DOCRPIJM 1502076951BAB 10 RPI2JM
BAB X ASPEK KELEMBAGAAN DAERAH Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2JM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan sebagai landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintah kabupaten/kota, diantaranya: 1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi maka dibentuk organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan factor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang berkaitan dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing- masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. 2)
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tesebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP Nomor 38 Tahun 2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya, sebagaimana bunyi Pasal 7 bab III, sebagai berikut:
“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang Pekerjan Umum”. 3)
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 Tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 Sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Bupati/ Wali DPRD Kota Sekretaris Daerah
Dinas Lembaga/Badan Gambar 10.1: Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN
2010
- – 2014 Dalam Buku II Bab VII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Reformasi Birokrasi 2010
Design – 2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan Menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.
6) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. 7)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat (2) dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 8)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan Menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran Tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur (Pergub), dan SKPD Kabupaten/Kota dengan Peraturan Bupati (Perbup)/ Peraturan Walikota (Perwali). 9)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasr untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, sepreti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umu dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitive untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana, dalam hal penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya dilaksanakan oleh Dinas PU Bidang Cipta Karya, didukung Bappeda dan Penanaman Modal, Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, dan PDAM Amertha Jati Kabupaten Jembrana.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kabupaten Jembrana yang dapat disajikan sebagaimana
gambar 7.2 berikut:
BUPATI
DPRDWAKIL BUPATI
STAF AHLI SEKRETARIS DAERAH
INSPEKTORAT BAPPEDA& PM
(Unsur Pengawas) (Unsur Perencana)
LTD
LEMBAGA LAIN DINAS DAERAH (Badan.Kantor,RSUD, SETWAN DPRD
(Pelaks.Per.UU) (Unsur Pelaksana) Pamong praja) (Unsur Pelayanan)
(Unsur Penunjang)
KECAMATAN
KELURAHAN
Sumber: Perda Kab. Jembrana No.15 Tahun 2011 Gambar 10.2 Diagram Struktur Organisasi dan Tata Kerja PemerintahKabupaten Jembrana10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan pengatan organisasi merupakan salah satu program Reformasi Birokrasi. Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif dan efisien serta terjamin kelanjutannya. Secara garis besarnya, penanganan bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan tidak terlepas dari koordinasi 4 instansi, meliputi Bappeda dan Penanaman Modal, Dinas PU, Kantor LHKP dan PDAM Amertha Jati Kabupaten Jembrana
Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan dibidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-unang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi didaerah tercapai. Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember 2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan perundangan dengan melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), ketrampilan dan kualifikasi perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruh kebutuhan ekonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan good governance, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan agar dapat memnuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.
Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah: 1.
Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);
2. Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders; 3.
Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar tetapi datang dari stakeholder-nya sendiri;
4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional. Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Jembrana ditetapkan melalui Perda Kabupaten Jembrana Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana. Gambaran umum struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Jembrana berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2011, meliputi: a.
Sekretariat Daerah; b.
f.
h. Kelurahan; i. Staf Ahli. Penanganan prasarana dan sarana bidang keciptakaryaan di Kabupaten Jembrana dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD):
g. Kecamatan;
4. Satuan Polisi Pamong Praja;
3. Rumah Sakit Umum.
d) Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; dan
c) Kantor Perpustakaan dan Arsip;
b) Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan;
a) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;
2. Kantor, terdiri dari:
a) Badan Kepegawaian Daerah; dan b) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
1. Badan, terdiri dari:
Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari:
10. Dinas Pendapatan.
Sekretariat DPRD; c. Inspektorat; d.
9. Dinas Pendidikan, Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan.
8. Dinas Kesejahteraan Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
7. Dinas Kesehatan.
6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
4. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.
3. Dinas Pekerjaan Umum.
2. Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.
Dinas Daerah, terdiri dari: 1.
e.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal.
e) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu.
A. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Jembrana, dengan susunan organisasi terdiri dari: a. Sekretariat;
b. Bidang;
c. Sub Bagian;
d. Seksi;
e. Kelompok Jabatan Fungsional; dan f. UPT. Eselonering jabatan struktural pada Dinas PU Kabupaten Jembrana sebagai berikut:
a. Kepala adalah Jabatan Eselon II.b;
b. Sekretaris adalah Jabatan Eselon III.a;
c. Kepala Bidang adalah Jabatan Eselon III.b; dan d. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon IV.a. (1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas, terdiri dari: a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan; dan c. Sub Bagian Keuangan. (2) Bidang-bidang terdiri dari:
a. Bidang Bina Marga, membawahi:
- Seksi Perencanaan dan Pembinaan Bina Marga;
- Seksi Pembangunan dan Pengelolaan Bina Marga; dan - Seksi Pengawasan dan Pengendalian Bina Marga.
- Seksi Perencanaan dan Pembinaan Sumber Daya Air;
- Seksi Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air; dan - Seksi Pengawasan Sumber Daya Air.
- Seksi Tata Bangunan dan Pemukiman;
- Seksi Perencanaan Bangunan dan Pemukiman; dan - Seksi Pengawasan, Pengendalian Bangunan dan Pemukiman. >Seksi Perencanaan dan Pembinaan Tata Ruang;
- Seksi Pengawasan dan Pengendalian Tata Ruang; dan - Seksi Pertambangan dan Energi.
b. Bidang Sumber Daya Air, membawahi:
c. Bidang Cipta Karya, membawahi:
d. Bidang Tata Ruang, Pertambangan dan Energi membawahi:
X-10 Gambar 7.2: STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN JEMBRANA Seksi
Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian
DINAS
PEKERJAAN UMUMSub-Bagian Program,Evaluasi dan Pelaporan
Seksi Pertambangan & Energi
Pengawasan, Pengendalian Bangunan & Pemukiman
Pengawasan SDA Seksi
Marga Seksi
Seksi Pengawasan & Pengendalian Bina
Sub-Bagian Keuangan
KELOMPOK JABATAN UPT
Cipta Karya Sekretariat
Tata Bangunan & Pemukiman Seksi
Pengelolaan Bina Marga Bidang
Perencanaan & Pembinaan Bina Marga Seksi Pembangunan &
Bina Marga Seksi
Pengembangan & Pengelolaan SDA Bidang
Perencanaan & Pembinaan SDA Seksi
Sumber Daya Air (SDA) Seksi
Pengawasan & Pengendalian Tata Ruang Bidang
Perencanaan & Pembinaan Tata Ruang Seksi
Tata Ruang, Pertambangan & Energi Seksi
Perencanaan Bangunan & Pemukiman Bidang
KABUPATEN JEMBRANA 2014
B. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (BAPPEDA DAN PM) Kabupaten Jembrana Susunan Organisasi Bappeda dan PM, terdiri dari:
a. Sekretariat;
b. Bidang;
c. Sub Bagian;
d. Sub Bidang; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Eselonering jabatan struktural pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal adalah sebagai berikut:
a. Kepala adalah Jabatan Eselon II.b;
b. Sekretaris adalah Jabatan Eselon III.a;
c. Kepala Bidang adalah Jabatan Eselon III.b; dan d. Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bidang adalah Jabatan Eselon IV.a. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan, membawahi: a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub Bagian Program; dan c. Sub Bagian Keuangan. Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris.
Bidang-bidang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
(BAPPEDA DAN PM) Kabupaten Jembrana, terdiri dari: a.
Bidang Statistik, Pengendalian, Pelaporan dan Litbang, membawahi:
- Sub Bidang Statistik dan Litbang; dan - Sub Bidang Pengendali dan Pelaporan.
b. Bidang Ekonomi dan Penanaman Modal, membawahi:
- Sub Bidang Ekonomi; dan - Sub Bidang Penanaman Modal.
c. Bidang Sosial Budaya, membawahi:
- Sub Bidang Sumber Daya Manusia; dan - Sub Bidang Sosial Budaya.
d. Bidang Sarana Prasarana dan Tata Wilayah, membawahi:
- Sub Bidang Sarana Prasaran; dan - Sub Bidang Tata Wilayah.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL
Sub Bidang Sarana Prasarana
Sub-Bagian Keuangan
Sub-Bagian Program
Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian
KELOMPOK JABATAN Sekretariat
Sub Bidang Ekonomi
Sub Bidang Penanaman Modal
KABUPATEN JEMBRANA 2014
X-12
Gambar 7.3: STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL
Bidang Statistik, Pengendalian Pelaporan dan Litbang
Sub Bidang Sumber Daya Manusia
Sub Bidang Sosial Budaya
Bidang Ekonomi dan Penanaman Modal
Sub Bidang Statistik dan Litbang
Sub Bidang Pengendalian dan Pelaporan
Bidang Sarana Prasarana dan Tata Wilayah
Bidang Sosial Budaya
Sub Bidang Tata Wilayah C.
Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Susunan organisasi Kantor LHKP Kabupaten Jembrana, meliputi:
a. Kepala Kantor
b. Sub Bagian Tata Usaha;
b. Seksi; dan c. Kelompok Jabatan Fungsional. Eselonering jabatan struktural pada Kantor LHKP Kabupaten Jembrana sebagai berikut: a. Kepala adalah Jabatan Eselon III.a; dan b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon IV.a. Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor. Seksi terdiri dari:
a. Seksi Lingkungan Hidup;
b. Seksi Kebersihan; dan
c. Seksi Pertamanan Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor.
X-14
Gambar 10.4: SRTUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LHKP KABUPATEN JEMBRANA
Kasubbag Tata Usaha A.A. Kt. Wijaya Kusuma,SP., M.Si.
NIP. 19581231 198203 1 337 KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA LHKP KAB. JEMBRANA
I Wayan Darwin, ST.,M.Si.NIP. 19600928 199103 1 002
Kasi Lingkungan Hidup
I Made Dody Tisna Negara, ST NIP. 19820114 200902 1 001
Kasi Kebersihan
I Wayan Putra Mahardika, S.Sos.NIP. 19860313 200902 1 002
Kasi Pertamanan I Gst Bagus Oka Saptuadi,ST,MT.
NIP. 19781021 200604 1 004 STAF
STAF
STAF
KABUPATEN JEMBRANA 2014
D.
PDAM Tirtha Amerta Jati Kabupaten Jembrana (Luar Instansi Pemerintah) Aspek organisasi dan kelembagaan PDAM Kabupaten Jembrana dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana
Nomor 15 Tahun 1991 tanggal 31 Agustus 1991 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Jembrana berkedudukan di Jalan Udayana No. 29X Negara
- – Bali. Perusahaan Daerah Air Minum ini merupakan kelanjutan dari Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kab. Daerah Tk. II Jembrana berdasarkan Keputusan Menteri PU No : 074/KPTS/CK/X/1979 tanggal 8 Oktober 1979 tentang Pembentukan Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Jembrana, yang pada intinya menyatakan bahwa untuk sementara kegiatan
- – kegiatan pengelolaan air minum dilaksanakan oleh BPAM Kabupaten Jembrana.
Penyerahan/pengalihan status BPAM menjadi PDAM, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 620/KPTS/1992 tanggal 31 Agustus 1992. Serah terima pengelolaan sarana dan prasarana penyediaan air bersih di Kabupaten Jembrana dari Menteri PU kepada Gubernur Bali yang dituangkan dalam Berita Acara Nomor Pihak Kesatu 29/BA/AMPU/1992 dan nomor Pihak Kedua 539/2336/Bimas.Ek tanggal 12 September 1992, dan selanjutnya dari Gubernur Bali kepada Bupati Jembrana yang dilaksanakan dengan Berita Acara Nomor Pihak Kesatu 539/3256/Binas.Ek dan nomor Pihak Kedua 539/2336/Ek/1992 tanggal 12 September 1992 selanjutnya dengan Keputusan Bupati Jembrana Nomor 270 Tahun 1992 tanggal 29 September 1992 tentang Penugasan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kabupaten Jembrana kepada PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana.
Nilai kekayaan yang diserahkan pada saat penyerahan pengelolaan (31 Agustus 1992) berjumlah RP. 3.615.795.862,85. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : S-1897/A/52/05/97 tanggal 5 Mei 1997 yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum, dinyatakan bahwa Menteri Keuangan menyetujui asset exs Proyek Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih (P2AB) di Kabupaten Jembrana senilai Rp. 6.689.895.156,58 untuk dihibahkan kepada Kabupaten dan selanjutnya ditetapkan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana. Disamping itu terdapat penyertaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana sebagai berikut: 1. : Rp. 2.440.000,-
Tahun 1999 sebesar 2. : Rp. 74.600.000,-
Tahun 2002 sebesar Dengan demikian pada tanggal 31 Desember 2010 penyertaan modal
Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah sebesar Rp. 6.766.935.156,58. Tujuan pendirian perusahaan sesuai Perda diatas adalah untuk menyelenggarakan pengelolaan air minum guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial dan pelayanan umum secara terus menerus dan memenuhi syarat kesehatan.
Susunan Direksi PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana adalah terdiri dari 1 (satu) orang Direktur. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 195/Ekbangsosbud/2010 tanggal 24 Februari 2010 mengangkat kembali saudara I Nengah Sugianta, SE sebagai Direktur PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana (Pengangkatan pertama Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 255/Ekbang/2006 tanggal 27 Februari 2006) menggantikan Ir. I Made Suwija yang menjabat sebagai Direktur PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana sejak tahun 2001 sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 256 tahun 2001 tanggal 20 Juni 2001.
Susunan Badan Pengawas PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana pada tahun 2010 adalah yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 817/Ekbangsosbud/2008 tanggal 20 Juni 2008 terdiri dari 3 orang dengan susunan sebagai berikut :
Ketua merangkap Anggota : Drs. I Ketut Suartha, M.Si Sekretaris merangkap Anggota : Drs. I Ketut Arimbawa Anggota : Drs. I Ketut Sirpha Wyadnyana, SE 1.
Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM; 2. Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 5 tahunan dan tahunan;
3. Membina pegawai; 4.
Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM; 5. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
6. Melaksanakan kegiatan teknik PDAM; 7.
Mewakili PDAM baik di dalam dan di luar pengadilan; 8. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk
Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; 9. Bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui Badan Pengawas.
Badan pengawas terdiri dari Pejabat Daerah, perorangan dan masyarakat konsumen yang memenuhi persyaratan. Badan pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Mengawasi kegiatan Direksi; 2.
Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap pegangkatan Anggota Direksi;
3. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi;
4. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana perubahan status kekayaan PDAM;
5. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain;
10. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap laporan Neraca dan perhitungan Laba/Rugi.
X-18 Gambar 10.5: Bagan Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Jembrana
Kasubag Distribusi
Pelayanan Melaya
Pelayanan Negara Kepala Unit
Pelayanan Pekutatan Kepala Unit
Pelayanan Mendoyo Kepala Unit
Perawatan Kepala Unit
Kasubag Produksi /
Kasubag Perencanaan
Direktur Kepala Bagian Administrasi &
Kasubag Umum/Personalia
Kasubag Akuntansi
Langganan Kasubag Keuangan
Langganan Kasubag Pelayanan
Teknik Kasubag Hubungan
Langganan Kepala Bagian
Keuangan Kepala Bagian
KABUPATEN JEMBRANA 2014
10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggungjawab bagi peningkatan produktivitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintaha bidang keciptakaryaan perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Hubungan kerja yang terkoordinatif sangat diperlukan dan dikembangkan baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/kantor dalam menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja masing-masing instansi yang berhubungan dengan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Jembrana, dijabarkan dalam tabel 8.1 berikut:
Tabel 10.1:
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana
Unit/Bagian yang Peran Instansi dalam
No. Instansi Menangani Pembangunan Pembangunan Cipta Karya
Bidang Cipta Karya
1. Dinas PU Menyiapkan data bidang Bidang Cipta Karya Cipta Karya dan pelaksana kegiatan
2. Bappeda dan PM Menyusun Dokumen Bidang Sarana Prasarana RPI2JM bidang Cipta Karya dan Tata Wilayah yang diselaraskan dengan dokumen perencanaan daerah
3. Kantor LHKP Menyiapkan dukungan data Seksi Lingkungan Hidup
4. PDAM Amertha Jati Menyusun SPAM dalam Bagian Teknik rangka menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang diproduksinya dan Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, sudah dilengkapi dengan Standar Opersional Prosedur (SOP) di masing-masing instansi.
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program yang perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kondisi SDM di instansi yang menangani keciptakaryaan di Kabupaten Jembrana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 10.2:
Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Latar Belakang Jabatan Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin
Pendidikan Funsional Dinas PU Gol I : 6 orang Laki-laki: - <SMA: 4 orang
Gol II : 35 orang 78 orang SMA/SMK/MA: Gol III: 48 orang 56 orang Gol IV: 5 orang Wanita: D3/sederajat: 16 orang 1 orang
S1/ Sederajat: 26 orang S2/Sederajat: 7 orang
Bappeda Gol II: 9 orang Laki-laki: SMA/SMK/MA: Fungsional dan PM Gol III: 18 orang 27 orang 10 orang Perencana: Gol IV: 8 orang D3/sederajat: 2 orang
Wanita: 1 orang 8 orang S1/ Sederajat: 19 orang S2/Sederajat: 4 orang S3/ Sederajat: 1 orang
Kantor Gol I : 44 orang <SMA: - LHKP Gol II : 33 orang 44 orang
Gol III: 11 orang Gol IV: 1 orang SMA/SMK/MA: 36 orang
D3/sederajat: - S1/ Sederajat: 7 orang S2/Sederajat: 2 orang
Tabel 10.3:
Data Personalia PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana
No. Uraian Status Jumlah Tetap Tidak Tetap24
2
9
9. Subag Distribusi
15
15
10. Subag Perencanaan
4
2
6
11. Unit Pel. Kec. Melaya
1
8. Subag Produksi
25
12. Unit Pel. Kec. Mendoyo
20
8
28
13. Unit Pel. Kec. Pekutatan
6
1
7 Jumlah 123 24 147
Sumber: PDAM Kabupaten Jembrana, 2011
7
21
1. Direktur
6
1
1
2. Kepala Bagian
3
3
3. Subag Keuangan
4
1
5
4. Subag Akuntansi
2
2
8
5. Subag Hubungan Langganan
5
2
7
6. Subag Pelayanan Langganan
9
3
12
7. Subag Umum dan Personalia
19
Jumlah karyawan/karyawati PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana yang mendukung seluruh kegiatan operasionalnya sampai dengan per 31 Desember 2010 berjumlah 137 orang, yang menurut klasifikasi jenjang dan jenis pendidikannya dapat diuraikan dalam tabel 8.4 sebagai berikut:
- – Teknik 11 orang
- – Umum 57 orang
1. Sarjana 2 orang
Kinerja pengelolaan PDAM berdasarkan struktur organisasi adalah Direksi membawahi pegawai dan bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan di PDAM dimana Direksi diawasi oleh Badan Pengawas. Badan Pengawas nantinya akan meneruskan kepada Kepala Daerah terkait permasalahan yang ditemui untuk dapat memberikan pendapat dan saran guna kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Jumlah 25 orang TOTAL 137 orang
5. Sekolah Dasar 1 orang
4. SLTP 2 orang
3. SLTA Umum 18 orang
2. SLTA Teknik 2 orang
Jumlah 112 orang Tenaga Honorer
Tabel 10.4:
Klasifikasi Jenjang dan Jenis Pendidikan Karyawan PDAM Tirta Amertha Jati
Kabupaten Jembrana
6. Sekolah Dasar 8 orang
5. SLTP - Umum 15 orang
4. SLTA
3. SLTA - Ekonomi 12 orang
2. SLTA
1. Sarjana 12 orang
No. Jenis/Jenjang Pendidikan Jumlah Pegawai Organik
Kegiatan pengelolaan SPAM dilakukan oleh penyelenggara dan dapat melibatkan peran serta masyarakat. Penyelenggara dapat dilakukan oleh BUMN/BUMD yang dibentuk secara khusus dan dapat mengikutsertakan Badan Usaha Swasta, koperasi dan/atau masyarakat. Penyelenggara harus menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap
Pengelolaan SPAM bertujuan untuk menghasilkan air minum yang sesuai dengan standar yang berlaku dan agar prasarana dan sarana air minum terpelihara dengan baik sehingga dapat melayani kebutuhan air minum masyarakat secara berkesinambungan. Standar pelayanan minimum air minum harus memenuhi ketentuan sesuai peraturan yang berlaku.
Penyelenggara SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM dapat difasilitasi oleh penyelenggara SPAM, antara lain melalui pembentukan forum pelanggan, pembentukan unit khusus yang mudah dihubungi untuk menampung keluhan dan laporan masyarakat mengenai pengelolaan SPAM, dan lain-lain.
10.3 Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah di Kabupaten Jembrana, masih terdapat permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Jembrana yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadp kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2JM bidang Cipta Karya. Secara deskriptif dapat disampaikan analisis terhadap keorganisasian bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana sebagai berikut:
1) Struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yakni dengan penuangannya melalui Perda Nomor
15 Tahun 2011. Namun demikian, perlu adanya pengkajian terhadap bidang Cipta Karya, mengingat luasan beban kerja, dipertimbangkan untuk menjadi Dinas tersendiri, tidak seperti saat ini hanya bidang.
2) Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam penyusunan RPI2JM sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi.
3) Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi diantaranya lemahnya pembiayaan daerah, dan kurang padunya koordinasi antar instansi. Permasalahan umum yang menyangkut aspek kelembagaan adalah sebagai berikut: Pengelolaan SPAM belum sepenuhnya dapat menghasilkan air minum yang sesuai
- dengan standar yang berlaku .
- sehingga dapat melayani kebutuhan air minum masyarakat secara berkesinambungan.
Pemeliharaan prasarana dan sarana air minum belum dapat dilakukan dengan baik
- peraturan yang berlaku.
Belum dapat dipenuhi standar pelayanan minimum air minum yang sesuai dengan
Disamping itu yang harus dipenuhi dalam pengelolaan SPAM adalah : Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabel sesuai
- dengan kaidah sistem akuntansi air minum Indonesia.
- Governance yaitu adil, terbuka, transparan, bersaing, bertanggung gugat, saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling mendukung.
Pengelolaan SPAM harus berdasarkan prinsip-prinsip prinsip Good Corporate
10.4 Kendala dan Permasalahan
10.4.1 Aspek Teknis
Dari seluruh sistem yang ada saat ini, jumlah kapasitas terpasang adalah 274 l/dt, sedangkan jumlah kapasitas yang dioperasikan adalah sebesar 200 l/dt. Besarnya selisih antara kapasitas terpasang dengan kapasitas yang dioperasikan (idle ) karena adanya pembatasan jam operasi pompa yang disebabkan
capacity
kemampuan teknis peralatan pompa yang telah menurun (umur ekonomis peralatan pompa telah habis) dan untuk menekan biaya listrik dan bahan bakar minyak. Pada saat ini jam operasi produksi air berjalan selama 17 jam dan operasi distribusi dilakukan selama 17 jam per hari.
10.4.1.1 Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM A. Permasalahan Unit Air Baku
Permasalahan yang terjadi pada unit air baku adalah terbatasnya sumber air permukaan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi alam yang terjadi tiap tahunnya sehingga mempengaruhi sumber air permukaan yang ada di Kabupaten Jembrana. Selain itu untuk sumber yang berada di Pangkung Apit, Pergung tidak berfungsi. Hal ini dikarenakan sistem gravitasi pada sistem ini tidak berjalan. Beberapa rencana tindak perbaikan adalah : Pembuatan sumur bor dalam 100 m sebanyak 4 unit di Dauhwaru,
Perbaikan instalasi sumber air permukaan (sungai) sebanyak 4 unit diantaranya Pangkung Gayung, Pangkung Biah, Pangkung Apit dan Yeh Embang Tengah B.
Permasalahan Unit Produksi
Permasalahan yang terjadi pada unit produksi adalah besarnya selisih antara kapasitas terpasang dengan kapasitas yang dioperasikan (Idle Capacity). Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan jam operasi pompa yang disebabkan kemampuan teknis peralatan pompa yang telah menurun (umur ekonomis peralatan pompa telah habis) dan untuk menekan biaya listrik dan bahan bakar minyak.
C. Permasalahan Unit Distribusi
Permasalah yang terjadi pada unit distribusi adalah mengenai perawatan jaringan pipa distribusi yang sulit. Hal ini disebabkan kondisi pemasangan jaringan pipa distribusi yang berada didalam tanah dan dibawah jalan aspal. Permasalahan yang terjadi pada unit distribusi adalah masih tingginya tingkat kebocoran air. Hal ini disebabkan formasi jaringan diameter pipa belum sempurna dan kerusakan Water Meter Induk dan Water Meter Pelanggan. Beberapa rencana tindak perbaikan adalah: Mengganti Water Meter Induk Ø 100 mm sebanyak 6 unit diantaranya pada sumur bor VI Negara, sumur bor V Negara, sumur bor I Nusasari, sumur bor II Baler Bale Agung Negara, sumur bor III Baler Bale Agung Negara dan sumur bor Moding.
Secara periodik dengan skala prioritas mengganti water meter pelanggan secara bertahap per tahun sesuai dengan kemampuan keuangan PDAM. Selain itu masalah mengenai tarif air yang masih dibawah harga pokok juga menjadi salah satu permasalahan. Hal ini disebabkan karena belum adanya persetujuan dari pemilik tentang kenaikan tarif. Rencana tindak perbaikan atas permasalah ini adalah : Melakukan kajian terhadap tarif yang menguntungkan bagi perusahaan dan tidak memberatkan pelanggan. Mengusulkan kenaikan tarif kepada pemilik. tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan pemukiman. Beberapa rencana tindak perbaikan atas permasalahan ini adalah: Pengadaan dan pemasangan pompa submersible lengkap 15 KW (15 l/dt) sebanyak 2 unit di Dauhwaru dan Banyubiru. Pengadaan dan pemasangan pompa submersible lengkap 11 KW (10 l/dt) sebanyak 2 unit di Mendoyo dan Melaya. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 50 mm sepanjang 3.000 m untuk wilayah pelayanan Baler Bale Agung, Negara. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 200 mm dan Ø 150 mm sepanjang
6.000 m, pipa Ø 100 mm sepanjang 2.700 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 2.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 1.500 m untuk wilayah Banyubiru.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 200 mm sepanjang 9.000 m untuk wilayah pelayanan Brangbang. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 3.800 m, pipa Ø 100 mm sepanjamg 4.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Dauhwaru.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 3.000 m dan pipa Ø 75 mm sepanjang 4.000 m untuk wilayah pelayanan Kaliakah. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang wilayah pelayanan Lelateng. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 75 mm sepanjang 3.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Loloan Timur. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 4.000 m, pipa Ø 75 mm dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Melaya.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 5.500 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 3.500 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.150 m untuk wilayah pelayanan Mendoyo.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 4.000 m untuk wilayah pelayanan Pangyangan.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 3.350 m, pipa Ø 75 mm sepanjang 2.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 3.500 m untuk wilayah pelayanan Pendem.
Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 7.000 m untuk wilayah pelayanan Perancak. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 75 mm sepanjang 4.000 m dan pipa Ø 50 mm sepanjang 2.500 m untuk wilayah pelayanan Tegalcangkring. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 100 mm sepanjang 2.000 m untuk wilayah pelayanan Yehembang. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 7.200 m untuk wilayah pelayanan Yehembang Kauh. Pengadaan dan pemasangan pipa Ø 150 mm sepanjang 3.300 m dan pipa Ø 100 mm sepanjang 1.950 m untuk wilayan pelayanan Yeh Sumbul. Pemasangan PLN 33 KVA sebanyak 2 unit di Dauhwaru dan Banyubiru. Pemasangan PLN 23 KVA sebanyak 1 unit di Mendoyo. Perbaikan Pompa Centrifugal sebanyak 3 unit di Penginuman Gilimanuk. Perbaikan pompa Submersible sebanyak 3 unit di sumur bor II Baler Bale Agung, sumur bor V Baler Bale Agung dan sumur bor III Baler Bale Agung.
Perbaikan panel pompa sebanyak 4 unit pada sumur bor V Baler Bale Agung, sumur bor VII Pecangakan, sumur bor I Nusasari dan sumur bor I Baler Bale Agung.
10.4.2 Aspek Non Teknis
Aspek Keuangan Permasalahan yang terdapat pada aspek non teknis adalah tingginya biaya listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini disebabkan karena sumber iar baku PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana 82% berasal dari sumber air sumur bor yang bersumber tenaga utama opersional produksinya adalah dari BBM dan listrik. Beberapa rencana tindak perbaikan mengenai permasalahan ini adalah :
Pembuatan reservoar sebanyak 3 unit yaitu reservoar 300m³ di Dauhwaru,