Prototype Parquet Dari Limbah Batang Aren Arenga pinnata (Wurmb) Merrill

(1)

PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN

Arenga pinnata (Wurmb) Merrill

SKRIPSI

Oleh:

ANDRO TARIGAN

041203010

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN

Arenga pinnata (Wurmb) Merrill

SKRIPSI

Oleh:

ANDRO TARIGAN

041203010

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Prototype Parquet dari Limbah Batang Aren (Arenga pinnata Merrill)

Nama : Andro Tarigan NIM : 041203010

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si

Ketua Anggota

Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS


(4)

ABSTRACT

ANDRO TARIGAN: Prototype Parquet from Waste Palm Trunk. Supervised by ARIF NURYAWAN and LUTHFI HAKIM

The use of solid wood as raw materials in general for parquet is very common and most widely used, in addition to the more difficult to obtain raw materials from solid wood parquet prices also affect the product as a raw material. Utilization of waste is an alternative raw materials for parquet products, one of which has not been researched as a raw material to parquet from the waste stems namely sugar palm (Arenga pinnata). Research was done in Universitas Sumatera Utara and Institut Pertanian Bogor in April 2009 - December 2010. This researched aims to evaluate the feasibility of palm stem near the skin as a raw material for parquet. Samples used are palm trunk near the skin by a factor of the base, middle and end.

Testing the physical and mechanical properties based on the standard BS (British Standard) 373: 1957, obtained an average density value of palm stem near the skin ranges from 0.68 g/cm3 - 1.04 g/cm3, the moisture content ranges from 14.31% - 14.92%, tangential shrinkage values ranging from 3.71% - 5.24%, hardness value ranging from 166.333 kg/cm2 (N/mm2 16:31) - 743.667 kg/cm2 (72.93 N/mm2), the value of fibre stress at limit of proportinality ranges from 80.014 kgf/cm2 - 233.956 kgf/cm2, the value of fibre stress at maximum load (MOR) ranged 645.557 kgf/cm2 - 1230.670 kgf/cm2, modulus of elasticity (MOE) ranged 49349.964 kgf/cm2 - 152,700.642 kgf/cm2, the value of compressive stress at limit of proportinality ranges 79.338 kgf/cm2 - 188.598 kgf/cm2, and the value

of crushing strength at maximum load ranges 117.859 kgf/cm2 - 304.175 kgf/cm2 . Factors palm trunk which shows the real difference is in density and hardness

values, significantly different from the tip of the base and the middle. Keywords: Parquet, stem near the skin


(5)

ABSTRAK

ANDRO TARIGAN : Prototype Parquet dari Limbah Batang Aren. Dibimbing oleh ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM

Penggunaan kayu solid pada umumnya untuk bahan baku parquet sudah sangat lazim dan paling banyak digunakan, selain semakin sulit mendapatkan bahan baku dari kayu solid harga juga mempengaruhi produk parquet sebagai bahan baku. Pemanfaatan limbah merupakan alternatif bahan baku untuk produk parquet, salah satu bahan yang belum diteliti sebagai bahan baku parquet yaitu dari limbah batang aren (Arenga pinnata). Penlitian ini dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara dan Institut Pertanian Bogor pada April 2009 – Desember 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan batang aren dekat kulit sebagai bahan baku parquet. Contoh uji yang digunakan adalah batang aren dekat kulit dengan faktor bagian pangkal, tengah dan ujung.

Pengujian sifat fisis dan mekanis berdasarkan pada standar BS (British Standard) 373 : 1957, diperoleh nilai kerapatan rata-rata batang aren dekat kulit berkisar 0,68 g/cm3 - 1,04 g/cm3, nilai kadar air berkisar 14,31 % - 14,92 %, nilai penyusutan tangensial berkisar 3,71 % - 5,24%, nilai kekerasan berkisar 166,333 kg/cm2 (16.31 N/mm2) – 743,667 kg/cm2 (72.93 N/mm2), nilai tegangan pada batas proporsi berkisar 80,014 kgf/cm2 – 233,956 kgf/cm2, nilai tegangan pada batas patah (MOR) berkisar 645,557 kgf/cm2 – 1.230,670 kgf/cm2, nilai modulus elastisitas (MOE) berkisar 49.349,964 kgf/cm2 – 152.700,642 kgf/cm2, nilai keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada batas proporsi berkisar 79,338 kgf/cm2 – 188,598 kgf/cm2, dan nilai keteguhan tekan tegak lurus serat tegangan maksimum berkisar 117,859 kgf/cm2 – 304,175 kgf/cm2. Faktor batang aren yang menunjukkan perbedaan nyata yaitu pada nilai kerapatan dan kekerasan, bagian ujung berbeda nyata dengan bagian pangkal dan bagian tengah.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe – Sumatera Utara 29 September 1986 dari ayah D. Tarigan dan ibu A. br Barus. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah dijalani :

1. Pendidikan dasar di SD INPRES 047169 Ergaji, lulus tahun 1998

2. Pendidikan lanjutan di SLTP Swasta RK Xaverius I Kabanjahe, lulus tahun 2001

3. Pendidikan menengah di SMA Negeri 17 Medan, lulus tahun 2004

4. Diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru tahun 2004

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah melaksanakan Praktik Pengenalan Pengolahan Hutan (P3H) di hutan pantai dan hutan mangrove di Natal dan hutan pegunungan di Sopotinjak kabupaten Mandailing Natal. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada Unit 2 Air Kemang Sumatera Selatan.

Setelah akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Prototype Parquet Dari Limbah Batang Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merrill.” Penelitian penulis dilaksanakan di bawah bimbimbang bapak Arif Nuryawan S.Hut, M.Si dan bapak Luthfi Hakim S.Hut, M.Si.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkah dan rahmat-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema penelitian ini adalah “ Prototype Parquet Dari Limbah Batang Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merrill.”

Terima kasih disampaikan kepada Bapak Arif Nuryawan S.Hut, M.Si, dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua dan saudara-saudara atas dukungan dan doanya kepada penulis, serta terima kasih kepada bapak G. Pasaribu yang juga telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi penelti di bidang kehutanan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Pohon, Bunga dan Buah Aren... 4

Penyebaran dan Syarat Tumbuh Aren ... 4

Fungsi Konservasi ... 4

Perkembangan dan Aplikasih Parquet ... 5

Gambaran Pasar Parquet ... 7

METODELOGI Lokasih dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat Penelitian ... 10

Bahan Penelitian ... 10

Alat Penelitian ... 10

Metode Penelitian... 11

Persiapan Contoh Uji... 11

Contoh Uji ... 12

Prosedur Pengujian ... 12

Kerapatan ... 13

Kadar Air ... 13

Penyusutan Tangensial ... 14

Kekerasan ... 14

Keteguhan Lentur ... 14

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis ... 16

Kerapatan ... 16

Kadar Air ... 17

Penyusutan Tangensial ... 18

Sifat Mekanis ... 19

Kekerasan ... 20

Tegangan pada Batas Proporsi (Fibre Stress at Limit Proportionality) ... 20


(9)

Tegangan pada Batas Patah / MOR

(Fibre Stress at Maximum Load) ... 21

Modulus Elastisitas / MOE ... 22

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat pada Batas Proporsi (Compressive Stress at Limit Proportinality) ... 23

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat pada Muatan Maksimum (Crushing Stress at Maximum Load) ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

KEPUSTAKAAN ... 26


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. ... Sifat

Fisis batang aren ... 16 2. ... Kelas

kuat kayu ... 17 3. ... Sifat


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. ... Pema

kaian parquet di Jerman berdasarkan jenis parquet ... 7 2. ... Peny

uplai parquet ke Jerman ... 8 3. ... Impo

r parquet tropis, 2001 ... 9 4. ... Pemb

uatan Contoh Uji ... 11 5. ... Grafi

k kerapatan batang areng dekat kulit ... 17 6. ... Grafi

k kadar air batang aren dekat kulit ... 18 7. ... Grafi

k penyusutan tangensial batang aren dekat kulit ... 19 8. ... Grafi

k kekerasan batang aren dekat kulit ... 20 9. ... Grafi

k tegangan pada batas proporsi batang aren dekat kulit ... 21 10. ... Grafi

k tegangan pada batas patah / MOR batang aren dekat kulit ... 22 11. ... Grafi

k modulus elastisitas / MOE batang aren dekat kulit ... 22 12. ... Grafi

k keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsi


(12)

13. ... Grafi k keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum

batang aren dekat kulit... 24

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. ...

One-way ANOVA: Kerapatan (g/cm3) versus Bagian

Batang Aren ... 27 2. ...

One-way ANOVA: Kadar Air (%) versus Bagian Batang Aren ... 28 3. ...

One-way ANOVA: Penyusutan Tangensial (%) versus

Bagian Batang Aren ... 29 4. ...

One-way ANOVA: Kekerasan (kg/cm2) versus Bagian


(13)

5. ... One-way ANOVA: Fibre Stress at Limit Proportionality

(kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren ... 31 6. ...

One-way ANOVA: Modulus of Rupture (kgf/cm2)

versus Bagian Batang Aren... 32 7. ...

One-way ANOVA: Modulus of Elasticity (kgf/cm2)

versus Bagian Batang Aren... 33 8. ...

One-way ANOVA: Compresive Stress at Limit Proporstionality

(kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren ... 34 9. ...

One-way ANOVA: Crushing Stress at Maximum Load

(kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren ... 35 10. ... Tabel

hasil perhitungan sifat fisis dan mekanis batang aren ... 36 11. ... Doku

mentasi Penelitian ... 37

PENDAHULUAN


(14)

ABSTRACT

ANDRO TARIGAN: Prototype Parquet from Waste Palm Trunk. Supervised by ARIF NURYAWAN and LUTHFI HAKIM

The use of solid wood as raw materials in general for parquet is very common and most widely used, in addition to the more difficult to obtain raw materials from solid wood parquet prices also affect the product as a raw material. Utilization of waste is an alternative raw materials for parquet products, one of which has not been researched as a raw material to parquet from the waste stems namely sugar palm (Arenga pinnata). Research was done in Universitas Sumatera Utara and Institut Pertanian Bogor in April 2009 - December 2010. This researched aims to evaluate the feasibility of palm stem near the skin as a raw material for parquet. Samples used are palm trunk near the skin by a factor of the base, middle and end.

Testing the physical and mechanical properties based on the standard BS (British Standard) 373: 1957, obtained an average density value of palm stem near the skin ranges from 0.68 g/cm3 - 1.04 g/cm3, the moisture content ranges from 14.31% - 14.92%, tangential shrinkage values ranging from 3.71% - 5.24%, hardness value ranging from 166.333 kg/cm2 (N/mm2 16:31) - 743.667 kg/cm2 (72.93 N/mm2), the value of fibre stress at limit of proportinality ranges from 80.014 kgf/cm2 - 233.956 kgf/cm2, the value of fibre stress at maximum load (MOR) ranged 645.557 kgf/cm2 - 1230.670 kgf/cm2, modulus of elasticity (MOE) ranged 49349.964 kgf/cm2 - 152,700.642 kgf/cm2, the value of compressive stress at limit of proportinality ranges 79.338 kgf/cm2 - 188.598 kgf/cm2, and the value

of crushing strength at maximum load ranges 117.859 kgf/cm2 - 304.175 kgf/cm2 . Factors palm trunk which shows the real difference is in density and hardness

values, significantly different from the tip of the base and the middle. Keywords: Parquet, stem near the skin


(15)

ABSTRAK

ANDRO TARIGAN : Prototype Parquet dari Limbah Batang Aren. Dibimbing oleh ARIF NURYAWAN dan LUTHFI HAKIM

Penggunaan kayu solid pada umumnya untuk bahan baku parquet sudah sangat lazim dan paling banyak digunakan, selain semakin sulit mendapatkan bahan baku dari kayu solid harga juga mempengaruhi produk parquet sebagai bahan baku. Pemanfaatan limbah merupakan alternatif bahan baku untuk produk parquet, salah satu bahan yang belum diteliti sebagai bahan baku parquet yaitu dari limbah batang aren (Arenga pinnata). Penlitian ini dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara dan Institut Pertanian Bogor pada April 2009 – Desember 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan batang aren dekat kulit sebagai bahan baku parquet. Contoh uji yang digunakan adalah batang aren dekat kulit dengan faktor bagian pangkal, tengah dan ujung.

Pengujian sifat fisis dan mekanis berdasarkan pada standar BS (British Standard) 373 : 1957, diperoleh nilai kerapatan rata-rata batang aren dekat kulit berkisar 0,68 g/cm3 - 1,04 g/cm3, nilai kadar air berkisar 14,31 % - 14,92 %, nilai penyusutan tangensial berkisar 3,71 % - 5,24%, nilai kekerasan berkisar 166,333 kg/cm2 (16.31 N/mm2) – 743,667 kg/cm2 (72.93 N/mm2), nilai tegangan pada batas proporsi berkisar 80,014 kgf/cm2 – 233,956 kgf/cm2, nilai tegangan pada batas patah (MOR) berkisar 645,557 kgf/cm2 – 1.230,670 kgf/cm2, nilai modulus elastisitas (MOE) berkisar 49.349,964 kgf/cm2 – 152.700,642 kgf/cm2, nilai keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada batas proporsi berkisar 79,338 kgf/cm2 – 188,598 kgf/cm2, dan nilai keteguhan tekan tegak lurus serat tegangan maksimum berkisar 117,859 kgf/cm2 – 304,175 kgf/cm2. Faktor batang aren yang menunjukkan perbedaan nyata yaitu pada nilai kerapatan dan kekerasan, bagian ujung berbeda nyata dengan bagian pangkal dan bagian tengah.


(16)

Lantai adalah tempat berpijak di dalam bangunan atau tempat tinggal. Perkembangan peradaban manusia menjadikan lantai sangat dibutuhkan baik segi fungsional maupun segi keindahan (estetika). Lantai tanah yang dipadatkan adalah bentuk awal dari penutup bumi tempat berpijak. Usaha manusia selanjutnya adalah untuk menjaga keamanan dan tuntutan akan kenyamanan. Penutup non permanen pada lantai penduduk tradisional telah dikenal dan selanjutnya menjadi tradisi yang melekat pada suatu daerah untuk tetap memakainya pada saat – saat tertentu. Penutup lantai tersebut tidak dapat menyelesaikan kebutuhan manusia yang terus berkembang. Sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang kian bervariasi, maka lantai merupakan bagian dari bangunan yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan dalam kehidupan sehari – hari . Fungsi lantai antara lain adalah ; menahan air tanah (kesehatan), kebersihan, pembeda jenis ruangan, isolasi temperature udara, tempat instalasi kantor, keindahan.

Lantai sebagai salah satu komponen yang penting pada sebuah bangunan. Pemilihan material penutup lantai yang tepat akan sangat mendukung fungsi dan keindahan bangunan tersebut. Kini, terdapat berbagai macam pilihan material penutup lantai mulai dari textile & carpet, ceramic & stone, laminated flooring, vinyl, wooden parquet, dan sebagainya. Tidak dapat dimungkiri bila nuansa kayu untuk interior ruangan di masa kini tengah menjadi tren yang tidak hanya terjadi di Indonesia, juga di dunia. Lantai kayu atau parquet itu sendiri berasal dari kata parquetry yang berarti seni memasang atau menata bilah-bilah kayu tipis dengan pola geometris pada sebidang lantai (Chaerunnisa, 2008).

Penutup lantai sebagai alat untuk mencapai tujuan keindahan dapat ditampilkan sesuai keinginan melalui pemilihan materil penutup lantai dan warna yang dipilih. Lantai parquet bisa diaplikasikan dengan berbagai gaya rumah, seperti gaya alami dan etnik, juga gaya minimalis dan modern, japanese style, gaya aristokrat Jawa, rumah mediterania, apartemen minimalis, eklektik, rumah tropis, rumah minimalis tropis (Okliviana, 2007).

Penggunaan kayu solid pada umumnya untuk bahan baku parquet sudah sangat lazim dan paling banyak digunakan, selain semakin sulit mendapatkan bahan baku dari kayu solid faktor harga juga sangat mempengaruhi produk parquet sebagai bahan baku (raw material). Batang kayu aren telah dikenal sejak


(17)

lama dan banyak digunakan sebagai bahan untuk peralatan serta untuk lantai pada rumah tradisional. Namun karena pengolahan yang belum maksimal serta perlatan dan ketersediaan bahan kayu sebagai bangunan dari kayu solid masih berlimpah, penggunaan batang kayu aren sebagai bahan bangunan (lantai) sangat minim digunakan. Sampai saat ini nilai dari batang aren hanya digunakan sebagai bahan bakar karena dianggap sebagai limbah atau sisa dari pemanfaatan tanaman aren yang produktif oleh masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui kelayakan batang aren sebagai bahan bangunan (lantai) dari limbah batang aren yang selama ini dianggap limbah oleh masyarakat. Mengingat batang kayu aren memiliki kekerasan yang cukup tinggi dan tekstur yang khas maka penelitian sebagai bahan baku untuk produk parquet perlu dilaksanakan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengevaluasi kelayakan batang aren dekat kulit sebagai bahan baku parquet.

2. Menguji sifat fisis batang aren yang meliputi kerapatan (density), kadar air (moisture content), penyusutan tangensial (tangential shrinkage), dan sifat mekanis yang meliputi kekerasan (hardness), tegangan pada batas proposi (Fibre Stress at Limit Proportionality), tegangan pada batas patah (Fibre Stress at Maximum Load) / MOR, modulus elastisitas (Modulus of Elasticity), dan keteguhan tekan tegak lurus serat (Compressive Strength Perpendicular to Grain).

Manfaat Penelitian

Diharapkan melalui penelitian ini pemanfaatan batang aren lebih maksimal sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dari limbah batang aren serta sebagai informasi untuk pemanfaatan limbah batang aren untuk lebih optimal.

TINJAUAN PUSTAKA

Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan.


(18)

Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (khususnya daun muda untuk pembungkus rokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa mendatang (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenga pinnata (Wurmb) Merr, Arenga undulatitolia Bree, Arenga westerhoutii Grift dan Arenga ambacang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah Arenga pinnata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Bentuk Pohon, Bunga dan Buah Aren

Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah


(19)

daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Penyebaran dan Syarat Tumbuh Aren

Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU - 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar Pasifik. Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hampir diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah. Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Fungsi Konservasi

Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung ke permukaan tanah. Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih


(20)

enam meter pada kedalam tanah, sehingga dapat tumbuh baik pada tebing-tebing dan akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor (Kusumanto, 2008).

Perkembangan dan Aplikasi Parquet

Material kayu untuk parquet di Indonesia, umumnya berjenis kayu jati, kayu merbau, kayu kelapa, kayu sungkai, kayu sonokeling, kayu bangkirai dan kayu ulin yang digunakan oleh arsitek rumah yang akhir - akhir ini terbilang mahal dan agak sulit dicari baik oleh jasa desain interior rumah ataupun walnut atau maple. Bentuk parquet juga beragam mulai dari bujur sangkar, empat persegi panjang atau segitiga, parquet dapat juga dibentuk dengan pola kurva, lingkaran sesuai dengan keinginan (Backrest, 2008).

Laminated flooring adalah material penutup lantai yang material dasarnya adalah high density fiberboard (HDF) dengan permukaan dilapisi decorative paper dan alumunium oxide. Permukaan laminated flooring sangat tajam terhadap gesekan sehingga dapat digunakan pada rumah tinggal maupun commercial area (Chaerunnisa, 2008).

Wooden parquet adalah material penutup lantai yang terbuat dari kayu asli (real wood). Dalam dunia industri, wooden parquet dibagi menjadi dua, yaitu solid wood parquet dan engineered parquet. Permintaan terhadap solid wood mengalami penurunan yang sangat tajam walaupun tren akan penggunaan lantai kayu sedang berlangsung. Faktor harga dan keterbatasan raw material menjadi penyebab turunnya permintaan pasar terhadap solid wood (Chaerunnisa, 2008).

Engineered parquet adalah material penutup lantai yang terbuat dari kayu asli dengan konstruksi berlapis. Tujuan dari konstruksi ini adalah efisiensi dan stabilitas material. Keunggulan engineered parquet adalah tampilan kayunya yang asli dan menempati segmen atas (Chaerunnisa, 2008).

Pada prinsipnya, engineering flooring merupakan lantai kayu yang berasal dari material kayu asli yang dibuat berlapis. Selain dapat memberi kehangatan pada suatu ruangan, melalui kehadirannya mampu pula menambah estetika sebuah hunian. Disadari atau tidak, keberadaannya ternyata tak sekadar sebagai tempat berpijak, melainkan secara langsung dapat mempercantik dan menghidupkan


(21)

sebuah desain ruang, termasuk elemen-elemen yang berada di dalamnya (Chaerunnisa, 2008).

Material kayu selain menawarkan kenyamanan dan keindahan tekstur kayu, kelebihan lainnya mampu membuat ruangan menjadi hangat dan natural. Dengan begitu pemilik rumah merasa nyaman berada di atasnya. Bahkan, ada pula jenis penutup lantai kayu yang mampu menyerap panas dan meredam suara (Chaerunnisa, 2008).

Untuk mengaplikasikan lantai kayu, tentu terkait dengan fungsi dan estetika yang ingin dicapai. Biasanya dengan menggunakan kayu sebagai penutup lantai penampilan ruang cenderung rapi dan bersih. Menggunakan lantai kayu di dalam rumah atau bangunan lain tidak akan membosankan. Sebabnya, kayu menyeimbangkan suhu ruang dan terasa nyaman di telapak kaki serta kayu memiliki serat dan pola yang halus. Selain jenis produk-produk tersebut, terdapat pula material penutup lantai yang bernuansa kayu yaitu vinyl wood plank. Nuansa kayu dari vinyl wood plank dapat diterima sebagai material penutup lantai di rumah tinggal (residential). Kelebihan lain dibandingkan dengan material kayu, vinyl wood plank ini tahan terhadap rayap dan air sehingga perawatannya lebih mudah (Chaerunnisa, 2008).

Lantai parquet pun bisa diaplikasikan di hampir semua desain interior. Mulai dari desain teras luar, desain foyer, tamu, desain ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur sampai desain interior home theater (Backrest, 2008).

Parquet biasanya terdiri atas tiga lapisan, yaitu polyfoam sebagai lapisan terbawah, plywood atau kayu lapis dan kayu parquet. Lapisan polyfoam yang bersentuhan langsung dengan lantai beton berguna sebagai peredam kelembaban dari dalam tanah sehingga kayu lebih awet, dan juga mampu mengurangi penyerapan suhu dingin dari dalam tanah. Berbeda dengan lantai yang dingin di kaki. Padahal masyarakat kita cenderung telanjang kaki di dalam rumah. Karenanya parquet ini dinilai baik untuk kesehatan manula (Okliviana, 2007).

Lapisan plywood pada parquet berfungsi menjaga kestabilan lantai dengan cara mengatur susut muai lantai yang diakibatkan oleh suhu udara yang cukup tinggi. Lapisan plywood biasanya terbuat dari kayu yang empuk dan lapisan


(22)

Gambar 1. Pemakaian parquet di Jerman berdasarkan jenis parquet

Mosaic Multi-layer Solid

1991 (12,8 juta m2 2001 (22,3 juta m2)

Sumber : (Zapata, 2003)

parquet yang terletak paling atas dibuat dari kayu solid seperti jati, oak, mapel, chery, kempas, merbau serta nyatoh (Okliviana, 2007).

Gambaran Pasar Parquet

Salah satu Negara pemimpin pasar untuk produk parquet di Eropa adalah Jerman, pada tahun 2001 memakai 22, 3 juta m2, lebih seperempat dari total pemakaian produk kayu di Eropa dan 75% lebih besar dibandingkan dengan tahun 1991. Kurang lebih 1,8 juta m3 bahan mentah kayu ditemukan digunakan pada tingkatan pemakaian tahun 2001, dimana 0,8 juta m3 adalah hardwood (kayu daun lebar). Parquet biasanya digunakan sebagai lantai pada rumah-rumah (apartemen, ruang dalam suatu rumah, dll) dan bangunan-bangunan institusi ( lobi hotel, gedung olah raga, ruangan rapat, dll) (Zapata, 2003).

Tiga jenis dari parquet yang dipakai di Jerman : mosaic, solid dan multi-layer1. Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi perubahan perubahan pemakaian parquet di Jerman pada parquet multi-layer di tahun 1990-an, sebuah tren tersebut diperkirakan akan berlanjut. Bagian dari parquet multi-layer dalam total pemakaian meningkat dari 48% di tahun 1991 sampai 73% tahun 2001, yang paling banyak mengalami perubahan adalah parquet mosaic (Zapata, 2003).

Impor Jerman yang terbanyak dari parquet : dalam tahun 2001 mengimpor 16,3 juta m2, yang mana merupakan 73% dari total pemakaian parquet. Volume impor tumbuh 127% antara tahun 1991 dan 2001, yang paling banyak adalah

1

Multi-layer parquet terdiri dari panel-panel parquet dari dua atau lebih layer dari kayu (atau

kayu – material dasar) dengan layer bagian atas adalah hardwood (layer yang dipakai)

100

20 80

60

40

0

%

b

a

gi

a


(23)

1991 (7,2 juta m2 2001 (16,3 juta m2)

Lainnya China

Negara-negara Tropis

Negara-negara Skandinavia Eropa Timur

Gambar 2. Penyuplai parquet ke Jerman

Sumber : (Zapata, 2003)

parquet multi-layer, dimana terjadi lonjakan dari 60% dari total impor pada tahun 1991 sampai 76% di tahun 2001 (Zapata, 2003).

Gambar 2 menunjukkan bahwa Negara – Negara Eropa Timur (34%, khususnya Polandia) dan Negara – Negara Skandinavia (24%, khususnya Swedia) adalah penyuplai utama dari impor parquet di Jerman, terutama multi-layer; impor dari Negara – Negara tersebut meningkat tajam antara tahun 1991 dan 2001. Gambar 2 juga menunjukkan bahwa walaupun impor parquet dari Negara – Negara tropis meningkat dari 1,2 juta m2 pada tahun 1991 sampai 1,75 juta m2 pada tahun 2001, menurun jika dibandingkan dari total impor parquet (dari 17% hingga 11% ). Parquet multi-layer dibuat 95% dari total impor parquet dari Negara – Negara tropis pada tahun 2001, naik 38% di tahun 1991, parquet solid yang kebanyakan yang dibuat seimbang. Rerata nilai – nilai unit untuk total parquet impor pada tahun 2001 adalah €18,1/m2 untuk multi-layer, €11,5/m2 untuk solid dan €8,6/m2 untuk parquet mosaic (Zapata, 2003).

Pemakaian Kayu Tropis untuk Produk Parquet

Spesies atau kayu tropis yang paling umum di pasar parquet Jerman adalah merbau (Insia spp), doussié (Afzelia spp), kambala/iriko (Chlorophora

100

20 80

60

40

0

%

b

a

gi

a


(24)

Gambar 3. Impor parquet tropis (% dari 1,75 juta m2), 2001 Sumber : (Zapata, 2003)

Dominasi Suplai Tropis Asia

La innya Ma la ysia Tha ila nd Indonesia

exelsa), dan wénge (Millettia laurentii), juga beberapa spesies Amerika Latin seperti ipé (Tabebuia impetiginosa) dan jatoba (Hymenaea coubaril) (Zapata, 2003).

Gambar 3 menunjukkan bahwa tiga Negara yang dihitung 97% yaitu impor parquet tropis Jerman tahun 2001, semuanya adalah Negara Asia; 3% lagi adalah impor tropis yang didistribusikan antara 17 negara-negara lainnya. Kira – kira 0,27 juta m2 dari parquet yang juga diproduksi di Jerman berasal dari kayu tropis. Oleh karena itu pemakaian total Jerman lebih kurang 2 juta m2 parquet tropis pada tahun 2001. Hal tersebut berarti, dapat dianggap tidak ada ekspor parquet dari Jerman, parquet tropis memegang 12% bagian dari total parquet yang dipakai di Jerman pada tahun itu (Zapata, 2003).

METODELOGI PENELITIAN


(25)

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Workshop Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk pengerjaan sampel penggergajian dan pengujian sifat fisis dan Laboratorium Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor untuk pengujian sifat mekanis (sampel dikirim). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai Desember 2010.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang aren yang tidak produktif lagi yaitu pohon yang tidak berproduksi lagi secara alami, namun tidak ada patokan umur untuk dapat dikategorikan sebagai bahan baku. Aren yang sudah tua ditandai apabila bunga aren (bungan jantan dan atau betina) tumbuh pada bagian batang yang paling dekat dengan permukaan tanah.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain chain saw untuk memotong batang aren yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan prototype parquet. Meteran digunakan untuk mengukur panjang batang aren yang akan dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu bagian pangkal, tengah dan ujung, serta bagian yang akan diambil dari masing-masing bagian tersebut. Band saw atau Circular saw digunakan untuk memotong dan membelah bahan baku sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Oven digunakan untuk mengeringkan contoh uji agar nilai kadar air dari contoh uji dan produk dapat diketahui, kadar air contoh uji setelah pengeringan adalah sebesar 1%. Mesin amplas digunakan untuk menghaluskan permukaan contoh uji atau produk yang akan digunakan, selain untuk kerapihan juga untuk stabilitas dimensi. Timbangan digunakan untuk mendapatkan berat contoh uji dan produk, kalifer digunakan untuk menentukan dimensi contoh uji. Universal Testing Machine digunakan untuk pengujian sifat fisis dan mekanis contoh uji.


(26)

1/3 pjg btg

6 cm 2 cm

2 cm

a

c

b

1/3 pjg btg

1/3 pjg btg

1/3 pjg btg

2 cm 2 cm

Persiapan Contoh Uji

1. Diambil/ditebang salah satu pohon aren yang tidak produktif lagi

2. Pohon yang sudah rebah dibersihkan dan diratakan pada bagian pangkal dan ujung, kemudian dibagi menjadi tiga bagian dengan panjang sama pada bagian pangkal, tengah dan ujung

3. Dibagi menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran sebelumnya

4. Bagian dari masing – masing bagian tersebut dibelah dan dipotong sesuai dengan ukuran contoh uji

Gambar 4. Pembuatan Contoh Uji

Keterangan gambar :

a. batang aren yang akan diambil bagian pangkal, tengah dan ujung

b. batang aren yang telah dipotong bagian pangkal, tengah, ujung dengan ukuran 1/3 panjang batang


(27)

c. contoh uji yang akan diujikan kerapatan, kadar air, penyusutan, kekerasan, kekuatan lentur dan keteguhan tekan tegak lurus serat.

Contoh uji

Contoh uji yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut adalah contoh uji yang akan dujikan sesuai dengan standar BS (British Standard) 373 :1957. Adapun ukuran contoh uji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ukuran contoh uji kerapatan dan kadar air 2 cm x 2 cm x 2 cm 2. Ukuran contoh uji penyusutan 2,54 cm x 2,54 cm x 10,16 cm 3. Ukuran contoh uji kekerasan 6 cm x 2 cm x 2 cm

4. Ukuran contoh uji MOE dan MOR 30 cm x 2 cm x 2 cm 5. Ukuran contoh uji tekan tegak lurus serat 2 cm x 2 cm x 2 cm

Pengujian untuk cotoh uji dilakukan ulangan sebanyak tiga kali dengan standar BS (British Standard) 373 :1957

Prosedur Pengujian

Pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan berdasarkan standar BS (British Standard) 373 :1957. Hasil pengujian dikoreksi dengan kerapatan, penyusutan tangensial, dan kekerasan masing - masing contoh uji dan dicocokkan dengan produk parquet yang paling umum diproduksi dan digunakan di Eropa yaitu produk dari kayu Europan oak (Quercus robur) atau produk yang berasal dari kayu tropis yaitu merbau (Intsia spp). Pengujian sifat fisis produk parquet melalui kerapatan, kadar air, penyusutan tangensial, dan sifat mekanis melalui kekerasan, tegangan pada batas proporsi, tegangan pada batas patah (MOR), modulus elastisitas (MOE), keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsinal dan pada muatan maksimum. Untuk pengolahan data digunakan aplikasi Minitab®, pengujian lanjutan yang dipakai adalah One-way ANOVA antara sifat fisis dan mekanis (Response) dan bagian batang aren (Factor) dengan tingkat kepercayaan 95%. Sehingga kita dapat mengetahui nilai-nilai sifat fisis dan mekanis dari batang aren dekat kulit tersebut bagian mana yang memberikan pengaruh nyata untuk tiap-tiap pengujian.


(28)

Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara, disiapkan contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Contoh uji akan diukur berat dan volumenya setelah dikondisikan dengan pengaturan suhu kamar sampai berat contoh uji konstan

Dihitung kerapatan dengan rumus :

=

Keterangan:

: kerapatan (g/cm³)

: berat contoh uji kering udara (g) : volume contoh uji kering udara (cm³)

Kadar Air

Disiapkan contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Contoh uji kemudian dikeringudarakan dengan pengaturan suhu kamar sampai berat contoh uji konstan, lalu ditimbang untuk menentukan berat kering udara. Contoh uji yang telah kering udara dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103 ± 2) 0C selama 48 jam dan ditimbang beratnya sampai didapatkan berat konstan (berat kering oven).

Dihitung kadar airnya dengan rumus :

KA kering udara =

Penyusutan Tangensial

Disiapkan contoh uji berukuran 1 inch x 1 inch x 4 inch. Contoh uji ditimbang dan diukur sebelum pengeringan dan setelah pengeringan berikutnya, pada keduanya saat kering udara dan pada kondisi kering oven. Contoh uji


(29)

diletakkan pada para-para dengan ventilasi sampai kadar air seragam kira – kira mencapai kadar air 12 %, kemudian contoh uji ditempatkan ke dalam oven sampai berat konstan pada 100 – 105 o C

Ditentukan persen penyusutan dengan rumus :

ß(%) =

ß = Penyusutan dari kadar air kering udara ke kadar air kering oven

Kekerasan

Disiapkan contoh uji berukuran 6 cm x 2 cm x 2 cm. Penentuan kekerasan dilakukan dengan menumbukkan logam setengah bola pada arah lebar dengan kedalaman 0,002 inch dan diameter bola 0,444 ± 0,222 inch. Untuk tingkat penetrasi alat penguji kekerasan adalah dengan kecepatan 0, 25 inch/menit. Hasil untuk nilai kekerasan akan tercatat pada saat pengujian.

Keteguhan Lentur

Ukuran contoh uji untuk standar 2 cm adalah 2 cm x 2 cm x 30 cm. Titik pembebanan adalah 1 titik gaya yang dimuat pada bagian tengah. Jarak antara satu tumpuan dengan yang lainnya adalah 28 cm. Muatan beban untuk standar 2 cm bergerak dengan kecepatan konstan 0,26 inch/menit

Nilai yang dihitung :

Tegangan pada batas proporsi = (Fibre stress at Limit Proportionality)

Tegangan pada batas patah =

(Fibre Stress at Maximum Load) / MOR

Modulus Elastisitas (MOE) =

Keterangan : b = Breadth


(30)

h = Depth

L = Span = 28 cm P = Maximum load

P` = Load at limit of proportionality

` = Deflection at mid length at limit of proportionality

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat

Disiapkan contoh uji berbentuk kubus dengan ukuran 2 cm pada setiap sisinya. Contoh uji dimuatkan pada alat dengan kecepatan alat konstan 0,025 inch/menit. Kurva muatan tekan akan diplotkan dalam poin ketika tekan pada contoh uji mencapai 0,1 inch. Contoh uji dimuat pada arah lebar atau pada arah tangensial. Muatan – kurva tekan berasal dari

P’ = Muatan pada batas proporsi

P” = Muatan pada saat alat mencapai kedalaman tekan 0,1 inch

P = Muatan maksimum jika dicapai pemampatan kurang dari 0,1 inch Nilai yang dihitung :

Keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsional =

Keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum = P = Muatan maksimum (kgf)

A = Luas penampang (cm2)

HASIL DAN PEMBAHSAN

Sifat Fisis

Hasil pengujian sifat fisis batang aren dekat kulit yang meliputi pengujian kerapatan, kadar air, dan penyusutan tangensial disajikan pada Tabel 1.


(31)

Tabel 1. Sifat Fisis batang aren

Sifat Bagian batang

Rata-rata

Pangkal Tengah Ujung

1. Kerapatan (g/cm3) 1,04 1,02 0,68 0,91

2. Kadar Air (%) 14,92 14,31 14,92 14,72

3. Penyusutan Tangensial (%) 4,47 3,71 5,24 4,47

Kerapatan

Kerapatan merupakan perbandingan antara massa benda terhadap volumenya atau banyaknya massa zat per satuan volume. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kerapatan batang aren (Tabel 1) berkisar antara 0,68 g/cm3 - 1,04 g/cm3, dengan rata-rata 0,91 g/cm3. Nilai kerapatan tertinggi berdasarkan ketinggian batang pada bagian pangkal menurun kearah bagian tengah dan bagian ujung. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Kerapatan (g/cm3) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang aren berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan ( Lampiran 1 ). Kerapatan yang tinggi terdapat pada pangkal dan tengah berbeda pada bagian ujung (Gambar 5). Jika dibandingkan dengan produk parquet yang berasal dari kayu Euroean oak yang memiliki kerapatan 0,43 g/cm3 - 0,96 g/cm3 dan kayu Merbau yang memiliki kerapatan 0,63 g/cm3 – 1,04 g/cm3, maka batang aren dekat kulit dapat dikatakan layak utuk menjadi bahan baku parquet (Zapata, 2003). Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka kelas kuat batang aren termasuk kelas kuat II-I (Martawijaya dkk, 1989). Berat jenis ekivalen dengan kerapatan dimana berat jenis merupakan perbandingan kerapatan dengan kerapatan benda standar yaitu air (kerapatan = 1 g/cm3), karena parameter dalam Martawijaya (1989) salah satunya adalah berat jenis untuk menduga kelas kuat kayu.

Tabel 2. Kelas kuat kayu

Kelas kuat Berat jenis Keteguhan lentur mutlak (kg/cm2

Keteguhan tekan mutlak (kg/cm2) I Lebih dari 0,90 Lebih dari 1100 Lebih dari 650 II 0,60 – 0,90 725 – 1100 435 – 650


(32)

III 0,40 – 0,60 500 – 725 300 – 425 IV 0,30 – 0,40 360 – 500 215 – 300 V Kurang dari 0,30 Kurang dari 360 Kurang dari 215 Sumber: Martawijaya dkk, 1989

Uj ung Tengah

Pangkal 1.1

1.0

0.9

0.8

0.7

Bagian Batang Aren

K

e

rap

at

an

(

k

g/

cm

^

3)

Gambar 5. Grafik kerapatan batang areng dekat kulit

Kadar Air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air batang aren dekat kulit (Tabel 1) berkisar antara 14,31 % - 14,92 %, dengan rata-rata 14,72 %. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Kadar Air (%) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air (Lampiran 2). Akan tetapi seperti pada Gambar 6, kecenderungan nilai kadar air menurun dari pangkal ke tengah dan naik pada bagian ujung. Nilai kerapatan kayu Euroean oak untuk produk parquet adalah sebesar 12% (Zapata, 2003) yang berarti berada pada kondisi kering udara tidak jauh berbeda dengan batang aren dekat kulit tersebut. Perbedaan kadar air dapat disebabkan oleh perbedaan penyusun dari batang aren tersebut serta pori dan zat pati yang masih tersisa pada bagian ujung.


(33)

Uj ung Tengah

Pangkal 16.0

15.5

15.0 14.5

14.0

Bagian Batang Aren

K

ad

ar

A

ir

(

%

)

Gambar 6. Grafik kadar air batang aren dekat kulit

Penyusutan Tangensial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penyusutan tangensial batang aren dekat kulit (Tabel 1) berkisar antara 3,71 % - 5,24 % dengan rata-rata 4,47%. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Penyusutan Tangensial (%) versus Bagian Batang Aren) bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap penyusutan tangensial (Lampiran 3). Akan tetapi seperti pada Gambar 7, nilai penyusutan yang paling kecil terdapat pada batang bagian tengah. Penyusutan yang lebih besar pada bagian pangkal disebabkan oleh karena adanya rongga yang lebih banyak dimana patinya telah mengalami pelapukan seingga jumlah rongga dan pori menjai lebih banyak jumlah nya. Sedangkan pada bagian ujung memiliki kadar pati yang jauh lebih tinggi sehingga penyusutannya lebih besar. Jika dibandingkan dengan penyusutan tangensial kayu Euroean oak yang berkisar antara 7,8 % - 10,0 % (Zapata, 2003) maka dapat dikatakan batang aren dekat kulit layak untuk bahan baku parquet dari nilai penyusutan.


(34)

Uj ung Tengah Pangkal 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5

Bagian Batang Aren

P e n yu su tan T an ge n si al ( % )

Gambar 7. Grafik penyusutan tangensial batang aren dekat kulit

Sifat Mekanis

Hasil pengujian sifat mekanis batang aren dekat kulit yang meliputi pengujian kekerasan, tegangan pada batas proporsi, tegangan pada batas patah (MOR), modulus elastisitas (MOE), keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsi dan keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Mekanis batang aren

Sifat Bagian batang Rata-rata

Pangkal Tengah Ujung

1. Kekerasan (kg/cm2) 743,667 736,667 166,333 548,889

2. Tegangan pada batas proporsi

(kgf/cm2)

233,956 194,420 80,014 169,463

3. Tegangan pada batas patah /

MOR (kgf/cm2)

1.230,670 1.128,782 645,557 1.001,669

4. Modulus elastisitas / MOE

(kgf/cm2)

152.700,6 42 124.269,7 47 49.349, 964 108.773,4 51

5. Keteguhan tekan tegak lurus serat

pada batas proporsi (kgf/cm2)

188,598 164,854 79,338 144,263

6. Keteguhan tekan tegak lurus serat

muatan maksimum (kgf/cm2)


(35)

Kekerasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 166,333 kg/cm2 (16.31 N/mm2) - 743,667 kg/cm2 (72.93 N/mm2), dengan rata-rata 548,889 kg/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Kekerasan (kg/cm2) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai kekerasan terutama pada bangian ujung (Lampian 4). Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada bagian pangkal, kemudian lebih rendah pada bagian tengah dan bagian ujung. Pada Gambar 8, nilai kekerasan tertinggi terdapat pada bagian pangkal. Jika dibandingkan dengan kekerasan kayu Euroean oak yang memiliki kekerasan sebesar 45 N/mm2 (Zapata, 2003) maka bagian pangkal dan tengah layak sebagai bahan baku parquet, sedangkan bagian ujung dapat dikatakan tidak layak karena nilai kekerasan yang terlalu kecil.

Uj ung Tengah Pangkal 900 800 700 600 500 400 300 200 100

Bagian Batang Aren

K e k e ras an ( k g/ cm ^ 2)

Gambar 8. Grafik kekerasan batang aren dekat kulit

Tegangan pada Batas Proporsi (Fiber Stress at Limit Propotionality)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tegangan pada batas proporsi batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 80,014 kgf/cm2- 233,956 kgf/cm2, dengan rata-rata 169,463 kgf/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Fibre Stress at Limit Proportionality (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren) bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai tegangan pada batas proporsi (Lampiran 5). Akan tetapi kecenderungan nilai tegangan pada batas proporsi menurun dari pangkal, tengah


(36)

sampai ujung (Gambar 9). Jika dibandingkan dengan nilai tegangan pada batas proporsi pada merbau 632 kgf/cm2, nilainya lebih rendah (Martawijaya dkk, 1989). Uj ung Tengah Pangkal 350 300 250 200 150 100 50

Bagian Batang Aren

F ib re S tr e ss at L im it P rop or ti on ( k gf /c m ^ 2)

Gambar 9. Grafik tegangan pada batas proporsi batang aren dekat kulit

Tegangan pada Batas Patah / MOR (Fiber Stress at Maximum Load)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tegangan pada batas patah / MOR batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 645,557 kgf/cm2 - 1.230,670 kgf/cm2, dengan rata-rata 1.001,669 kgf/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Modulus of Rupture (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai tegangan pada batas patah / MOR (Lampiran 6). Akan tetapi seperti pada Gambar 10, kecenderungan nilai MOR menurun dari pangkal, tengah sampai ujung. Jika dibandingkan dengan nilai MOR pada Gewang yang memiliki MOR sebesar 330 kgf/cm2 sampai 899 kgf/cm2 maka MOR batang aren dekat kulit lebih tinggi (Prasetiyo dkk, 2008).


(37)

Uj ung Tengah Pangkal 1750 1500 1250 1000 750 500

Bagian Batang Aren

M od u lu s of R u p tu re ( k gf /c m ^ 2)

Gambar 10. Grafik tegangan pada batas patah / MOR batang aren dekat kulit

Modulus Elastisitas / MOE

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MOE batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 49.349,964 kgf/cm2 - 152.700,642 kgf/cm2, dengan rata-rata 108.773,451 kgf/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Modulus of Elasticity (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE (Lampiran 7). Akan tetapi seperti pada Gambar 11, kecenderungan nilai MOE menurun dari pangkal, tengah sampai ujung. Jika dibandingkan dengan nilai MOE pada kelompok palma-palmaan seperti halnya Gewang memiliki nilai MOE yang lebih rendah sebesar 34.069 kgf/cm2 - 92.459 kgf/cm2, berbeda dengan merbau yang memiliki MOE sebesar 158.000 kgf/cm2 (Prasetiyo dkk, 2008).

Uj ung Tengah Pangkal 200000 150000 100000 50000

Bagian Batang Aren

M od u lu s of E las ti ci ty (k gf /c m ^ 2)


(38)

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat pada Batas Proporsi (Compressive Stress at Limit Proporstionality)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsi batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 79,338 kgf/cm2 - 188,598 kgf/cm2, dengan rata-rata 144,263 kgf/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Compressive Stress at Limit Proporstionality (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai tekan tegak lurus serat pada batas proporsi (Lampiran 8). Akan tetapi seperti pada Gambar 12, kecenderungan nilai tekan tegak lurus serat pada batas proporsi menurun dari pangkal, tengah sampai ujung.

Uj ung Tengah Pangkal 250 200 150 100 50

Bagian Batang Aren

C om p re ss ive S tr e ss at L im it P rop or ti on al it y (k gf /c m ^ 2)

Gambar 12. Grafik keteguhan tekan tegak lurus serat pada batas proporsi batang

aren dekat kulit

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat pada Muatan Maksimum (Crushing Stress at Maximum Load)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum batang aren dekat kulit (Tabel 3) berkisar antara 117,859 kgf/cm2 - 304,175 kgf/cm2, dengan rata-rata 225,554 kgf/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam (One-way ANOVA: Crushing Stress at Maximum Load (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren), bahwa faktor ketinggian batang tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum (Lampiran 9). Akan tetapi seperti pada Gambar 13,


(39)

kecenderungan nilai tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum memilik nilai yang berbeda, dengan nilai lebih besar pada bagian tengah dan nilai paling rendah terdapat pada bagian ujung.

Uj ung Tengah

Pangkal 400

350 300 250 200 150 100

Bagian Batang Aren

C

ru

sh

in

g

S

tr

e

ss

at

M

axi

m

u

m

L

oad

(

k

gf

/c

m

^

2)

Gambar 13. Grafik keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum


(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sifat fisis dan mekanis batang aren dekat kulit kecenderungannya menurun dari batang pangkal sampai ujung

2. Bagian batang aren yang memberikan pengaruh nyata terdapat pada pengujian sifat fisis yaitu kerapatan dan sifat mekanis yaitu kekerasan, sedangkan untuk pengujian yang lainnya tidak berpengaruh nyata.

3. Nilai kerapatan, kadar air dan penyustan tangensial batang aren menjadikannya layak sebagai bahan baku parquet, sedangkan nilai kekerasan batang aren hanya bagian pangkal dan bagian tengah yang layak sebagai baha baku parquet

4. Nilai kerapatan batang aren dekat kulit berkisar antara 0,68 g/cm3 - 1,04 g/cm3, dengan rata-rata 0,91 g/cm3,nilai kadar air batang aren dekat kulit berkisar antara 14,31 % - 14,92 %, dengan rata-rata 14,72 %, nilai penyusutan tangensial berkisar antara 3,71 % - 5,24 % dengan rata-rata 4,47%

5. Nilai kekerasan batang aren dekat kulit berkisar antara 166,333 kg/cm2 - 743,667 kg/cm2, dengan rata-rata 548,889 kg/cm2

6. Nilai tegangan pada batas batah / MOR batang aren dekat kulit berkisar antara 645,557 kgf/cm2 - 1.230,670 kgf/cm2, dengan rata-rata 1001.669,459 kgf/cm2

7. Nilai MOE batang aren dekat kulit berkisar antara 49.349,964 kgf/cm2 - 152.700,642 kgf/cm2, dengan rata-rata 108.773,451 kgf/cm2

8. Nilai keteguhan tekan tegak lurus serat pada muatan maksimum batang aren dekat kulit berkisar antara 117,859 kgf/cm2 - 304,175 kgf/cm2,dengan rata-rata 225,554 kg/cm2.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melihat variasi umur yang berbeda, serta penelitian dengan jenis palma-palmaan yang belum dimanfaatkan limbahnya.


(41)

KEPUSTAKAAN

British Standard Association. 1957. British Standard : Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber BS 737:1957. England.

Desain Bangun Renovasi Arsitektur Rumah. 2008. Mempercantik Lantai Kayu. http://bangun-renovasi-rumah.com/wordpress/mempercantik-lantai-kayu-2/. Medan.[14-12-2008].

Desain Interior Rumah / Interior Apartemen dengan Lantai Parket / Parquet Floor. 2008. Desain Interior Rumah / Interior Apartemen dengan Lantai Parket / Parquet Floor. http://backrest.wordpress.com/2008/11/06/desain-interior-rumah-interior-apartemen-dengan-lantai-parket-parquet-floor/. Medan.[14-12-2008].

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2008. Budidaya Tanaman Aren. http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc. Medan. [17-12-2008].

Kusumanto, Dian. 2007. nama-aren-di-berbagai-daerah.html. Medan. [16-11-2008].

Martawijaya, A. dkk.: 1989. Atlas Kayu Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. Bogor.

Segalanya Tentang Rumah. 2007. Parquet, Lantai Kayu Yang Rumit Nan Menawan.

http://duniarumah.com/news/parquet-lantai-kayu-yang-rumit-nan-menawan.deo. Medan. [14-12-2008].

Subyakto, Prasetiyo, K.W.,Subiyanto, B dan Naiola B.P. 2008. Sifat Fisik dan Mekanik Batang Gewang (Corypha utan Lamk.) dari Nusa Tenggara Timur. Journal Tropical Wood Science and Technology 6 (1): hlm 3-5. Zapata, Jhony. 2003. Bolivian woods coulds find a niche in the German parquet


(42)

Lampiran 1

One-way ANOVA: Kerapatan (g/cm3) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 0,24494 0,12247 59,30 0,000** Error 6 0,01239 0,00207

Total 8 0,25734

S = 0,04544 R-Sq = 95,18% R-Sq(adj) = 93,58%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+ Pangkal 3 1,0421 0,0275 (---*----) Tengah 3 1,0167 0,0736 (---*---) Ujung 3 0,6802 0,0039 (---*----)

---+---+---+---+ 0,75 0,90 1,05 1,20 Pooled StDev = 0,0454

Boxplot of Kerapatan (g/cm^3)

Uj ung Tengah

Pangkal 1.1

1.0

0.9

0.8

0.7

Bagian Batang Aren

K

e

rap

at

an

(

k

g/

cm

^

3)

Keterangan :


(43)

Lampiran 2

One-way ANOVA: Kadar Air (%) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 0,736 0,368 1,02 0,416** Error 6 2,169 0,361

Total 8 2,905

S = 0,6012 R-Sq = 25,35% R-Sq(adj) = 0,46%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+--- Pangkal 3 14,921 0,565 (---*---) Tengah 3 14,314 0,428 (---*---)

Ujung 3 14,921 0,763 (---*---) ---+---+---+---+--- 13,80 14,40 15,00 15,60 Pooled StDev = 0,601

Boxplot of Kadar Air (%)

Uj ung Tengah

Pangkal 16.0

15.5

15.0

14.5

14.0

Bagian Batang Aren

K

ad

ar

A

ir

(

%

)

Keterangan :


(44)

Lampiran 3

One-way ANOVA: Penyusutan Tangensial (%) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 3,492 1,746 2,77 0,141** Error 6 3,785 0,631

Total 8 7,278

S = 0,7943 R-Sq = 47,99% R-Sq(adj) = 30,65%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ----+---+---+---+--- Pangkal 3 4,4694 0,5677 (---*---)

Tengah 3 3,7139 0,1225 (---*---)

Ujung 3 5,2397 1,2472 (---*---) ----+---+---+---+--- 3,0 4,0 5,0 6,0 Pooled StDev = 0,7943

Boxplot of Penyusutan Tangensial (%)

Uj ung Tengah Pangkal 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5

Bagian Batang Aren

P e n yu su tan T an ge n si al ( % ) Keterangan :


(45)

Lampiran 4

One-way ANOVA: Kekerasan (kg/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 658643 329321 16,41 0,004** Error 6 120412 20069

Total 8 779055

S = 141,7 R-Sq = 84,54% R-Sq(adj) = 79,39%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev -+---+---+---+--- Pangkal 3 743,7 231,2 (---*---) Tengah 3 736,7 57,4 (---*---) Ujung 3 166,3 58,8 (---*---)

-+---+---+---+--- 0 250 500 750

Pooled StDev = 141,7

Boxplot of Kekerasan (kg/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 900 800 700 600 500 400 300 200 100

Bagian Batang Aren

K e k e ras an ( k g/ cm ^ 2) Keterangan :


(46)

Lampiran 5

One-way ANOVA: Fibre Stress at Limit Proportionality (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 38350 19175 3,75 0,088** Error 6 30689 5115

Total 8 69039

S = 71,52 R-Sq = 55,55% R-Sq(adj) = 40,73%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev --+---+---+---+--- Pangkal 3 233,96 20,09 (---*---) Tengah 3 194,42 119,43 (---*---) Ujung 3 80,01 26,05 (---*---)

--+---+---+---+--- 0 100 200 300

Pooled StDev = 71,52

Boxplot of Fibre Stress at Limit Proportionality (kg/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 350 300 250 200 150 100 50

Bagian Batang Aren

F ib re S tr e ss at L im it P rop or ti on al it y (k gf /c m ^ 2) Keterangan :


(47)

Lampiran 6

One-way ANOVA: Modulus of Rupture (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 586244 293122 2,09 0,204** Error 6 839706 139951

Total 8 1425950

S = 374,1 R-Sq = 41,11% R-Sq(adj) = 21,48%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+- Pangkal 3 1230,7 76,2 (---*---) Tengah 3 1128,8 591,1 (---*---) Ujung 3 645,6 254,1 (---*---)

---+---+---+---+- 500 1000 1500 2000 Pooled StDev = 374,1

Boxplot of Modulus of Rupture (kgf/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 1750 1500 1250 1000 750 500

Bagian Batang Aren

M od u lu s of R u p tu re ( k gf /c m ^ 2) Keterangan :


(48)

Lampiran 7

One-way ANOVA: Modulus of Elasticity (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 17102652485 8551326242 3,93 0,081** Error 6 13055184065 2175864011

Total 8 30157836550

S = 46646 R-Sq = 56,71% R-Sq(adj) = 42,28%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+--- Pangkal 3 152701 12631 (---*---) Tengah 3 124270 77249 (---*---) Ujung 3 49350 20015 (---*---)

---+---+---+---+--- 0 60000 120000 180000 Pooled StDev = 46646

Boxplot of Modulus of Elasticity (kgf/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 200000 150000 100000 50000

Bagian Batang Aren

M od u lu s of E las ti ci ty (k gf /c m ^ 2) Keterangan :


(49)

Lampiran 8

One-way ANOVA: Compresive Stress at Limit Proporstionality (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 19815 9907 3,55 0,096** Error 6 16725 2787

Total 8 36539

S = 52,80 R-Sq = 54,23% R-Sq(adj) = 38,97%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+ Pangkal 3 188,60 60,84 (---*---) Tengah 3 164,85 43,98 (---*---) Ujung 3 79,34 52,22 (---*---)

---+---+---+---+ 70 140 210 280 Pooled StDev = 52,80

Boxplot of Compressive Stress at Limit Proportionality (kgf/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 250 200 150 100 50

Bagian Batang Aren

C om p re si ve S tr e ss at L im it P rop or st ion al it y (k gf /c m ^ 2) Keterangan :


(50)

Lampiran 9

One-way ANOVA: Crushing Stress at Maximum Load (kgf/cm2) versus Bagian Batang Aren

Source DF SS MS F P Bagian Batang Aren 2 55874 27937 3,56 0,095** Error 6 47025 7838

Total 8 102900

S = 88,53 R-Sq = 54,30% R-Sq(adj) = 39,07%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev -+---+---+---+--- Pangkal 3 254,63 108,81 (---*---) Tengah 3 304,17 82,45 (---*---) Ujung 3 117,86 69,81 (---*---)

-+---+---+---+--- 0 120 240 360

Pooled StDev = 88,53

Boxplot of Crusing Stress at Maximum Load (kgf/cm^2)

Uj ung Tengah Pangkal 400 350 300 250 200 150 100

Bagian Batang Aren

C ru sh in g S tr e ss at M axi m u m L oad ( k gf /c m ^ 2) Keterangan :


(51)

Lampiran 10

Tabel hasil perhitungan sifat fisis dan mekanis batang aren

Pengujian Bagian Ulangan Rata – rata

1 2 3

Kerapatan Pangkal 1,05 1,01 1,06 1,04 Tengah 1,07 0,93 1,05 1,02 Ujung 0,68 0,68 0,68 0,68 Kadar Air Pangkal 14,29 15,11 15,37 14,92 Tengah 14,53 14,59 13,82 14,31 Ujung 15,80 14,45 14,51 14,92 Penyusutan

Tangensial

Pangkal 4,63 4,94 3,84 4,47 Tengah 3,69 3,85 3,60 3,71 Ujung 5,97 3,80 5,95 5,24 Kekerasan Pangkal 866 477 888 743,667 Tengah 800 722 688 736,667 Ujung 233 144 122 166,333 Tegangan pada

batas proporsi

Pangkal 211,9761 238,5305 251,3624 233,956 Tengah 166,8792 91,1703 325,2105 194,420 Ujung 60,3624 70,1215 109,5582 80,014 Tegangan pada

batas patah

Pangkal 1.170,0527 1.316,2773 1.205,6788 1.230,670 Tengah 1.208,4110 501,8594 1.676,0751 1.128,782 Ujung 581,2443 429,7498 925,6768 645,557 Modulus

elastisitas

Pangkal 138.122,6813 160.384,1033 159.595,1410 152.700,642 Tengah 104.884,7407 58.559,2949 209.365,2063 124.269,747 Ujung 35.284,9235 40.500,4146 72.264,5524 49349,964 Keteguhan tekan

tegak lurus serat pada batas

Pangkal 179,3333 253,5397 132,9209 188,598 Tengah 180,3693 115,2217 198,9704 164,854


(52)

proporsi Ujung 55,2451 43,5144 139,2539 79,338 Keteguhan tekan

tegak lurus serat pada muatan maksimum

Pangkal 202,9177 379,6554 181,3155 254,630 Tengah 394,4302 232,7993 285,2952 304,175 Ujung 72,1103 83,2514 198,2155 117,859

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian


(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)