Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) di Kabupaten Tapanuli Selatan
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Aren
Tanaman aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang
sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang
menjulang di atas batang. Sewaktu tanaman masih muda batang aren belum
kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawah
sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat
ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun (Ramadani et al, 2008).
Aren memiliki akar yang dapat tumbuh dalam sampai 10 m dengan akar
serabut berwarna putih kekuningan dan mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman
ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang
tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 % (Khairiyah, 2013).
Daun tanaman aren memiliki panjang hingga 8 m, memiliki anak daun
dengan panjang 1 m atau lebih dan memiliki jumlah 100 atau lebih pada masingmasing sisi. Tanaman aren mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun.
Daun aren muda selalu berdiri tegak di pucuk batang, daun muda yang masih
tergulung lunak seperti kertas. Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan
menyempit ke arah pucuk. Susunan anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip
ikan, sehingga daun aren disebut bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak
berpasangan lagi maka daun aren disebut bersirip ganjil. Pada bagian pangkal
pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna hitam kelam dan dibagian
Universitas Sumatera Utara
atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang berwarna cokelat, sangat
halus dan mudah terbakar (Ramadani et al, 2008).
Bunga aren jantan dan betina adalah terpisah, tangkai perbungaan muncul
dari batang dengan panjang 1-1,5 m (Ramadani et al, 2008). Bunga aren
berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh
pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah.
Proses pembentukan bunga mula-mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh
tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh
secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang, sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.
Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan yang
di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada satu tanaman aren
terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada tandan yang
berbeda. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan, berbentuk bulat telur
memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak tiga helai. Sedangkan bunga
betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal
bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila
proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat. Buah
aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar
90 cm. Untuk tanaman aren yang pertumbuhannya baik, tandan bunga betina
dapat tumbuh 4 - 5 tandan buah (Ramadani et al, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Buah aren termasuk kedalam buah buni, berbentuk peluru dengan ujung
pesok ke dalam, ukuran garis tengah buah sekitar 4 cm, beruang 3, berbiji 3. Buah
tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan buah mempunyai 10 tangkai
atau lebih dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah. Waktu muda
buah berwarna hijau setelah tua menjadi warna kuning kecoklatan. Daging buah
warna kuning keputih putihan, lunak dan dapat menyebabkan gatal pada kulit
karena mengandung kristal kalsium oksalat yang dapat menghambat proses
perkecambahan (Tambunan et al, 2009).
Syarat Tumbuh
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang
khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan
berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu
tinggi (pH tanah terlalu asam). Di Indonesia dapat tumbuh baik dan mampu
berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500 – 800 mdpl.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter dan lebih
dari 800 meter, tanaman aren tetap dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang
memuaskan. Disamping itu, banyaknya curah hujan sangat berpengaruh pada
tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika
diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling
cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai dengan iklim agak basah
(Iswanto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Faktor
lingkungan
tumbuhnya
juga
berpengaruh.
Daerah-daerah
perbukitan yang lembab, dimana disekelilingnya banyak tumbuh tanaman keras,
tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak
membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993).
Eksplorasi dan Identifikasi
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,
mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan
dari kepunahan (Kusumo et al, 2002). Plasma nutfah yang ditemukan diamati sifat
fisik asalnya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman.
Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi dan identifikasi tanaman.
Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi
adalah dengan melakukan pengamatan langsung berbagai informasi dilapangan
mengenai berbagai jenis tanaman, yang memiliki keunggulan spesifik yang
diusahakan oleh masyarakat. Keunggulan spesifik yang dimaksud adalah
keunggulan dalam menampilkan karakter genotipe dan fenotipe yang menjadi
identitas di dalam populasi sesuai dengan keanekaragaman yang dimiliki ,
misalnya tahan hama dan penyakit, produksi tinggi, rasanya enak dan memiliki
peranan penting dibidang sosial dan ekonomi masyarakat lokal (Purwanto, 2000).
Salah satu pendeteksian keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada
umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah,
warna daging buah, aroma, rasa dan banyak karakter lain yang dapat dijadikan
sebagai dasar pencirian. Pengunaan karakter morfologi merupakan metode yang
Universitas Sumatera Utara
mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi hasil karakterisai secara visual. Varietas baru dapat
muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat
penyerbukan silang. Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies
suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan
kekerabatan (Suskendriyati, et al. 2000).
Karakter Fenotip Tanaman
Fenotip adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis,
dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip
dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotip mencakup berbagai
tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotip
adalah sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan diukur sesuasi sifat atau karakter
yang dimiliki. Fenotip sebagian ditentukan oleh genotip individu, sebagian lagi
dari lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat sesuai
dengan interaksi antara genotip dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan
sebagai aspek lingkungan (Wikipedia, 2010).
Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotip, G
berarti genotip, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotip dan
lingkungan. Pengamatan fenotip dapat sederhana (misalnya warna bunga) atau
sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian,
karena ekspresi genetik suatu genotip bertahap dari tingkat molekular hingga
Universitas Sumatera Utara
tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotip dalam
berbagai tingkatan yang berbeda-beda (Wikipedia, 2010).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Selatan
Secara garis besar, kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan, sehingga
diseluruh penampakannya pasti terlihat bukit dimana-mana. Kabupaten ini masih
memiliki daerah reservasi air di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya
akan flora dan fauna yang sudah langka seperti kancil, rusa, kelinci, harimau,
kucing hutan, tapir, anggrek hutan dan lain-lain. Dan sekarang sudah diusulkan
menjadi kawasan Hutan Lindung. Karena sudah sangat rawan dengan perambahan
hutan yang mengancam kehidupan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat
beberapa bukit dan gunung masih belum terpublikasi, antara lain Gunung Lubuk
raya, Gunung Sibual-buali (masih aktif dan memiliki geyser serta sumber air
panas yang terlihat dengan adanya mata air dan kolam pemandian air panas umum
di daerah sipirok (Wikipedia. 2015).
Luas Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4.498,81 km², sedangkan
ketinggian tempat berkisar 0 – 1.925,3 m dpl. Curah hujan di Kabupaten Tapanuli
Selatan cendrung tidak teratur disepanjang tahunnya. Pada bulan maret terjadi
curah hujan tertinggi (1.508 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi pada
bulan Nopember yaitu 22 hari. Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis
0058’35” - 2007’33” Lintang Utara dan 98042’50” - 99034’16” Bujur Timur .
Adapun batas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain (Lampiran 1) :
1. Sebelah Utara
: Kab. Tapanuli Tengah dan Kab. Tapanuli Utara
2. Sebelah Timur
: Kab. Padang Lawas dan Kab. Padang Lawas Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Sebelah Selatan : Kab. Mandailing Natal
4. Sebelah Barat
: Kab. Mandailing Natal dan Samudera Hindia
Dari luasan wilayah tersebut di atas, tersebar pada penggunaan lahan
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Adapun komoditas unggulan yang dimiliki antara lain, 1). Sektor holtikultura
adalah buah salak; 2). Sektor perkebunan adalah karet dan sawit; 3). Sektor
peternakan adalah ternak unggas; 4). Sektor perikanan adalah budidaya air tawar
di danau dan 5). Sektor kehutanan adalah hasil hutan bukan kayu. Mayoritas
masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah bekerja di sektor pertanian yaitu
78,28 % dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, makanan dan penginapan
yaitu 8,76 % dan sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5,27 % (BPS Tapsel, 2016).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah4 Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu, Kecamatan Angkola Selatan, Angkola Barat,
Marancar, dan Sipirok. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Agustus
2016.
Bahan dan Alat
Bahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman aren yang
tumbuh pada lahan perkebunan masyarakatpada duadesa disetiap Kecamatan yang
telah ditentukan.
Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalahgelas ukur, meteran,
Hypsometer Forestry Pro(alat pengukur tinggi pohon),papan merk, spanduk
penelitian,
alat
tulis,
matrik
identifikasi
dan
karakterisasi
tanaman,refractometer(alat pengukur kadar gula)dan kamera digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang merupakan penelitian
eksplorasi dengan cara menjelajah dan mengumpulkan berbagai aksesi tanaman
aren yang ada di sentra-sentra produksi gula aren di dua desa di empat kecamatan
pada Kabupaten Tapanuli Selatan (Lampiran 4).Metode survei yang diterapkan
Universitas Sumatera Utara
adalah observasi langsung pada lokasi sentra-sentra tanaman aren untuk
mengetahui nama lokal, ciri, karakter dan teknik budidaya yang telah dilakukan.
Tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap (Lampiran
2).Tahap pertama adalaheksplorasi dengan metode survei yang pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria yang ada setelah mengetahui
karakteristik populasinya di sentra-sentra produksi gula aren yang bertujuan untuk
mengetahui daerah-daerah sasaran penelitian yang memiliki populasi tanaman
aren.
Tahap kedua adalah identifikasi dan karakterisasi dilakukan berdasarkan
karakter fenotip tanaman menurut IPGRI (International Plant Genetic Resources
Institute, 1995) dengan mengamati objek individu tanaman.IPGRI belum
mengeluarkan descriptor list tanaman aren karena tanaman aren belum familiar
untuk dibudidayakan, namun ini bukan merupakan masalah atau hambatan untuk
dapat mengidentifikasi karakter fenotiptanaman aren karena IPGRI telah
mengeluarkan descriptor list tanaman kelapa yang merupakan satu famili dengan
tanaman aren, maka descriptor list tanaman kelapa tersebut yang dijadikan
sebagai panduandan acuan serta dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk
dapat mengidentifikasi dan mengkarakterisasi tanaman aren.
Tahap ketiga adalah analisis data.Data yang didapatkan dari lapangan
digambarkan secara deskriptif. Selanjutnya,dilakukan analisis data dengan analisa
statistik untuk melihat kesesuaian data jika difaktorkan yaitu dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
analisis faktor dan analisis cluster. Keragaman 80tanaman sampel dianalisis dengan
menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 20 sesuai dengan
metode yang digunakan oleh Amilda (2014) pada penelitian Ekplorasi Pisang
Barangan.
Pada tahap awal dilakukan dua jenis analisa statistik untuk melihat
kesesuaian data jika difaktorkan yaitu Uji Keutuhan Barlett dan Ukuran
Kesesuaian Contoh Kaiser-Meyer-Olkin (KMO).Hasil Uji Keutuhan Barlett nyata
pada nilai p
Morfologi Tanaman Aren
Tanaman aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang
sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang
menjulang di atas batang. Sewaktu tanaman masih muda batang aren belum
kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawah
sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat
ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun (Ramadani et al, 2008).
Aren memiliki akar yang dapat tumbuh dalam sampai 10 m dengan akar
serabut berwarna putih kekuningan dan mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman
ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang
tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 % (Khairiyah, 2013).
Daun tanaman aren memiliki panjang hingga 8 m, memiliki anak daun
dengan panjang 1 m atau lebih dan memiliki jumlah 100 atau lebih pada masingmasing sisi. Tanaman aren mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun.
Daun aren muda selalu berdiri tegak di pucuk batang, daun muda yang masih
tergulung lunak seperti kertas. Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan
menyempit ke arah pucuk. Susunan anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip
ikan, sehingga daun aren disebut bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak
berpasangan lagi maka daun aren disebut bersirip ganjil. Pada bagian pangkal
pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna hitam kelam dan dibagian
Universitas Sumatera Utara
atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang berwarna cokelat, sangat
halus dan mudah terbakar (Ramadani et al, 2008).
Bunga aren jantan dan betina adalah terpisah, tangkai perbungaan muncul
dari batang dengan panjang 1-1,5 m (Ramadani et al, 2008). Bunga aren
berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh
pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah.
Proses pembentukan bunga mula-mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh
tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh
secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang, sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.
Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan yang
di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada satu tanaman aren
terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada tandan yang
berbeda. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan, berbentuk bulat telur
memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak tiga helai. Sedangkan bunga
betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal
bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila
proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat. Buah
aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar
90 cm. Untuk tanaman aren yang pertumbuhannya baik, tandan bunga betina
dapat tumbuh 4 - 5 tandan buah (Ramadani et al, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Buah aren termasuk kedalam buah buni, berbentuk peluru dengan ujung
pesok ke dalam, ukuran garis tengah buah sekitar 4 cm, beruang 3, berbiji 3. Buah
tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan buah mempunyai 10 tangkai
atau lebih dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah. Waktu muda
buah berwarna hijau setelah tua menjadi warna kuning kecoklatan. Daging buah
warna kuning keputih putihan, lunak dan dapat menyebabkan gatal pada kulit
karena mengandung kristal kalsium oksalat yang dapat menghambat proses
perkecambahan (Tambunan et al, 2009).
Syarat Tumbuh
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang
khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan
berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu
tinggi (pH tanah terlalu asam). Di Indonesia dapat tumbuh baik dan mampu
berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500 – 800 mdpl.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter dan lebih
dari 800 meter, tanaman aren tetap dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang
memuaskan. Disamping itu, banyaknya curah hujan sangat berpengaruh pada
tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika
diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling
cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai dengan iklim agak basah
(Iswanto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Faktor
lingkungan
tumbuhnya
juga
berpengaruh.
Daerah-daerah
perbukitan yang lembab, dimana disekelilingnya banyak tumbuh tanaman keras,
tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak
membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993).
Eksplorasi dan Identifikasi
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,
mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan
dari kepunahan (Kusumo et al, 2002). Plasma nutfah yang ditemukan diamati sifat
fisik asalnya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman.
Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi dan identifikasi tanaman.
Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi
adalah dengan melakukan pengamatan langsung berbagai informasi dilapangan
mengenai berbagai jenis tanaman, yang memiliki keunggulan spesifik yang
diusahakan oleh masyarakat. Keunggulan spesifik yang dimaksud adalah
keunggulan dalam menampilkan karakter genotipe dan fenotipe yang menjadi
identitas di dalam populasi sesuai dengan keanekaragaman yang dimiliki ,
misalnya tahan hama dan penyakit, produksi tinggi, rasanya enak dan memiliki
peranan penting dibidang sosial dan ekonomi masyarakat lokal (Purwanto, 2000).
Salah satu pendeteksian keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada
umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah,
warna daging buah, aroma, rasa dan banyak karakter lain yang dapat dijadikan
sebagai dasar pencirian. Pengunaan karakter morfologi merupakan metode yang
Universitas Sumatera Utara
mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi hasil karakterisai secara visual. Varietas baru dapat
muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat
penyerbukan silang. Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies
suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan
kekerabatan (Suskendriyati, et al. 2000).
Karakter Fenotip Tanaman
Fenotip adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis,
dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip
dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotip mencakup berbagai
tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotip
adalah sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan diukur sesuasi sifat atau karakter
yang dimiliki. Fenotip sebagian ditentukan oleh genotip individu, sebagian lagi
dari lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat sesuai
dengan interaksi antara genotip dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan
sebagai aspek lingkungan (Wikipedia, 2010).
Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotip, G
berarti genotip, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotip dan
lingkungan. Pengamatan fenotip dapat sederhana (misalnya warna bunga) atau
sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian,
karena ekspresi genetik suatu genotip bertahap dari tingkat molekular hingga
Universitas Sumatera Utara
tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotip dalam
berbagai tingkatan yang berbeda-beda (Wikipedia, 2010).
Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Selatan
Secara garis besar, kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan, sehingga
diseluruh penampakannya pasti terlihat bukit dimana-mana. Kabupaten ini masih
memiliki daerah reservasi air di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya
akan flora dan fauna yang sudah langka seperti kancil, rusa, kelinci, harimau,
kucing hutan, tapir, anggrek hutan dan lain-lain. Dan sekarang sudah diusulkan
menjadi kawasan Hutan Lindung. Karena sudah sangat rawan dengan perambahan
hutan yang mengancam kehidupan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat
beberapa bukit dan gunung masih belum terpublikasi, antara lain Gunung Lubuk
raya, Gunung Sibual-buali (masih aktif dan memiliki geyser serta sumber air
panas yang terlihat dengan adanya mata air dan kolam pemandian air panas umum
di daerah sipirok (Wikipedia. 2015).
Luas Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4.498,81 km², sedangkan
ketinggian tempat berkisar 0 – 1.925,3 m dpl. Curah hujan di Kabupaten Tapanuli
Selatan cendrung tidak teratur disepanjang tahunnya. Pada bulan maret terjadi
curah hujan tertinggi (1.508 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi pada
bulan Nopember yaitu 22 hari. Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis
0058’35” - 2007’33” Lintang Utara dan 98042’50” - 99034’16” Bujur Timur .
Adapun batas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain (Lampiran 1) :
1. Sebelah Utara
: Kab. Tapanuli Tengah dan Kab. Tapanuli Utara
2. Sebelah Timur
: Kab. Padang Lawas dan Kab. Padang Lawas Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Sebelah Selatan : Kab. Mandailing Natal
4. Sebelah Barat
: Kab. Mandailing Natal dan Samudera Hindia
Dari luasan wilayah tersebut di atas, tersebar pada penggunaan lahan
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Adapun komoditas unggulan yang dimiliki antara lain, 1). Sektor holtikultura
adalah buah salak; 2). Sektor perkebunan adalah karet dan sawit; 3). Sektor
peternakan adalah ternak unggas; 4). Sektor perikanan adalah budidaya air tawar
di danau dan 5). Sektor kehutanan adalah hasil hutan bukan kayu. Mayoritas
masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah bekerja di sektor pertanian yaitu
78,28 % dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, makanan dan penginapan
yaitu 8,76 % dan sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5,27 % (BPS Tapsel, 2016).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah4 Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu, Kecamatan Angkola Selatan, Angkola Barat,
Marancar, dan Sipirok. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Agustus
2016.
Bahan dan Alat
Bahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman aren yang
tumbuh pada lahan perkebunan masyarakatpada duadesa disetiap Kecamatan yang
telah ditentukan.
Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalahgelas ukur, meteran,
Hypsometer Forestry Pro(alat pengukur tinggi pohon),papan merk, spanduk
penelitian,
alat
tulis,
matrik
identifikasi
dan
karakterisasi
tanaman,refractometer(alat pengukur kadar gula)dan kamera digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang merupakan penelitian
eksplorasi dengan cara menjelajah dan mengumpulkan berbagai aksesi tanaman
aren yang ada di sentra-sentra produksi gula aren di dua desa di empat kecamatan
pada Kabupaten Tapanuli Selatan (Lampiran 4).Metode survei yang diterapkan
Universitas Sumatera Utara
adalah observasi langsung pada lokasi sentra-sentra tanaman aren untuk
mengetahui nama lokal, ciri, karakter dan teknik budidaya yang telah dilakukan.
Tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap (Lampiran
2).Tahap pertama adalaheksplorasi dengan metode survei yang pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria yang ada setelah mengetahui
karakteristik populasinya di sentra-sentra produksi gula aren yang bertujuan untuk
mengetahui daerah-daerah sasaran penelitian yang memiliki populasi tanaman
aren.
Tahap kedua adalah identifikasi dan karakterisasi dilakukan berdasarkan
karakter fenotip tanaman menurut IPGRI (International Plant Genetic Resources
Institute, 1995) dengan mengamati objek individu tanaman.IPGRI belum
mengeluarkan descriptor list tanaman aren karena tanaman aren belum familiar
untuk dibudidayakan, namun ini bukan merupakan masalah atau hambatan untuk
dapat mengidentifikasi karakter fenotiptanaman aren karena IPGRI telah
mengeluarkan descriptor list tanaman kelapa yang merupakan satu famili dengan
tanaman aren, maka descriptor list tanaman kelapa tersebut yang dijadikan
sebagai panduandan acuan serta dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk
dapat mengidentifikasi dan mengkarakterisasi tanaman aren.
Tahap ketiga adalah analisis data.Data yang didapatkan dari lapangan
digambarkan secara deskriptif. Selanjutnya,dilakukan analisis data dengan analisa
statistik untuk melihat kesesuaian data jika difaktorkan yaitu dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
analisis faktor dan analisis cluster. Keragaman 80tanaman sampel dianalisis dengan
menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 20 sesuai dengan
metode yang digunakan oleh Amilda (2014) pada penelitian Ekplorasi Pisang
Barangan.
Pada tahap awal dilakukan dua jenis analisa statistik untuk melihat
kesesuaian data jika difaktorkan yaitu Uji Keutuhan Barlett dan Ukuran
Kesesuaian Contoh Kaiser-Meyer-Olkin (KMO).Hasil Uji Keutuhan Barlett nyata
pada nilai p