2.1. WILAYAH ADMINISTRASI - DOCRPIJM 1479108450Bab 2 Lap AKHIR RPIJM Karo Rev00

Bab 2. PROFIL KABUPATEN KARO 2.1. WILAYAH ADMINISTRASI Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di

  dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada pada ketinggian 120 – 1600 m di atas permukaan laut. Ibukota kabupaten adalah Kabanjahe yang berjarak 75 Km atau 1,5 jam perjalanan darat dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berartiadalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang

  o o o o

  Secara geografis letak Kabupaten Karo berada di antara 2 50’-3 19’ LU dan 97 55’-98 38’ BT

  2

  dengan luas 2.127,25 Km atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

   Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir

   Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara/Provinsi NAD.

   Secara administrasi Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan dan 269 desa/kelurahan (259 desa dan 10 kelurahan). Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe.

  II

  Page |

  

  • 2 Gambar 2.1.

  

Tabel 2-1

Jumlah Penduduk, Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan

Jumlah Desa/ Luas Wilayah No Kecamatan Penduduk Kelurahan (Km²) (Jiwa)

  1 Mardingding 12 267.11 18,601

  2 Laubaleng 15 252.60 19,391

  3 Tigabinanga 20 160.38 21,329

  4 Juhar 25 218.56 13,877

  5 Munte 22 125.64 20,672

  6 Kutabuluh 16 195.70 11,124

  7 Payung

  8 47.24 11,601

  8 Tiganderket

  17 86.76 13,757

  9 Simpang Empat

  17 93.48 20,009

  10 Naman Teran

  14 87.82 13,951

  11 Merdeka

  9 44.17 15,158

  12 Kabanjahe

  13 44.65 70,890

  13 Berastagi

  10 30.50 48,050

  14 Tigapanah 26 186.84 32,500

  15 Dolat Rayat

  7 32.25 9,047

  16 Merek 19 125.51 19,655

  17 Barusjahe 19 128.04 23,010 Jumlah Tahun 2014 269 2,127.25 382,622 Tahun 2013 269 2,127.25 363,755 Tahun 2012 269 2,127.25 358,823

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN KARO

2.2.1. ADAT DAN BUDAYA KARO

  Adat dan budaya karo masih terpelihara sampai saat ini.Secara garis besar adat dan budaya karo dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut SukuBangsa Karo. Suku

  Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Merga Silima yakni:

   Karo-Karo  Ginting  Sembiring  Tarigan  Perangin-angin Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada. Rakut Sitelu yaitu:

   Senina/Sembuyak  Kalimbubu  Anak Beru 2.

  Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang, politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe yang didirikan pada tahun 1950.

  3. Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.

   Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.

   Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.  Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

  Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah- pisahkan satu sama lain.Selain suku bangsa Karo masih terdapat suku bangsa lainnya, seperti: Suku Batak, Suku Jawa, Suku Simalungun dan lain-lain.

2.2.2. TRANSPORTASI

  Jalan adalah prasarana pengangkutan yang penting untuk mendorong kegiatan perekonomian Jalan yang baik akan mempermudah mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain Panjang jalan di Kabupaten Karo tahun 2010 tercatat 1.125,30 km. Untuk kondisi permukaan jalan yang ada, sebagian besar permukaan jalan di Kabupaten Karo merupakan aspal (675,20 km), sedangkan jenis permukaan jalan lainnya merupakan permukaan berbatu sepanjang 77,20 km, kerikil sepanjang 128,40 km, dan tanah sepanjang 244,50 km.

Table 2.2. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan (km), Kondisi dan Panjang Jalan di Kabupaten Karo Tahun 2010

  

No. Kecamatan Jarak Ibukota Kondisi Jalan (km) Panjang

Kabupaten ke Baik Sedang Rusak Rusak Jalan Ibukota Berat Kecamatan Kecamatan

  (km) (km)

  

1 Mardingding 95,0 2,30 3,50 37,10 52,30 95,20

  2 Laubaleng 77,0 5,90 3,20 3,00 31,00

  43.10

  

3 Tigabinanga 35,0 31,25 29,10 13,90 11,30 85,55

  

4 Juhar 45,0 17,20 20,70 40,80 19,50 98,20

  

5 Munte 24,0 8,99 48,80 14,46 24,55 96,80

  

6 Kutabuluh 37,0 17,00 11,60 40,10 42,20 110,90

  

7 Payung 25,0 12,30 9,30 0,40 22,00

  

8 Tiganderket 29,0 16,80 8,80 7,20 4,00 36,80

  

9 Simpang Empat 6,6 20,10 13,80 5,00 4,60 43,50

  

10 Naman Teran 16,5 13,80 13,30 3,30 5,90 36,30

  

11 Merdeka 13,0 5,60 14,30 1,50 21,40

  

12 Kabanjahe 29,67 - 24,15 7,70 11,30 71,82

  13 Berastagi 11,0 25,79 25,64 2,75

  92.85

  

14 Tigapanah 5,0 13,60 19,90 1,20 34,70

  

15 Dolat Rayat 17,0 13,60 19,90 1,20 97,10

  

16 Merek 26,0 15,40 16,50 24,60 40,60 97,10

  

17 Barusjahe 15,0 24,70 24,10 11,45 23,65 83,90

Jumlah 302,99 232,16 286,50 286,50 1.125,30

  Sumber: Kabupaten Karo dalam Angka 2011

Table 2.3 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2010

  

No. Kecamatan Kondisi Jalan (km) Panjang

Jalan Aspal Berbatu Kerikil Tanah Kecamatan

  (km)

  1 Mardingding 8,80 6,20 37,90 42,30 95,20

  2 Laubaleng 9,10 2,00 5,00 27,00

  43.10

  3 Tigabinanga 70,25 7,40 7,90 85,55

  4 Juhar 43,80 14,20 20,70 19,50 98,20

  5 Munte 63,85 13,50 7,90 11,55 96,80

  6 Kutabuluh 37,00 31,70 42,20 110,90

  7 Payung 21,60 0,40 22,00

  8 Tiganderket 28,80 4,00 4,00 36,80

  9 Simpang Empat 33,90 0,50 5,00 4,10 43,50

  10 Naman Teran 29,60 0,80 5,90 36,30

  11 Merdeka 21,40 21,40

  12 Kabanjahe 54,52 8,10 5,00 5,20 71,82

  13 Berastagi 54,18

  92.85

  14 Tigapanah 63,75 7,30 8,20 13,60 34,70

  15 Dolat Rayat 33,50 1,20 97,10

  16 Merek 45,60 10,90 40,60 97,10

  17 Barusjahe 55,55 4,70 3,00 20,65 83,90 Jumlah 675,20 77,20 128,40 244,50 1.125,30

  Sumber: Kabupaten Karo dalam Angka 2011

Gambar 2.2.

  

Jalan Nasional sebagai aksesbilitas ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe

2.2.3. PARIWISATA

  Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.

  Potensi Obyek Wisata Kabupaten Karo adalah sebagai berikut.

   Obyek wisata alam : Alam Pegunungan, Hutan Raya, Air Terjun. Danau, Air Panas Alam dan Gua.

   Obyek wisata budaya : Rumah Tradisional Karo, Kesenian Budaya Tradisional Karo, Upacara Ritual dan Pesta Tahunan.

   Obyek wisata peninggalan sejarah : Museum Karo Lingga, Peninggalan Meriam Putri Hijau, Peninggalan Bangunan Arsitektur Zaman Belanda.

   Agrowisata : perkebunan Jeruk, tanaman bunga-bungaan dan sayur-sayuran.

  Kunjungan wisata ke Kabupaten Karo terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2009 terdapat 573.471 wisatawan domestik dan mancanegara, sampai dengan bulan Agustus 2010 tercatat 393.125 wisatawan.

Tabel 2.4. Data Kunjungan Wisata ke Kabupaten Karo

  Tahun Domestik Wisman Jumlah Total kunjungan wisatawan

2005 218.963 8.365 227.328 295.526

2006 374.233 4.665 378.898 492.567

2007 395.923 6.242 402.165 522.815

2008 405.875 6.483 412.358 536.065

2009 434.641 6.491 441.132 573.471

s.d Agt 2010 298.166 4.238 302.404 393.125

  Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo (2010)

  Objek wisata unggulan yang direncanakan akan dikembangkan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut.

1. Air Terjun Sipiso-piso dan Tongging – Danau Toba Air Terjun Sipiso-piso

  Air terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 120 m dan dilatar belakangi panorama indah Danau Toba, bukit bukit, bentangan Pulau Samosir, pematang sawah dan ladang. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini ± 35 km dan dapat menggunakan bus ukuran besar.

Gambar 2.3. Objek Wisata Air Terjun Sipiso-Piso Tongging – Danau Toba

  Danau ini merupakan suatu keajaiban karena berlokasi di atas dataran tinggi ± 800m dari permukaan laut dan menduduki ranking ke dua sebagai danau terbesar didunia. Danau tersebut dikelilingi oleh bukit yang ditumbuhi oleh hutan pinus dan air yang berwarna biru.Dari Desa Tongging dapat dilakukan perjalanan danau ke Parapat.Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 40 km dapat menggunakan kendaraan bus ukuran sedang.

Gambar 2.4. Danau Toba - Tongging 2.

   Danau Lau Kawar

  Danau ini memiliki luas ± 20 ha diapit oleh alam pegunungan yang ditumbuhi kayu kayuan hutan tropis dan di pinggir danau terbentang lahan seluas 3 ha sebagai lokasi tempat berkemah. Bagi wisatawan yang berjiwa petualangan dari obyek ini dapat melakukan kegiatan panjat tebing dan sekaligus pendakian ke puncak Gunung Sinabung. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini sekitar 27 km.

Gambar 2.5. Danau Lau Kawar 3. Bukit Gundaling

  Bukit Gundaling merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Sinabung serta Kota Berastagi. Jarak dari Kota Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 km.

Gambar 2.6. Bukit Gundaling dengan Panorama Kawasan Perkotaan Berastagi 4. Agrowisata

  Salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Karo yang berpeluang untuk dikembangkan adalah agrowisata. Pertanian sayur-sayuran, budidaya tanaman bunga-bungaan, dan perkebunan jeruk merupakan sektor pertanian yang dapat diekspos sebagai objek wisata yang menarik.

Gambar 2.7. Kebun Jeruk dan Budidaya Bunga Hias sebagai potensi Agrowisata Walaupun begitu banyak dan beragamnya potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh Kabupaten Karo, namun yang sudah berhasil diaktualisasikan atau difungsikan masih sangat terbatas. Pengembangan belum dilaksanakan secara optimal dengan dukungan dan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang terkoordinir dan sistem manajemen pengelolaan yang mantap, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Karo masih memerlukan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan lebih lanjut, agar apa yang diharapkan dari sektor ini betul-betul dapat menjadi kenyataan.

2.3. DEMOGRAFI dan URBANISASI

  Pemahaman tentang jumlah, struktur, dan pertumbuhan serta distribusi penduduk sangat menentukan arah pembangunan di suatu daerah. Kondisi kependudukan akan mempengaruhi berbagai kebijaksanaan pembangunan dari berbagai sektor-sektor pelayanan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah. Jumlah penduduk Kabupaten Karo terus tumbuh secara relatif cepat dan hal ini akan membawa perubahan pada sistem pelayanan pemerintah secara keseluruhan. Hasil Sensus tahun 2010 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa. Pada pertengahan tahun 2014, menurut proyeksi penduduk sebesar 382.622 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 180 jiwa/ Km² Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010

  • – 2014 adalah sebesar 2,18 persen per tahun Tahun 2014 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan. Laki-laki berjumlah 189.815 jiwa dan Perempuan berjumlah 192.807 jiwa. Sex rasionya sebesar 98,45. Selanjutnya dengan melihat jumlah penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas maka diperoleh rasio ketergantungan sebesar 58,78 yang berarti setiap seratus orang usia produktif menanggung 59 orang dari usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Beban tanggungan anak bagi usia produktif sebesar 51 dan beban tanggungan lanjut usia bagi penduduk usia produktif sebesar 8. Jumlah kepadatan penduduk per kecamatan dapat terlihat pada tabel berikut :

  

Tabel 2-5

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2014

No. Kecamatan Nama Ibu Kota Luas Wilayah/ (Km 2 ) Banyak penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)

  9 Simpang Empat 9 994 10 015 20 009 99,79

  3 Tigabinanga 10 608 10 721 21 329 98,95

  4 Juhar 6 908 6 969 13 877 99,12

  5 Munte 10 344 10 328 20 672 100,15

  6 Kutabuluh 5 497 5 627 11 124 97,69

  7 Payung 5 732 5 869 11 601 97,66

  8 Tiganderket 6 704 7 053 13 757 95,05

  

10 Naman Teran 7 098 6 853 13 951 103,58

  1 Mardingding 9 279 9 322 18 601 99,54

  

11 Merdeka 7 596 7 562 15 158 100,45

  12 Kabanjahe 34 627 36 263 70 890 95,49

  13 Berastagi 23 909 24 141 48 050 99,04

  

14 Tigapanah 16 065 16 435 32 500 97,75

  

15 Dolat Rayat 4 472 4 575 9 047 97,75

  

16 Merek 10 062 9 593 19 655 104,89

  17 Barusjahe 11 332 11 678 23 010 97,04 Jumlah 189 815 192 807 382 622 98,45

  2 Laubaleng 9 588 9 803 19 391 97,81

  No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

  

1 Mardingding Mardingding 267,11 18 601 69,64

  

9 Simpang Empat Simpang Empat 93,48 20 009 214,05

  

2 Laubaleng Laubaleng 252,60 19 391 76,77

  

3 Tigabinanga Tigabinanga 160,38 21 329 132,99

  

4 Juhar Juhar 218,56 13 877 63,49

  

5 Munte Munte 125,64 20 672 164,53

  

6 Kutabuluh Kutabuluh 195,70 11 124 56,84

  

7 Payung Payung 47,24 11 601 245,58

  

8 Tiganderket Tiganderket 86,76 13 757 158,56

  

10 Naman Teran Naman Teran 87,82 158,86 13 951

  Sumber : Karo Dalam Angka Tahun 2014

Tabel 2-6

Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Karo Tahun 2014

  

11 Merdeka Merdeka 44,17 15 158 343,17

  

12 Kabanjahe Kabanjahe 44,65 70 890 1 587,68

  

13 Berastagi Berastagi 30,50 48 050 1 575,41

  

14 Tigapanah Tigapanah 186,84 32 500 173,95

  

15 Dolat Rayat Dolat Rayat 32,25 9 047 280,53

  

16 Merek Merek 125,51 19 655 156,60

  

17 Barusjahe Barusjahe 128,04 23 010 179,71

Jumlah Total 2.127,25 382 622 179,87

  Sumber: Karo Dalam Angka Tahun 2014

  

Tabel 2-7

Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2014

KECAMATAN 2010 2011 2012 2013 2014

  Mardingding 17 222 17 062 17 445 17 684 18 601 Laubaleng

  17 879 17 713 18 110 18 359 19 391 Tigabinanga 20 086

  19 900 20 346 20 626 21 329 Juhar 13 368 13 244 13 540 13 726 13 877

  Munte 19 870 19 686 20 127 20 404 20 672 Kutabuluh

  10 685 10 586 10 823 10 972 11 124 Payung 10 938

  10 837 11 079 11 232 11 601 Tiganderket 13 301 13 178 13 474 13 659 13 757

  Simpang Empat 19 192 19 015 19 440 19 707 20 009 Naman Teran

  12 916 12 796 13 083 13 263 13 951 Merdeka 13 434

  13 310 13 607 13 794 15 158 Kabanjahe 63 918 63 326 64 746 65 635 70 890

  Berastagi 42 939 42 541 43 494 44 091 48 050 Tigapanah

  29 593 29 319 29 976 30 388 32 500 Dolat Rayat 8 374

  8 296 8 482 8 599 9 047 Merek 18 223 18 054 18 458 18 712 19 655

  Barusjahe 22 304 22 097 22 593 22 904 23 010

  Jumlah total 350 960 354 242 358 823 363 755 382 622 Sumber : Karo Dalam Angka tahun 2014

  Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Karo dapat dibedakan sebagai berikut :

  

Tabel 2-8

Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Karo Tahun 2003 - 2013

No Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Luas Persentase

  

1 Hutan Lindung 96.387 45,31

  2 Suaka Alam 475 0,22

  3 Taman Nasional 0,00

  4 Hutan Wisata 0,00

  5 Tahura 7 0,003

  

6 Hutan Produksi 22.987 10,81

  

7 Tanaman Lahan Basah 16.454 7,73

  

8 Tanaman Lahan Kering 46.448 21,83

  

9 Tanaman Tahunan 14.138 6,65

  

10 Perkebunan Campuran 7.714 3,63

  11 Alang-Alang 8.115 3,81

  Jumlah 212.725 100 Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo 2003 – 2013

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

2.4.1. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi Sektor Pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo.

  Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2014 sekitar 56,61 persen untuk harga berlaku. Sektor pertanian dikelompokkan menurut sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan.

Tabel 2.9. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rumah Tangga Pertanian Menurut Kecamatan Tahun 2014

  Sumber : Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2014

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB ini disajikan atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2014 sebesar 13.780,6 miliar rupiah. Dibandingkan dengan PDRB tahun 2013 yang nilainya sebesar 12.634,51 miliar rupiah, pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 1.146,09 miliar rupiah atau meningkat sebesar 9,07 persen. Untuk harga konstan, dengan menggunakan harga tahun dasar 2010 PDRB Kabupaten Karo juga mengalami kenaikan dari sebesar 10.768,99 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 11.326,4 miliar rupiah pada tahun 2014. Penghitungan PDRB berdasarkan harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pada tahun 2014, ekonomi Kabupaten Karo tumbuh sebesar 5,18 persen.

  Meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,98 persen. Sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Karo pada tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan besarnya sumbangan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karo yang mencapai 56,61 persen atau sebesar 7.801,41 miliar rupiah. Sedangkan penyumbang terkecil diberikan oleh sektor listrik dan gas sebesar 0,06 persen.

Gambar 2.8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

2.4.2. Sosial Masyarakat

  Jika dilihat dari kondisi sosial masyarakat di Kabupaten Karo pada umumnya penduduk di Kabupaten Karo mayoritas beragama Kristen Protestan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tempat ibadah umat Kristen lebih banyak bila dibandingkan dengan sarana ibadah agama lainnya walalupun pada dasarnya masyarakat di Kabupaten Karo terdiri dari beragam suku dan agama. Jumlah sarana ibadah yang ada saat ini di Kabupaten terdapat sebanyak 911 Unit, yang terdiri dari 164 Unit Mesjid, 51 Unit Langgar/Musholla, 538 Unit Gereja Protestan, 148 Unit Gereja Katolik, 8 Unit Pura, dan 2 Vihara. Jumlah sarana ibadah yang terbanyak terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu sebanyak 354 Unit.Sedangkan jumlah sarana ibadah yang terkecil terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu hanya sebanyak 23 Unit. Lebih jelasnya lihat tabel berikut :

  

Tabel 2-10

Jumlah Sarana Ibadah Di Kabupaten Karo Tahun 2014

Rumah Ibadah Wilayah Surau/ Gereja Kristen Gereja Mesjid

  Pura Vihara Langgar Protestan Katolik Mardingding

  12

  5

  49

  8 Laubaleng

  18

  2

  42

  13

  1 Tigabinanga

  15

  3

  40

  24 Juhar

  9

  1

  34

  17 Munte

  12

  3

  34

  11 Kutabuluh

  11

  1

  36

  12

  1 Payung

  8

  2

  22

  4 Tiganderket

  17

  34

  5 Simpang Empat

  15

  33

  7 Naman Teran

  11

  18

  4 Merdeka

  11

  5

  15

  3 Kabanjahe

  14

  3

  59

  8

  1 Berastagi

  11

  3

  29

  4

  3 Tigapanah

  8

  2

  63

  11 Dolat Rayat

  3

  16

  2

  1 Merek

  2

  45

  12 Barusjahe

  11

  46

  17 Jumlah 183 30 615 162

  6

  1 Sumber : Karo dalam angka tahun 2014 2.4.3.

   Data Kondisi Lingkungan Strategis Topografi

  Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah +140 m di atas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi adalah + 2.451 m di atas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang, maka di wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur- alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal. Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120 –1.600 meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut.

   Daerah ketinggian 120-200 meter DPL seluas 28.606 ha (13,45%). Daerah ketinggian 200-500 meter DPL seluas 17.856 ha (8,39%). 

  Daerah ketinggian 500-1.000 meter DPL seluas 84.892 ha (39,91%).

   Daerah ketinggian 1.000-1.400 meter DPL seluas 70.774 ha (33,27%).

   Daerah ketinggian > 1.400 meter DPL seluas 10.597 ha (4,98%).

   Kemiringan tanah di Kabupaten Karo mulai dari datar sampai dengan curam sesuai dengan kondisi wilayah yang berada di dataran tinggi. Luasan dan persentase kondisi kemiringan tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  

Table 2.11.

Luasan dan Persentase Kemiringan Tanah Kabupaten Karo

  

No. Kemiringan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

  1 11,24

  Datar 2 % 23.900

  2 35,22

  Landai 2 74.919

  • – 15 %

  3 19,35

  Miring 15 41.169

  • – 40 %

4 Curam 40 % 72.737 34,19

  Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka 2015 Jenis Tanah

  Kabupaten Karo memiliki berbagai jenis tanah yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tanaman pangan, palawija dan hortikultura. Setiap jenis tanah mengandung karakteristik tersendiri dan dapat diolah dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal jika jenis komoditi yang akan ditanam disesuaikan dengan jenis tanah yang ada.

  Di wilayah kabupaten yang cukup luas, mencapai 2.127,25 Km2. Terdapat berbagai jenis-jenis tanah dan batuan. Untuk jenis tanah dan batuan yang ada di Kabupaten Karo, terdapat :

  • Kelompok andosal mencapai 41.770 Ha (46%),
  • Kelompok podsolik merah kuning 24.474 Ha (26,95%)
  • Kelompok regosal dan latasol mencapai 1.374 Ha (1,51%) dan • Kelompok lainnya mencapai 23.171 Ha (25,52%) seperti podsal, regosal, aluvial dan lain-lain.

  Sumber Daya Mineral/Bahan Galian

  Kabupaten Karo memiliki beberapa potensi pertambangan dan energi, antara lain: panas bumi, belerang, batu gamping, dolomit, fosfat, kalsit, lempung, marmer, sirtu, trass, andesit, feldspar dan granit. Sumber daya mineral/bahan tambang ini tersebar di beberapa kecamatan, baik yang sudah dieksploitasi maupun yang belum pernah dieksploitasi.

  Salah satu sumberdaya mineral/bahan galian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah energi panas bumi yang terdapat di Kecamatan Merdeka dan Payung. Untuk energi panas bumi yang terdapat di Desa Semangat Gunung Kecamatan Merdeka, cadangan terduga sebesar 68 MW dan sudah/sedang dieksploitasi PT. PERTAMINA (Persero) dimana uapnya dijual ke PT. Dizamatra Powerindo menghasilkan 2 x 2,5 MW.

  Klimatologi

  Karena terletak dekat dengan garis khatulistiwa, maka keadaan iklim di Kabupaten Karo tergolong kedalam daerah beriklim tropis yang mempunyai 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2

  • – 3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000 – 4.000 mm/tahun. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli. Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2007 tertinggi pada bulan Oktober sebesar 363 mm dan terendah pada bulan Februari sebesar 63 mm. Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan September sebanyak 20 hari dan terendah pada bulan Februari sebanyak 7 hari. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar antara 18,40C – 19,30C dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 88,39%. Arah angin di Kabupaten Karo terbagi atas dua musim yakni: a. Angin berhembus dari arah Barat, kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.

  b. Angin berhembus dari arah Timur dan Tenggara, antara bulan April sampai dengan bulan September.

2.4.4. Data Resiko Bencana Alam Bencana Alam Wilayah Kabupaten Karo

  Berdasarkan kondisi geologinya, Kabupaten Karo memiliki tiga bahaya alam beraspek geologi yang selanjutnya dapat berpotensi terhadap terjadinya bencana alam, yaitu gempa bumi, potensi bahaya letusan gunung api dan bahaya gerakan tanah atau longsor.

  • Bahaya Gempa Bumi Bahaya gempa bumi di Kabupaten Karo berdasarkan sumbernya terdiri dari dua, yaitu gempa bumi patahan/struktur geologi dan gempa bumi vulkanik. Jalur gempabumi patahan terdapat
di bagian barat Kabupaten Karo tepatnya di Kecamatan Lau Baleng dan menerus di Kecamatan Mardinding dilintasi, dimana jalur gempa tersebut merupakan jalur patahan utama Sumatera yang dikenal dengan patahan geser Semangko. Sedangkan gempa bumi vulkanik, bersumber dari vulkanik atau aktivitas Gunung api Sibayak dan Gunung api Sinabung. Gempa pada jalur patahan dengan kekuatan tergolong tinggi pernah terjadi pada tahun 1936 dengan kekuatan >

  6 SR. Dari data-data kegempaan, pusat-pusat gempa tersebut secara umum berada pada jalur- jalur struktur geologi (lihat peta geologi), hal ini menunjukan bahwa jalur-jalur struktur tersebut tergolong aktif. Berdasarkan data kegempaan dan data struktur geologi yang ada di Kabupaten Karo, selanjutnya diperoleh zona-zona bahaya gempa dengan dasar pembagian zona-zona nya sebagai berikut :

  • Zona bahaya tinggi, zona pada range < 100 m dari jalur struktur
  • Zona bahaya sedang, zona pada range 100 m – 1000 m dari jalur struktur
  • Zona bahaya rendah, zona pada range > 1000 m dari jalur struktur
    • Bahaya Gunung Api Gunung api aktif yang terdapat di Kabupaten Karo adalah Gunung Api Sinabung yang masuk dalam Kecamatan Payung dan Kecamatan Simpang Empat dan Gunung Sibayak (sebagian) berada di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi. Kedua gunung api tersebut tergolong tipe B, artinya tidak pernah (tercatat) meletus sejak tahun 1600 sampai sekarang, namun ada lubang letusan (kawah tidak aktif) di tubuh/puncaknya. Bukti adanya aktivitas gunung api tersebut ditunjukan oleh adanya produk aliran larva dan batuan piroklastik sebagai hasil letusan gunung api Sinabung maupun Sibayak pada masa lampau. Saat ini aktifitas yang terdapat dikedua gunung api tersebut terbatas pada erupsi fumarol dan solfatar. Sekalipun tidak tergolong aktif tipe A, tetap harus diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan keaktifanya.
    • Bahaya Gerakan Tanah atau Longsor Berdasarkan data dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Karo memiliki beberapa wilayah potensi gerakan tanah. Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah potensi gempa, antara lain: Kecamatan Mardingding, Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Barus Jahe, Kecamatan Tiga Panah, Kecamatan Merek,

  Kecamatan Munte, Kecamatan Lau Baleng dan Kecamatan Juhar. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki potensi gerakan tanah mulai dari rendah, menengah sampai tinggi.

  7 Tiga Binanga Menengah - Tinggi

  Pengembangan pariwisata di Kabupaten Karo perlu direncanakan secara terarah dan berkesinambungan. Sektor pariwisata ditempatkan dalam prioritas setelah pertanian. Kedepan

  13 Juhar Menengah - Tinggi Sumber : Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

  12 Laubaleng Menengah - Tinggi

  11 Munte Rendah

  10 Merek Menengah

  9 Tiga Panah Rendah

  8 Barusjahe Menengah

  6 Berastagi Bagian Utara Menengah - Tinggi

  Potensi gerakan tanah rendah adalah daerah yang secara umum mempunyai kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini gerakan tanah umumnya jarang terjadi kecuali jika mengalami gangguan pada lerengnya. Potensi gerakan tanah menengah adalah daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

  5 Kabanjahe Bagian Utara Menengah - Tinggi

  4 Simpang Empat Menengah - Tinggi

  3 Payung Menengah - Tinggi

  2 Kutabuluh Menengah - Tinggi

  1 Mardinding Menengah

  No Kecamatan Potensi Gerakan Tanah

Tabel 2.12 Wilayah Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Karo

  Potensi gerakan tanah tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Untuk lebih jelasnya wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten Karo tahun 2007 - 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.12

2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya A. Pariwisata

  direncanakan potensi dan obyek-obyek wisata Kabupaten Karo akan terus digali, dikembangkan dan diberdayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Obyek wisata tersebut yang antara lain Bukit Gundaling, Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Peceran, Lingga, Taman Hutan Raya, Berastagi, Air Terjun Sipiso-piso, Tongging, Lau Debuk-debuk, Danau Lau Kawar, Air Terjun Sikulikap, Semangat Gunung, Sikodon-kodon, dan lain-lain. Kondisi geografis Kabupaten Karo juga berpotensi untuk wisata alam, misalnya kawasan hutan sebagai obyek bagi ekowisata. Kabupaten Karo yang sudah lama dikenal sebagai sentra produksi komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga juga akan dikelola dan dikembangkan menjadi obyek wisata agrowisata. Adat istiadat masyarakat akan diusahakan menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri. Untuk mendukung rencana tersebut peningkatan pelayanan fasilitas umum dan penyediaan sarana, prasarana, dan akomodasi akan menjadi prioritas dalam membangun perekonomian Kabupaten Karo.

  Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami khas berada dan kawasan ini sangat bermanfaat jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dalam pengembangan kawasan pariwisata berupa kawasan cagar budaya ini direncanakan di Kecamatan Berastagi (Desa Sempajaya), Kecamatan Simpang Empat (Desa Lingga), dan Kecamatan Merek (Desa Dokan). Obyek wisata yang dapat dikembangkan untuk konsumsi regional dan nasional/internasional saat ini terbatasnya pengembangan obyek wisata yang ada hanya berlingkup lokal atau belum dikelola dengan baik. Untuk peruntukan pariwisata alam di Kabupaten Karo diarahkan pada: 1)

  Kecamatan Berastagi (Bukit Gundaling, Lau Debuk-debuk, Air Terjun Sikulikap, Panorama Doulu, Deleng Kutu, dan Taman Hutan Raya). 2) Kecamatan Naman Teran (Danau Lau Kawar) 3)

  Kecamatan Simpang Empat (Uruk Tuhan) 4)

  Kecamatan Kutabuluh (Gua Liang Dahar dan Air Terjun Blingking) 5)

  Kecamatan Merek (Air Terjun Sipiso-piso, Gunung Sipiso-piso, Tongging, dan Sikodon- kodon) 6) Kecamatan Mardingding (Gua Ling-ling Gara) 7) Kecamatan Barus Jahe (Gua Raci)

B. Permukiman dan Perumahan Kawasan permukiman terdiri dari permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan.

  Pengembangan Permukiman pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan sehingga tercipta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Karo merencanakan penetapan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Dalam proses penetapannya dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.

  Di sisi lain, terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang relatif sangat cepat dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi sehingga cenderung mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh (slum area) karena keterbatasan ketersediaan prasarana dan sarana dasar.

  Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-pusat pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang seharusnya ditempatkan sesuai dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan perdagangan, perekonomian, pemerintahan, jasa, dan lain sebagainya.

  Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh yang baru. Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan usaha semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas, disisi lainnya tingginya kecenderungan masyarakat yang ingin berdomisili dekat dengan pusat kota. Konsekuensi logisnya pusat kota tidak mampu lagi mengakomodasi aktivitas masyarakat sehingga berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan, dan masalah sosial semakin kompleks.

  Untuk mengantisipasi fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Karo berupaya membuka akses ke pinggiran kota dengan membuka prasarana jalan baru, menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih, dan layak huni.

  Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplorasi) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat, yaitu pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman.

  Pembangunan dan pengembangan pusat pertumbuhan permukiman perdesaan dan kawasan agropolitan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi. Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaannya.

C. Kawasan Rawan Bencana Alam

  Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode scoring terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Karo berada pada ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air kedalam tanah termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, hutan register, dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

  Hasil analisis kondisi geologi Kabupaten Karo yang dikombinasi dengan data curah hujan, diperoleh tiga zona bahaya longsoran, yaitu : a.

  Kawasan rawan bencana longsor tinggi.

  b.

  Kawasan rawan bencana longsor menengah. c. Kawasan rawan bencana longsor rendah. Berdasarkan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan konsidi topografinya, maka kawasan rawan bencana letusan Gunung Api Sinabung dan Sibayak secara umum dibagi atas dua kawasan rawan, yaitu Kawasan rawan bencana Gunungapi II atau daerah bahaya dan Kawasan rawan bencana Gunung berapi I atau daerah Waspada seperti terlihat pada gambar berikut.

  

Gambar 2.2.

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kabupaten Karo