yang optimal terhadap lokasi tumor.
Jadwal kemoterapi perlu diperhatikan , kemoterapi berikutnya diberikan ketika
sel atau jaringan normal pulih sementara sel tumor belum pulih. Kemoterapi
tunggal masih memungkinkan sel tumor tumbuh. Interval antar seri pengobatan
juga perlu diperhatikan, bila terlalu pendek, sel normal belum pulih, sementara
bila terlalu panjang sel tumor sudah berkembang lagi (Rasjidi,2013).
Teknik pemberian kemoterapi kebanyakan melalui intravena dan ada obatobat yang bisa diberikan secara oral dan intrathekal, sedang pemberian secara
intra arterial perlu alat khusus untuk menekan cairan kemoterapi memasuki aliran
darah. Ada lagi cara perfusi dimana aliran darah tungkai bawah misalnya
dipindahkan melewati alat jantung-paru seperti pada operasi jantung terbuka,
aliran vena tungkai masuk ke alat jantung-paru, diberi oksigen dan kemoterapi di
dalam alat tersebut, lalu darah dimasukkan kembali melalui arteri. Ada pula yang
ditanamkan ke dalam jaringan subkutan, sehingga bila ingin memberikan
kemoterapi berkali-kali tidak perlu memasukkan jarum setiap kali (Pisi
Lukkitto,2010).

Universitas Sumatera Utara

Cara pemberian kemoterapi:
1. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya adalah chlorambucil dan atoposide (VP-16)
2. Pemberian secara intra-muskulus
Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga kali
berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra muskulus antara lain
bleomicin dan methotrexate.
3. Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian yang
paling umum dan banyak digunakan.
4. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.
5. Pemberian secara intraperitoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusu (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu
narkose.

Pemberian

kemoterapi

intraperitoneal

diindikasikan

dan

disyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker ovarium.

Universitas Sumatera Utara

2.2.7 Efek samping kemoterapi
Efek sampig kemoterapi itu berat sekali seperti mual muntah, pusing,
lemas, dan sebagainya, harus diberi antidotnya untuk mengurangi efek tersebut.
Efek samping tersebut berlangsung sampai 3 hari setelah diberikannya
kemoterapi. Pada efek samping kerontokan rambut akan tumbuh kembali
rambutnya setelah beberapa bulan setelah pemberian kemoterapi selesai. Selain
itu, ada beberapa efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi yakni:
1. Saluran cerna
Mukositis akibat efek langsung kemoterapi terhadap sel mukosa epitel
yang cepat membelah merupakan hal yang sering terjadi. Granulositopenia
yang turut timbul menyebabkan infeksi mukosa yang mengalami cedera
dan menjadi gerbang masuk bagi bakteri dan jamur ke aliran darah.
Mukositis terjadi 3-5 hari sebelum mielosupresi lain. Lesi mulut dan faring
sulit dibedakan dengan infeksi kandidiasis atau herpes simpleks karena
semuanya

memunculkan disfagia

dan nyeri

terbakar retrostenal.

Mukosisitis di saluran cerna bawah menyebabkan diare yang dapat
memburuk dan menyebabkan komplikasi berat, seperti perforasi,
perdarahan dan enterokolitis netrokitans.
memberi

gejala

diare

berat

yang

Enterokolitis netrokitans

dapat

mematikan

penderita

granulositopenia.
2. Kulit
Gangguan kulit dapat terjadi akibat ektravasasi kemoterapi yang iritatif,
seperti doxorubicin, D actinomycin, mytomicin C, vinblastine, vincristine,

Universitas Sumatera Utara

dan nitrogen mustard. Luas nekrosis bergantung pada jumlah obat yang
mengalami ekstravasasi dan dapat menimbulkan reaksi mulai dari eritema
setempat hingga ulkus kronik. Alopesia merupakan efek samping sebagian
besar obat kemoterapi, rambut kembali setelah 10 hari sampai beberapa
minggu pascaterapi. Reaksi kulit lainnya antara lain hiperpigmentasi,
reaksi fotosensitivitas, pengelupasan kuku, folikulitis, rekalsitrasi radiasi.
3. Sumsum tulang
Efek samping pada sumsum tulang biasanya terdeteksi sekitar 7-10 hari
dalam hal penurunan jumlah sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah
merah dan trombosit. Namun biasanya sekitar seminggu kemudian jumlah
sel darah merah akan kembali normal.
4. Infeksi
Infeksi terjadi karena turunnya jumlah sel darah putih yang fungsi
utamanya adalah melawan infeksi. Tanda dan gejala infeksi adalah panas,
sakit tenggorokan, batuk, gangguan saluran pernapasan, rasa panas saat
kencing, menggigil dan luka yang memerah, bengkak, dan rasa hangat.
5. Anemia
Anemia terjadi karena menurunnya jumlah sel darah merah yang disebut
dengan anemia, dengan tanda-tanda rasa lelah, pusing, sakit kepala, mudah
teriritasi, napas pendek, denyut nadi cepat, dan napas lebih sering dan
cepat.

Universitas Sumatera Utara

6. Perdarahan
Turunnya jumlah trombosit dan platelet dapat menyebabkan rentannya
seseorang mengalami perdarahan, dengan tanda-tanda mudah terluka,
perdarahan sukar berhenti, perdarahan pada gusi, mimisan, luka kecil
cenderung menjadi besar. Trombosit masa hidupnya sekitar 10 hari, jadi
dampak negatif kemoterapi tampak pada hari ke 10 ke atas.
7. Mual dan muntah
Mual dan muntah terjadi akibat adanya kerusakan pada kantong kemih dan
ginjal sehingga kotoran-kotoran kimia sel kanker yang mati oleh obat
kemoterapi atau radiasi tidak dapat dikeluarkan. Maka penting untik
mengkonsumsi air minum atau cairan yang banyak setelah

tindakan

kemoterapi dilakukan.
8. Dehidrasi dan tekanan darah rendah
Kedua hal itu bisa terjadi karena pasien yang mengalami mual enggan
untuk minum atau makan. Dalam keadaan dehidrasi, tekanan darah
cenderung menurun sehingga terjadi hipotensi, akibatnya pusing pada
waktu berdiri, duduk, atau berbaring selain itu juga penderita akan jarang
buang air kecil, atau kencing dalam jumlah sedikit dan berwarna lebih
gelap, serta berat badan juga menurun.
11. Perubahan rasa terhadap makanan
Pasien yang mengeluh perubahan rasa makanan setelah kemoterapi
terutama rasa pahit dapat mengakibatkan penolakan terhadap makanan,
berat badan turun dan anoreksia, sehingga menurunkan kualitas hidup.

Universitas Sumatera Utara

12. Anoreksia
Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya nafsu makan yang
merupakan faktor utama dalam terjadinya malnutrisi pada kanker.
Penurunan nafsu makan oleh berbagai penyebab ini tampaknya merupakan
faktor utama dalam terjadinya penurunan berat badan. Tidak jarang pada
penderita yang mendapat asupan makanan yang adekuat juga mengalami
berat badan karena terjadinya hipermetabolisme pada penderita kanker
(Hardiano, 2015).

Universitas Sumatera Utara