PERJANJIAN BUILD AND TRANSFER ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK SWASTA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR (Studi Di Nusa Tenggara Barat)

  507 BUILD AND T RANSFER

PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH

DENGAN PIHAK SWASTA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

   (Studi Di Nusa Tenggara Barat)

Zainal Asikin

  Fakult as Hukum Unram E-mail:

  

Abst r act

Under goi ng l ocal aut hor i t y does not al ways br i ng wit h i t advant age t o t he local gover nment , but t hi s

may chal l enge t he l ocal gover nment t o make ef f or t s t o suppor t and f und it s gover nment al devel op-

ment . On of t he ways out i s by wor ki ng i n cooper at i on wit h pr ivat e ent er pr i ses based t he l aw of

l ocal execut i on. Thi s st udy i s i nt ended t o anal i ze t he cooper at ive agr eement of l ocal gover nment

wi t h bui l d and t r ansf er model whi ch i s adopt ed widel y by some l ocal gover nment s in Indonesi a.

Thr ough nor mat i ve j ur i di cal st udy al ong wi t h st at ut e and case appr oaches, i t i s f ound t he cooper a-

t i ve agr eement of bui l d and t r ansf er i n Indonesi a i s r ul ed by some of f i ci al r egul at i ons whi ch have

di f f er ent subst ant ive point s and have conf l i ct ed nor ms and vague r ul es r el at ed t o legal subyect ,

pr ocedur es or mechani sm of havi ng agr eement . In t he f ut ur e i t i s needed t o i ssue legal deci sion r e-

l at ed t o cooper at i ve agr eement bet ween t he l ocal gover nment and pr i vat e ent er pr i ses whi ch i s

mor e compr ehensi vel y i n or der t o r esol ve t he l egal af f ai r s or di sput es. Key wor ds: bui l d and t r ansf er , i nf r ast r uct ur e, bouwheer

  

Abst rak

  Pemberian ot onomi membawa t ant angan bagi daerah unt uk mencari dan mengusahakan sendiri sumber keuangan unt uk pembiayaan pembangunan. Salah sat u cara yang dapat dilakukan adalah melalui kerj asama daerah dengan pihak swast a sebagaimana yang diat ur dalam Pasal 192 UU No. 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah. Penelit ian ini bert uj uan unt uk menganalisis secara yuridis dan empiris perj anj ian kerj asama daerah dengan model bui l d and t r ansf er yang banyak dilakukan di berbagai daerah. Melalui penelit ian yuridis normat if , sert a dengan pendekat an perundang undangan ( st at ut e appr oach) dan pendekat an kasus (case appr oach), maka penelit ian ini menunj ukkan bahwa perj anj ian kerj asama bui l d and t r ansf er di Indonesia diat ur dalam berbagai pert uran hukum yang sat u sama lain memiliki subst ansi yang berbeda dan mengandung konf lik norma dan kekaburan hukum yang berkait an dengan subyek hukum dan mekanisme pembuat an perj anj ian. Pada masa yang akan dat ang diperlukan unif ikasi hukum yang mengat ur t ent ang perj anj ian kerj asama Pemerint ah dalam bent uk Perat uran Pemerint ah yang lebih komprehensif agar dapat menj awab persoalan hukum yang t erj adi dalam prakt ik. Kat a kunci: build and t ransf er, inf rast rukt ur, bouwheer

  

Pendahuluan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan

  Pembangunan daerah merupakan bagian nasional secara ef isien dan ef ekt if , t ermasuk int ergral dan merupakan penj abaran dari pem- penyebaran hasilnya secara merat a di seluruh bangunan nasional dalam rangka pencapaian Indonesia dan t uj uannya yang hakiki dapat t er- sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan wuj ud. pot ensi, aspirasi dan permasalahan pembangun- Secara f ilosof is dua t uj uan ut ama yang an di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan ingin dicapai dari penerapan kebij akan desen- t ralisasi dan ot onomi daerah adalah t uj uan: de-

   Penel i t i an ini hasil Ker j asama dengan Lembaga Pene-

  mokrasi dan kesej aht eraan. Tuj uan demokrasi

  l it i an Unr am (LPM Unr am) Tahun 2010-2011 No. Kont r ak 010/ LPM-Unr am/ 2011

  adalah memposisikan daerah sebagai inst ru-

  508 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  men pendidikan polit ik di t ingkat lokal yang se- cara agregat akan menyumbang t erhadap pen- didikan polit ik secara nasional sebagai elemen dasar dalam mencipt akan kesat uan dan persa- t uan bangsa sert a mempercepat t erwuj udnya masyarakat yang adil, makmur dan sej aht era.

  Suat u negara yang menganut kebij akan publik desent ralisasi dan ot onomi daerah, seca- ra prinsip dit andai dengan adanya penyerahan seba-gian urusan pemerint ah ( devol ut i on of

  power ) yang sebelumnya menj adi kewenangan pusat kemudian menj adi kewenangan daerah.

  Ada dua pola yang lazim dipergunakan secara universal, pola pert ama yait u pola ot onomi t er- bat as yait u kewenangan daerah hanya t erbat as pada urusan urusan pemerint ahan yang dit et ap- kan secara limit at if oleh perat uran perundang undangan yang ada sebagaimana dianut oleh Inggris. Urusan pemerint ahan yang diserahkan dalam pola ot onomi t erbat as secara empiris merupakan urusan yang t erkait dengan penye- lenggaraan pelayanan dasar ( basi c ser vi ces) se- pert i pendidikan, kesehat an, lingkungan, t rans- port asi, perumahan dan urusan yang menyang- kut kepent ingan lokal lainnya. Pola kedua ada- lah pola ot onomi luas ( gener al compet ence) ya- it u daerah diberikan kewenangan yang luas un- t uk mengat ur dan mengurus urusan pemerin- t ah yang t erkait dengan kepent ingan masyara- kat daerah, kecuali urusan pemerint ah yang menimbulkan dampak nasional dan int ernasio- nal.

  dan ot onomi luas, art inya daerah diberikan ke- wenangan yang luas unt uk mengat ur dan me- ngurus urusan pemerint ahan yang menj adi ke- pent ingan masyarakat daerah kecuali, urusan pert ahanan, urusan keamanan, urusan polit ik luar negeri, urusan monet er dan f iscal nasional, urusan yust isi, urusan agama.

  Pelaksanaan ot onomi merupakan perwu- j udan dari semangat Pasal 18 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945). Menurut Bagir Manan, ot onomi merupa- kan pengakuan at as kebebasan daerah unt uk berprakarsa mengat ur dan mengurus urusan pe- merint ahan sesuai dengan t at a cara dan pem- 1 BAPPENAS, 2006, Penyel enggar an Pemer i nt ahan dan bat asan yang dit ent ukan oleh undang-undang.

  Ot onomi mengandung pengert ian kemandirian ( zel f st andighei d) unt uk mengat ur dan meng- urus sendi-ri sebagian urusan pemerint ahan yang diserahkan at au dibiarkan sebagai urusan rumah t angga sat uan pemerint ahan yang lebih rendah. Berdasarkan hal t ersebut , esensi ot o- nomi adalah kemandirian, yait u kebebasan un- t uk berinisiat if dan bert anggung j awab sendiri mengat ur dan mengurus pemerint ahan yang menj adi urusan rumah t angganya.

  2 Dalam rang-

  ka agar Pemerint ah daerah mampu melaksana- kan ot onominya secara maksimal sebagai ins- t rumen demokrat isasi dan kesej aht eraan di t ingkat lokal, maka ada 7 elemen dasar yang membent uk pemerint ah daerah sebagai suat u ent it as pemerint ahan, yait u urusan pemerint a- han, kelembagaan, keuangan daerah, perwakil- an daerah, pelayanan publik dan pengawasan.

  Ket ent uan Pasal 1 angka 5 Undang-un- dang No. 32 Tahun 2004, menyebut kan ot onomi daerah adalah hak, wewenang dan kewaj iban daerah ot onom unt uk mengat ur dan mengurus sendiri urusan pemerint ahan dan kepent ingan masyarakat set empat sesuai dengan perat uran perundangan. Dalam penj elasan at as UU No. 32 Tahun 2004 but ir 6 dit egaskan prinsip ot onomi daerah menggunakan prinsip ot onomi yang se- luas luasnya dalam art i daerah diberikan kewe- nangan mengurus dan mengat ur urusan peme- rint ahan diluar yang menj adi urusan Pemerin- t ahan yang dit et apkan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat ke- bij akan daerah unt uk memberi pelayanan, pe- ningkat an peran sert a, prakarsa dan pemberda- yaan masyarakat yang bert uj uan pada pening- kat an kesej aht eraan rakyat dan dilaksanakan secara bert anggungj awab. Daerah dapat mem- buat perj anj ian bahkan kerj asama luar negeri unt uk memaj ukan daerahnya sendiri.

1 Indonesia menganur prinsip desent ralisasi

  3 Kewena-

  ngan Pemerint ah (daerah) membuat perj anj ian sesuai dengan prinsip kebebasan berkont rak.

  4 2 Ibi d, hl m. 14. 3 Noer Indri at i, “ Per j anj i an Int ernasional Ol eh Daer ah Se- bagai Kewenangan Ot onomi Daer ah” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol 10 No. 1, Januari 2010, Purwokert o: FH Un- soed, hl m. 40. 4 Widya Sari, “ Asas Kebebasan Berkont rak Dal am Hukum Perj anj i an Bui l d and Tr ansf er ant ar a Pemerint ah Daer ah dengan Pihak Swast a dal am… 509

  Kemampuan pemerint ah unt uk membangunan daerah dengan mempergunakan sumber ke- uangan t ersebut sangat lah t erbat as, unt uk it u- lah diperlukan upaya pemerint ah daerah melak- sanakan f ungsinya dengan ef ekt if dan ef isien mencari sumber-sumber pendanaan melalui kerj asama dengan pihak ket iga. Berdasarkan berbagai pandangan di at as maka t ersimpul bahwa t anpa adanya biaya yang cukup t idak mungkin suat u daerah dapat menyelenggarakan t ugas, kewaj iban sert a kewenangan yang ada padanya dalam mengat ur dan mengurus rumah t angganya secara lebih maksimal.

  6 Def inisi t ent ang bui l d and r ansf er dalam

  e. Bui l d , Tr ansf er and oper at e; f . Lease i n develop and oper at e ; 5 Sul l ivan Ar t hur, “ Economi cs: Pr i nci pl es i n act i on” , Jour nal Economi c, Upper Saddl e River : New Jersey Pear son Pr ent i ce Hal l . , August , 2003, hl m. 474. 6 Mahmudi , “ Kemit r aan Pemer it ah Daer ah Dan Ef ek- t if it as Pel ayanan Publ ik“ , Jur nal Si ner gi -Kaj i an Bi sni s

  d. Bui l d, own, oper at e and sel l ;

  c. Bui l d own, oper at eand t r ansf er ;

  b. Bui l d own and oper at e;

  af t er cal l ed Inf r ast r uct ur e Devel opment syst em) can be adopt ed in t he pr ocess of i nf r ast r uct ur e devel opment f r om t he pr i - vat e sect or : a. Bui l d, oper at e and t r ansf er ;

  “ Any one of t he f ol l owi ng syst ems (her e

  Nepal , Singa Durbar menj elaskan bahwa

  lit erat ur hukum perdat a t idak dij umpai secara t egas. Bui l d and t r ansf er yang merupakan sis- t em pembiayaan dapat dipergunakan dalam proses pengembangan inf rast rukt ur sekt or swast a at au yang disebut dengan sist em pe- ngembangan inf rast rukt ur. Dalam makalah yang disampaikan dalam Nat ional Pl aning Commi sion

  t r ansf er (BT), desain bangun (desi gn bui l d) at au f ul l f i nance shar i ng.

  Sebagai solusi mengat asi kesulit an t erse- but , maka pada ket ent uan Pasal 195 UU No. 32 Tahun 2004 dit et apkan sebagai berikut :

  at as, maka t erlihat bahwa f ormat hukum yang di-amanat kan secara normat if bagi pemerint ah daerah adalah perj anj ian kemit raan dengan pi- hak ket iga . Dalam prakt eknya pemerint ah dae- rah kerapkali membuat perj anj ian perj anj ian dengan pihak ket iga dalam bent uk bui l d and

  5 Berdasarkan amanat undang-undang di

  kanal, waduk, t anggul, pengelolahan limbah, perlist rikan, t elekomunikasi, pelabuhan secara f ungsional, inf rast rukt ur selain f asilit asi akan t et api dapat pula mendukung kelancaran akt i- vit as ekonomi masyarakat , dist ribusi aliran pro- duksi barang dan j asa sebagai cont oh bahwa j a- lan dapat melancarkan t ransport asi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian unt uk dist ribusi ke pasar hingga sampai kepada ma- syarakat . Dalam beberapa pengert ian, ist ilah inf rast rukt ur t ermasuk pula inf rast rukt ur sosial kebut uhan dasar sepert i ant ara lain t ermasuk sekolah dan rumah sakit .

  rah dan Sosi al Budaya, Vol . 10, No. 3, Januari 2009,

  Ist ilah ini umumnya meruj uk kepada hal inf ra- st rukt ur t eknis at au f isik yang mendukung j ari- ngan st rukt ur sepert i f asilit as ant ara lain dapat berupa j alan, keret a api, air bersih, bandara,

  ayat (1) dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan daerah harus menda- pat kan perset uj uan DPRD. Ket erlibat an pemerint ah dalam bidang ekonomi dengan membuat pej anj ian at au kon- t rak bisnis t idak lepas dari t uj uan pemerint ah unt uk memperkuat negara dengan j alan aku- mulasi kekayaan at au kapit al, oleh sebab it u pembangunan ekonomi harus dipriorit askan t er- ut ama dengan membangun sarana prasarana unt uk pelayanan publik (inf rast rukt ur publik).

  c. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerj asama dengan pi- hak ket iga.

  b. Kerj asama sebagaimana dimaksud pa- da ayat (1) dapat diwuj udkan dalam bent uk badan kerj asama ant ar daerah yang diat ur dengan keput usan bersa- ma

  a. Dalam rangka peningkat an kesej aht e- raan rakyat , daerah dapat mengada- kan kerj asama dengan daerah lain yang didasarkan pada pert imbangan ef isiensi dan ef ekt ivit as pelayanan publik, sinergi dan saling mengunt ung- kan;

d. Kerj asama sebagimana dimaksud pada

  510 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  g. Rehabi l i t at e, oper at e and Tr ans-

  Swast a” , Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 11 No. 3.

  “ The per si st i ng i gnor ance of devel oping count r ies, i ncl udi ng Indonesi a pol i cy ma- ker s and so cal l ed exper t s i n Indonesi a t hat t he f or ms and scope of IP need t o 10 Mar yann Waryhas, “ It Looks Like a Good Deal - But Is It a Fair Deal “ , The Jour nal Publ i cat i on of St out Ri si us Ross, Fal l 2005, SRR, hl m 2; Lyman PQ Jhonson, “ Corporat e Of f icer and Business Jugmen Rul e” , Jour nal The Busi ness Lawyer , Vol . 60, Februar y 2005, Was- hingt on and Lee Uni versit y, hl m 119; Tambosso P. Eng , “ Fairness Opinion- Why- or Why Not ” , Jour nal Dai l l y, Apr il , 2008, hl m. 15. 11 Lal u Hadi Adha, “ Kont r ak Buil d Oper at e Tr ansf er Sebagai Perj anj ian Kebij akan Pemer int ah Dengan Pihak

  karena berbagai as- pek yang mengat ur bui l d and t r ansf er belum diat ur secara khusus, akibat nya prakt ik prakt ik kemit raan dan perj anj ian yang dilakukan oleh pemerint ah (daerah) dalam membuat perj anj i- an bui l d and t r ansf er cenderung menimbulkan persoalan hukum. Fenomena hukum di Indone- sia yang masih t ert inggal, bukan saj a pada sek- t or perj anj ian (kont rak), bahkan pada sekt or lainnya pun memerlukan pembaruan. A Ende- shaw menyat akan:

  11

  dan kekosongan norma,

  t r ansf er , yait u adanya suat u kekaburan hukum

  ut ama bui l d and t r ansf er yang menj adi kaj ian ini semakin t erlihat adanya penomena hukum yang menyelimut i aspek hukum dari bui l d and

  10 Beberapa persoalan hukum kont rak t er-

  rana umum dengan biaya yang relat if besar yang t idak mampu dibiayai oleh pemerint ah daerah, sehingga pemerint ah daerah memberi- kan kesempat an kepada pihak swast a unt uk membangunnya dengan nilai at au harga yang disepakat i dan set elah bangunnya selesai, maka pihak swast a menyerahkan bangunan t ersebut kepada pemerint ah daerah dan kemudian pe- merint ah daerah akan membayar secara menci- cil nilai at au harga bangunan t ersebut menurut kesepakat an. Ket erlibat an pihak swast a t ent u- nya didasarkan unt uk keinginan mencari keun- t ungan dengan menghindari resiko yang besar dan t anggung j awab yang berlebihan, sehingga pihak swast a cenderung menerapkan prinsip ke- hat i-hat ian dalam melakukan kerj asama dengan pemerint ah (yang seluruh modalnya dari swas- t a), sert a adanya pendeapat kewaj aran t en- t ang bisnis t ersebut .

7 Bui l d and t r ansf er at au desi gn bui l d ada-

  Pr oyek Ant ar a Si st em BOT dan Tur n Key (St udi Kasus Pr o-yek Mul t i Invest men PT. Peser o Pos Indonesi a), Jurnal Il miah Tehnik Sipil , Vol . 12, No. 01, Januar i 2008, hl m. 14. 9 Europen Comi ssion (Direct orat e General f or Energy and Transport ) Cont r act No. NNE52002/ 52: OPET CHP/ DH cl ust er : The r ol e of Bui l d Oper at e Tr ansf er i n Pr omo-

  merint ah daerah dengan pihak swast a dengan sist em bui l d and t r anf er , dimana pihak swast a menyediakan sej umlah dana unt uk membangun suat u proyek inf rast rukt ur berupa sarana prasa- 7 Singa Dur bar , 2000, Nat i onal Pl ani ng Commi si on, Kat h- mandu, hl m. 1. 8 Nyoman Mart a Jaya, “ Anal i si s Per bandi ngan Ker j asama

   The Rol e of Bui l d Oper at e Tr ansf er i n Pr omot i ng RES pr oj ect , sebagai berikut : At t he some t ime, Asi a was exper iencing an economi c boom t hat opened t he door s f or new f or ms of pr oj ect del iver y, based on t he pr inci pl e of pr ivat i zat i on. Er nis and Pham (1994) r ef er t o pr i vat i zat ion as a pr ocess i n whi ch t he del iver y of goods and ser vi ces, usual l y admini st er ed by t he gover nment , i s shi f t ed t o t he pr i vat e sect or . Pr ivat i zat i on can be divi ded in t o pr i mar i l y t hr ee ar eas: t he sel l i ng of go- ver nment al hol di ng, t he subcont r act ing of gover nment ser vi ces t o pr ivat e under - t aker s, and t he subcont r act i ng of f inan- ci ng and devel oping publ i ct f aci l i t ies.

  merupakan f asilit as swast a resmi yang pert ama kali dit e- rapkan di Turki pada t ahun 1984 sebagai bagian dari program privat isasi dalam pengembangan inf rast rukt ur unt uk negara-negara Asia, privat i- sasi t ersebut menj elma dalam bent uk ket erli- bat an swast a yang melayani kont rak dengan pe- merint ah. Hal t eresebut t erungkap dalam

  8

  sepert i bui l d oper at e and t r ansf er

  Bui l d and t r ansf er dan lembaga lainnya

  lah bent uk desain bangun ant ara pemerint ah (daerah) dengan swast a unt uk melakukan de- sain dan membangun f asilit as sesuai dengan st andar kinerj a yang dibut uhkan pemerint ah (daerah) dan ket ika f asilit as layanan t elah j adi, f asilit as it u diserahkan kepada pemerint ah dan menj adi milik pemerint ah.

  f er s.

9 Kont rak at au perj anj ian yang dibuat oleh pe-

  Perj anj i an Bui l d and Tr ansf er ant ar a Pemerint ah Daer ah dengan Pihak Swast a dal am… 511 be congr uent wi t h t he l evel and t ype of cul t ur al , soci al economi c and t echnol o- gi cal subst r uct ur e wi t hin a societ y has l ef t t hem pr ey t o t r anspl ant of l aw and r ul es t hat meet t he r equi r ement s of t he most indust r i al l y devel oped nat ions. ”

  unt uk dirinya sendiri, melainkan unt uk sesuat u yang lebih luas, unt uk it ulah j ika t erj adi per- masalahan dalam hukum maka hukumlah yang harus diperbaiki.

  at au memberikan mandat kepada perusahaan negara (perusahaan daerah) unt uk memberikan pelayanan. Pihak yang dikont rak adalah perusa- haan swast a, misalnya pemerint ah mengont rak perusahaan swast a unt uk penyapuan j alan, pe- meliharaan lampu j alan, pemeliharaan t r af f i c 14 Nurdj aman Arsyad, 1992, Keuangan Negar a, Jakart a:

  t r act , dimana pemerint ah dapat mengont rak

  dimana pemerint ah pusat dapat mendelegasi- kan kewenangan kepada pemerint ah daerah unt uk memberikan pelayanan. Dalam model ini konsumen membayar secara langsung biaya pelayanan kepada pemerint ah daerah at au yang menj alankan f ungsi provisi, sedangkan f ungsi produksinya t et ap berada pada pemerint ah pu- sat ; ket i ga, gover nment vendi ng, dalam hal ini konsumen (individu/ organisasi) bert indak seba- gai pengat ur ( ser vi ce ar r anger ) dan membayar kepada pemerint ah at as sej umlah pelayanan publik, misalnya seorang individu dapat meng- gunakan t enaga polisi unt uk mengont rol (me- ngawasi) penont on dalam pert andingan olah ra- ga yang dimiliki secara pribadi; keempat , con-

  r anger ) dan produsen pelayanan (ser vi ce pr odu- cer ); kedua, i nt er gogover nment al agr eement ,

  memberikan semua j enis pelayanan publik ke- pada masyarakat . Pemerint ah menj alankan f ungsi sebagai pengat ur pelayanan ( ser vi ce ar -

  14 Per t a- ma, gover nance ser vi ce di mana pemerint ah

  Secara t eorit is ada beberapa model pela- yanan yang dilakukan oleh pemerint ah.

  Pembahasan Konsep Kerj asama Build and Transfer ant ara Pemerint ah Daerah dengan Pihak Swast a

  bab it u, di samping mengumpulkan bahan hu- kum berupa beberapa perat uran baik undang undang sampai perat uran daerah, j uga dikum- pulkan beberapa bahan dokumen kont rak yang t erkait dengan obj ek penelit ian di NTB.

  ( i nt er pr et at ion)). Dalam melakukan penelit ian ini disamping menggunakan met ode normat if j uga akan dilakukan pendekat an kasus. Oleh se-

  i nqui r y) dan penaf siran

  bahan hukum ( l egal mat er i al s) dan analisa kri- t is (cr it i cal anal ysys) t erhadap bahan hukum dengan melakukan penelusuran ( expl or at i ve), pengkaj ian mendalam (

12 Menurut Yudi Krist iana, kehadiran hukum bukan

13 Berdasarkan persoalan hukum di at as,

  l opment Agenda” , Jour nal of Inf or mat i on Law and Te- chnol ogy, Special Issue, No, 1, June, 2007, hl m. 15; “ ( Dr. ) 13 Yudi Kri st iana, “ Ket ika Hukum Ti dak l agi Ot ent ik” , Jur nal Supr emasi Hukum, Jakart a: Univer sit as Sahid,

  Penelit ian hukum ( l egal r esear ch) Ini di- lakukan sesuai dengan kekhasan yang dimiliki oleh ilmu hukum (j ur i spr udence) yang t ent unya berbeda dengan ilmu sosial (soci al sci ence) dan ilmu alam ( nat ur al science). Met ode penelit ian hukum mempunyai ciri yang khusus penggalian 12 A. Endeshaw , “ Int el l ect ual Propert y and t he WIPO Deve-

  Met ode Penelitian

  Nusa Tenggara Barat .

  f er s; dan kedua mengenai konsep bui l d and t r ansf er dan penerapannya di dalam prakt ik di

  Berdasarkan at as pemahaman dan pokok pikiran yang t ersirat dalam pendahuluan, maka ada dua permasalahan yang akan dibahas pada art ikel ini. Per t ama, mengenai pengat uran hu- kum perj anj ian ant ara pemerint ah daerah de- ngan pihak swast a t erut ama bui l d and t r ans-

  Permasalahan

  Hasil penelit ian ini t ent unya akan sangat ber- manf aat baik secara t eorit is bagi pengemba- ngan ilmu hukum kont rak dan secara prakt is da- pat menj adi masukan bagi pemerint ah dalam menyusun perat uran hukum yang sesuai dengan perkembangan masyarakat .

  t r ansf er dan bagaimana prakt ek build and t ransf er it u dilakukan oleh pemerint ah daerah.

  maka penelit ian ini menj adi pent ing unt uk mengkaj i bagaimana hukum di Indonesia meng- at ur t ent ang perkembangan kont rak bui l d and

  512 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012 l i ght dan lain lain, konsumen membayar secara

  ment rasf ormasikan manaj emen sekt or swast a ke dalam organisasi publik sert a mengembang- kan inisiat if pengat uran sist em sepert i dere- gulasi, privat isasi dan kont rak menej emen; mo-

  ce Sebagai Kunci Menuj u Opt i mal isasi Pel ayanan Publ ik di Indonesi a” , Jur nal Usahawan, No. 02 Th XXXII, Feb-

  kat an bot t om-up memberikan penekanan pada 16 Ant onius Tar igan, “ Tranf ormasi Model New Governan-

  bot t om–up dan pendekat an t op down. Pende-

  kankan pent ingnya pengaruh nilai, budaya, ri- t us dan simbol yang dapat mempengaruhi peri- laku individu dalam bekerj a. Model ini memilik 2 (dua) pendekat an ut ama yait u pendekat an

  sear ch of excel l ence, yait u model yang mene-

  ef isiensi dengan menekankan bet apa pent ing- nya sect or publ i c berperilaku sepert i swast a, sehingga usaha ke arah it u harus dilakukan de- ngan cara meningkat kan pengawasan menej e- men keuangan, penghemat an at au ef isiensi, penguat an f ungsi penganggaran, pencipt aan sis- t em inf ormasi. Model ini t erkait dengan gaya e- konomi polit ik Margaret Tact cher yang ant i dan mengeliminasi pemborosan dan pemerint ahan yang birokrat is. (b) Down si zi ng yait u model yang memperkecil lingkup sekt or publik de- ngan mencipt akan f leksibelit as organisasi, me- ngembangkan pola pelayanan yang f leksibel dan variat if , memperkuat desent ralisasi t ang- gung j awab kegiat an dan anggaran ke t ingkat bawah. Model ini akan memberikan perhat ian t erhadap pent ingnya j aringan kerj a ( net wor k) dengan organsasi lain diluar pemerint ah, pen- t ingnya pembent ukan aliansi st rat egis dengan badan badan lain diluar pemerint ah sebagai bent uk baru kordinasi yang lebih luas. (c) In

  dr i ve yait u model yang menekankan pent ingnya

  menj adi beberapa model, yait u: (a) ef f i cei ncy

  del new publ i c manaj emen ini berkembang

  dua, model menej emen publik baru (new publ i c managemen), yait u suat u model bagaimana

  langsung biaya pelayanan yang dit erima kepada produsen; keempat , gr and, pemerint ah mem- berikan subsidi kepada produsen dengan t uj uan menurunkan harga barang dan j asa pelayanan, misalnya pemerint ah memberikan penurunan nilai paj ak kepada produsen agar nilai barang yang akan dibeli oleh konsumen akan murah;

  memberikan perhat ian bagaimana pemerint ah melakukan t indakan administ rasi secara demo- krasi, ef isien, ef ekt if dan bebas dari manipulasi kekuasaan, sert a bagaimana pemerint ah dapat beroerasi secara t epat , cepat dan berhasil; ke-

  16 Per t ama, model cl assi cal publ i c admi nst r at i on, yang

  j akan (Bel eid Overeenskomst )” , Jur nal Law Ref or m, masyarakat , adalah sebagai berikut .

  aksi kerj asama ant ara pemerint ah, swast a dan 15 Lal u Hadi Adha, “ Kont rak BOT Sebagai Perj anj i an Kebi -

  ope-r at e and t r ansf er (BOT), bui l d oper at e and own (BOO) dan sebagai nya.

  Model pelayanan publik di at as merupa- kan ilust rasi akt ivit as penyediaan pelayanan pu- blik yang biasa dilakukan di Amerika. Model pe- layanan publik di Indonesia t elah muncul berba- gai pola alt ernat ive pemenuhan pelayanan pub- lik dengan melibat kan sekt or swast a yait u b ui l d

  lembaga swada-ya secara sukarela memberikan pelayanan yang dibut uhkan masyarakat . Lem- baga swadaya t ersebut bert indak sebagai pe- ngat ur ( ser vi ce ar r anger ) dan penyedia j asa ( ser vi ce pr oducer ); kesembi l an, sel f ser vi ce yait u dimana penyediaan pelayanan dilakukan sendiri oleh individu/ masyarakat ;

  vol unt ar y ser vi ce, yait u suat u sist em dimana

  t ent u diarahkan pada konsumen t ert ent u, per- usahaan memberikan pelayanan dibayar secara langsung oleh pemerint ah; keenam, f r anchi se dimana pemerint ah memberikan hak monopoli kepada suat u perusahaan swast a unt uk mem- berikan pelayanan dalam suat u bat as geograf is t ert ent u dan pemerint ah memberi t arif yang harus dibayar oleh konsumen. Dalam kasus ini pemerint ah melakukan f ungsi sebagai pengat ur perusahaan swast a, sedangkan konsumen mem- bayar secara langsung kepada perusahaan swas- t a it u; ket uj uh, mar ket , yait u suat u sist em di- mana kon-sumen memilih produsen barang dan j asa yang dikehendaki sesuai dengan kualit as- nya t anpa campur t angan pemerint ah. Peme- rint ah sama sekali t idak berperan baik sebagai penyedia j asa maupun sebagai pengat ur pelaya- nan j asa ( ser vi ces ar r anger ), semuanya t ergan- t ung pada konsumen dan produsen; kedel apan,

  kel i ma, voucher art inya konsumsi barang t er-

15 Tiga model int er-

  Perj anj i an Bui l d and Tr ansf er ant ar a Pemerint ah Daer ah dengan Pihak Swast a dal am… 513

  pengembangan organisasi sebagai organisasi pembelaj aran ( l ear ni ng or gani t at ion). Sedang- kan t op-down menekankan upaya upaya unt uk memperlancar perubahan budaya organisasi, proyeksi visi secara t op down dan kepemim- pinan secara kharismat ik dan menekankan pada penekanan f ungsi menej emen sumber daya manusia. (d) Publ i c ser vi ce or ient ed suat u mo- del meref leksikan penyelarasan ide-ide dalam manaj emen sekt or swast a ke dalam manaj emen sekt or publik, sert a penguat an kembali peran manaj er sekt or publik dengan menerapkan ma- naj emen yang berkualit is t inggi secara lebih meyakinkan yang sebelumnya t elah dirusak oleh berbagai malprakt ik dan pat ologi. Karak- t er model ini adalah memberikan pelayanan yang berkualit as t inggi (prima), proses mana- j emen yang lebih meref leksikan kepent ingan pengguna (user ) lebih dari sekedar kepent ingan konsumen, penekanan pada pembelaj aran ma- syarakat daripada sekedar penyediaan pelayan- an rut in, sert a menj amin part isipasi masyarakat dan prinsip akunt abilit as.

  Beberapa gagasan di at as memiliki visio- ner yang baik dalam perbaikan pelayanan pub- lik, t et api upaya unt uk menerapkan dan meng- adopsi model dan gagasan di at as t ernyat a ma- sih diragukan. Keraguan it u muncul diakibat kan oleh beberapa pert anyaan yait u sej auhmana prinsip prinsip manaj emen sekt or swast a dapat dit erapkan ke dalam manaj emen sekt or publik dan bagaimana menggeser peran dan logika pe- merint ah, sert a mengembangkan hubungan ker- j a baru ant ara pemerint ah, swast a dan ma- syarakat dalam kult ur yang lebih egalit er dan part isipat if . Pert anyaan pert ama muncul kare- na pada dasarnya t erdapat perbedaan karakt er ant ara sekt or swast a dan pemerint ah. Perbeda- an it u berkait an dengan pilihan publik ( publ i c

  choi ce), kepent ingan publik (publ i c i nt er est ),

  pemilikan publik ( publ i c owner shi p) dan kebu- t uhan kolekt if dan keadilan.

  Ada pendapat yang sangat umum, bahwa peran pemerint ah seyogyanya hanya dibat asi pada masalah masalah yang t idak bisa dit angani swast a dan masyarakat sepert i masalah pert a- hanan dan keamananm, penegakan hukum dan hubungan luar negeri. Penyelenggaraan penye- diaan pelayanan yang bersif at t ol l goods dapat diserahkan kepada swast a dan masyarakat . Da- lam kondisi ini pemerint ah akan lebih berperan sebagai regulat or at au f asilit at or dan bukan se- bagai produser.

  Berdasarkan gambaran di at as, t ampak masih ada keraguan ant ara sikap pemerint ah yang ingin melepaskan persoalan penyediaan sarana publik kepada swast a dengan keinginan peme-rint ah unt uk mengat ur secara lebih men- dalam t ent ang sist em pengadaan inf rast rukt ur pulik t ersebut . Keraguan it ulah yang kemudian memunculkan model lain yang disebut new go-

  ver nance.

  Ket i ga, model new gover nance,

  17

  suat u model dimana penyelenggaraan pemerint ahan dibangun berdasarkan pola int eraksi baru ant a- ra pemerint ah dan masyarakat unt uk mengem- bangkan dan menyediakan kebij akan dan pela- yanan publik. Pada model manaj emen publik baru menekankan ide pembaruan peran peme- rint ah secara i ncr ement al melalui peningkat an ef isiensi ma-naj emen sekt or publik yang meng- andalkan pola hubungan kerj a ant ar organisasi di dalam, sedangkan pada new gover nance me- nekankan ide pembaruan proses pemerint ah secara t ransf ormat if melalui peningkat an kapa- sit as pemerint ah dan sist em pengat uran yang mengandalkan pola hubungan kerj a dan int er- aksi ant ara organisasi pemerint ah, swast a dan masyarakat secara kooperat if at au kemit raan.

  Sist em pengat uran hukum kont rak dapat dibedakan menj adi dua macam yait u closed

  syst em dan open syst em. Sist em t ert ut up (cl o- sed syst em) menent ukan bahwa set iap orang

  t idak diperkenankan unt uk mengadakan hak hak kebendaan baru selain yang sudah diat ur dalam undang-undang. Sist em t erbuka ( open

  syst em) adalah set iap orang bebas unt uk me-

  ngadakan perj anj ian baik yang sudah diat ur maupun belum diat ur dalam undang undang se- bagaimana diat ur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdat a yang mengat ur bahwa semua per- j anj ian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuat nya. Lahirnya perj anj ian baru bui l d and t r ansf er , 17

  514 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  akan dibangun dit et apkan oleh bouwheer , se- lanj ut nya berdasarkan persyarat an t ersebut maka pihak kont rakt or akan menyusun suat u

  bui l d and t r ansf er at au desi gn and bui l d. Per - t ama, pihak kont rakt or harus mendesain at au

  Namun demikian, secara t eorit is dij um- pai pula beberapa kelemahan dengan sist em

  at au assembl y f aul t . Semua kesalahan menj adi t anggung j awab kont rakt or t anpa dipisah pisah- kan dan hal ini akan menghemat dalam penye- lesaian. Begit u besar t anggung j awab kont rak- t or secara t unggal ( si ngl e l i abi l i t y), maka hal t ersebut dapat menj adi pendorong bagi kon- t rakt or unt uk bekerj a lebih bert anggung j awab t erhadap ket epat an wakt unya. Wakt u pelaksa- naan proyek akan lebih cepat dan lebih ef isien karena komunikasi ant ara bouwheer dengan kont rakt or berj alan lebih int ensif

  f aul t , wor kmanshi p f aul t , manuf act ur ing f aul t ,

  rapa kelebihan dan kekurangan dalam sist em BT dibandingkan dengan kont rak pemborongan yang konesional. Tanggung j awab hukum pihak kont rakt or bersif at si ngl e poi nt r esponsi bi l it y dimana t ang-gung j awab kont rakt or bersif at ke- seluruhan. Tent u saj a t anggung j awab sepert i it u akan sangat memudahkan dan memuaskan bagi pihak bouw-heer (pemilik proyek). Penera- pan prisip t anggung j awab sepert i it u mengaki- bat kan bouwheer t idak lagi menyandarkan diri pada pendapat luar, misalnya t idak ada lagi di- bedakan kesalahan yang disebabkan desi gn

  desi gn and bui l d, maka t erlihat bebe-

  Berdasarkan ciri bui l d and t r ansf er at au kont ak

  t ermasuk f abrikasi dan design proyek. Dalam penyusunan desain proyek t ersebut cenderung t erj adi negosiasi ant ara bouwheer dengan kon- t rakt or mengenai hal hal yang menyangkut pro- yek. Kedua, harga kont rak diaj ukan penawaran oleh Kont rakt or dan kemudiaan dilakukan nego- siasi unt uk mencapai harga proyek yang disepa- kat i bersama. Negosiasi t ersebut mencakup re- siko at as kenaikan harga harga bahan bangunan dikemudian hari menj adi t anggung j awab kont rakt or. Ket i ga, Peranan para prof essional sangat kecil at au t idak banyak para pihak yang t erlibat , misalnya ket erlibat an pihak konsult an independen, arsit ek dan lain lain, karena se- muanya sudah menj adi kesat uan dalam kon- t rakt or.

  cont r act or ‘ s pr oposal yang didalamnya sudah

  bui l d and t r ansf er adalah sebagai berikut . Per - t ama, syarat t erhadap bangunan (proyek) yang

  yang belum dikenal dalam Kit ab Undang-undang Hukum Perdat a at au disebut dengan perj anj ian

  Ciri kont rak desi gn and bui l d (DB) at au

  dengan kont rak desi gn and bui l d at au dalam kont rak yang dibuat oleh Pemerint ah Daerah di NTB disebut f ul l f i nance shar i ng. Selain it u, it u dikenal pula ist ilah t ur n key pr oj ect sebagai padanan dari bui l d and t r anf er yait u unt uk me- nyamakannya dengan pemborongan biasa na- mun dengan sist em pambayaran dalam j angka wakt u yang lebih panj ang dari pemborongan biasa.

  f ee at au secara lumsum, sehingga bui l d and t r ansf er dalam prakt ek disebut dan dipadankan

  la/ memungut hasil at au r evenue dari proyek t ersebut . Sebaliknya sebagai imbalan unt uk membangun proyek t ersebut , pihak bouwheer memberikan imbalan t ert ent u sesuai dengan kesepakat an dan bisa dihit ung dengan cost pl us

  bouwheer t anpa hak kont rakt or unt uk mengelo-

  an dimana kedudukan kont rakt or hanya mem- bangun proyek t ersebut , set elah selesai diba- ngunnya proyek t ersebut maka proyek yang bersangkut an di-serahkan kembali kepada pihak

  open syst em) dalam sist em hukum kont rak di Indonesia. Bui l d and Tr ansf er adalah suat u perj anj i-

  dianut nya sist em t erbuka (

  i nnomi naat , merupakan konsekwensi logis dari

  bert anggung j awab unt uk mendesain suat u pro- yek, sehingga menyebabkan usaha unt uk men- desain biasanya t idak dilakukan secara maksi- mal. Bisa j adi adanya kekurangan pengalaman unt uk mendesain at au priorit as ut ama bukan dit empat kan soal desainn t et api pada soal f abrikasi. Art inya, apabila ada unsur aest et ika bert ent angan dengan unsur f abrikasi, maka un- sur f abrikasi lebih dimenangkan dan unsur kein- dahan dikalahkan; kedua, kualit as pekerj aan menj adi kurang t erj amin, karena dengan sist em ini t anggung j awab pekerj aan bersif at t unggal maka ada kecendrungan pihak kont rakt or me- ngerj akan sendiri seluruh pekerj aan t anpa mau menyewa at au membayar t enaga t enaga prof e- sional yang lebih mampu unt uk mendisgn, me- Perj anj i an Bui l d and Tr ansf er ant ar a Pemerint ah Daer ah dengan Pihak Swast a dal am… 515

  rancang dan mengawasi pekerj aan oleh t enaga arsit ek dan konsult an.

  Berlakunya Perpres No. 13 Tahun 2010 t ent ang Perubahan Perat uran Presiden No. 65 Tahun 2007 t ent ang Kerj asama Pemerint ah de- ngan Badan Usaha Dalam Penyediaan Inf ra- st rukt ur t ergambar lebih t erinci para pihak (subj ek hukum) dalam kerj asama ant ara peme- rint ah dengan swast a. Para pihak t ersebut ada- lah: per t ama, Badan Usaha yait u badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh sponsor dan yang akan menanda t angani Perj anj ian Kerj asama ( Coopr at ion Agr eement ) dengan pemerint ah;

  yang bert ugas memberikan bant uan kepada KK- PPI dan Pemerint ah dalam menyusun kebij ak- an, sert a menyusun buku panduan daf t ar pro- yek yang dapat dikerj asamakan; kesepul uh, Ke-

  Cent r al Uni p at au P3CU) suat u unit di Bappenas

  ij inan sepert i Badan Kordinasi Penanaman Mo- dal (BKPM); ket uj uh, Badan Kont rak Pemerin- t ah ( Gover nement Cont r act i ng Agency) t erdiri dari Kement erian, Pemerint ah Propinsi maupun Kabupat en/ Kot a; kedel apan, Komit e Kebij akan Percepat an Penyediaan Inf rast rukt ur (KKPPI) suat u lembaga yang bert ugas melakukan koor- dinasi at as percepat an pembangunan inf ra- st rukt ur yang diket uai oleh Menko Perekonomi- an; kesembi l an, Unit Pusat Kerj asama Pemerin- t ah dan Swast a ( Publ i c Pr ivat e Par t enr shi p

  nance); keenam, Badan yang Mengeluarkan Per-

  pakan para pemegang saham dari badan usaha yang biasa disebut devel oper s; keempat , Pen- j amin Inf rast rukt ur yang dikenal sebagai PT. Penj amin Inf rast rukt ur Indonesia (PT. PII) yang didirikan oleh Pemerint ah unt uk menj amin ke- waj iban kewaj iban pemerint ah; kel i ma, Pihak Ket iga Pemberi Jasa yang diikut kan oleh pihak Badan Usaha dalam rangka perencanaan kons- t ruksi dan perawat an ( oper at i on and mai nt e-

  Mul t i l at er al Invest ment Guar ant ee Associ a- t i on); ket i ga, Para sponsor proyek yang meru-

  maupun asing yang menyediakan pendanaan bagi kegiat an proyek. Termasuk di dalamnya Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia dan af i- liasinya (Asosiasi Penj amin Invest asi sepert i

  kedua, Bank Bank Komersial, baik bank lokal

  kerj asama yait u: pembelian saham, pemben- t ukan perseroan t erbat as dan kerj asama dalam bent uk kont rak.

  Pada bui l d oper at e t r anf er pihak swast a set elah membangun proyek t ersebut kemudian berhak mengelola at au mengoperasikan proyek t ersebut dalam wakt u t ert ent u dan dengan pe- ngoperasian t ersebut pihak swast a memperoleh keunt ungan dan set elah j angka wakt u disepaka- t i kemudian proyek t ersebut diserahkan kepada pihak swast a t anpa memperoleh pembayaran dari pemerint ah, sedangkan dalam bui l d t r ans-

  mit r aan buil d operat e t ransf er (BOT) dan Konsesi Pada Pembi ayaa Pada Pembangunan Boul evar s Jodoh dan Rumah Susun Sewa Kot a Bat am” , Jur nal Rekayasa Dan Menej emen Pembi ayaan Per umahan, Jakart a: Universi - t as Persada Indonesi a YAI, Vol . 1 No. 1, Tahun 2008,

  10 Tahun 2001 t ent ang Kerj asama Daerah de- ngan Pihak Ket iga, membagi 3 (t iga) kelompok 18 Hari Nugraha Nurj aman, “ Anal isis Perbandingan Ke-

  t uk kerj asama dengan pihak ket iga. Banding- kan dengan Perat uran Daerah Kot a Subang No.

  oper at e, l eassehol d, and t r ansf er sebagai ben-

  merint ah Daerah yang melakukan perj anj ian at au kont rak dengan pihak ket iga merupakan bent uk kemit raan daerah. Bent uk kemit raan daerah t ersebut unt uk masing masing daerah dikelompokan dalam berbagai bent uk. Kabupa- t en Mat aram NTB, misalnya membedakan kemi- t raan it u ant ara lain: penyert aan modal daerah pada pihak ket iga, pembelian surat berharga, pendirian Perseroan Terbat as (PT) dan kerj asa- ma dengan pihak ket iga. Perat uran Daerah Kot a Mat aram No. 4 Tahun 2004 t ent ang Pedoman Kerj asama Daerah, Pasal 7 mengelompokkan kont rak bangun, kelola, sewa, serah/ bui l d,

  mengunt ungkan, sebab apabila bangunan it u di- serahkan dalam j angka wakt u 30 t ahun, maka nilai dan manf aat bangunan t elah berkurang.

  and t r ansf er t ernyat a secara ekonomis t idak

  unt uk mengopersaikan proyek yang dibangun- nya, karena langsung diserahkan kepada peme- rint ah dan pemerint ah selanj ut nya akan mem- bayar harga pembangunan proyek t ersebut se- cara mencicil. Pilihan pemerint ah (daerah) me- lakukan pola kerj asama bui l d and t r ansf er ka- rena perj anj ian dengan model bui l d oper at e

  f er , pihak swast a t idak memiliki kesempat an

18 Tindakan Pemerint ah Pusat at aupun Pe-

  516 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012